83
dengan Keputusan KPU nomor 140KptsKPU-SLG- 02.3295372011.
7
B. Identifikasi
Problematika Hukum
Pemilihan KDH dan WKDH Kota Salatiga Tahun 2011.
Sesuai urutan tahapan Pemilihan KDH dan WKDH dapat diidentifikasi setiap permasalahan
yang muncul sebagai berikut :
1. Tahapan Persiapan
a. Terdapat laporan dari masyarakat dan
Panwaslu, bahwa ada 2dua anggota PPS yang tidak memenuhi syarat dikarenakan masih
menjadi anggota partai politik yaitu Sholli, SEPPS Pulutan dan Tatik Hermiyati, SHPPS
Gendongan.
8
Hal ini melanggar Pasal 11 Ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005
tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang menyatakan bahwa : “Anggota PPS …….berasal dari tokoh
masyarakat yang independen ”, hal ini diperkuat dengan Pasal 13 huruf e yaitu;
“Syarat untuk menjadi PPS, PPK dan KPPS adalah e Tidak menjadi anggota Partai
7
Tim KPU, Laporan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Salatiga Tahun 2011, Salatiga : 2011. Bab IV
– hal 9.
8
Tim KPU, Laporan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Salatiga Tahun 2011, Salatiga : 2011. Bab II -
Hal 47.
84
Politik ”. Oleh karena itu, kemudian diambil
tindakan dengan
pemberhentian yang
bersangkutan dari keanggotaan. b.
Adanya kebijakan Walikota Salatiga tentang mutasi
dan promosi
kepegawaian di
lingkungan Pemerintah Kota Salatiga yang berakibat pada Pergantian Antar Waktu yang
terjadi pada sekretariat di tingkat PPK maupun di tingkat PPS. Hal ini didasarkan
pada Keputusan Walikota Salatiga No. 274- 051932011 tentang Susunan Keanggotaan
PAW Sekretariat
Panitia Pemilihan
KecamatanPPK pada Pemilu Walikota dan Wakil Walikota Salatiga Tahun 2011.
9
2. Tahap Pelaksanaan
a. Dalam proses penetapan pasangan calon yang
mendaftarkan diri melalui partai politik terjadi beberapa
problematika hukum.
Pertama, Pasangan calon Bambang Soetopo dan Rosa
Darwanti yang merupakan kader partai Golkar justru tidak didukung oleh partai Golkar.
Berdasarkan penjaringan aspirasi di tingkatan kecamatan diusulkan pengajuan calon dari
partai Golkar atasnama Rosa Darwanti akan tetapi hal ini tidak disetujui oleh DPD II.
Kedua, pasangan calon atas nama Teddy
9
Tim KPU, Laporan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Salatiga Tahun 2011, Salatiga : 2011. Bab II -
Hal 50.
85
Sulistiyo dan
Bambang Riantoko
yang diajukan lewat rapat kecamatan hingga Dewan
Pimpinan CabangDPC PDI-Perjuangan Kota Salatiga untuk diusulkan Ke Dewan Pimpinan
PusatDPP ternyata tidak disetujui. Dengan alasan hasil survei independen yang dilakukan
DPP pusat PDI-Perjuangan, maka dikeluarkan rekomendasi untuk Diah Sunarsasisebagai
calon walikota berpasangan dengan Teddy Sulistyosebagai calon wakil walikota. Hal ini
melanggar prinsip demokrasi dan transparansi dalam penjaringan pasangan calon lewat
partai politik seperti tertuang dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik :
Ayat 1 Partai Politik melakukan rekrutmen terhadap warga negara Indonesia untuk
menjadi: ……..
c. bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah; dan
……. Ayat 1a Rekrutmen sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf b dilaksanakan melalui seleksi kaderisasi secara demokratis sesuai
dengan
AD dan
ART dengan
mempertimbangkan paling sedikit 30 tiga puluh perseratus keterwakilan perempuan.
