lebih tinggi apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh lembaga keuangan yang disponsori oleh perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa bank, sebagai
pemilik perusahaan, akan menjalankan fungsi monitoringnya dengan lebih baik dan investor percaya bahwa bank tidak akan melakukan ekspropriasi
atas aset perusahaan. Selain itu, apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh perbankan, maka apabila perusahaan tersebut menghadapi masalah
keuangan maka perusahaan lebih mudah mendapatkan suntikan dana dari perusahaan tersebut. menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami
kebangrutan. Namun, apabila struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan komisarisnya, maka dewan tersebut justru akan
cenderung melakukan
tindakan-tindakan ekspropriasi
yang menguntungkannya secara pribadi Oleh karena itu dengan kepemilikan
perusahaaan dimiliki oleh direksi semakin meningkat maka keputusan yang diambil oleh direksi akan lebih cenderung untuk menguntungkan dirinya
dan secara keseluruhan akan merugikan perusahaan sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan cenderung mengalami penurunan.
3. Dispersion Of Ownership
Haniffa and Cooke dalam Kusumawati, 2007 mengklasifikasikan struktur kepemilikan saham menjadi dua, yaitu kepemilikan terkonsentrasi
concentrated ownership dan kepemilikan dispersi dispersion of ownership. Kepemilikan terkonsentrasi adalah kepemilikan mayoritas
saham oleh pihak manajerial. Sedangkan menurut Alsaeed 2006, kepemilikan dispersi diwakili oleh persentase saham yang dimiliki oleh
investor individu luar manajemen selain pemerintah, institusi nasional dan asing, serta kalangan keluarga.
Dalam teori agensi, dinyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat kepemilikan dispersi yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang
tinggi pula. Hal ini terjadi karena dengan adanya kepemilikan dispersi, pemilik akan meminta pengungkapan lebih untuk mengawasi perilaku
oportunistik manajemen dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki kepemilikan terkonsentrasi.
Na’im dan Rakhman 2000 mengatakan bahwa jika kepemilikan manajerial semakin besar, maka akan semakin sedikit informasi yang akan
diungkapkan dalam laporan tahunan karena manajer memiliki akses yang luas terhadap informasi perusahaan tanpa harus melalui laporan tahunan
yang dipublikasi. Sebaliknya, semakin banyak saham dimiliki oleh investor individu, maka akan semakin banyak informasi yang diungkapkan dalam
laporan tahunan, karena investor ingin memperoleh informasi seluas- luasnya tentang perusahaan tempat ia berinvestasi serta dapat mengawasi
kegiatan manajemen.
4. Teori Struktur Modal
Pada tahun 1958 Modigliani dan Miller MM dalam Arifin 2005 menerbitkan artikel yang berisi proposisi bahwa keputusan struktur modal
adalah keputusan yang irrelevance. Model yang dibuat oleh MM memang memakai asumsi pasar modal yang sempurna sehingga banyak yang
berpendapat bahwa teori tersebut tidak dapat dipakai dalam pengambilan
keputusan pada perusahaan yang sesungguhnya. Namun sebenarnya dengan model yang memakai asumsi kondisi ideal kita justru dapat menganalisis
bagaimana pengaruh elemen-elemen dunia nyata terhadap nilai perusahaan dengan cara memasukkan satu per satu elemen-elemen tersebut kedalam
model. Alasan inilah yang membuat teori struktur modal MM masih tetap relavan sebagai referensi analisis keputusan struktur modal sampai dengan
saat ini. Poin utama dari model MM adalah bahwa nilai ekonomi dari asset
perusahaan ditentukan sepenuhnya oleh seberapa besar operating cash flows yang dapat diperoleh dari asset tersebut. Nilai ekonomi tidak akan
meningkat atau berkurang dengan berbedanya sumber dana utang atau modal sendiri untuk mendapatkan asset tersebut. Proposisi I dari model
MM menyatakan; nilai pasar suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya namun oleh besar ekspektasi retur yang dikapitalisasi
dengan discount rate sesuai tingkat risikonya. Sedangkan proposisi II menyatakan; jika ekspektasi return suatu perusahaan tetap maka
penambahan utang akan meningkatkan required return on livered equity sebanding dengan besar penambahan utang. Proposisi II ini akan membuat
weighted average cost of capital yang dipakai sebagai discount rate pada kapitalitas ekspektasi return tidak berubah. Gabungan dua proposisi ini
memberikan dasar argumentasi bahwa keputusan struktur modal tidak relavan pada kondisi pasar modal yang sempurna.
Sejak terbirnya artikel MM, banyak teoritis keuangan yang telah menganalisis bagaimana pengaruh dihilangkannya satu dan kemudian satu
asumsi yang lain terhadap hasil bahwa keputusan struktur modal adalah tidak relavan. Pajak perseroan, pajak perseorangan, biaya kebangkrutan,
biaya agensi, dan asymmetric information telah dicoba dimasukkan kedalam model struktur modal namun jawaban atas pertanyaan “apakah struktur
modal tidak relevan?” masih belum terjawab tuntas.
5. Teori Keagenan