15
2.2 Kekuasaan dan Ilmu Pengetahuan Michel Foucault
Michael Foucault adalah seorang filsuf aliran post-strukturalis yang kajiannya adalah mengenai kekuasaan. Konsep kekuasaan Foucault dipengaruhi
oleh Nietzsche, terutama sekali hubungan antara kekuasaan dan ilmu pengetahuan Smith, 2004. Menurut Foucault, kuasa ada dimana-mana dan muncul dari relasi-
relasi antara berbagai kekuatan, terjadi secara mutral dan tidak bergantung dari kesadaran manusia. Kekuasaan hanyalah sebuah strategi yang berlangsung dimana-
mana dan disana terdapat sistem, aturan, susunan dan regulasi. Kekuasaan ini tidak datang dari luar, melainkan kekuasaan menentukan susunan, aturan dan hubungan-
hubungan dari dalam dan memungkinkan semuanya terjadi. Foucault, 2000:144 Pandangan Foucault tentang kekuasaan terdapat dalam teori Genealogi
Kekuasaan. Genealogi Foucault memfokuskan tentang asal usul dalam kondisi sejarah yang konkret dan terutama keterpurukan perkembangan rezim-rezim
kekuasaan ilmu pengetahuan. Pengetahuan yamg dimaksud oleh Foucault bahwa di dalam satu
masyarakat, peristiwa-peristiwa berbeda misalnya praktik bahasa, badan pengajaran yang berbeda, gagasan filsafat, opini sehari-hari, berbagai institusi,
praktik komersial, penggunaan ruang dan objek, serta penggunaan tubuh- semua berlandaskan pada pengetahuan implisit yang sifatnya khusus pada masyarakat
tersebut Piliang, 2003, p. 107. Dalam hal ini, Foucault juga memahami sebuah diskursus bukan hanya
melingkupi tanda-tanda dan semiotika, akan tetapi ia lebih dari sekedar sistem penandaan atau semiotika. Terdapat relasi lainnya yang melekat pada diskursus
diluar penandaan. Salah satu relasi yang penting adalah relasi kekuasaan bahwa dibalik pengucapan atau pengungkapan, dibalik pengaturan ruang dan objek, dibalik
penggunaan tubuh dan kesenangan, terdapat bentuk kekuasaan -kekuasaan tertentu yang beroperasi yang menentukan eksistensi dan bentuknya Piliang, 2003, p. 109.
Foucault mengidentifikasikan 4 empat dominan diaman diskursus terutama sekali dianggap membahayakan, yaitu politik kekuasaan, seksualitas hasrat,
kegilaan dan secara umum apa yang dianggap benar dan palsu. Melalui Genealogis
16
dapat dilihat “bagaimana rangkaian diskursus dibentuk, meskipun melalui, atau dengan tujuan pembatasan sistem ini: apa yang menjadi norma tertentu masing-
masing, dan bagaimana sebuah kondisi muncul dan tumbuh dengan variasinya ”
Foucault, 19711976, p. 232. Dengan ini terlihat relasi kekuasaan apa yang ada di baliknya.
Di dalam analisisnya, Foucault menitikberatkan pada diskursus pinggiran periphery ketimbang pada kekuasaan, pada kawasan dimana kekuasaan
menjangkau sisi terjauh individu, menyentuh tubuh mereka, menyisipkan dirinya ke dalam tindakan dan sikap mereka, diskursus mereka, proses belajar, kehidupan
sehari-hari mereka. Dengan demikian, kekuasaan tidak hanya beroperasi disekitar partai politik,
kantor kementrian, kekuasaan militer, akan tetapi ia menyentuh tubuh, ia menampakan dirinya pada ruang dan bangunan tempat kita tinggal dan objek yang
kita gunakan. Kekuasaan adalah relasi yang dibentuk dan disebarluaskan melalui banyak saluran, dan cara yang kadang-kadang bersifat kontradiktif, dan penuh
persaingan serta pada umumnya tumpang tindih. Kekuasaan yang dimaksud Foucault adalah kekuasaan yang bersifat produktif- kekuasaan yang menghasilkan
dan menyebabkan munculnya objek-objek pengetahuan baru Piliang, 2003, p. 111. Dengan demikian kekuasaan dan pengetahun tidak dapat dipisahkan,
keduanya saling memberikan efek satu sama lain. Kekuasaan yang berasal dari daerah marginal, menurut Foucault, tidak lagi mempunyai konotasi negatif sebagai
salah satu media representatif, sebaliknya ia mempunya efek positif, karena ia menghasilkan sesuatu
– ia menghasilkan kesenangan, memproduksi pengetahuan dan memlipatgandakan diskursus itu sendiri dalam masyarakat. Sifat produktif
seperti ini yang manjadikan kekuasaan semakin kokoh dianggap baik dan diterima dengan senang hati Piliang, 2003, p. 112. Dalam penelitian ini juga akan
17
membahas tentang konsep
Panopticon
2
sebagai salah satu praktik kapitalis dalam mengawasi kaum proletar.
2.3 Media Massa