8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Lahan
Lahan memiliki arti lebih luas daripada makna tanah mengingat tanah hanya merupakan salah satu aspek dari lahan. Proses perubahan pemanfaatan sifatnya
cukup kompleks dimana mekanisme perubahannya melibatkan beberapa kekuatan seperti kekuatan pasar, sistem administratif yang dikembangkan oleh pemerintah
dan juga kepentingan politik Darwis, 2008. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang galengan, saluran untuk menahanmenyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status lahan
tersebut. Termasuk disini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami
padi dan lahan-lahan bukaan baru. Lahan sawah mencakup sawah pengairan, tadah hujan, sawah pasang surut, rembesan, lebak dan lain sebagainya
Anonimous, 2015. Menurut Hanafie 2010, berdasarkan topografi kemiringannya lahan terbagi
menjadi empat: 1
Lahan dengan lereng 0-3 : datar, termasuk rawa-rawa, untuk tanaman padi atau perkebunan kelapa,
2 Lahan dengan lereng 3-8 : baik untuk tanaman setahun tertentu apabila
dibuat teras atau kontur,
3 Lahan dengan lereng 8-15 : baik untuk tanaman rumput sehingga cocok
untuk daerah peternakan, 4
Lahan dengan lereng 15 : baik untuk tanaman kayu sehingga cocok dijadikan perkebunan atau kehutanan.
Mutu lahan memiliki pengaruh terhadap nilai gizi pangan, jika lahan tidak subur maka jumlah pangan yang dihasilkan akan sedikit. Jika lahan subur dan kaya akan
zat hara, airnya cukup, keadaan iklim baik, dan persyaratan tumbuh lainnya terpenuhi, maka hasil tanamnya akan melimpah. Karena cara pengusahaan lahan
yang tidak baik di beberapa daerah, tanah akan kehilangan zat hara yang diperlukan tanaman. Kalau hal ini terjadi, perlakuan pemupukan dengan jumlah
zat hara yang tepat perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi. Akan tetapi walaupun kemampuan lahan untuk berproduksi dapat ditingkatkan atau
diturunkan dengan jalan merubah keadaan, perlakuan, atau buruh yang digunakan, kisaran hasil pada sebidang lahan tentu ada batasnya. Jika lahan pertanian baru
menjadi langka atau kalau produksi dan pendapatan pada bidang usahatani yang ada sekarang menurun, perhatian yang lebih banyak harus diberikan untuk
meningkatkan hasil lahan. Dengan hal demikian, penggunaan pupuk dan anjuran lainnya memegang peranan penting dalam kegiatan pertanian Harper, 2006.
2.1.2 Optimasi Lahan
Menurut Anonimous 2014, optimasi lahan pertanian merupakan usaha meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan pertanian menjadi lahan usahatani
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan melalui upaya perbaikan dan peningkatan daya dukung lahan, sehingga dapat menjadi lahan usahatani yang
lebih produktif. Kegiatan optimasi lahan pertanian diarahkan untuk memenuhi
kriteria lahan usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dari aspek teknis, perbaikan fisik dan kimiawi tanah, serta peningkatan
infrastruktur usahatani yang diperlukan. Kegiatan optimasi lahan diarahkan untuk menunjang terwujudnya ketahanan pangan dan antisipasi kerawanan pangan.
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan optimasi lahan adalah: 1
Memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan menjadi lahan pertanian produktif dan meningkatkan Indeks Pertanaman IP untuk memperluas areal
tanam, 2
Mendukung Program Peningkatan Beras Nasional P2BN, 3
Meningkatkan produksi pertanian, khususnya padi untuk mendukung surplus 10 juta ton beras,
4 Meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan pertanian,
5 Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan.
