Penanganan Pelaku Ujaran Kebencian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dalam proses persidangan, Yulianus didampingi oleh tim kuasa hukum dari Yusril Ihza Mahendra yang dalam sidang eksepsi atau pembelaan menyampaikan sembilan argumentasi dan enam diantaranya diterima oleh majelis hakim, sehingga dalam sidang ke 3 dengan agenda putusan sela, Yulianus divonis bebas oleh hakim. Dalam amar putusannya, Hakim Nursiyam mengatakan bahwa majeli s hakim “Mengadili dan menerima keberatan penasihat hukum terdakwa. Menyatakan surat dakwaan penuntut umum batal demi hukum. Memerintahkan agar persidangan perkara pidana atas nama terdakwa Yulianus Paonganan dibebaskan dari tahanan” ujar Nursiyam dalam persidangan, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa 10 Mei 2016. Dengan dibebaskannya Yulianus, seperti diungkapkan oleh Yusril Ihza Mahendra selaku Pengacara Yulianus menyatakan bahwasanya “Kasus Yulianus tidak ada unsur pidana yang terkandung didalamnya serta surat dakwaan jaksa tidak jelas atau kabur”. Dan “Dibilang ini ada penghinaan atau pencemaran nama baik kepada Jokowi Joko Widodo, tidak ada penghinaan kepada Jokowi dan Jokowi tidak melaporkan sendiri. Lalu dilarikan ke pasal pornografi, mana ya ng dianggap pornografi? Tidak ada.” Tambah Yusril. 21 Namun dengan dikeluarkannya Surat Edaran Nomor: SE06X2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian Hate Speech dan dengan ditangkapnya Yulianus sebagai pemilik akun YPaonganan yang menghina Presiden Joko Widodo menyebabkan semakin berkurangnya grup-grup 21 Erwin Dariyanto, “Tanggapan Yusril Soal Putusan PN Jaksel yang Bebaskan Ongen YPaonganan”, dalam http:m.detik.comnewsberita3207050tanggapan-yusril-soal-putusan- pn-jaksel-yang-bebaskan-ongen-ypaong anan”, diakses pada 21 Juni 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pembenci Jokowi di berbagai jejaring sosial terlihat panik dan ikut ketakutan, sehingga menjadi sangat berkurang drastis. Dan polisi bagian Cybercrime telah menyatakan bahwa ada dua ribu akun-akun di jejaring sosial sedang dipantau oleh pihak kepolisian, menambah ketakutan grup-grup pembenci Jokowi. Sehubungan telah dikeluarkannya Surat Edaran Kapolri Nomor: SE06X2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian Hate Speech, dikatakan oleh Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol. Raden Prabowo Argo Yuwono dalam Seminar temu mapaja, “bahwa setelah adanya laporan dari para korban maka pihak kepolisian menangani perbuatan ujaran kebencian agar tidak memunculkan tindak diskriminasi terhadap korban, kekerasan, penghilangan nyawa, danatau konflik sosial yang meluas diperlukan langkah-langkah penanganan. Dan mengahadapi ujaran kebencian, polri menetapkan prosedur penanganan yang menerangkan, jika tindakan preventif sudah dilakukan, namun masalah masih belum terselesaikan dan semakin menjadi rumit, maka dilakukan tindakan represif dan proses penyelesaian dilakukan melalui penegakan hukum ”, kata Argo Yuwono menjelaskan. 22 22 Kombes Pol. Raden Prabowo Argo Yuwono, Peran Polri Dalam Menjaga Kebhinekaan Indonesia: Respons Terhadap Kelompok Agama Garis Keras, Seminar, Surabaya: Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya, 31 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Adapun melakukan tindakan preventif atau mencegah orang lain dilakukan oleh anggota polri agar tidak terjadi perbuatan pidana adalah sebagai berikut: 23 1. Setiap anggota polri agar memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai bentuk-bentuk ujaran kebencian yang timbul di masyarakat. 2. Melalui pemahaman atas bentuk-bentuk ujaran kebencian dan akibat yang ditimbulkannya maka personil polri diharapkan lebih responsif atau peka terhadap gejala-gejala yang timbul di masyarakat yang berpotensi menimbulkan tindak pidana ujaran kebencian. 3. Setiap anggota polri agar melakukan kegiatan analisis atau kajian terhadap situasi dan kondisi dilingkungannya masing-masing terutama yang berkaitan dengan perbuatan ujaran kebencian. 4. Setiap anggota polri agar melaporkan kepada pimpinan masing-masing atas situasi dan kondisi di lingkungannya terutama yang berkaitan dengan perbuatan ujaran kebencian. 5. Kepada para kasatwil agar melakukan kegiatan: a. Meng-efektifkan dan mengedepankan fungsi intelijen untuk mengetahui kondisi riil di wilayah-wilayah yang rawan konflik terutama akibat hasutan-hasutan atau provokasi, untuk selanjutnya dilakukan pemetaan sebagai bagian dari early warning dan early detection. 