17
dicapai dengan adanya pidana, yaitu tujuan pemidanaan yang dapat mencakup aspek perlindungan masyarakat dan individu.
d. Tujuan Pemidanaan Menurut Ahli
Tujuan pemidanaan yang ingin dicapai dengan suatu pemidanaan ternyata tidak terdapat suatu kesamaan pendapat diantara para pemikir. Berangkat dari 3
tiga teori diatas munculah pendapat-pendapat para ahli hukum di Indonesia tentang tujuan pemidanaan diantaranya pendapat Wirjono Prodjodikoro yang
menyatakan bahwa tujuan pemidanaan memuat hal-hal sebagai berikut: Pertama,
Untuk menakut-nakuti orang jangan sampai melakukan kejahatan baik secara menakut-nakuti orang banyak generals preventif maupun menakut-nakuti orang
tertentu yang sudah melakukan kejahatan agar dikemudian hari tidak melakukan
kejahatan lagi special preventif. Kedua, Untuk mendidik atau memperbaiki
orang-orang yang melakukan kejahatan agar menjadi orang-orang yang baik tabiatnya sehingga bermanfaat bagi masyarakat.
29
Selain Wirjono Prodjodikoro, pendapat lain dikemukakan pula oleh Muladi. Beliau menerangkan tujuan
pemidanaan meliputi: 1. Pencegahan secara umum dan khusus, 2. Perlindungan
masyarakat, 3.
Memelihara solidaritas
masyarakat,4. Pengimbalanatau pengimbangan.
30
Menurut Hulsman pidana pada hakikatnya mempunyai dua tujuan utama, yakni untuk mempengaruhi tingkah laku
29
http:raytama.blogspot.com201202pengertian jenis-jenis dan tujuan.html. download tanggal 29 Juni 2012 jam 17.00
30
M.Sholehudin,S.H. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide Dasar Double Track SystemImplementasinya .hlm.50. Lihat juga Tongat. Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum
Pidana di Indonesia.Op.cit hlm. 108
18
gedragsbeinvloeding dan penyelesaian konflik conflictoplossing. Penyelesaian konflik ini dapat terdiri dari perbaikan kerugian yang dialami atau perbaikan
hubungan baik yang dirusak atau pengembalian kepercayaan antar sesama manusia.
31
Pada dasarnya pidana itu sendiri mempunyai sifat-sifat yang melekat di dalamnya. M.Sholehuddin mengemukakan sifat-sifat dari unsur pidana
berdasarkan tujuan pemidanaan diantaranya sebagai berikut: 1. Kemanusiaan, yang berarti bahwa pemidanaan tersebut menjunjung tinggi
harkat dan martabat seseorang. 2. Edukatif, yang berarti bahwa pemidanaan itu mampu membuat orang sadar
sepenuhnya atas perbuatan yang dilakukan dan menyebabkan ia mempunyai sikap jiwa yang positif dan konstruktif bagi usaha penanggulangan
kejahatan.
3. Keadilan, yaitu bawa suatu pemidanaan dapat dirasakan adil baik oleh terhukum maupun oleh korban ataupun masyarakat.
32
Berdasarkan uraian
mengenai tujuan
pemidanaan diatas,
Penulis menyimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari suatu pemidanaan secara
garis besar adalah untuk memperbaiki pribadi dan mendidik pelaku kejahatan, sekaligus untuk sarana pencegahan baik secara umum maupun khusus,
pemidanaan juga bertujuan meyelesaiakan konflik yang telah ditimbulkan oleh suatu tindak pidana serta untuk memasyarakatkan kembali seorang pelaku tindak
pidana agar dapat menjadi pribadi yang beguna dalam masyarakat.
31
Marlina. Hukum Panitensier.PT.Refika Aditama.Bandung.hlm.21.
32
M.Sholehudin,S.H. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide Dasar Double Track SystemImplementasinya .Op.cit hlm.50. hlm. 59
19
e. Tujuan Pemidanaan Menurut Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana RKUHP Tahun 2005 Konsep
Selain pendapat para ahli diatas, Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana baru tahun 2005 atau dengan kata lain sering disebut Konsep, pada Pasal
54 ayat 1 merumuskan tujuan pemidanaan yaitu sebagai berikut: a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum dan
pengayoman masyarakat, b. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga
menjadi orang yang baik dan berguna, c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat, dan, d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
Sedangkan Pasal 54 ayat 2 Konsep juga disebutkan bahwa pemidanaan tidak
dimaksudkan menderitakan dan merendahkan martabat manusia. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pemidanaan berusaha ingin mengakomodasi kedua
kepentingan agar dapat tercapai dalam penjatuhan suatu pidana khususnya pidana seumur hidup.
C. Ketentuan Remisi Dalam Peraturan Perundang-undangan 1. Pengertian Remisi
Pengaturan remisi antara lain dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999
sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan,
Keputusa Presiden Nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi, Keputusan Menteri