Sasaran kegiatan optimasi lahan diarahkan untuk : 1
Mendukung sub sektor pangan, komoditasnya harus padi pada lahan dengan Indeks Pertanaman IP
≤ 200, 2
Mendukung sub sektor hortikultura, diarahkan pada lahan komoditi hortikultura yang belum optimal komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran,
3 Mendukung sub sektor perkebunan, diarahkan pada lahan perkebunan rakyat
yang produktivitas dan jumlah populasi tanamannya rendah, Program optimasi lahan yang dilakukan dengan meningkatkan Indeks Pertanaman
tanaman. Indeks Pertanaman IP menunjukkan kekerapan atau intensitas pertanaman pada sebidang lahan. Peningkatan IP merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produksi dalam menghadapi masalah peningkatan kebutuhan tanaman tersebut, penciutan lahan, dan keterbatasan lahan. Lahan kering dan
lahan padi sawah dapat dimaksimalkan penggunaannya dengan peningkatan IP. Peningkatan IP dapat dilakukan dengan cara mempersingkat proses produksi dan
meniadakan waktu lowong antara musim tanam. Adapun indeks pertanaman pada sawah masih rendah yaitu satu atau dua kali tanam per tahun Anonimous, 2009.
Menurut Hanafie 2010, teknologi usahatani merupakan salah satu cara melakukan usahatani, yang meliputi cara menyebar benih, memelihara tanaman,
memungut hasil, dan memelihara ternak. Juga termasuk benih, pupuk, pestisida, perkakas, alat, dan sumber tenaga. Meningkatnya produksi pertanian merupakan
salah satu efek dari penggunaan teknik dan metode dalam usahatani yang senantiasa berubah.
Sistem pertanian khususnya bidang tanaman pangan sangat membutuhkan ketersediaan lahan potensial. Ketersediaan lahan yang cukup untuk usaha
pertanian merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan peran sektor pertanian secara berkelanjutan, terutama dalam perannya mewujudkan ketahanan dan
kedaulatan pangan secara nasional. Penyediaan lahan pertanian berkaitan dengan kapasitas produksi pangan yang ditentukan oleh luas lahan produksi, produktivitas
lahan, tingkat konsumsi pangan ketergantungan terhadap beras, laju luasan konversi, dan jumlah penduduk. Pada dasarnya mengalokasikan penyediaan lahan
potensial untuk lahan pertanian tanaman pangan sangat perlu dilakukan. Tapi bukan hanya sekedar pemenuhan target lahan, yang terpenting adalah bagaimana
mengoptimalkan lahan pertanian yang ada Arsyad dan Ernan, 2008.
2.1.3 Efektivitas
Menurut Hidayat 1986, efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektif merupakan suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah tercapai. Dimana semakin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi
efektivitasnya. Menurut The Liang Gie 1967, efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi
sebagai akibat dari yang dikehendaki, jika seseorang melakukan sesuatu dengan maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka dia dikatakan efektif apabila
mencapai maksudnya. Dapat disimpulkan bahwa suatu hal dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Pada program optimasi lahan, efektivitas pemberian dana bantuan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu tepat jumlah jumlah dana yang diberikan ,
tepat sasaran kepada siapa dana tersebut diberikan, dan tepat waktu kapan dana tersebut diberikan dan tepat guna untuk apa dana tersebut digunakan.
2.1.4 Pupuk
Menurut Lingga 2008, pupuk merupakan salah satu kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur yang habis terisap tanaman. Petani dan pupuk
sudah menyatu, petani kerap kali enggan tidak memberikan pupuk ketika menanam seuatu. Bagi mereka, pupuk sudah menjadi sebuah jaminan agar
tanaman dapat tumbuh subur dengan hasil yang melimpah, namun hasil yang diperoleh tak selamanya bagus. Petani kerap kali mengalami kegagalan, hal ini
kemungkinan disebabkan karena salah pupuk. Untuk penggunaan pupuk yang
tepat, harus memerhatikam beberapa hal misalnya dosis penggunaan pupuk, cara pemakaian, dan khasiatnya bagi tanaman harus diketahui terlebih dahulu sebelum
memakai pupuk tersebut.
