xvi
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ulang pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur karena perusahaan manufaktur memiliki jumlah perusahaan yang banyak
dibandingkan dengan jenis usaha lain dan juga karena pernah terdapat adanya kasus manipulasi laporan keuangan dalam perusahaan manufaktur. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2010-2012 ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnnya, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah dewan komisaris berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba? 2.
Apakah dewan direksi berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?
3. Apakah komite audit berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba? 4.
Apakah dewan komisaris, direksi, dan komite audit bepengaruh secara simultan terhadap manajemen laba?
Universitas Sumatera Utara
xvii
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnnya, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Memperoleh bukti empiris apakah dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba 2.
Memperoleh bukti empiris apakah dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba
3. Memperoleh bukti empiris apakah komite audit berpengaruh
secara signifikan terhadap manajemen laba 4.
Memperoleh bukti empiris apakah dewan komisaris, dewan direksi, dan komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu: 1.
Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai
pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba 2.
Bagi Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
xviii
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi perusahaan mengenani pengaruh corporate governance
terhadap manajemen laba, dan bagi para investor diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pengambil keputusan dalam berinvestasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian lain dalam mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang hal yang sama.
Universitas Sumatera Utara
xix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi dan pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakai. Informasi yang tepat akan
sangat berguna dalam mengambil berbagai keputusan. Menurut Harahap, 2002:7 laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses
akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator
kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya. Menurut Munawir 2004:2 laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari
perusahaan tersebut. Laporan keuangan menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajamen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Menurut IAI 2002 disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
Universitas Sumatera Utara
xx
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Warren, Reeve and Fess 2008:24, laporan keuangan suatu entitas terdiri atas :
a. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan matching
concept. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi yang disebut laba bersih.
b. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba
rugi karena laba bersih ataupun rugi bersih dalam periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum
mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di dalam neraca.
c. Neraca
Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Pada
bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat
Universitas Sumatera Utara
xxi
lambatnya aktiva tersebut dikonversikan kedalam kas atau digunakan dalam operasi.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri
dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Menurut Baridwan 2004:5 dalam bahwa laporan keuangan akan bermanfaat bila memenuhi ketujuh kualitas sebagai berikut :
1. Relevan.
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para
pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, betapapun kualitas lainnya terpenuhi. Sehubungan dengan tujuan relevansi
seyogyanya dipilih metode-metode pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan yang akan membantu sejauh mungkin para pemakai dalam
pengambilan jenis-jenis keputusan yang memerlukan penggunaan data akuntansi keuangan. Dalam mempertimbangkan relevansi dari pada
informasi yang bertujuan umum general purpose information, perhatian difokuskan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan pada kebutuhan
khusus pihak-pihak tertentu; dengan demikian, suatu informasi mungkin
Universitas Sumatera Utara
xxii
mempunyai tingkat relevansi yang tinggi untuk kegunaan khusus tertentu, sementara kecil sekali relevansinya bagi kegunaan yang lain.
2. Dapat Dimengerti
Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para
pemakai. Dalam hal ini, dari pihak pemakai juga diharapkan adanya pengertianpengetahuan mengenai aktivits-aktivitas ekonomi perusahaan,
proses akuntansi keuangan, serta istilah-istilah teknis yang digunakan dalam laporan keuangan.
3. Daya Uji
Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan- pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Sehubungan dengan
keterlibatan manusia didalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektf
semata. Dengan demikian untuk meningkatkan manfaatnya, informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen
dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. 4.
Netral Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu. 5.
Tepat Waktu Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk digunakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
xxiii
dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
6. Daya Banding.
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari
perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan- perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. Lengkap.
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitas diatas;
dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan.
2.1.2 Teori Keagenan
Menurut Jensen dan Meckling 1976, dalam Ruth 2013:25 dalam teori keagenan agency theory, hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih
principal mempekerjakan orang lain agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent
tersebut. Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang
disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal diasumsikan
Universitas Sumatera Utara
xxiv
hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan, sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasaan tidak hanya
dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan Anthony dan Govindarajan, 2005, dalam Budiasih, 2009.
