Diagnosis Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular

2.7. Tekanan Intraokular 2.7.1. Definisi Tekanan intraokular adalah tekanan di dalam bola mata yang nilainya ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata Salmon, 2009:212.

2.7.2. Diagnosis

Alat diagnostik yang digunakan untuk mengukur tekanan intraokular adalah tonometri. Instrumen yang paling luas digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu untuk mengukur tekanan intraokular. Rentang tekanan intraokular normal adalah 10-21 mmHg Salmon, 2009:215.

2.7.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular

Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular yaitu : a. Usia Pada beberapa penelitian, terdapat korelasi yang positif antara usia dan nilai tekanan intraokular. Peningkatan usia cenderung diiringi dengan peningkatan tekanan intraokular. Namun, pada beberapa penelitian lainnya, hal ini masih kontroversial Maxwell, 2014. b. Jenis kelamin Pada beberapa penelitian, dilaporkan bahwa wanita memiliki tekanan intraokular yang lebih tinggi dibandingkan pria, terutama pada mereka yang menopause. Namun, pada beberapa penelitian lainnya, temuan ini belum bersifat universal Maxwell, 2014. Universitas Sumatera Utara c. Ras Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa ras kulit putih dan ras Afrika memiliki tekanan intraokular yang lebih tinggi dibandingkan dengan ras Asia. Tetapi masih belum jelas apakah fenomena ini disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan Maxwell, 2014. d. Tekanan darah Beberapa penelitian menunjukkan korelasi positif antara tekanan darah dan tekanan intraokular Maxwell, 2014. Menurut Stamper et al 1999 dalam Santosa 2005 bahwa perubahan tekanan darah yang besar disertai perubahan kecil pada tekanan intraokular. Dalam hal ini, terdapat estimasi bahwa peningkatan tekanan darah sistemik 100 mmHg akan meningkatkan tekanan intraokular sebesar 2 mmHg. e. Kortikosteroid Pada beberapa penelitian, kortikosteroid secara sekunder dapat meningkatkan resistensi pengeluaran aqueous humor sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular. Mekanismenya adalah bahwa defek tersebut terjadi oleh karena akumulasi glikosaminoglikan GAG atau peningkatan produksi protein pada anyaman trabekula meshwork yang diinduksi oleh glukokortikoid, sehingga mengakibatkan obstruksi aliran keluar aqueous humor tersebut Dada, Nair, dan Dhawan, 2009. Selain itu, dilaporkan bahwa penurunan aliran keluar dari aqueous humor disebabkan karena penurunan substansi yang bertugas mendegradasi produk yang dihasilkan oleh trabecular meshwork seperti tissue plasminogen activator, stromelysin, dan metalloproteases Kamal et al., 2012. Mekanisme lainnya diperkirakan bahwa kortikosteroid dapat menurunkan aktivitas fagositosis yang dilakukan oleh anyaman trabekula Universitas Sumatera Utara meshwork sehingga menyebabkan akumulasi dari debris, pigmen, dan material lain yang kemudian akan menyebabkan penurunan aliran keluar aqueous humor tersebut. Selain itu, kortikosteroid juga menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin yang berfungsi mengatur pengeluaran aqueous humor sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular Dada et al., 2009. 2.8. Beberapa penelitian terkait nilai tekanan intraokular pada pasien yang mendapat terapi kortikosteroid Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jeremy M. Butcher dkk 1994 tentang “ bilateral cataracts and glaucoma induced by long term use of steroid eye drops ” dilaporkan bahwa terjadi peningkatan tekanan intraokular menjadi 58 mmHg pada mata kanan dan 54 mmHg pada mata kiri wanita 47 tahun yang menggunakan tetes mata steroid selama 3 tahun. Tetes mata yang digunakan mengandung 0.1 betamethasone dan 0.1 dexamethasone yang digunakan 3 kali sehari. Hal ini berarti terdapat hipertensi okular pada pasien yang mendapat terapi kortikosteroid tersebut. Sedangkan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abdulmutalib H. Behbehani dkk 2005 tentang “cataract and ocular hypertension in children on inhaled corticosteroid therapy ” didapatkan bahwa tekanan intraokular anak berusia 12 tahun yang menggunakan kortikosteroid inhalasi yaitu beclomethasone 50 μgdosis dan budesonide 100 μgdosis selama 2±1 tahun adalah sekitar 11 - 20 mmHg dan masih dalam batas normal. