Teknik Pengumpulan Data Tinjauan tentang Bank a. Pengertian Bank

xix b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah suatu bahan hukum yang digunakan dalam memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer Soerjono Soekanto Sri Mamudji, 2006: 13. Bahan hukum sekunder ini meliputi: jurnal, literatur, buku, koran, laporan penelitian dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006: 13. Bahan hukum tersier seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Politik, dan Ensiklopedi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data sekunder. Penulis mengumpulkan data sekunder yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti yang digolongkan sesuai dengan katalogisasi. Selanjutnya data yang diperoleh kemudian dipelajari, diklasifikasikan dan selanjutnya dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan dan permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi dokumen atau bahan pustaka yaitu pengumpulan data sekunder. Penulis mengumpulkan data sekunder dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, karangan ilmiah, dokumen resmi serta pengumpulan data melalui media internet. xx

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam suatu penelitian adalah menguraikan atau memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh kemudian diolah pokok permasalahan yang telah diajukan terhadap penelitian yang bersifat normatif. Penulis dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis yang bersifat kualitatif. Analisis data secara kualitatif adalah suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif-analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh Soerjono Soekanto, 1986: 250. Dalam penelitian ini legal issues akan dianalisis dengan logika deduktif. Dalam hal ini, sumber penelitian yang diperoleh dalam penelitian adalah dengan melakukan inventarisasi sekaligus mengkaji dari penelitian studi kepustakaan, aturan perundang- undangan serta dokumen-dokumen yang dapat membantu menafsirkan hal yang terkait, kemudian sumber penelitian tersebut diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang diteliti.

F. Sistematika Skripsi

Sebagai upaya untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini penulis memberikan gambaran mengenai permulaan sebuah penelitian, meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan hukum. xxi BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis memberikan landasan teori atau memberikan penjelasan teoritis berdasarkan literatur-literatur yang ada, tentu saja berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Kerangka teori meliputi: Tinjauan tentang Bank, Tinjauan tentang Bunga Bank Interest Bank, Tinjauan tentang Riba, Tinjauan tentang Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis akan menampilkan bagan kerangka pemikiran. BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menyajikan pembahasan berdasarkan dengan perumusan masalah, yaitu mengenai apa yang menjadi pertimbangan dan dasar hukum Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dalam menetapkan fatwa haram terhadap bunga bank. BAB IV: PENUTUP Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta memberikan saran-saran terhadap beberapa kakurangan yang harus diperbaiki yang penulis temukan. DAFTAR PUSTAKA xxii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Bank a. Pengertian Bank

Secara etimologi bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau pembantu. Namun dalam perkembangannya, pengertian bank merupakan suatu pranata sosial yang bersifat finansial, yang melaksanakan jasa-jasa keuangan. Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae, bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Secara otentik, pengertian bank diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pengertian bank diatur dalam Pasal 1 huruf a, yaitu bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Selanjutnya jika ditinjau dari asal mula terjadinya bank, maka pengertian bank adalah meja atau tempat untuk menukarkan uang. Kemudian pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan adalah: xxiii “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah dibidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama Kasmir, 2000: 12-15 yaitu: 1 Menghimpun Dana Funding Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana uang dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah simpanan giro, tabungan, sertifikat deposito serta deposito berjangka dimana masing-masing jenis simpanan yang ada memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri. Kegiatan penghimpunan dana ini disebut dengan istilah funding. xxiv 2 Menyalurkan Dana Lending Pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk simpanan kredit bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran dana ini disebut dengan istilah lending. Dalam pemberian kredit disamping dikenakan bunga bank juga mengenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit debitur dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. Besar kecilnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Di samping bunga simpanan pengaruh, besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Bagi perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga di bank ini disebut dengan istilah spread based. Jika suatu bank mengalami kerugian dari selisih bunga, di mana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini disebut dengan negatif spread. xxv Kemudian bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah keuntungan diperoleh bukan dari bunga. Di bank ini, jasa bank yang diberikan disesuaikan dengan prinsip syariah yang berdasarkan Hukum Islam. Prinsip syariah yang diterapkan oleh Bank syariah Kasmir, 2000: 13 adalah: a Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah b Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musharakah c Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabahah d Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah e Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina. Sistem bank berdasarkan prinsip syariah sebelumnya di Indonesia hanya dilakukan oleh Bank syariah seperti Bank Muamalat Indonesia dan BPR Syariah lainnya. Dewasa ini sesuai dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank Umumpun dapat menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah asal sesuai dengan ketentuan yang diterapakn oleh Bank Indonesia. 3 Memberikan Jasa Bank Lainnya Pengertian jasa bank lainnya yang merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dan, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Jasa perbankan lainnya Kasmir, 2000: 14-15 meliputi: xxvi a Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah b Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah c Jasa pengiriman uang transfer d Jasa penagihan inkaso e Jasa kliring clearing f Jasa penjualan mata uang asing valas g Jasa penyimpanan dokumen Safe Deposit Box h Jasa cek wisata Travellers Cheque i Jasa kartu kredit Bank Card j Jasa-jasa yang ada di pasar modal seperti penjamin emisi dan pedagang efek k Jasa Letter of Credit LC l Jasa bank garansi dan referensi bank mSerta jasa bank lainnya. Banyaknya jenis jasa yang ditawarkan sangat tergantung dari kemampuan bank masing-masing. Semakin mampu bank tersebut, maka semakin banyak ragam produk yang ditawarkan. Kemampuan bank dapat dilihat dari segi permodalan, manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang dimilikinya. Mengenai fungsi perbankan Indonesia, secara umum juga diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Adapun fungsi perbankan Indonesia secara luas adalah: xxvii a Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat atau penerima kredit. b Bank sebagai penyalur dana kepada masyarakat atau sebagai lembaga pemberi kredit. c Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan pembayaran. Bank sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa- jasa keuangan baik kepada pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki dana bank-bank melakukan beberapa fungsi dasar sementara tetap menjalankan kegiatan rutinnya di bidang keuangan. Fungsi dasar dari bank dapat dilihat dari keterangan berikut. Bank memiliki fungsi pokok Dahlan Siamat, 2005: 88, sebagai berikut: a Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. b Menciptakan uang. c Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat. d Menawarkan jasa-jasa keuangan lain. e Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional. f Menyediakan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga. g Menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana.