Eisenhardt 1989, dalam Siagian 2011:11 menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: 1 manusia pada umumya mementingkan
diri sendiri self interest, 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality, dan 3 manusia selalu menghindari resiko risk
averse. Dari sifat manusia tersebut kita dapat melihat sering terjadinya konflik antara manajer dengan para pemegang saham, karena dipicu oleh sifat manusia tersebut.
Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan perusahaan, sedangkan pemegang saham hanya tertarik pada
pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut.
2.1.3 Konsep Laba
Menurut Belkaoui 1993, dalam Siagian 2011:18 laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam
berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan
pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Informasi tentang labarugi dapat dilihat dari laporan laba rugi sebuah
perusahaan, laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi
Universitas Sumatera Utara
xxv
perusahaan selama periode tertentu Kieso, 2008: 129. Unsur-unsur utama yang terdapat dalam laporan laba rugi, antara lain:
1. Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu entitas atau kombinasi keduanya selama satu periode, yang berasal dari pengiriman
atau produksi barang, penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan secara terus menerus.
2. Expense
Biaya adalah aliran keluar atau pemakaian aktiva suatu entitas, atau penambahan hutang suatu entitas atau kombinasi keduanya selama satu
periode, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan perusahaan
secara terus-menerus.
3. Keuntungan Gain
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas aktiva neto dari transaksi insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa, dan kondisi
lainnya yang mempengaruhi entitas dalam suatu periode di luar transaksi yang berasal ari pendapatan dan investasi oleh pemilik.
4. Kerugian Losses
Universitas Sumatera Utara
xxvi
Kerugian adalah penurunan ekuitas aktiva neto dari transaksi insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa, dan kondisi lainnya yang
mempengaruhi entitas dalam satu periode di luar transaksi yang berasal dari biaya dan distribusi pada pemilik.
2.1.4 Manajemen Laba
Manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba
yang diinginkan Belkaoui, 2004, dalam Siagian 2011:18. Dari pengertian diatas manajer memiliki kebebasan untuk memilih dan menggunakan pilihan-pilihan yang
ada agar laporan keuangan dan informasi laba lebih baik dari biasanya karena laporan keuangan yang paling diminati investor dan analis adalah laba perusahaan.
Menurut Scott 1997 dalam Pujiningsih 2011, ada beberapa faktor yang
mendorong manajer melakukan praktik manajemen laba, yaitu :
1. Perencanaan Bonus
Faktor ini diungkapkan oleh Healy 1985, bahwa manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk
melakukan earning management dengan memaksimalkan laba saat ini. Dengan adanya laba yang maksimal yang diterima oleh perusahan. Maka pihak prinsipal akan
memberikan bonus tambahan kepada manajer sesuai dengan kinerja yang telah
Universitas Sumatera Utara
xxvii
dilakukan, hal ini yang dimanfaatkan oleh seorang manajer untuk mendapatkan insentif bonus oleh perusahaan dengan melakukan praktik manajemen laba.
2. Motivasi Lain
Faktor lain yang dapat mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba adalah politik, pajak, pergantian CEO, IPO,dan pentingnya informasi kepada
investor. a.
Motif Politik Earning management digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang
lebih ketat. b.
Motif Pajak Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi earning management yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak penghasilan.
c. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan utnuk meningkatkan bonus mereka dan jika kinerja perusahaan buruk akan
memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
Universitas Sumatera Utara
xxviii
d. IPO
Informasi mengenai laba menjadi sinyal atas nilai perusahaan pada perusahaan yang akan melakukan IPO. Hal ini berakibat bahwa manajer perusahaan
yang akan go public melakukan earnings management menaikkan harga saham perusahaan.
e. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor.
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan
tersebut dalam kinerja yang baik. Scott 2000 juga menambahkan bahwa pola manajemen laba dapat
dilakukan dengan cara, yaitu : 1.
Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan
CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa mendatang. Strategi
seperti ini dilakukan seolah-olah manajer baru melakukan kebijakan yang agresif pada perusahaan yang mengalami kerugian tersebut.