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan hipertensi okular pada subyek yang diteliti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey D. Benner dkk 2005 tentang “low-dose intravitreal triamcinolone lowers incidence of steroid-induced glaucoma” didapatkan bahwa dosis rendah sebesar 2 mg selama sekitar 5 bulan pada pemberian triamcinolone acetonide secara intravitreal ternyata dapat meningkatkan tekanan Universitas Sumatera Utara intraokular pada 16 subyek yang diteliti dan didapatkan bahwa tekanan intraokular pasien mencapai 21 mmHg. Menurut penelitian yang dilakukan oleh R. Sihota dkk 2008 tentang “Prospective, long-term evaluation of steroid-induced glaucoma” didapatkan bahwa rata-rata tekanan intraokular pada 34 pasien dengan rata-rata umur 28.09 ± 17.78 tahun yang menggunakan kortikosteroid adalah 35.76 ± 12.18 mmHg. Penggunaan kortikosteroid baik secara topikal, oral, dan inhalasi. Rata-rata penggunaan steroid adalah selama 2.06±2.45 tahun. Steroid yang digunakan untuk topikal adalah dexamethasone 0.1 dan betamethasone 0.1, sedangkan untuk oral adalah prednisolone dan triamcinolone 20 mg, serta untuk pemakaian inhalasi adalah fluticasone 250 mcg. Dalam hal ini, pasien yang telah menghentikan penggunaan kortikosteroid selama beberapa bulan setelah diperiksa tekanan intraokularnya, didapati bahwa tekanan intraokular pasien menurun. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Lee Ryan N. Olonan dkk 2009 tentang “steroid-induced cataract and glaucoma in pediatric patients with nephrotic syndrome” didapatkan bahwa tekanan intraokular pada 22 pasien dengan umur dalam rentang 2-17 tahun adalah masih dalam batas normal yaitu berkisar antara 10-20 mmHg. Jenis steroid yang digunakan adalah prednison selama sekitar 28 ± 28.9 bulan dan dengan dosis sebesar 27 ± 26.2 mgm 2 hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh M. Reza Razeghinejad dkk 2011 tentang “ steroid- induced iatrogenic glaucoma” didapatkan bahwa terjadi peningkatan tekanan intraokular 15 mmHg pada pasien yang menggunakan kortikosteroid. Peningkatan tekanan intraokular ini terjadi pada 20-65 pasien dalam kurun waktu 1-12 minggu setelah mendapat terapi kortikosteroid secara intravitreal. Steroid yang digunakan bervariasi yaitu dexamathasone 0.1, prednisolone 1.0, fluorometholone 0.1, hydrocortisone 0.5 tetrahydrotriamcinolone 0.25, dan medrysone 1.0. Dalam hal ini, tekanan intraokular pasien menjadi normal kembali setelah 2-4 minggu menghentikan penggunaan steroid tersebut. Universitas Sumatera Utara Menurut penelitian yang dilakukan oleh Michael W. Marcus dkk 2012 tentang “ corticosteroids and open-angle glaucoma in the e lderly” didapatkan bahwa terjadi peningkatan tekanan intraokular pada pasien yang berumur 55 tahun yang menggunakan kortikosteroid setelah di follow-up sekitar 9,8 tahun pada beberapa pasien baik yang menggunakan steroid secara inhalasi, tetes mata, oral, nasal, maupun topikal. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Subyek Penelitian

a. Definisi Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang mendapat terapi kortikosteroid di Poliklinik Reumatologi dan Hematologi RSUP H. Adam Malik Medan. b. Cara ukur Wawancara dan angket. c. Alat ukur Kuesioner dan status pasien. Kortikosteroid : Jenis obat Dosis obat Lama Penggunaan Nilai Tekanan Intaokular Universitas Sumatera Utara