23 Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Surat Edaran Kapolri Nomor: SE06X2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian Hate Speech, 4. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Mengedepankan fungsi binmas dan polmas untuk melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai ujaran kebencian dan dampak-dampak negatif yang akan terjadi. c. Mengedepankan fungsi binmas untuk melakukan kerjasama yang konstruktif dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan akademisi untuk optimalisasi tindakan represif atau membuat jera pelaku ujaran kebencian terlebih dahulu atas ujaran kebencian. Fungsi tokoh yang berpengaruh didesa sangat di utamakan karena desa merupakan tempat yang paling strategis dalam menumbuhkan asumsi masyarakat terhadap kasus-kasus yang baru dan sering bermunculan. d. Apabila ditemukan perbuatan yang berpotensi mengarah pada tindakan ujaran kebencian maka setiap anggota polri wajib melakukan tindakan: 1 Memonitor dan mendeteksi sedini mungkin timbulnya benih pertikaian di masyarakat; 2 Melakukan pendekatan pada pihak yang diduga melakukan ujaran kebencian; 3 Mempertemukan pihak yang diduga melakukan ujaran kebencian dengan korban ujaran kebencian; Ini lebih dikenal dengan proses mediasi atau perundingan antara pihak pelaku ujaran kebencian dan korban dari ujaran kebencian dengan dibantu oleh mediator yang dalam hal ini diwakili oleh pihak kepolisian. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 4 Mencari solusi perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai; dan 5 Memberikan pemahaman mengenai dampak yang akan timbul dari ujaran kebencian di masyarakat. Untuk kasus YPaonganan, terdapat beberapa prosedur penanganan kasus yang dilakukan terlebih dahulu oleh kepolisian sebelum dilakukan penangkapan adalah: 24 1. Korban yang merasa terintimidasi dengan adanya kasus pornografi yang menyangkut tentang pribadinya atau pada kasus penghinaanpencemaran nama baik di media sosial melalui gambar, maka diharapkan untuk melaporkan terlebih dahulu kejadian tersebut kepada penyidik cybercrime POLRI. 2. Disaat pelaporan kejadian dilakukan oleh korban disertai dengan bukti awal. 3. Jika bukti awal mencukupi, maka akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya oleh pihak kepolisian. 4. Penyidik menentukan apakah konten videogambar termasuk dalam kategori yang melanggar pornografi. 5. Jika ditemukan kebenaran oleh pihak kepolisian bahwasanya data yang dilaporkan benar adanya, maka ditindaklanjuti dengan proses penyidikan. Sedangkan apabila tindakan preventif sudah dilakukan oleh anggota Polri namun tidak menyelesaikan masalah yang timbul akibat dari tindakan ujaran kebencian, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui: 24 Teguh Arifiyadi, Gadgetmu Harimaumu Tips Melek Hukum Eksis di Medsos, 164. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1. Penegakan hukum atas dugaan terjadinya tindak pidana ujaran kebencian dengan mengacu pada ketentuan: a. Pasal 156 KUHP, yang berbunyi: “Barangsiapa di depan umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau merendahkan terhadap satu atau lebih suku bangsa Indonesia dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun dengan hukuman denda setinggi-tingginya empat ribu lima ratus rupi ah.” b. Pasal 157 KUHP, yang berbunyi: 1 Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum, yang isinya mengandung pernyataan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan maksud supaya isinya diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 2 Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencariannya dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut. c. Pasal 310 KUHP, yang berbunyi: 1 Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 2 Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 3 Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri. d. Pasal 311 KUHP, yang berbunyi: 1 Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat tahun. 