Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Teori 1. Teori Kekuasaan

B. Rumusan Masalah

Dalam menjalankan suatu program dalam desa adanya relasi dengan Kecamatan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Namun dalam pelaksanaan nya, kekuasaan Kepala Desa cenderung memperlihatkan dominasi kekuasaannya. Dari pemaparan pada latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana relasi kekuasaan antara Kepala Desa dengan Camat di Desa Sirisirisi Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan? C. Batasan Masalah Dalam melakukan penelitian ini, perlu membuat pembatasan masalah terhadap apa yang diteliti, dengan tujuan untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dan hasil penelitian dan tidak menyimpang dari tujuan penulisan yang ingin dicapai. Penelitian ini berfokus pada Relasi kekuasan antara Kepala Desa dengan Camat di Desa Sirisirisi Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana relasi kekuasan antara Kepala Desa dengan Camat di Desa Sirisirisi Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peneliti maupun bagi orang lain, terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan baru bagi peneliti dan mengembangkan kemampuan berfikir untuk menulis karya ilmiah. 2. Penelitian ini diharapkan memberikan penjelasan tentang relasi kekuasaan antara Kepala Desa dengan Camat. 3. Penelitian ini sekiranya dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian tentang Kekuasaan politik dan menjadi referensikepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

F. Kerangka Teori 1. Teori Kekuasaan

Kekuasan merupakan konsep yang sangat krusial dalam ilmu sosial pada umumnya, dan dalam ilmu politik khususnya dalam hal ini politik beranggapan bahwa kekuasaan inti dari politik yaitu untuk memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Kekuasaan sangat berkaitan dengan pengaruh dan mempengaruhi. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan relationship dalam artian bahwa ada satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah the ruler and ruled, satu pihak yang memberi perintah, satu pihak yang mematuhi perintah. Definisi mengenai kekuasaan kekuasaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Talcott Parson seperti yang dikutip oleh Miriam Budiarjo 5 Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban- kewajiban yang mengikat, oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif Power then is generalized capacity to secure the performance of binding obligations by units in a system of collective. : Jadi, Parson melihat segi positif dari kekuasaan jika di hubungkan dengan authority dan kemungkinan-kemungkinan. Rencana-rencana bersama dapat terlaksana dengan baik. Sementara itu apabila kita mengacu pada teori kekuasaan menurut Max Weber dan Barbara Goodwin. Sebagaimana yang dikutip dari buku Miriam Budiarjo “ Dasar-Dasar Ilmu Politik” menurut Max Weber dalam bukunya Wirtschaft Und Gessellsaft 1922, kekuasaan itu diartikan sebagai berikut : Kekuasan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksankan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini Macht beduetet jede chance innerhalb einer soziale bezieung den eigenen willen durchzusetchen auch gegen widerstreben durchzusetchen, gleichviel worauf diese chance beruht 6 5 Miriam Budiarjo. Ibid Hal 63. . 