2 Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dan huruf d dilakukan secara
demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan
ART serta
peraturan perundang
undangan.
Selain itu, penetapan pasangan calon ini juga melanggar Pasal 59 Ayat 3 dan 4 UU No. 32
86
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berikut:
Ayat 3 Partai politik atau gabungan partai politik wajib membuka kesempatan yang
seluas-luasnya bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 dan selanjutnya memproses bakal calon dimaksud melalui
mekanisme yang demokratis dan transparan. Ayat 4 Dalam proses penetapan pasangan
calon, partai politik atau gabungan partai politik
memperhatikan pendapat
dan tanggapan masyarakat.
b. Pelanggaran terkait kampanye dengan arak-
arakan dan pengumpulan massa mengganggu pengendara jalan serta pemasangan alat
peraga kampanye tidak pada tempatnya merupakan pelanggaran terhadap Pasal 78
huruf e dan huruf j UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu:
“huruf e. mengganggu keamanan, ketenteraman,
dan ketertiban umum” dan huruf j “melakukan pawai atau arak-arakan yang
dilakukan dengan berjalan kaki danatau dengan kendaraan di jalan raya”.
Dimana pelanggaran ini dilakukan oleh seluruh peserta Pemilihan KDH dan WKDH.
c. Keikutsertaan Pegawai Negeri SipilPNS dalam
tim pemenangan salah satu calon secara langsung maupun tidak langsung, bahkan
melibatkan salah satu pejabat eselon II, dalam
87
hal ini Kepala Dinas.
10
Penuturan salah satu PNS Dishubkombudpar yang baru saja purna
tugasJuni 2012:”dukungan PNS terhadap
salah satu calon merupakan suatu kewajaran sebagai bagian dari masyarakat, meskipun
ada yang secara langsungvulgar, namun ada pula yang secara diam-diam mempengaruhi
pemilih lainnya.
11
Jika ditinjau dari prinsip netralitas aparatur negara, hal ini sangat
bertentangan dengan larangan bagi PNS seperti tertuang dalam Pasal 4 Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yaitu:
Setiap PNS dilarang memberikan dukungan kepada calon Kepala DaerahWakil Kepala
Daerah, dengan cara: a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk
mendukung calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah;
b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
c. Membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; danatau
d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan
10
Dinilai Berpihak, Panwas Tegur 5 PNS. Jawa Pos. Published: 19 April 2011.
11
Wawancara dengan PNS Dishubkombudpar yang kini terlibat dalam kepengurusan partai Gerindra dimana Diah Sunarsasi
menjadi ketua DPC terpilih periode 2012-2017. Selain yang bersangkutan ada pula mantan Ka. Dishubkombudpar yang
bergabung dalam partai Gerindra, Senin 4 Oktober 2012 di kediaman bersangkutan.
88
unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
d. Politik uang yang terjadi di sebagian besar
daerah di Salatiga, bahkan di salah satu TPS di daerah Tingkir sangat terencana dan
sistemik. Dimana Tim Sukses menunggu para pemilih agak jauh dari TPS sambil menunggu
bukti rekaman
foto handphone
untuk kemudian diberikan imbalan uang merupakan
pelanggaran terhadap Pasal 117 Ayat 2 UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah berikut:
Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya
kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan calon
tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat
suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 dua
bulan dan paling lama 12 dua belas bulan danatau denda paling sedikit Rp.
1.000.000,00 satu juta rupiah dan paling banyak Rp. 10.000.000,00 sepuluh
juta rupiah.
Meskipun demikian, money politics sulit untuk dibuktikan karena kurangnya
alat bukti serta saksi-saksi yang ada. Sehingga penindakannya sebatas teguran
lisan dari saksi lainnya dan dari panitia pengawas Pemilu, namun tidak dapat
dilakukan penegakan secara hukum.
89
C. Analisa Problematika Pemilihan KDH dan