2 Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1-3 dapat dijatuhkan. e. Pasal 28 jis. Pasal 45 ayat 2 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang berbunyi: Pasal 28: digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik 2 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu danatau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan SARA. Pasal 45 ayat 2: “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 28 ayat 1 atau ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.” f. Pasal 16 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, yang berbunyi: Pasal 16: “Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang lain berdasarkan diskriminasi ras dan etnis sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b angka 1, angka 2, atau angka 3, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah”. 2. Dalam hal telah terjadi konflik sosial yang dilator belakangi ujaran kebencian, dalam penanganannya tetap berpedoman pada: digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, dan b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial. Untuk kasus YPaonganan didakwa dengan 2 pasal, yaitu UU ITE dan UU Pornografi. Dakwaan yang pertama Yulianus melanggar pasal 27 UU ITE tentang penghinaan di media sosial dan Pasal 4 ayat 1 UU Pornografi dengan ancaman penjara 12 tahun. Penggunaan UU ITE dalam kasus penghinaanpencemaran nama baik, pada pasal 27 ayat 1 UU ITE menyebutkan: 25 “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.” Dengan ancaman pidana atas pelanggaran pasal 27 ayat 1 UU ITE diatur dalam Pasal 45 ayat 1 UU ITE yaitu pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak satu miliar rupiah. Dakwaan yang kedua, pada Pasal 4 ayat 1 UU Nomor 44 Tahun 2008 yang menyebutkan: “mengatur larangan pembuatan, memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat: a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang; b. Kekerasan seksual; c. Masturbasi dan onani; d. Ketelanjangan atau tampilan yang mengasankan ketelanjangan; 25 Ibid., 36. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id e. Alat kelamin; atau f. Pornografi anak.” Dalam Pasal 4 ayat 1 UU 442008 tentang Pornografi disebutkan bahwa yang dimaksud de ngan “membuat” adalah tidak termasuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan sendiri. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 63

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SURAT

EDARAN KAPOLRI NOMOR:SE06X2015 TENTANG PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN HATE SPEECH DI MEDIA SOSIAL

A. Analisis Surat Edaran Kapolri Nomor: SE06X2015 Tentang

Penanganan Ujaran Kebencian Hate Speech Di Media Sosial Ujaran kebencian Hate Speech adalah Perkataan, perilaku, tulisan ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan dan memiliki dampak yang merendahkan harkat martabat manusia dan kemanusiaan serta menyebabkan sikap prasangka dari pihak pelaku pernyataan tersebut atau korban dari tindakan tersebut. Sejalan dengan perkembangan media sosial, maka media sosial digunakan sebagai tempat untuk mencurahkan segala isi hati baik itu yang bersifat positif dengan memberikan informasi-informasi yang sangat berkaitan dengan kebutuhan manusia dan negatif yang berhubungan dengan emosi dan keinginan untuk mengungkapkan segala sesuatu tanpa dipikirkan akibatnya dan sangat berhubungan dengan ujaran kebencian sehingga merugikan orang lain sebagai korban. Sehingga efek negatif tersebut berkembang dan menyerang kepentingan seseorang dengan menggunakan berbagai macam hujatan yang sangat sulit untuk diredam karena dengan menggunakan media sosial, informasi dengan cepat dapat tersebar ke khalayak ramai tanpa filter berita digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang menyebabkan berbagai persepsi timbul di masyarakat dengan sensasi yang di buat. Dari perkara tersebut yang menimbulkan inisiatif dari pihak kepolisian terutama Kapolri Badrodin Haiti untuk mengeluarkan Surat Edaran Kapolri Nomor: SE06X2015 Tentang Penanganan Ujaran Kebencian Hate Speech yang berisikan tentang berbagai hukum yang mengatur mengenai ujaran kebencian: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi International Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi Intentational Hak-Hak Sipil dan Politik; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial; Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial. Macam-macam ujaran kebencian, diantaranya: penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut, penyebaran berita bohong. Dengan tujuan untuk menghasut dan menyulut kebencian terhadap individu digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id danatau kelompok masyarakat: suku, agama, aliran keagamaan, keyakinankepercayaan, ras, antar golongan, warna kulit, etnis, gender, kaum difabel cacat, orientasi seksual. Yang ujaran kebencian tersebut dapat dilakukan dalam berbagai media informasi, seperti: dalam orasi kegiatan kampanye, spanduk atau banner, jejaring media sosial, penyampaian pendapat di muka umum demonstrasi, ceramah keagamaan, media masa cetak maupun elektronik, pamflet. Dari berbagai macam ujaran kebencian, yang paling sering terjadi di masyarakat adalah pencemaran nama baik. Pencemaran nama baik merupakan sebuah proses, perbuatan atau cara menghina atau menista baik itu dilakukan secara lisan maupun dengan tulisan. Sedangkan menghina adalah merendahkan atau memandang rendah, memburukkan nama seseorang, dan menyinggung perasaan orang lain. Pencemaran nama baik sendiri juga merupakan kata benda dengan perubahan kata kerja kepada penghinaan yaitu menyerang kehormatan atau nama baik seseorang, penghinaan asal kata dari kata hina yang berarti rendah kedudukannya atau martabatnya, keji, tercela, tidak baik kelakuan maupun perbuatannya. Yang bertujuan untuk menghancurkan nama baik seseorang baik itu dari masyarakat biasa maupun dari orang di pemerintahan yang bersifat individual bukan dari kalangan pribadi hukum yang tidak mungkin memiliki perasaan terhina atau nama baiknya tercemar mengingat pribadi hukum merupakan abstraksi hukum. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Maksud dan tujuan dari ujaran kebencian akan sangat mudah tersebar dengan berbagai macam media sebagai pendukung uajaran kebencian tersebut agar dengan mudah dapat tersebar dan tersampaikan kepada khalayak ramai. Persepsi merupakan tujuan utama dari timbulnya ujaran kebencian tersebut sehing dari persepsi tersebut akan menimbulkan opini publik yang dapat menghancurkan kehidupan seseorang dengan sangat mudah hanya dengan satu kali sensasi. Sehingga diperlukan penanganan dari pihak kepolisian untuk menghindari hal-hal tersebut menjadi berkembang di masyarakat agar tidak menjadi sebuah kasus yang mencuat di media sehingga opini publik yang terbentuk akan menjadi buruk. Seperti contoh kasus yang yang terjadi pada tahun 2015 terhadap pemilik akun Twitter YPaonganan yang bernama asli Yulianus, melakukan tindakan penyebaran konten foto pornografi yang berisikan foto Presiden Joko Widodo bersama dengan aktris Nikita Mirzani dengan menggunakan hastag papadoyanglonte dan papamintapaha, yang dengan begitu mudahnya untuk disebarkan dimedia sosial dengan 200 kali postingan gambar, sehingga menyebabkan orang terdekat dari Presiden Joko Widodo melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian dengan sangkaan pencemaran nama baik di media sosial yang mengandung unsur kebencian bermuatan pornografi, sehingga disangkakan telah melanggar pasal 4 ayat 1 huruf a dan e Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografidan pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ancaman hukuman pidana penjara paling lama 6 enam tahun dengan denda 1 miliar, sebagaimana bunyi pasal 45 ayat 1 sebagai berikut: “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1, ayat 2, ayat 3, atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah”. Namun dalam persidangan ke 3 yang berisikan pembelaan dari kuasa hukum terdakwa yang menyebabkan hakim menjatuhkan putusan sela dengan vonis bebas kepada Yulianus. Namun kasus yang seperti demikian sudah sangat sering terjadi dimasyarakat sebelum dikeluarkannya SE dan setelah dikeluarkannya SE, akan tetapi dengan ditetapkannya Yulianus sebagai tersangka menyebabkan ribuan akun dan grup-grup media sosial pembenci Presiden Joko Widodo menjadi berkurang dan itulah tujuan utama dari dikeluarkannya SE tersebut untuk mengurangi angka kebencian dimasyarakat. Ribuan grup-grup pembenci Presiden Jokowi di jejaring sosial memang luar biasa, namun sungguh frontal karena dari ke enam Presiden terdahulu tidak pernah ada kasus yang ekstrim dengan memasang foto yang berbau pornografi. Maka, tindakan Kapolri yang mengedarkan surat tentang larangan hate speech di muka umum dan sanksi bagi pelanggar sudah benar. Tujuannya jelas untuk mengurangi aksi-aksi grup pembenci Presiden Jokowi yang memang sudah di luar batas dan sangat menjijikan di berbagai jejaring sosial.