2.5 Pengertian Abu Vulkanik
Abu vulkanik terdiri dari kata abu dan vulkanik. Abu adalah material padat yang tersisa setelah pembakaran oleh api . Vulkanik sendiri adalah partikel lava yang
halus yang terembus ketika gunung berapi meletus, kadang-kadang partikel ini berembus tinggi sekali sehingga jatuh di tempat yg sangat jauh. Abu vulkanik adalah
bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran
halus, yang berukuran besar biasanya jatuh sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga
ribuan kilometer. Abu vulkanik menjadi isu lingkungan yang penting karena jumlahnya yang cukup banyak dan menganggu keseimbangan lingkungan. Abu
vulkanik merupakan material piroklastik yang sangat halus namun memiliki ciri bentuk dan karakteristik yang beragam. Hal ini terbentuk selama ledakan gunung
berapi, dari longsoran panas batuan yang mengalir menuruni sisi gunung berapi, atau dari merah-panas cair lava semprot. Debu bervariasi dalam penampilan tergantung
pada jenis gunung berapi dan bentuk letusan.[15] Pada gambar 2.24 dibawah ini merupakan salah satu letusan gunung berapi sinabung.
Gambar 2.24 : Letusan Gunung Berapi Sinabung [15]
Universitas Sumatera Utara
2.6 Proses Pembentukan Abu Vulkanik
Abu vulkanik yang terbentuk selama letusan gunung berapi, letusan freatomagmatik dan selama transportasi di arus piroklastik piroklastik: salah satu
hasil letusan gunung berapi yang bergerak dengan cepat dan terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan. Erupsi eksplosif terjadi ketika magma terdekompresi
hingga memungkinkan zat volatil terlarut dominan air dan karbon dioksida untuk keluar menjadi gelembung-gelembung gas. Karena semakin banyak gelembung yang
dihasilkan, maka akan menurunkan kepadatan magma, sehingga mempercepat magma menaiki saluran. Fragmentasi terjadi ketika gelembung menempati 70-80
volume dari campuran erupsi. Ketika fragmentasi terjadi, gelembung secara keras memecah magma hingga magma terpisah menjadi fragmen-fragmen yang
dikeluarkan ke atmosfer di mana mereka mengeras menjadi partikel abu. Fragmentasi adalah proses yang sangat efisien dalam pembentukan abu dan mampu menghasilkan
abu yang sangat halus bahkan tanpa penambahan air . Abu vulkanik juga diproduksi selama letusan freatomagmatik. Selama letusan ini, fragmentasi terjadi ketika magma
kontak dengan badan air seperti laut, danau dan rawa-rawa, air tanah, salju atau es . Sebagai magma, yang secara signifikan lebih panas dari titik didih air, kontak dengan
air akan membentuk uap efek Leidenfrost. Hal tersebut membuat terjadinya fragmentasi magma, mulai dari sedikit bagian dan terus bertambah seiring dengan
banyaknya magma yang terkena air. Arus padat piroklastik juga dapat menghasilkan partikel abu. Ini biasanya
dihasilkan oleh runtuhan kubah lava atau runtuhnya kolom erupsi. Dalam arus padat piroklastik, abrasi partikel terjadi ketika partikel berinteraksi satu sama lain
menghasilkan penurunan ukuran butir dan memproduksi partikel abu berbutir halus . Selain itu, abu dapat dihasilkan selama fragmentasi sekunder fragmen batu apung,
karena konservasi panas dalam aliran. Berikut ini merupakan proses terbentuknya abu vulkanik yang dapat dilihat pada gambar 2.25 dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.25 : Proses Pembentukan Abu Vulkanik [15]
Sifat fisik maupun sifat kimia dari abu vulkanik dipengaruhi oleh tipe letusan gunung berapi. Gunung berapi menampilkan berbagai tipe letusan yang pengaruhi
oleh sifat kimia magma, isi kristal, suhu dan gas-gas terlarut dari erupsi magma dan dapat diklasifikasikan dengan menggunakan Volcanic Explosivity Index VEI.
Letusan VEI 1 memiliki produk 105 m
3
ejecta , sedangkan letusan sangat eksplosif VEI 5 + dapat mengeluarkan 109 m
3
ejecta ke atmosfer. Parameter lain yang mengendalikan jumlah abu yang dihasilkan adalah durasi letusan. Semakin lama
letusan terjadi, maka semakin banyak abu vulkanik akan diproduksi.[15]
2.7 Struktur Abu Vulkanik