41 adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y
sesungguhnya yang telah di-studentized.
Dasar analisis yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka
mengindikasi telah terjadi heterokedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dimuka dengan menggunakan alat bantu Statistics Package for
social science 17.0 SPSS 17.0. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh kurs RupiahUS DOLLAR dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di BEI periode tahun 2011 – 2013. Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah : a
Pengujian Hipotesis 1 dengan uji F, digunakan untuk mengetahui apakah variable-variable independen Nilai Tukar RupiahUS DOLLAR X
1
dan Tingkat Suku Bunga SBI X
2
secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG Y di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2013.
b Pengujian Hipotesis 2 dengan uji t, digunakan untuk mengetahui apakah
variable independen Nilai Tukar RupiahUS DOLLAR X
1
secara parsial
Universitas Sumatera Utara
42 mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG Y di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011 – 2013. c
Pengujian Hipotesis 3 dengan uji t, digunakan untuk mengetahui apakah variable independen Tingkat Suku Bunga SBI X
2
secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG Y di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 –
2013.
3.8.3.1 Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari seluruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable dependen. Langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut : a
Menentukan Hipotesis H0;µ = 0 : Nilai Tukar RupiahUS DOLLAR dan Tingkat Suku Bunga SBI
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI H1;µ
≠ 0 : Nilai Tukar RupiahUS DOLLAR dan Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. b
Menentukan tingkat signifikansi α yang digunakan, α = 5
c Membuat keputusan
Jika F hitung F table, maka H diterima dan H
1
ditolak. Jika F hitung F table, maka H
ditolak dan H
1
diterima.
Universitas Sumatera Utara
43 Jika signifikansi F 0,05, maka H
diterima dan H
1
ditolak. Jika signifikansi F 0,05, maka H
ditolak dan H
1
diterima.
3.8.3.2 Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variable independen Nilai Tukar RupiahUS DOLLAR dan Tingkat Suku Bunga SBI
terhadap IHSG di BEI untuk periode tahun 2011 – 2013. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a Menentukan hipotesis
H0; µ = 0 : Nilai Tukar RupiahUS DOLLAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI H2; µ
≠ 0 : Nilai Tukar RupiahUS DOLLAR berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI H0; µ = 0 :
Tingkat Suku Bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI H3; µ
≠ 0 : Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI. b
Menentukan tingkat signifikansi α yang digunakan, α = 5
c Membuat Keputusan
Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima dan H
1
ditolak. Jika t hitung t tabel, maka Ho ditolak dan H
1
diterima. Jika signifikansi t 0,05, maka Ho diterima dan H
2,3
ditolak.
Universitas Sumatera Utara
44 Jika dignifikansi t 0,05, maka Ho ditolak dan H
2,3
diterima. d Membuat kesimpulan.
3.8.3.3 Koefisien Determinasi R
2
1. Penentuan Koefesien Determinasi R
2
Algifari 2000:45-48 menyatakan bahwa koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
pengaruh antara dua variable. Nilai koefisien determinasi menunjukkan presentase variasi nilai variable dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang
dihasilkan. Misalnya, nilai-nilai sering juga menggunakan symbol R
2
pada suatu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan pengaruh variable Y variable
dependen dan variable X variable independen dari hasil perhitungan tertentu adalah 0,85. Artinya adalah variasi nilai Y yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi
yang diperoleh adalah 85 sisanya yaitu 15 variasi variable Y dipengaruhi oleh variable lain yang berada diluar persamaan model.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Adjusted R
2
untuk mengukur besarnya konstribusi variable X terhadap variasi naik turunnya variable Y.
Pemilihan Adjusted R
2
tersebut karena adanya kelemahan mendasar pada penggunaan koefisien determinasi R
2
. Kelemahannya adalah bias terhadap jumlah variable independen yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variable
independen maka R
2
pasti meningkat, tidak peduli apakah variable tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen. Oleh karna itu, banyak
Universitas Sumatera Utara
45 peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila jumlah variable independen ditambahkan dalam model Ghozali, 2008:45.
2. Koefesien Korelasi Parsial r
2
Dalam uji regresi linear berganda dapat dianalisis besarnya koefisien korelasi parsial r2. Koefisien korelasi parsial r
2
digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara tiap variable independen X terhadap variable dependen Y secara
parsial Sudjana,2002:35.
Universitas Sumatera Utara
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Pasar modal bukan merupakan hal baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak Pemerintahan Hindia Belanda mendirikan
bursa efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereneging Voor de Effectenhandel
. Dengan berkembangnya bursa efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925 Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan
pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Karena pecahnya Perang Dunia II, maka Pemerintah Hindia Belanda menutup bursa efek di Batavia
pada tanggal 10 Mei 1940. Pada zaman Republik Indonesia Serikat RIS, bursa efek diaktifkan kembali.
Diawali dengan diterbitkannya Obligasi Pemerintah Republik Indonesia tahun 1950, kemudian disusul dengan diterbitkannya Undang-Undang Darurat tentang bursa
Nomor 13 tanggal 01 September 1951. Undang-Undang Darurat itu kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor 15 tahun 1952. Pada saat itu
penyelenggaraan bursa diserahkan pada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek- efek PPUE dan Bank Indonesia BI ditunjuk sebagai penasihat. Kegiatan bursa
kembali terhenti ketika pemerintah Belanda meluncurkan program nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah Belanda pada tahun 1956. Program
nasionalisasi ini disebabkan adanya sengketa antara pemerintah Indonesia dengan
Universitas Sumatera Utara