6 Miriam Budiarjo. Ibid Hal 60. Gagasan yang disampaikan oleh Max Weber, kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauan sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. Sebagaimana yang dikutip dari buku Rudi Salam Sinaga “ Pengantar Ilmu Politik” menurut Barbara Goodwin, kekuasaan itu diartikan sebagai berikut : Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan seseorang bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan tidak akan dipilih, seandainya dia tidak dilibatkan. Dengan kata lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendaknya 7 Dalam pandangannya, Goodwin biasanya kekuasaan diselenggarakan melalui isyarat yang jelas. Ini sering dinamakan kekuasaan manifest. Namun kadang-kadang isyarat itu tidak ada. Bentuk kekuasaan ini sering dinamakan kekuasaan eksplisit. Dalam perkembangannya, kekuasaan digunakan untuk mempengaruhi kebijakan umum dengan tujuan agar kebijakan tersebut sesuai dengan keinginan pemegang kekuasaan itu sendiri. Hal ini relevan dengan definisi yang disampaikan oleh para ilmuwan politik yang secara umum menjelaskan bahwa kekuasaan adalah mempengaruhi seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan. Kekuasaan mempunyai jangkauan cukup luas meliputi . 7 Rudi Salam Sinaga. 2013, Pengantar Ilmu Politik, Yogykarta : PT Graha Ilmu. Hal 18. kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, kemampuan untuk memerintah, kemampuan untuk memberi keputusan. Menurut Max Weber, kekhasan hegemoni dan dominasi adalah pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa sesuai peraturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib mentaati kehendak penguasa. Suatu hegemoni dan dominasi memerlukan keabsahan legitimacy yakni pengakuan dan atau pembenaran masyarakat terhadap kekuasaan tersebut, agar penguasa dapat melaksanakan kekuasaannya secara sah. Dalam hal ini hegemoni maupun dominasi merupakan suatu paksaan yang lebih menekankan pada aspek ekonomi serta penggunaan kekuasaan negara untuk mendapat manfaat kesejahteraan. Lebih lanjut, Weber membedakan tiga jenis dominasi yakni dominasi karismatik, dominasi tradisional, dan dominasi legal rasional. 1 Dominasi karismatik adalah dominasi yang keabsahannya didasarkan atas kepercayaan bahwa pihak penguasa mempunyai kemampuan luar biasa. Sang penguasa menjalankan kekuasaannya bukan atas dasar peraturan yang berlaku tetapi atas dasar peraturan yang dibuat sendiri dan kesetiaan bawahan mentaati aturan tersebut. 2 Dominasi tradisional, merupakan perkembangan dominasi kharismatik yang telah mengalami pergeseran. Dalam dominasi tradisional penguasa menjalankan tradisi yang telah ditegakkan oleh pemimpin karismatik sebelumnya dan legitimasi kepemimpinan didasarkan pada tradisi sebelumnya. Biasanya dominasi demikian merupakan kelanjutan dominasi sebelumnya. 3 Dominasi legal rasional kekuasaan pemimpin didasarkan atas aturan hukum yang dibuat secara sengaja atas dasar pertimbangan rasional. Keabsahan penguasa didasarkan pada hukum, pemimpin dipilih atas dasar hukum yang berdasarkan kriteria tertentu, dan pemimpin wajib menjalankan kekuasaan berdasarkan aturan hukum pula. Dalam suatu hubungan kekuasaan power relationship selalu ada satu pihak yang lebih kuat dari pihak lain. Jadi, selalu ada hubungan yang tidak seimbang atau asimetris. Ketidakseimbangan ini sering menimbulkan ketergantungan dependency dan lebih timpang hubungan ini, lebih besar pulasifat ketergantungannya. Hali ini oleh generasi pemikir decade 20-an sering disebut sebagai dominasi, hegemoni, atau penundukan. Istilah wilayah kekuasaan domain of power melihat siapa-siapa saja yang di kuasai oleh orang atau kelompok yang berkuasa, jadi menunjuk pada pelak, kelompok organisasi atau kolektivitas yang kena kekuasaan. Konsep kekuasaan politik diupayakan sebagai suatu elaborasi dengan menjadikan kekuasaan itu sebagai fenomena politik kekuasaan 8 . Untuk memahami fenomena kekuasaan politik, Charles F Andrain dan Ramlan Surbakti seperti yang dikutip oleh P. Anthonius Sitepu dapat ditinjau dari enam 6 dimensi yaitu 9 : 8 P. Anthonius Sitepu. 