b. Jenis Bank

Praktek perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan memiliki beberapa jenis bank. Di dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan Kasmir, 2000: 20-21. xxviii Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilihan saham yang ada serta akte pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara Bank Konvensional berdasarkan bunga dan Bank syariah berdasarkan bagi hasil. Kemudian menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank yaitu: 1 Bank Umum 2 Bank Perkreditan Rakyat BPR Bank Umum dan BPR memiliki beberapa perbedaan untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan lebih lanjut. Pengertian Bank Umum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan seluruh wilayah. Bank umum sering disebut Bank komersil Comercial Bank. Sedangkan pengertian Bank Perkreditan Rakyat BPR menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan xxix penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR dengan modal awal yang relatif lebih kecil dibandingkan modal awal Bank Umum. Larangan lainnya bagi BPR tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing. Selain kedua jenis bank di atas dalam praktiknya masih terdapat satu lagi jenis bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Sentral. Jenis bank ini bersifat tidak komersial seperti halnya Bank Umum dan BPR. Bahkan disetiap negara jenis ini selalu ada dan di Indonesia fungsi Bank Sentral di pegang oleh Bank Indonesia BI. Fungsi Bank Sentral ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Tujuan Bank Indonesia seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Bab III Pasal 7 adalah untuk mecapai dan memelihara kestabilan rupiah. Mata uang rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang ditimbukan apabila mata uang tidak stabil sangatlah luas seperti salah satunya adalah terjadinya inflasi yang sangat memberatkan masyarakat luas. Oleh karena itu tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan menjaga kestabilan rupiah sangatlah penting. Adapun maksud dari kestabilan rupiah yang diinginkan oleh Bank Indonesia Kasmir, 2000: 22-23 adalah sebagai berikut: 1 Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi. 2 Kestabilan nilai rupiah terhadap nilai mata uang negara lain. Hal ini dapat diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. xxx Dengan kestabilan nilai mata uang rupiah, maka akan sangat banyak manfaat yang akan diperoleh terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berkaitan dengan masalah perbankan, apabila ada bank tentu juga ada nasabah. Pengertian nasabah Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1, Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, dalam hal ini terdapat dua jenis nasabah yaitu: 1 Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. 2 Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Kedudukan nasabah dalam dunia perbankan merupakan sebagai konsumen dari pelayanan jasa perbankan. Kedudukan nasabah dalam hubungannya dengan pelayanan jasa perbankan berada pada dua posisi yang dapat bergantian sesuai dengan sisi mana mereka berada. Dilihat dari sisi pengerahan dana, nasabah yang menyimpan dananya pada bank baik sebagai penabung deposan, maupun pembeli surat berharga, maka pada saat itu nasabah berkedudukan sebagai kreditur bank. Sedangkan pada sisi penyaluran dana, nasabah peminjam berkedudukan sebagai debitur dan bank sebagai kreditur. Dari semua kedudukan tersebut, pada dasarnya nasabah merupakan konsumen dari pelaku usaha yang menyediakan jasa di sektor usaha perbankan. xxxi

2. Tinjauan tentang Bunga Bank Interest Bank a. Pengertian Bunga Bank Interest Bank