2.1.5 Bibit
Bibit merupakan komponen teknologi produksi yang sangat penting untuk mendapatkan tingkat produksi yang optimal. Bibit merupakan tumbuhan muda
yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Untuk tanaman padi sawah, penggunaan bibit dengan umur dan jumlah yang tepat perlu
diperhatikan Kamil, 1982. Bibit adalah benih yang telah berkecambah atau bertunas. Menurut Peraturan
Menteri Pertanian No. 23PermentanSR.12022007 benih padi yang bersertifikat menjamin beberapa hal, yaitu keaslian kemurnian varietas, daya tumbuh yang
baik, dan masa pakai expired product diketahui dengan pasti, sehingga lebih terjamin. Jaminan kualitas benih padi bersertifikat adalah benih belum kadaluarsa,
daya tumbuh minimal 80, kadar air 10 – 13, kandungan kotoran maksimal 2, dan kemurnian varietas minimal 98. Dengan kualitas yang baik, tanaman
padi akan tumbuh lebih seragam, sehingga memaksimalkan hasil saat dipanen. Untuk memperoleh produksi yang maksimal, usaha yang baik harus dimulai sejak
awal. Selain penggunaan benih bersertifikat, perlakuan benih saat akan disemaikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan awal bibit padi.
2.1.6 Pestisida
Menurut PP No. 7 Tahun 1973 pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan,
ternak, dan sebagainya yang dibudidayakan oleh manusia untuk kesejahteraan hidup. Pestisida dipergunakan untuk memberantas hama dan penyakit yang
merusak tanaman, memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu gulma, mematikan daun dan pertumbuhan yang tidak diinginkan, memberantas atau
mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak, dan memberantas atau mencegah hama-hama air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995, pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta
mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman. Menurut Depkes 2004, pestisida kesehatan masyarakat adalah pestisida yang
digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular serangga, tikus atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat
umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat penyimpananpergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya fisik dan kimia dan atau
karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan, disimpan dan
digunakan secara terbatas.
2.1.7 Alat Mesin Pertanian
Menurut Anonimous 2015, alsintan atau alat dan mesin pertanian adalah sebutan yang digunakan untuk menyebut alat-alat atau mesin yang digunakan dalam
bidang pertanian. Pada zaman dahulu, ketika manusia masih hidup di zaman purba tapi sudah mengenal pola bercocok tanam, alat pertanian yang mereka
gunakan adalah berupa alat-alat dari batu atau kayu. Tapi di zaman modern ini,
untuk bercocok tanam, manusia mencari kemudahan-kemudahaan dengan menciptakan alat yang bisa mempemudah proses bertani atau bercocok tanam.
Dan alat yang di ciptakan untuk tujuan pertanian ini kemudian di kenal dengan istilah Alat dan mesin pertanian.
Alat dan mesin pertanian sesungguhnya mempunyai pengertian yang sangat jauh berbeda. Alsintan adalah dua kata yang di satukan. Berasal dari istilah alat
pertanian dan mesin pertanian. Keduanya, baik alat maupun mesin mempunyai perbedaan dalam bentuk, tenaga pengerak dan proses yang dilakukan. Alat
pertanian mempunyai bentuk dan mekanisme yang sederhana, dijalankan secara manual dan proses yang dilakukan sedikit. Sedangkan mesin pertanian bentuk dan
mekanismenya sangat kompleks, bekerja secara otomatis dan hasil proses yang di kerjakan sangat banyak.
Berikut ini adalah contoh alat-alat dan mesin pertanian yang sekarang banyak di gunakan di tingkat petani dari yang sederhana dan manual hingga yang modern
dan otomatis.
Tabel 2. Alat dan Mesin Pertanian Proses yang Dikerjakan
Alat Pertanian Mesin Pertanian
Membalik Tanah Cangkul
Traktor Memotong Rumput
Sabit Sabit Bergerigi
Menyiram Tanaman EmberGembor
Power Sprayer Menanam Biji
Kayu Tugal Mesin Tugal
Sumber : http:diperta.jabarprov.go.id
Alat dan mesin pertanian telah digunakan dalam usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Penggunaan alat dan mesin pertanian
telah dirasakan manfaatnya oleh petani khususnya tanaman pangan dalam mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama, panen dan perontokan
khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian jumlah alat dan mesin pertanian masih sangat sedikit dibanding dengan luas lahan yang ada
Anonimous, 2015 .
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Usahatani