2012. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal.130. 9 P. Anthonius Sitepu. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal.54. 1. Dimensi Potensial dan Aktual Seseorang yang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila mempunyai atau memiliki sumber-sumber kekuasaan seperti kekayaan, tanah, senjata, pengetahuan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yang terorganisir, dan jabatan. Sebaliknya seseorang yang dipandang memiliki kekuasaan aktual apabila telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan-kegiatan politik secara efektif. 2. Dimensi Konsensus dan Paksaan Dalam menganalisis hubungan kekuasaan harus membedakan kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan kekuasaan yang berdasarkan consensus. Para analisis politik yang lebih menekankan aspek konsensus dari kekuasaan akan cenderung melihat elit politik sebagai orang yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu, apabila menekankan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan cenderung memandang politik sebagai perjuangan, pertarungan, dominasi, dan konflik. 3. Dimensi Positif dan Negatif Tujuan umum pemegang kekuasaan adalah untuk mendapatkan ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum ini dapat dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda yakni, tujuan positif dan negatif. Kekuasaan positif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dianggap penting dan diharuskan. Sedangkan kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah orang lain mencapai tujuan yang tidak hanya dipandang tidak perlu akan tetapi juga merugikan pihaknya. 4. Dimensi Jabatan dan Pribadi Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung erat dalam jabatan-jabatan. Penggunaan kekuasaan yang terkandung dalam jabatan secara efektif tergantung pada kualitas pribadi yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan. Dalam masyarakat yang masih sederhana, struktur kekuasaan didasarkan atas realitas pribadi lebih menonjol daripada kekuasaan yang terkandung di dalam jabatan itu. Dalam hal ini, pemimpin yang melaksanakan kekuasaan efektifitas kekuasaannya terutama berasal dari kualitas pribadi. 5. Dimensi Implisit dan Eksplisit Kekuasaan implisit adalah kekuasaan yang tidak terlihat dengan kasat mata akan tetapi dapat dirasakan. Sedangkan kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang terlihat dan dapat dirasakan. Adanya kekuasaan dimensi eksplisit, menimbulkan perhatian orang pada segi rumit hubungan kekuasaan yang disebut dengan “azas memperkirakan reaksi dari pihak lain”. 6. Dimensi Langsung dan Tidak Langsung Kekuasaan langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan melakukan hubungan secara langsung tanpa melalui perantara. Yang termasuk dalam kategori sumber-sumber kekuasaan adalah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda ekonomi normatif jabatan, keahlian, status sosial popularitas pribadi, massa yang terorganisasi, senjata, penjara, kerja paksa, teknologi, aparat yang menggunakan senjata. Sedangkan kekuasaan yang tidak langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan melalui perantara pihak lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan politik.

