10
2.2 Rugi-rugi Lintasan Bebas free space path loss
Propagasi lintasan bebas antara dua titik dapat terjadi ketika kedua antena pemancar dan penerima yang cukup tinggi, sehingga tidak ada penghalang sinyal
untuk mencapai antena penerima. Dimana gain antena pemancar adalah G
t
dan daya transmisi adalah W
t
, daya kerapatan P
r
pada jarak d dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: =
2.3 daya terima W
r
pada jarak d dengan gain antenna penerima G
r
karena itu =
. 2.4
atau =
= 2.5
Sinyal yang ditransmisikan melalui propagasi lintasan bebas ke sebuah antena penerima receiver dimana tidak ada penghalang yang akan mengalami rugi-rugi.
Rugi-rugi ini disebut dengan rugi-rugi lintasan bebas dan ketika kedua antena pemancar dan penerima yang isotropic G
r
= G
t
= 1 dapat dinyatakan dengan persamaan berikut[6]:
L dB= 32 + 20 log f
MHz
+ 20 log d
Km
2.6 Dimana:
L = rugi-rugi lintasan bebas dB
f = frekuensi MHz d = panjang lintasan propagasi Km
c = kecepatan propagasi 3 x 10
8
[ms]
Universitas Sumatera Utara
11
2.3 Model Propagasi
Model propagasi menjelaskan perambatan rata-rata sinyal pada suatu daerah. Model propagasi juga memungkinkan untuk mengkonversikan
besarnya rugi-rugi perambatan maksimum yang diperbolehkan menjadi besarnya cell range maksimum. Besarnya rugi-rugi propagasi tersebut bervariasi sesuai
dengan spektrum dan kondisi alam serta lingkungan disekitarnya[8]. Model-model propagasi umumnya cenderung menyederhanakan kondisi
propagasi yang sebenarnya dan biasanya sangat tidak akurat di dalam lingkungan daerah metropolitan yang kompleks. Model-model propagasi empiris hanya
memberikan petunjuk umum dan terlalu sederhana untuk disain jaringan yang akurat. Oleh karena itu, pengukuran lapangan yang akurat harus dilakukan
untuk memberikan informasi mengenai cakupan gelombang radio di daerah perkotaan.
Mekanisme perambatan gelombang elektromagnetik secara umum sangat dipengaruhi oleh efek pantulan reflection, difraksi dan hamburan scattering.
Model propagasi merupakan cara untuk memprediksi daya rata-rata pada sistem transmisi radio komunikasi bergerak pada suatu daerah. Model propagasi juga
memungkinkan untuk mengkonversikan besarnya rugi-rugi perambatan maksimum yang diperbolehkan menjadi besarnya cell range maksimum.
Besarnya rugi-rugi propagasi tersebut bervariasi sesuai dengan spektrum dan kondisi alam serta lingkungan disekitarnya. Karena itu diperlukan perhitungan
yang cukup rumit untuk memperkirakan redaman lintasannya[8]. Model propagasi juga digunakan dalam aspek-aspek performansi sistem
yang lain,
seperti: Optimasi
Handoff, pengaturan
level daya
dan
Universitas Sumatera Utara
12 penempatan antena. Meskipun tidak ada model propagasi yang dapat menghitung
semua gangguan dalam kondisi nyata, penggunaan satu atau beberapa model, penting untuk menentukan path loss dalam jaringan.
Beberapa model propagasi yang biasa digunakan untuk memperkirakan redaman lintasan sepanjang daerah yang tidak teratur kebanyakan model-model
didapatkan dari data hasil pengukuran yang dilakukan dalam jumlah besar dan cukup lama. Model-model propagasi yang biasa digunakan adalah model
Okumura, model Hatta dan model Lee.
2.4 Analisa Path Loss dengan Menggunakan Model Propagasi