PERANAN ENDOSKOPI PADA DISPEPSIA SKORING DISPEPSIA

Pada dispepsia dengan gambaran alarm, diperlukan manajemen awal dengan pemeriksaan endoskopi.Manajemen selanjutnya tergantung dari hasil endoskopi tersebut.Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1. 7 Pada dispepsia fungsional, manajemennya hampir sama dengan dispepsia tanpa gambaran alarm, antara lain dengan penekan asam secara empiris, prokinetik, eradikasi H pylori dan terapi psikologis. 28 Gambar 1. Pendekatan manajemen pasien dispepsia. 29

2.7. PERANAN ENDOSKOPI PADA DISPEPSIA

Universitas Sumatera Utara Mayoritas pasien dengan dispepsia hasil pemeriksaan endoskopinya normal. 30 Pada penelitian di Kanada dengan pasien dispepsia yang belum dilakukan tindakan endoskopi pada pelayanan kesehatan primer, menyimpulkan bahwa kebanyakan yang ditemukan adalah esofagitis 43, ulkus peptikum 5, adekarsinoma lambung dan esophagus 1, dengan H pylori yang kebanyakan negative dan penggunaan OAINS yang sedikit. 31 Pemeriksaan endoskopi mempunyai beberapa keuntungan. Diantaranya untuk menegakkan diagnosis yang dapat menunjukkan adanya kelainan atau abnormalitas seperti esofagitis atau ulkus serta meningkatkan kepuasan pasien. 32 Temuan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan endoskopi lambung antara lain : 33 1. Normal 2. Gastritis akut atau kronis 3. Ulkus gaster 4. Massa 5. Keganasan 6. Hipertensi portal 7. Perubahan setelah operasi 8. Lain-lain kelainan yang jarang ditemukan

2.8. SKORING DISPEPSIA

Untuk pasien dengan ulkus peptikum, data dari penelitian random terkontrol menunjukkan bahwa pengobatan yang baik untuk infeksi H pylori akan mengurangi resiko kekambuhan ulkus. Atas dasar ini, konsensus NIH merekomendasikan untuk pasien dengan ulkus sebaiknya dilakukan pemeriksaan H pylori dan jika terbukti ada infeksi, sebaiknya diterapi dengan antimikroba. Tetapi belum ada konsensus, terutama pada pelayanan Universitas Sumatera Utara kesehatan primer untuk pasien dispepsia yang belum dilakukan endoskopi dan tidak ada alarm sign. Instrumen yang efektif diperlukan untuk mengukur kondisi kesehatan yang berhubungan dengan dispepsia. Instrumen tersebut haruslah dapat dipercaya dan valid, cukup dapat mencakup rentang pengukuran yang cukup luas, dan menghasilkan skor interval yang sama. Untuk itu dikembangkan instrumen yang berupa kuesioner untuk mengukur kondisi dispepsia pasien yang belum dilakukan tindakan endoskopi. 34 Kuesioner dikembangkan telah dikembangkan untuk mengukur tingkat keparahan gejala gastrointestinal. Kuesioner tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala terutama gejala terhadap pengobatan dengan lebih obyektif. Lebih luas lagi, kuesioner tersebut dapat digunakan secara luas pada penelitian-penelitian untuk mengukur respon pengobatan. Kuesioner yang dipakai antara lain dengan 4 atau 5 poin ordinal Likert yang sering untuk mengukur tingkat keparahan individu dengan gejala dispepsia. Tetapi dikembangkan juga dengan skala 7 poin yang lebih baik dibandingkan dengan 4 atau 5 poin untuk mendeteksi sedikit perbedaan. Skoring yang dipakai adalah The Global Overall Symptom GOS yang terdiri dari skala 7 poin yang diadaptasi dari skoring sebelumnya yang hanya 5 poin. 35 Skor GOS merupakan sistem skoring yang dilaporkan sendiri oleh pasien setelah pasien membaca sendiri kuesioner tersebut. Alternatif lain dapat juga dibacakan oleh pemeriksa kepada pasien. Pasien ditanyakan tentang derajat keparahan secara keseluruhan dari gejala dispepsia mereka yang didefinisikan gejala pada perut atas yang berlokasi di antara tulang dada dan pusat selama periode tertentu, dapat 28 hari GOS28 atau 2 hari GOS2. 4 Skoring GOS sendiri dapat dilihat pada tabel 5. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Skala The Global Overall Symptoms GOS 35 Mohon kiranya dipikirkan masak-masak tentang gejala yang anda alami karena masalah perut anda selama periode tertentu. Hal ini sangat penting untuk info tentang kondisi kesehatan anda. Sesuai dengan skala dibawah, mohon dilingkari tingkat keparahan seluruh gejala Perut anda selama periode tertentu 1. Tidak ada masalah 2. Masalah minimal dapat dengan mudah diabaikan tanpa usaha 3. Masalah ringan dapat diabaikan dengan usaha 4. Masalah sedang tidak dapat diabaikan tetapi tidak mempengaruhi kegiatan sehari-hari 5. Masalah sedang berat tidak dapat diabaikan dan kadang-kadang mengganggu kegiatan sehari-hari 6. Masalah berat tidak dapat diabaikan dan sering membatasi konsentrasi dalam kegiatan sehari-hari 7. Masalah sangat berat tidak dapat diabaikan dan sangat mengganggu kegiatan sehari-hari dan sering harus beristirahat karena masalah tersebut Ada juga kuesioner yang dikembangkan untuk pasien dispepsia dengan beberapa mendeskripsikan beberapa gejala dispepsia. Kuesioner ini telah diuji kepercayaannya dan telah dipakai untuk bermacam-macam ras serta bangsa. Lebih lanjut kuesioner tersebut dapat dilihat pada tabel 6. 36 Tabel 6. Karakteristik gejala dispepsia yang dinilai dengan PADYQ 36 Gejala Skor Nyeri di abdomen atas Intensitas 0-5 Durasi 0-3 Frekuensi 0-4 Mual Intensitas 0-5 Durasi 0-3 Frekuensi 0-4 Muntah Intensitas 0-4 Kembung Intensitas 0-5 Durasi 0-3 Frekuensi 0-4 Cepat kenyang Frekuensi 0-4 Total 44 Universitas Sumatera Utara Kenyataannya, mayoritas pasien dengan gejala dispepsia tidak terdeteksi kelainan patologisnya pada pemeriksaan endoskopi. Di pihak lain, pengukuran gejala dispepsia sangatlah penting karena tujuan pengobatan adalah mengurangi gejala dispepsia secara adekuat. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Hubungan Kadar Ubiqutin C-Terminal Hydrolase – L1 Dengan Tingkat Keparahan Cedera Kepala