2. Teori Birokrasi

Secara etimologis Birokrasi berasal dari kata bureau bahasa Perancis dan Kratos bahasa Yunani. Bureau adalah meja tulis dan kratos adalah pemerintahan. Secara sedehana dapat di katakana bahwa Birokrasi adalah pemerintahan dari meja ke meja atau di balik meja, atau juga orang-orang yang bekerja di belakang meja tulis di kantor-kantor. Namun, pengertian tersebut berkembang, dalam artian politik, Birokrasi di artikan sebagai wujud dari aparat pemerintahan Negara dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan melalui serangkaian tahapan atau biro-biro yang masing-masing diberi mandat utuk menentukan kebijakan. Max Weber adalah seorang sosiolog Jerman yang kenamaan awal abad ke- 19 menulis karya yang sangat berpengaruh bagi negara-negara yang berbahasa inggris dan di Negara-negara di daratan Eropa. Konsep yang terkenal Max Weber adalah konsep tipe ideal birokrasi. Konsep tipe ideal ini kurang dikenal tentang kritiknya terhadap seberapa jauh peran birokrasi terhadap kehidupan politik, atau bagaimana peran politik terhadap birokrasi. Birokrasi Weberian hanya menekankan bagaimana seharusnya mesin birokrasiitu profesional dan rasional dijalankan. Tipe ideal merupakan konstruksi abstrak yang membantu kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan. Menurut Weber bahwa proses semacam ini bukannya menunjukkan objektivitas dari esensi birokrasi, tipe ideal itu bias dipergunakan untuk membandingkan birokrasi antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Menurut Weber tipe ideal birokrasi ingin menjelaskan bahwa suatu birokrasi atau administrasi itu mempunyai suatu bentuk yang pasti dimana semua fungsi dijalankan dalam cara-cara yang rasional. Istilah rasional dengan aspek pemahamannya merupakan kunci dari konsep tipe ideal birokrasi Weberian. Menurut Weber tipe ideal birokrasi yang rasional itu dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut 10 1. Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatanya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya termasuk keluarganya. : 2. Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas ke bawah dan samping. Konsekuensinya ada jabatan atasan dan bawahan, dan ada pula yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil. 3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu sama lainnya. 4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan. Uraian tugas job description masing-masing pejabat, merupakan domain yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai dengan kontrak. 5. Setiap pejabat disileksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya, idealnya hal tersebut dilakukan melalui ujian yang kompetitif. 6. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun sesuai dengan tingkatan hierarki jabatan yang disandangnya. Setiap 10 Miftah Thoha. 2008, “Birokrasi Pemerintahan Indonesia Di Era Reformasi”, Kencana Prenada Media Group. Hal.18-19. pejabat bisa memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan keinginannya dan kontraknya bisa diakhiri dalam keadaan tertentu. 7. Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi berdasarkan senioritas dan merita sesuai dengan pertimbangan yang objektif. 8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya. 9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin. Butir-butir tipe ideal tersebut tidak semua bisa diterapkan dalam kondisi tertentu oleh suatu jenis pemerintahan tertentu. Penekanan Weber terhadap rasionalitas dan efisiensi sebenarnya bisa dilacak dari kondisi sosial budaya yang melatarbelakangi kehidupan Max Weber pada saat itu. Dengan demikian, ukuran rasionalitas atas efisiensi amat berbeda dengan kriteria untuk ornanisasi zaman modern sekarang ini yang kondisinya tidak sama dengan zamannya Max Weber. Model birokrasi Weberian yang selama ini dipahami merupakan sebuah mesin yang disiapkan untuk menjalankan dan mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Gagasan birokrasi dikemukakan oleh Hegel dan Karl Marx, pemikiran Karl Marx terhadap birokrasi merupakan suatu gejala yang bisa dipergunakan secara terbatas dalam hubungannya dengan administrasi negara. Pandangannya terhadap birokrasi hanya bisa dipahami dalam kerangka umum teorinya tentang perjuangan kelas, krisis kapitalisme, dan pengembangan komunisme. Karl Marx mengelaborasi birokrasi dengan cara menganalisis dan mengkritisi filosofi Hegel tentang negara. Hegel berpendapat bahwa administrasi negara birokrasi sebagai suatu jembatan yang menghubungkan antara negara pemerintahan dengan masyarakatnya. Karl Marx bisa menerima konsep pemikiran Hegel tentang ketiga aktor tersebut, yakni : birokrasi, kepentingan particular, dan kepentingan general pemerintahan. Birokrasi menurut Karl Marx merupakan suatu kelompok partikular yang sangat spesifik 11 Birokrasi menurut Karl Marx merupakan isntrumen kelas kapitalis. Oleh karena itu, melalui revolusi proletariat dan kehadiran kelas-kelas di dalam masyarakat maka negara dan birokrasinya harus dihancurkan. Menurut Karl Marx di dalam masyarakat komunis itu dimana tidak ada eksploitasi dan pembagian sosial maka keberadaan birokrasi itu merupakan upaya tidak ada artinya karena redundant. Dengan demikian, pengganti struktur opresif dari birokrasi yang . Birokrasi bukanlah kelas masyarakat, walaupun eksistensinya berkaitan dengan pembagian masyarakat kedalam kelas-kelas tertentu. Lebih tepatnya, menurut Karl Marx birokrasi adalah alat negara atau pemerintahan itu sendiri. Birokrasi merupakan instrument yang dipergunakan oleh kelas dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya. Dengan kata lain birokrasi memihak kepada kelas partikular yang mendominasi tersebut. 11 Miftah Thoha. 2003,”Birokrasi Dan Politik Di Indonesia”,PT Raja Grafindo Persada, Hal.23. terpisah dan antagonis dari masyarakat, di dalam negara komunis fungsi birokrasi itu dilakukan oleh semua anggota masyarakat.

G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian