Konsep euthanasia di Belanda Dekriminalisasi euthanasia

commit to user dari setengah dokteri mengatakan bahwa alasan utama yang diberikan oleh pasien untuk permintaan ini adalah kehilangan martabat. Hampir setengah mengatakan mereka mengambil tindakan untuk mencegah penderitaan lebih lanjut. Sebuah karangan berjudul The Slippery Slope of Dutch Euthanasia dalam majalah Human Life International Special Report Nomor 67, November 1998, halaman 3 melaporkan bahwa sejak tahun 1994 setiap dokter di Belanda dimungkinkan melakukan euthanasia dan tidak akan dituntut di pengadilan asalkan mengikuti beberapa prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur tersebut adalah mengadakan konsultasi dengan rekan sejawat tidak harus seorang spesialis dan membuat laporan dengan menjawab sekitar 50 pertanyaan. Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para dokter untuk melapor semua kasus euthanasia dan bunuh diri berbantuan. Instansi kehakiman selalu akan menilai betul tidaknya prosedurnya. Pada tahun 2002, sebuah konvensi yang berusia 20 tahun telah dikodifikasi oleh undang-undang Belanda, dimana seorang dokter yang melakukan euthanasia pada suatu kasus tertentu tidak akan dihukum. Dinyatakan bahwa bunuh diri dengan bantuan orang lain yang dilaksanakan karena penderitaan yang berkelanjutan dan tak tertahankan adalah legal. Selanjutnya hukum itu menyatakan, pasien harus dalam keadaan pikiran ang tenang. Dokter pun harus mendapatkan opini kedua, dan hanya dokter bukan keluarga yang boleh memberikan obat mematikan pada pasien http:id.wikipedia.orgwikiEutanasiaBelanda diakses 2 Januari 2011.

b. Konsep euthanasia di Belanda

Menurut penelitian 1991 otoritatif dalam laporan Remmelink mendefinisikan euthanasia di Belanda sebagai sengaja mengakhiri hidup orang lain atas permintaannya. Ini berbeda dari kategori lainnya yang digunakan di lembaga-lembaga perawatan kesehatan Belanda yaitu: commit to user Bantuan bunuh diri didefinisikan sebagai sengaja membantu seseorang dalam tindakan mengakhiri hidup di nya permintaan eksplisit. Hal ini berbeda dengan euthanasia sukarela karena tidak mendukung tujuan hanya dalam tindakan penghancuran diri yaitu : i. Sebuah tindakan mengakhiri hidup tanpa permintaan eksplisit didefinisikan sebagai sengaja mengakhiri hidup seseorang tanpa nya permintaan eksplisit. Hal ini berbeda dengan euthanasia sukarela dalam hal itu tidak didasarkan pada permintaan dianggap baik, gigih dan eksplisit dari pasien; ii. Euthanasia aktif tanpa permintaan eksplisit dari pasien berbeda dari euthanasia sukarela karena tidak didasarkan pada permintaan dianggap baik, gigih dan eksplisit dari pasien; iii. Kematian akibat administrasi opiat dan obat penghilang rasa sakit lainnya dalam dosis besar. Ini dikenal sebagai euthanasia tidak langsung dan, Kematian akibat pemotongan atau penarikan berpotensi pengobatan jika tidak dikenal sebagai euthanasia pasif atau abstain. Dalam definisi resmi, pengakhiran hidup atas permintaan pasien adalah pusat dari keputusan untuk mengakhiri hidup dalam kasus euthanasia sukarela. Definisi di atas serupa dengan yang digunakan secara internasional dalam bioetika Robin Lunge, Maria Royle, Michael Slater.http:www.leg.state.vt.usreports05deathdeath_with_dignity_report. htm diakses 24 Januari 2011

