Penanganan Pelaku Ujaran Kebencian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam proses persidangan, Yulianus didampingi oleh tim kuasa hukum dari Yusril Ihza Mahendra yang dalam sidang eksepsi atau pembelaan
menyampaikan sembilan argumentasi dan enam diantaranya diterima oleh majelis hakim, sehingga dalam sidang ke 3 dengan agenda putusan sela,
Yulianus divonis bebas oleh hakim. Dalam amar putusannya, Hakim Nursiyam mengatakan bahwa majeli
s hakim “Mengadili dan menerima keberatan penasihat hukum terdakwa. Menyatakan surat dakwaan penuntut
umum batal demi hukum. Memerintahkan agar persidangan perkara pidana atas nama terdakwa Yulianus Paonganan dibebaskan dari tahanan” ujar
Nursiyam dalam persidangan, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa 10 Mei 2016.
Dengan dibebaskannya Yulianus, seperti diungkapkan oleh Yusril Ihza Mahendra selaku Pengacara Yulianus menyatakan bahwasanya “Kasus
Yulianus tidak ada unsur pidana yang terkandung didalamnya serta surat dakwaan jaksa tidak jelas atau kabur”. Dan “Dibilang ini ada penghinaan atau
pencemaran nama baik kepada Jokowi Joko Widodo, tidak ada penghinaan kepada Jokowi dan Jokowi tidak melaporkan sendiri. Lalu dilarikan ke pasal
pornografi, mana ya ng dianggap pornografi? Tidak ada.” Tambah Yusril.
21
Namun dengan dikeluarkannya Surat Edaran Nomor: SE06X2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian Hate Speech dan dengan
ditangkapnya Yulianus sebagai pemilik akun YPaonganan yang menghina Presiden Joko Widodo menyebabkan semakin berkurangnya grup-grup
21
Erwin Dariyanto, “Tanggapan Yusril Soal Putusan PN Jaksel yang Bebaskan Ongen YPaonganan”, dalam http:m.detik.comnewsberita3207050tanggapan-yusril-soal-putusan-
pn-jaksel-yang-bebaskan-ongen-ypaong anan”, diakses pada 21 Juni 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pembenci Jokowi di berbagai jejaring sosial terlihat panik dan ikut ketakutan, sehingga menjadi sangat berkurang drastis. Dan polisi bagian Cybercrime
telah menyatakan bahwa ada dua ribu akun-akun di jejaring sosial sedang dipantau oleh pihak kepolisian, menambah ketakutan grup-grup pembenci
Jokowi. Sehubungan telah dikeluarkannya Surat Edaran Kapolri Nomor:
SE06X2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian Hate Speech, dikatakan oleh Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol. Raden
Prabowo Argo Yuwono dalam Seminar temu mapaja, “bahwa setelah adanya laporan dari para korban maka pihak kepolisian menangani perbuatan ujaran
kebencian agar tidak memunculkan tindak diskriminasi terhadap korban, kekerasan, penghilangan nyawa, danatau konflik sosial yang meluas
diperlukan langkah-langkah penanganan. Dan mengahadapi ujaran kebencian, polri menetapkan prosedur penanganan yang menerangkan, jika tindakan
preventif sudah dilakukan, namun masalah masih belum terselesaikan dan semakin menjadi rumit, maka dilakukan tindakan represif dan proses
penyelesaian dilakukan melalui penegakan hukum ”, kata Argo Yuwono
menjelaskan.
22
22
Kombes Pol. Raden Prabowo Argo Yuwono, Peran Polri Dalam Menjaga Kebhinekaan Indonesia: Respons Terhadap Kelompok Agama Garis Keras, Seminar, Surabaya: Auditorium
UIN Sunan Ampel Surabaya, 31 Maret 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Adapun melakukan tindakan preventif atau mencegah orang lain dilakukan oleh anggota polri agar tidak terjadi perbuatan pidana adalah
sebagai berikut:
23
1. Setiap anggota polri agar memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai bentuk-bentuk ujaran kebencian yang timbul di masyarakat.
2. Melalui pemahaman atas bentuk-bentuk ujaran kebencian dan akibat yang ditimbulkannya maka personil polri diharapkan lebih responsif atau peka
terhadap gejala-gejala yang timbul di masyarakat yang berpotensi menimbulkan tindak pidana ujaran kebencian.
3. Setiap anggota polri agar melakukan kegiatan analisis atau kajian terhadap situasi dan kondisi dilingkungannya masing-masing terutama yang
berkaitan dengan perbuatan ujaran kebencian. 4. Setiap anggota polri agar melaporkan kepada pimpinan masing-masing
atas situasi dan kondisi di lingkungannya terutama yang berkaitan dengan perbuatan ujaran kebencian.
5. Kepada para kasatwil agar melakukan kegiatan: a. Meng-efektifkan
dan mengedepankan
fungsi intelijen
untuk mengetahui kondisi riil di wilayah-wilayah yang rawan konflik
terutama akibat hasutan-hasutan atau provokasi, untuk selanjutnya dilakukan pemetaan sebagai bagian dari early warning dan early
detection.