0 58 92

Hubungan Antara Tingkat Keparahan Ispa Dengan Status Gizi Pada Anak Balita Di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009

2 48 97

Hubungan Antara Keparahan Fraktur Mandibula Dan Keparahan Cedera Kepala

1 47 38

EFEK PROTEKSI JUS JAMBU BIJI PUTIH TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS MUKOSA LAMBUNG MENCIT YANG DIINDUKSI ASPIRIN

0 4 43

EFEK PROTEKSI JUS ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP KERUSAKAN MUKOSA LAMBUNG MENCIT YANG DIINDUKSI ASPIR

1 6 51

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN TABIR SURYA DENGAN DERAJAT KEPARAHAN MELASMA (Skor MASI) PADA Hubungan Antara Pemakaian Tabir Surya Dengan Derajat Keparahan Melasma (Skor Masi) Pada Wanita Di Kec. Grogol-Sukoharjo.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN TABIR SURYA DENGAN DERAJAT KEPARAHAN MELASMA (Skor MASI) PADA Hubungan Antara Pemakaian Tabir Surya Dengan Derajat Keparahan Melasma (Skor Masi) Pada Wanita Di Kec. Grogol-Sukoharjo.

0 3 15

HUBUNGAN TINGKAT KEKERAPAN MENGKONSUMSI KOPI DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA DI PUSKESMAS KARTASURA Hubungan Tingkat Kekerapan Mengkonsumsi Kopi Dengan Kejadian Dispepsia Di Puskesmas Kartasura.

0 5 13

HUBUNGAN TINGKAT KEKERAPAN MENGKONSUMSI KOPI DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA DI PUSKESMAS KARTASURA Hubungan Tingkat Kekerapan Mengkonsumsi Kopi Dengan Kejadian Dispepsia Di Puskesmas Kartasura.

0 4 12

EFEK MADU SEBAGAI GASTROPROTEKTOR TERHADAP KERUSAKAN MUKOSA LAMBUNG MENCIT YANG DIINDUKSI INDOMETASIN.

0 1 4