c. Dekriminalisasi euthanasia

Euthanasia menjadi hukum di Belanda pada tanggal 10 April 2001. Sebelum tanggal tersebut, euthanasia aktif adalah tindak pidana berdasarkan Article 293 of the Dutch Penal Code Pasal 293 dari Belanda KUHP, yang berbunyi : “He who takes the life of another person on this persons explicit and serious request will be punished with imprisonment of up to twelve years or a fine of the fifth category . Dia yang mengambil kehidupan orang lain commit to user atas permintaan orang ini eksplisit dan serius akan dihukum dengan hukuman penjara hingga dua belas tahun atau denda kategori kelima sekitar 50,000. Kemudian dalam article 294 the Dutch Penal Code Pasal 294 KUHP Belanda berbunyi : “He who deliberately incites another to suicide, assists him therein or provides him with the means, is punished, if the suicide follows, with a sentence of at most three years or a fine of the fourth category ” Dia yang sengaja menghasut orang lain untuk bunuh diri, membantu dalamnya atau memberikan dia dengan sarana, dihukum dengan hukuman paling banyak tiga tahun atau denda kategori empatsekitar 12,500,000 www.lexadin.nlwlglegisnofreurlxwened.htmCriminal20Law diakses tanggal 2 Januari 201. Pada saat yang sama, Section 40 Bagian 40 dari code penal yang sama menyatakan bahwa seorang individu tidak dihukum jika dia telah didorong oleh suatu kekuatan yang tak tertahankan hukum dikenal sebagai force majeure untuk menempatkan kesejahteraan orang lain di atas hukum. Ini mungkin termasuk keadaan di mana dokter dihadapkan dengan konflik antara kewajiban hukum untuk tidak mengambil kehidupan dan tugas manusiawi untuk mengakhiri penderitaan tak tertahankan pasien. Di Belanda euthanasia sukarela telah dilegalkan. Dekriminalisasi euthanasia membuat Belanda negara pertama di dunia yang secara resmi belas kasihan membunuh. Dalam undang-undang euthanasia, syarat- syarat untuk dilakukan euthanasia adalah : i. pasien yang dalam keadaan menderita terus menerus, tak tertahankan dan tidak dapat disembuhkan ii. Sebuah pendapat kedua dari seorang dokter eksternal; iii. Pasien harus dinilai sehat jasmani dan, iv. Permintaan untuk mati harus dilakukan secara sukarela, independen dan terus menerus. v. Pasien harus sakit parah dengan penderitaan fisik. commit to user vi. Pasien yang berumur 12-16 tahun memerlukan persetujuan dari orang tua mereka www.lexadin.nlwlglegisnofreurlxwened.htmCriminal20Law diakses 2 Januari 2011. Namun, dokter tidak seharusnya menyarankan sebagai pilihan. Kedua permintaan lisan dan tertulis melegitimasi dokter untuk menyetujui permintaan tersebut. Namun, dokter tidak diwajibkan untuk melakukannya. Dan ia hanya dapat menyetujui untuk meminta sambil memperhatikan perawatan karena-persyaratan yang disebutkan dalam Undang Undang. Dalam setiap kasus dokter harus yakin bahwa pasien menghadapi penderitaan berkesudahan dan tak tertahankan. Jika dia atau dia percaya bahwa ini tidak begitu, dokter mungkin tidak menyetujui permintaan euthanasia, tidak peduli apa deklarasi negara akan. Penting untuk dicatat bahwa euthanasia dan bunuh diri yang dibantu dokter terus menjadi tindak pidana, tetapi dilegalkan, dalam keadaan tertentu. KUHP Belanda dalam Pasal 293 sekarang termasuk ketentuan itu. Hal ini menyatakan bahwa berakhirnya kehidupan di permintaan dan bantuan bunuh diri tidak diperlakukan sebagai tindak pidana bila dilakukan oleh dokter dan jika kriteria perawatan karena diamati. Oleh karena pandangan bahwa euthanasia tidak lagi dihukum. Dalam contoh kasus yang menimpa seorang pasien berusia lima puluh tahun, yang bernama Nyonya Netty Boomsma, mengalami depresi yang sangat parah karena Kegagalan perkawinan dan dua anaknya meninggal yang disebabkan bunuh diri dan kanker. Penderitaannya terutama psikologis. Setelah kematian anak kedua ia memutuskan untuk bunuh diri dan mendekati Dutch Federation for Voluntary Euthanasia Federasi Belanda Sukarela Euthanasia, yang mengarah ke Dr Boudewijn Chabot. Dr Chabot mendiagnosa menderita penderitaan mental yang berat dan sulit dipecahkan. Dia berkonsultasi dengan sejumlah rekan-rekannya, meski tidak satupun dari mereka dyang memeriksa Ny Boomsma secara pribadi. Pada bulan September 1991, Dr Chabot melakukan euthanasia ter hadap Ny commit to user Boomsma dengan resep obat dosis tinggi yang mematikan. Akibatnya dia dilaporkan ke koroner publik. Dr Chabot dituntut berdasarkan Pasal 294 dari KUHP Belanda. Mahkamah Agung menyatakan bahwa tidak ada alasan prinsip dilakukan euthanasia apabila penyebab penderitaan pasien adalah psikologis. Namun, pengadilan menyatakan bahwa untuk melakukan euthanasia pasien harus diperiksa oleh seorang ahli medis independen. Dr Chabot telah mencari pendapat medis dari tujuh orang temannya tetapi tidak ada yang benar-benar melihat Ny Boomsma dapat disembuhkan. Pada bulan Juni 1994, Dr Chabot ditemukan bersalah karena melakukan kejahatan berdasarkan Pasal 294. Mahkamah Agung menolak untuk menjatuhkan hukuman, walaupun pada bulan Februari 1995 Dr Chabot menerima teguran dari Majelis Disiplin Kedokteran. Kimsma G, Leeuwen. www.eubios.infoBetCDBet12.doc diakses 2 Januari 2011

3. Penerapan euthanasia di Belgia

Dokumen yang terkait

JAMINAN PEMENUHAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN OLEH WARGA NEGARA INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA

0 17 20

JAMINAN PEMENUHAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN OLEH WARGA NEGARA INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA

0 6 9

Undang-undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia - [PERATURAN]

0 4 29

PENGATURAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAM.

1 1 9

TINJAUAN YURIDIS HAK ASASI MANUSIA TERHADAP PENERAPAN HUKUMAN MATI DI INDONESIA (STUDI HUKUM TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA).

0 0 6

HAK ASASI MANUSIA DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (Studi Terhadap undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang Nomor 26 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia).

0 0 6

Tinjauan Yuridis Viktimologis tentang Tindakan Perbudakan dihubungkan dengan Undnag-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

0 1 2

UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

0 0 29

PERLINDUNGAN HAK ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG PATI KABUPATEN 50 KOTA MENURUT KAJIAN UNDANG -UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA - Repositori Universitas Andalas

0 0 3

PERLINDUNGAN HAK ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK TANJUNG PATI KABUPATEN 50 KOTA MENURUT KAJIAN UNDANG -UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA - Repositori Universitas Andalas

0 0 1