23
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Surat Edaran Kapolri Nomor: SE06X2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian Hate Speech, 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
b. Mengedepankan fungsi binmas dan polmas untuk melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai ujaran
kebencian dan dampak-dampak negatif yang akan terjadi. c. Mengedepankan fungsi binmas untuk melakukan kerjasama yang
konstruktif dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan akademisi untuk optimalisasi tindakan represif atau membuat jera
pelaku ujaran kebencian terlebih dahulu atas ujaran kebencian. Fungsi tokoh yang berpengaruh didesa sangat di utamakan
karena desa merupakan tempat yang paling strategis dalam menumbuhkan asumsi masyarakat terhadap kasus-kasus yang baru dan
sering bermunculan. d. Apabila ditemukan perbuatan yang berpotensi mengarah pada tindakan
ujaran kebencian maka setiap anggota polri wajib melakukan tindakan: 1 Memonitor dan mendeteksi sedini mungkin timbulnya benih
pertikaian di masyarakat; 2 Melakukan pendekatan pada pihak yang diduga melakukan ujaran
kebencian; 3 Mempertemukan pihak yang diduga melakukan ujaran kebencian
dengan korban ujaran kebencian; Ini lebih dikenal dengan proses mediasi atau perundingan
antara pihak pelaku ujaran kebencian dan korban dari ujaran kebencian dengan dibantu oleh mediator yang dalam hal ini
diwakili oleh pihak kepolisian.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4 Mencari solusi perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai; dan 5 Memberikan pemahaman mengenai dampak yang akan timbul dari
ujaran kebencian di masyarakat. Untuk kasus YPaonganan, terdapat beberapa prosedur penanganan
kasus yang dilakukan terlebih dahulu oleh kepolisian sebelum dilakukan penangkapan adalah:
24
1. Korban yang merasa terintimidasi dengan adanya kasus pornografi yang menyangkut tentang pribadinya atau pada kasus penghinaanpencemaran
nama baik di media sosial melalui gambar, maka diharapkan untuk melaporkan terlebih dahulu kejadian tersebut kepada penyidik cybercrime
POLRI. 2. Disaat pelaporan kejadian dilakukan oleh korban disertai dengan bukti
awal. 3. Jika bukti awal mencukupi, maka akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya
oleh pihak kepolisian. 4. Penyidik menentukan apakah konten videogambar termasuk dalam
kategori yang melanggar pornografi. 5. Jika ditemukan kebenaran oleh pihak kepolisian bahwasanya data yang
dilaporkan benar adanya, maka ditindaklanjuti dengan proses penyidikan. Sedangkan apabila tindakan preventif sudah dilakukan oleh anggota
Polri namun tidak menyelesaikan masalah yang timbul akibat dari tindakan ujaran kebencian, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui:
24
Teguh Arifiyadi, Gadgetmu Harimaumu Tips Melek Hukum Eksis di Medsos, 164.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Penegakan hukum atas dugaan terjadinya tindak pidana ujaran kebencian dengan mengacu pada ketentuan:
a. Pasal 156 KUHP, yang berbunyi: “Barangsiapa di depan umum
menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau merendahkan terhadap satu atau lebih suku bangsa Indonesia dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya empat tahun dengan hukuman denda setinggi-tingginya empat ribu lima ratus rupi
ah.” b. Pasal 157 KUHP, yang berbunyi:
1 Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum, yang isinya mengandung
pernyataan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan
maksud supaya isinya diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 2 Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu
menjalankan pencariannya dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan
semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut.
c. Pasal 310 KUHP, yang berbunyi: 1 Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik
seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 2 Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang
disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling
lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
3 Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena
terpaksa untuk membela diri. d. Pasal 311 KUHP, yang berbunyi:
1 Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu
benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka diancam melakukan fitnah
dengan pidana penjara paling lama empat tahun. 2 Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1-3 dapat
dijatuhkan. e. Pasal 28 jis. Pasal 45 ayat 2 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, yang berbunyi: Pasal 28:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen
dalam transaksi elektronik 2 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi
yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu danatau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan SARA. Pasal 45 ayat 2:
“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 28 ayat 1 atau ayat 2
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar
rupiah.” f. Pasal 16 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi
Ras dan Etnis, yang berbunyi: Pasal 16:
“Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang lain berdasarkan diskriminasi ras dan
etnis sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b angka 1, angka 2, atau angka 3, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima
tahun danatau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah”.
2. Dalam hal telah terjadi konflik sosial yang dilator belakangi ujaran kebencian, dalam penanganannya tetap berpedoman pada:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, dan
b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial.
Untuk kasus YPaonganan didakwa dengan 2 pasal, yaitu UU ITE dan UU Pornografi. Dakwaan yang pertama Yulianus melanggar pasal 27 UU
ITE tentang penghinaan di media sosial dan Pasal 4 ayat 1 UU Pornografi dengan ancaman penjara 12 tahun.
Penggunaan UU ITE dalam kasus penghinaanpencemaran nama baik, pada pasal 27 ayat 1 UU ITE menyebutkan:
25
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan mentransmisikan danatau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.” Dengan ancaman pidana atas
pelanggaran pasal 27 ayat 1 UU ITE diatur dalam Pasal 45 ayat 1 UU ITE yaitu pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak
satu miliar rupiah. Dakwaan yang kedua, pada Pasal 4 ayat 1 UU Nomor 44 Tahun 2008
yang menyebutkan: “mengatur larangan pembuatan, memproduksi, membuat, memperbanyak,
menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi
yang secara eksplisit memuat: a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
b. Kekerasan seksual; c. Masturbasi dan onani;
d. Ketelanjangan atau tampilan yang mengasankan ketelanjangan;
25
Ibid., 36.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
e. Alat kelamin; atau f.
Pornografi anak.” Dalam Pasal 4 ayat 1 UU 442008 tentang Pornografi disebutkan
bahwa yang dimaksud de ngan “membuat” adalah tidak termasuk untuk dirinya
sendiri dan kepentingan sendiri.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63