Teknik taking a bath dilakukan dengan mengakui adanya biaya-biaya ada periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan
sehingga manajemen menghapus beberapa aktiva dan membebankan
Universitas Sumatera Utara
xxix
perkiraan-perkiraan biaya mendatang. Akibatnya laba pada periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2. Income Minimization
Teknik ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang
diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
3. Income Maximization
Teknik ini dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang
tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang.
4. Income Smoothing
Teknik ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporakan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu
besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Universitas Sumatera Utara
xxx
2.1.5 Corporate Governance
Tata kelola perusahaan Corporate Governance adalah sistem yang digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan
Ali, 2006, dalam Ruth 2013:9. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Praktik corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance.
Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG 2006 mengemukakan prinsip- prinsip dasar good corporate governance sebagai berikut:
1. Keterbukaan Informasi Transparency
Transparansi adalah keterbukaan dalam menggungkapkan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam
menggungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi itu, perusahaaan harus
menyediakan informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu kepada para pemegang saham.
2. Akuntabilitas Accountability
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
Universitas Sumatera Utara
xxxi
pelaksanaan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga
pengelolaan perusahaan berjalan secara efektif. 3.
Pertanggungjawaban Responsibility Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian kepatuhan
pengelolaan di dalam perusahaan terhadap prinsip-prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang undangan yang berlaku.
4. Kemandirian Independency
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari
pihak manapun yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat,
sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. 5.
Kewajaran Fairness Kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan perlakuan di dalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundang undangan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
xxxii
2.1.5.1 Dewan komisaris
Hubungan, peran, wewenang, tugas dan tanggungjawab dewan direksi diatur dalam undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007
dalam Sigit, 2012:145 sebagai berikut: a.
Melakukan tugas dan tanggungjawab pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, dan memberikan
nasihat kepada direksi Pasal 108 dan Pasal 114.
b. Bertanggungjawab renteng secara pribadi atas kerugian perseroan
bila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya Pasal 114 ayat 3 dan ayat 4.
c. Bertanggungjawab renteng secara pribadi atas kepailitan peseroan
bila disebabkan oleh kesalahan dan kelalaian dalam menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasihat pasal 115.
d. Diberi wewenang untuk membentuk komite yang diperlukan untuk
mendukung tugas dewan komisaris Pasal 121.
Universitas Sumatera Utara
xxxiii
2.1.5.2 Dewan Direksi
Hubungan, peran, wewenang, tugas dan tanggungjawab dewan direksi diatur dalam undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007
dalam Sigit, 2012:145 sebagai berikut:
a. Menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan
sesuai dengan kebijakan yang dianggap tepat dalam batas yang ditetapkan Undang-Undang dan Anggaran Dasar Perseroan Pasal
92. b.
Bertanggungjawab renteng penuh secara pribadi atas kerugian perseroan bila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugasnya Pasal 97. c.
Mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan Pasal 98.
d. Wajib membuat Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS, dan
risalah rapat Direksi Pasal 100 ayat 1a. e.
Wajib membuat laporan tahunan Pasal 100 ayat 1b. f.
Wajib memelihara seluruh daftar, risalah, dokumen keuangan, dan dokumen Perseroan lainnya di tempat kedudukan perseroan Pasal
1c dan Pasal 2. g.
Wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan perseroan, atau menjadikan jaminan utang perseroan Pasal 102.
Universitas Sumatera Utara
xxxiv
2.1.5.3 Komite Audit
Menurut Hasnati dalam Sigit, 2012:148, tentang tugas, tanggungjawab, dan wewenang komite audit adalah membantu dewan komisaris yang mencakup:
a. Mendorong terbentuknya struktur pengadilan internal yang
memadai prinsip tanggungjawab. b.
Meningkatkan kualitas keterbukaan dan laporan keuangan prinsip transparansi.
c. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan audit eksternal, kewajaran
biaya audit eksternal, serta kemandirian dan objektivitas audit eksternal prinsip akuntabilitas.
d. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggungjawab komite
audit selama tahun bukuyang sedang diperiksa eksternal audit prinsip tanggungjawab.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain oleh Xie et al.
