Meskipun peristiwa diskriminasi di atas disebabkan karena faktor politik, identitas ketionghoaan mereka tetap menjadi penyebab utama terjadinya tindak
diskriminasi. Jika bukan seorang etnis Tionghoa, Miss Lu Tua dan keluarga tidak akan mendapatkan masalah dari pemerintah. Ketionghoaan memang benar telah
mendatangkan banyak masalah bagi orang Tionghoa pada umumnya.
d. Faktor Agama
Menurut Meij 2009: 92 isu agama sangat erat hubungannya dengan persoalan etnisitas. Ketika agama leluhur orang Tionghoa ditolak, dan dijadikan
agama yang tidak diakui negara, secara implisit, penolakan tersebut merupakan ancaman terhadap eksistenti ketionghoaan mereka. Permasalahan tentang agama
tersebut bisa dilihat dari kutipan berikut ini. “Karena oma saya penganut ajaran Kong Hu Chu yang taat. Begitu
ketahuan oma saya sedang melaksanakan ajaran Kong Hu Chu, ia langsung disiksa pasukan Red Guard sampai tubuhnya babak belur,
tulang rusuknya patah sebelas, rambutnya mereka gunduli dan ibu saya hampir mereka perkosa. Ibu saya selamat karena pura-pura
mati” Pranoto, 2003: 147.
Berdasarkan kutipan di atas, tindak diskriminasi yang didapat oleh Miss Lu
Tua dilatarbelakangi karena agama yang dianutnya. Miss Lu Tua yang memeluk agama Kong Hu Chu mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari anak
buah Mao Zedong karena kedapatan sedang menjalankan peribadatan agama Kong Hu Chu. Meski perlakuan diskriminatif ini bukan terjadi di Indonesia, tetapi
tindak diskriminatif tersebut sebenarnya bisa saja terjadi di Indonesia karena masalah agama memang menjadi isu yang sangat sensitif, terlebih untuk
masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
“Oma disiksa red guard karena ia penganut Kong Hu Chu yang taat. Mao melarang rakyat Cina menjalankan ibadat-ajaran Kong
Hu Chu maupun agama lainnya. Coba, hidup macam apa itu?” tanya Miss Lu Muda, nadanya pilu Pranoto, 2003: 205.
Seharusnya, tindak diskriminasi yang berlatarbelakang agama tidak terjadi. Karena agama seharusnya merupakan wilayah kedaulatan individu yang sangat
personal. Orang lain atau pemerintah tidak berhak mencampuri keagamaan masyarakatnya. Dengan memahami ajaran agama lain di luar agama mereka
setidaknya mampu menyadarkan orang untuk menghormati keyakinan orang lain, menghargai keragamanan. Sayangnya Miss Lu Tua dan penganut ajaran Kong Hu
Chu di Cina pada saat itu tidak mendapat perlakuan serupa. Berdasarkan temuan data yang ditelah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor mendasar terjadinya segala tindak diskriminasi yang diterima masyarakat etnis Tionghoa adalah faktor etnis. Namun selain itu, terdapat dua
faktor yang paling mendominasi adalah faktor ekonomi dan politik. Selanjutnya faktor agama menjadi faktor yang paling akhir dalam tindak diskriminasi terhadap
masyarakat etnis Tionghoa.
3. Respon Tokoh Miss Lu Tua dan Keluarga dalam Menyikapi Tindak