commit to user
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA INSTANSI
A. Sejarah dan Profil Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya Kusuma Sahid Prince Hotel
Keraton Surakarta Hadiningrat dan Puro Mangkunegaran adalah dua istana yang berdiri di Surakarta. Keraton Surakarta Hadiningrat di bangun oleh
Pakoebuwono ke II setelah Istana yang berada di Kartosuro hancur oleh pemberontakan orang Cina pada tahun 1744.
Keraton Kartasura selalu pindah ke Surakarta. Sinuhun Pakoebuwono X yang bertahta pada waktu itu yakni tahun 1933 – 1939 adalah Raja yang paling berhasil
mencapai kejayaan dan beliau wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di pemakaman Raja-raja Surakarta dan Yogyakarta di makam Imogiri – Yogyakarta.
Putra mahkota beliau bernama Pangeran Abimanyu lahir pada tahun 1907 bergelar Gusti Pangeran Haryo Kusumoyudo diberikan istana tempat tinggal yang
letaknya di sebelah utara kraton yang terkenal dengan nama Ndalem Kusumotudhan yang di beli dari Mangkunegaran pada tahun 1909 dan di bangun oleh Kanjeng Gusti
Pangeran Hadi Widjojo yang beraksitektur Jawa dan Belanda. Tahun 1961 Ndalem Kusumoyudhan dijual kapada PT. IFCO sebuah
perusahaan yang bergerak dalam bidang asembling sepeda dan mesin jahit. Pada tahun 1907 Ndalem Kusumoyudhan di beli oleh PT. SAHID CO di rencanakan
untuk pembangunan di bangun hotel besar dalam rangka menyambut konferensi PATA pada tahun 1974 di Indonesia.
Pada tanggal 26 Oktober 1974 di lakukan peletakan batu pertama pembangunan Hotel oleh Kanjeng Gusti Putri Mangkunegoro VIII dan penanaman
commit to user
prasasti oleh Presiden Sahid Group Bapak Sukamdani Sahid Gitosardjono yang pada saat ini juga merangkap sebagai ketua kadim. Pada tanggal 8 Juli 1977 hotel di
resmikan oleh menteri perhubungan RI dengan nama Kusuma Sahid Prince Hotel.
Pertama kali Kusuma Sahid Prince Hotel di operasikan dengan 28 kamar yang berbentuk Bungalow, baru kemudian pada awal bulan Oktober 1977 telah menambah
18 kamar yaitu Cabanas kamar yang menghadap kolam renang. Kolam renang yang berukuran setengah ukuran olimpiade 15 m x 25 m Dan mushola untuk beribadah
bagi kaum muslim. Tepat tanggal 8 Juli 1980 Kusuma Sahid Prince Hotel menambah 36 kamar
yang di namakan kamar moderate yang terletak di sebelah barat bangunan utama. Pada tahun 1981 menambah 12 kamar junior standart serta Laundry Plant. Selain itu
dibangun 1 unit kamar spesial yang dinamakan Indralokal Royal Suite khusus untuk menyambut kedatangan Ratu Yuliana dan Pangeran Benhard dari negeri Belanda
yang akan datang ke Solo dan menginap di Kusuma Sahid Prince Hotel ini.Pada tanggal 8 Juli 1995 ada penambahan Executive room sebanyak 18 kamar yang terletak
di depan sebelah barat bangunan utama.
commit to user
Ndalem Kusumoyudhan mempunyai ruang utama, yaitu : a.
PENDOPO Tempat menerima tamu, sekarang merupakan lobby hotel yang dinamai
Budhoyono mantili dan Pantiarjo.Lobby dengan 10 pilar putihbergaya Eropa yang anggun dimana para tamu dapat bersantai sambil mendengarkan gamelan dan
suara sinden yang mengalun merdu setiap sore. b.
PRINGGITAN Ruangan yang disediakan untuk pertunjukan wayang yang terletak diantara
pendopo dan Ndalem, sekarang dinamai menjadi “Sriwedari” Convention Hall
c. KEROBONGAN
Asal mula bentuknya dari altar Hindu di hias dengan kasur, bantal, guling semuanya dibuat dengan kain cinde dan disusun dengan indahnya. Diatasnya ada
tunas kelapa dan seikat Padi yang melambangkan kehidupan dan kesuburan pertanian. Di depan KROBONGAN ada 2 patung Loro Bloyo, sebelah kiri ada
patung ”Dewi Uma” atau patung ”Dewi Sri” lambang kesuburan, dan di sebelah kanan patung ” Dewa Sandono” lambang keberuntungan.
Ruang ndalem sekarang menjadi ruang perjamuan makanruang rapat yang di sebut sebagai ruang ”Sriwedari”.
commit to user
d. INDRALOKA ROYAL SUITE
Tepat di belakang Krobokan terdiri dari 3 kamar tidur utama yang sangat mewah. Tujuan didirikannya Hotel Sahid Kusuma raya ini adalah untuk menyambut
konferensi PATA tahun 1974 di Indonesia dan menjadikannya Hotel termegah pada waktu itu dengan fasilitas paling lengkap di Solo dengan jumlah kamar sebanyak 103
dan merupakan salah satunya Hotel berbintang 4 empat di kota Solo ini. Seiring dengan program pemerintah untuk menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, maka jajaran Sahid Group menerapkan dan secara konsisten melaksanakannya.
Penggantian nama indonesianisasi secara serentak oleh Sahid Group di laksanakan pada tanggal 8 Juli 1995 bertepatan dengan Grand Opening Purna
Bangun Sahid Raya Solo dan HUT Sahid Group wilayah Jateng dan DIY. Pada bulan April 1988 oleh PT.SIHM C Sahid International Hotel
Management and Consultant di tetapkan bahwa nama-nama Hotel di jajaran Sahid group di rubah dan untuk jenis hotel yang berbintang 4 di tambahkan nama RAYA
untuk berbintang 5 di tambah JAYA. Sampai saat ini ketika penulis masih melaksanakan Kuliah Kerja Media
KKM di Kusuma Sahid Prince Hotel, penjualan unit kamar hotel telah mencapai lebih dari 75 berdasarkan publikasi pendapatan dari media massa.Dibalik
perkembangan peningkatan penjualan kamar di Kusuma Sahid Prince hotel, tentunya di dukung oleh tim yang sangat handal serta strategi–strategi dan pendekatan dengan
customer baik berhadapan langsung face to face atau melalui via telephone. Pada awal kemunculannya di Solo,Kusuma sahid Prince Hotel sangat diminati
oleh tourist lokal maupun tourist mancanegara karena arsitekturnya yang 75 masih menggunakan adat Kejawen. Hal ini menjadi bukti dengan banyak customer yang
commit to user
singgah atau cuma walk-in di hotel sekedar untuk melihat bangunan yang masih mengandung unsur kejawen jawa yang jarang kita jumpai di hotel manapun di kota
Solo. Letak atau lokasi juga menjadi pertimbangan masyarakat yang singgah di Solo
untuk memilih hotel yang fasilitasnya lengkap.Lokasi yang strategis, misalnya di tengah kota dekat dengan fasilitas publik tentunya menjadi pilihan utama.untuk aspek
fasilitas, hal ini menyangkut akan kepraktisan kebutuhan hidup dalam arti, tamu tidak perlu jauh-jauh untuk mencari kebutuhannya.
B. Portofolio Kusuma Sahid Prince Hotel