2001, mengungkapkan bahwa proporsi dewan komisaris dan frekuensi rapat dewan
Universitas Sumatera Utara
xxxv
berpengaruh terhadap manajemen laba. Iqbal dan Norman 2010, mengungkapkan bahwa ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, proporsi dewan direksi
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Menurut Abbas et al. 2009, ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, dan proporsi komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Nasution dan Setiawan 2007, komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak memiliki hubungan yang signifikan
terhadap manajemen laba, tetapi komite audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Adapun ringkasan penelitian-penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh beberapa peneliti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Xie et al. 2001
Variabel Independen: Proporsi Dewan
Komisaris, Dualisme peran CEO, Frekuensi
Rapat Dewan, Proporsi Komite Audit
Variabel Dependen: Manajemen Laba
Proporsi dewan komisaris dan frekuensi rapat dewan
berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan
dualisme peran CEO dan proporsi komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba
2 Iqbal dan
Norman 2010 Variabel Independen:
Ukuran Dewan Direksi, Proporsi Dewan
Komisaris, Proporsi Dewan Direksi,
Dualisme peran CEO, Kepemilikan Instusional,
Kepemilikan Manajerial, Reputasi Auditor
Variabel Dependen: Manajemen Laba
Ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, proporsi
dewan direksi, dualisme peran CEO, dan reputasi auditor
berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba
Universitas Sumatera Utara
xxxvi
No Peneliti
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
3 Abbas et al.
2009 Variabel Independen:
Ukuran Dewan Direksi, Proporsi Dewan
Komisaris, Dualisme Peran CEO, Proporsi
Komite Audit, Reputasi Auditor
Variabel Dependen: Manajemen Laba
Ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, dualism peran
CEO, dan proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hanya reputasi auditor yang
berpengaruh terhadap manajemen laba.
4 Nasution dan
Setiawan 2007 Variabel Independen:
Komposisi Dewan Komisaris, Ukuran
Dewan Komisaris, Komite Audit, Ukuran
Perusahaan Variabel Dependen:
Manajemen Laba Komposisi dewan komisaris dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
Sumber: Olahan Penulis 2014
Penelitian Xie et al 2001 yang berjudul earnings management and corporate governance: the role of the board and the audit commite. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independen adalah proporsi dewan komisaris, dualisme peran CEO, frekuensi rapat dewan, dan proporsi komite audit, variabel dependennya adalah
manajemen laba. Dari hasil penelitian ini Xie et al 2001 menyatakan bahwa ada pengaruh antara manajemen laba dengan proporsi dewan komisaris dan frekuensi
rapat dewan, sedangkan dualisme peran CEO dan proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen.
Universitas Sumatera Utara
xxxvii
Penelitian Iqbal dan Norman 2010 yang berjudul the effect of corporate governance on earnings management around UK rights issues. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel independen adalah ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, proporsi dewan direksi, dualism peran CEO, kepemilikan instusional,
kepemilikan manajerial, dan reputasi auditor, variabel dependennya adalah manajemen laba. Dari hasil penelitian ini Iqbal dan Norman 2010 menyatakan
bahwa ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, proporsi dewan direksi, dualism peran CEO dan reputasi auditor berpengaruh terhadap manajemen laba,
sedangkan kepemilikan instusional dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Penelitian Abbas et al. 2009 yang berjudul corporate governance and earnings management: An empirical study of the Saudi market. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel independen adalah ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, dualism peran CEO, proporsi komite audit, dan reputasi auditor dan
variabel dependenya adalah manajemen laba. Abbas et al. 2009 menyatakan bahwa ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, dualism peran CEO, proporsi
komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, hanya reputasi auditor yang memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
xxxviii
Penelitian Nasution dan Setiawan 2007 yang berjudul pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan di Indonesia. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit dan ukuran perusahaan, variabel dependennya
adalah manajemen laba. Nasution dan Setiawan 2007 menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba, hanya komite audit yang memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
2.3 Kerangka Konseptual