Mekanisme Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor Pada Kantor Samsat Medan Selatan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

MEKANISME PENGENAAN PAJAK KENDERAAN BERMOTOR PADA KANTOR SAMSAT MEDAN SELATAN

D I S U S U N Oleh:

MARASI ARIEL SHARON SIMAMORA 042600155

Untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNUIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Kuasa, atas segala berkat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini dengan judul “Mekanisme Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor

Pada Kantor SAMSAT Medan Selatan”.

Yang menjadi tujuan dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Prodip III Administrasi Perpajakan dan untuk memperoleh gelar sarjana Muda (Ahli Madya) Administrasi Perpajakan pada Fakultas ILmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis Menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan karya penulis dimasa yang akan dating.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam betuk moril ataupun material, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu dengan sepenuh hati pada kesempatan ini penulis mengucapka terima kasih kepada:

1. Bapak Drs Zakaria Taher M.SP selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst. M.Si selaku Ketua jurusan Prodip III

Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(3)

4. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai pada Jurusan Prodip III Administrasi Perapajakan FISIP USU.

5. Bapak Sjafarudin SH, MM selaku Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

6. Bapak Drs. Viktor Lumbanraja yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis.

7. Terismewa kepada Ayahanda A. Simamora, Ibunda M. Silaban, yang sangat kusayangi dan kucintai yang telah banyak menberikan Doa dan motivasi dalam mencapai yang terbaik dalam hidup saya.

8. Abang, dan adikku yang kusayangi yang telah memberikan dorongan serta doa pada penulis dalam pemyelesaian Tugas akhir ini.

9. Buat ade Vina yang telah memberikan dorongan dalam hidup saya, M’kasih atas Semuanya.

10.Buat sahabat baik saya March, Ambar, Frans, dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Akhirnya penulis berharap Tugas Akhir yang sederhana ini berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan, September 2008


(4)

Marasi Ariel S.

Simamora Nim:

042600155

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………. iii

DAFTAR BAGAN……… vi

DAFTAR TABEL……… vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………. 1

1.2.Tujuan dan Manfaat………. 4

1.3.Ruang Lingkup……… 6

1.4.Metode Praktek Kerja……….. 6

1.5.Metode Pengumpulan Data………. 7

1.6.Sistematika Penulisan Laporan………... 8

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM 2.1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi SumateraUtara……….. 10

2.2. Tugas Pokok dan Fungsi………. 11

2.3. Struktur Organisasi………. 12


(5)

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK

3.1. Ketentuan……… 24

3.1.1. Dasar Hukum Pemungutan Pajak………... 25

3.1.2. Pajak Daerah……….. 26

3.1.3. Bagi Hasil Penerimaan Pajak………... 27

3.1.4. Penetapatan dan Pemungutan Pajak Kenderaan Bermotor………... 28

3.1.5. Manfaat Pentingnya Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor……... 29

3.1.6. Pelaksanaan Pemungutan Kenderaan Bermotor………... 30

3.2. Objek dan Subjek Pajak Daerah………. 30

3.3. Dasar Pengenaan Tarif Pajak dan Cara Penghitungan Pajak……….. 32

3.3.1. Dasar Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor………... 32

3.3.2. Tarif Pajak kenderaan Bermotor………... 34

3.3.3. Wilayah Pemungutan Pajak………... 34

3.3.4. Masa Pajak Saat Pajak Terutang dan Surat Pemberitahuan……….. 34

3.4. Prosedur dalam Mekanisme Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor…... 35

3.5. Mekanisme Penilaian Pemungutan Pajak Kenderaan Bermotor……… 35

3.5.1. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah……….... 35

3.5.2. Proses Pemungutan PKB/BBN-KB………... 37

BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI 4.1. Penetapan Realisasi PKB……… 41

4.2. Mekanisme Pelayanan Pajak Kenderaan Bermotor……… 45

4.3. Mekanisme Kinerja Pelayanan Pendaftaran dan penetapan………... 46


(6)

4.3.2. Mekanisme Kinerja dari Penetapan………... 47

4.4. Mekanisme Kinerja Pelayanan Pembayaran dan Penyerahan…………... 47

4.4.1. Mekanisme Kinerja dari Pembayaran………... 47

4.4.2. Mekanisme Kinerja dari Penyerahan……… 48

4.5. Prosedur Penghitungan Pajak Kenderaan Bermotor……….. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 49

5.2. Saran………... 52


(7)

DAFTAR BAGAN

1. Struktur Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara………. 23 2. Mekanisme Pemungutan PKB/BBN-KB………... 40 3. Mekanisme Pelayanan PKB………... 45


(8)

DAFTAR TABEL

1. Penetapan Target dan Realisasi PKB T.A. 2005………..……. 42 2. Penetapan Target dan Realisasi PKB T.A. 2006………..………. 43


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa yang bertujuan meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan keterampilan untuk menghadapi pekerjaan yang sesungguhnya. Melatih diri dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan, sehingga dapat diharapkan menjadi sumber daya manusia yang berpotensi dan berkualitas.

Mahasiswa sebagai motor penggerak pembangunan dituntut lebih mampu untuk membangun bangsa dan negara dimana pada saat ini era globalisasi sudah memasuki segala sendi-sendi kehidupan. Tantangan dan rintangan akan membuat mahasiswa lebih berpikir kedepan. Ilmu pengetahuan dan teknologi pun terus terjadi perubahan dimana mahasiswa harus mampu mengikuti segala perkembangannya. Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi formal mengadakan pelatihan bagi mahasiswanya melalui praktik kerja lapangan. Melalui Praktik Kerja Lapangan ini nantinya mahasiswa akan mengetahui kondisi kerja yang sebenarnya dan mempersiapkan diri untuk bekerja.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa sumber pendapatan yang sangat berpengaruh bagi negara kita adalah pajak baik pajak pusat maupun pajak daerah. Karena dengan tingginya sumber pendapatan negara maka akan mempengaruhi pembangunan nasional, dan juga akan mengurangi tingkat ketergantungan negara terhadap pinjaman luar negeri. Dan untuk meningkatkan


(10)

penerimaan pajak tersebut, sangatlah pantas pemerintah memperhatikan pemberdayaan dan meningkatkan penerimaan daerah, dan untuk mendukung perkembangan ekonomi yang nyata, serasi dan dinamis serta bertanggung jawab. Pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya dari pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Kendaraan Bermotor, dimana pajak atas kendaraan diatas air dianggap telah dicakup didalamnya. Seiring dengan perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 menjadi Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, defenisi kendaraan bermotor diperluas dan dilakukan pemisahan secara tegas menjadi kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air sehingga dalam praktiknya jenis pajak ini dibagi menjadi dua, yaitu Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Diatas Air.

Pajak dan Retribusi Daerah merupakan sumber penerimaan terbesar pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu sekiranya melakukan peningkatan melalui program intensifikasi pajak agar pendapatan daerah tersebut dapat memenuhi target dan ditingkatkan sesuai dengan APBD yang telah ditetapkan.

Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak daerah atau pajak propinsi. Pada sektor ini sangat berperan besar bagi pendapatan asli daerah, dimana pada tiap daerah di Indonesia diharapkan dapat menghidupi sendiri daerahnya masing-masing dengan mengurangi ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Dapat kita lihat bersama kecenderungan yang ada pada saat ini daerah-daerah di Indonesia mencoba menganjurkan pada penduduk di daerahnya untuk membeli kendaraan yang nomor


(11)

polisi daerahnya masing-masing atau membaliknamakan kendaraan yang belum terdaftar didaerah tempat tinggalnya. Hal ini dimaksudkan agar pajak yang dibayar oleh pemilik kendaraan tersebut masuk ke kas daerah yang bersangkutan.

Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor tidak mutlak ada pada seluruh daerah propinsi di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah propinsi untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak propinsi. Untuk melaksanakan mekanisme pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor pemerintah tidaklah selalu berhasil karena terjadi kendala atau masalah seperti, banyaknya pemilik kendaraan bermotor yang tidak taat pajak dan adanya kepemilikan kendaraan bermotor secara tidak sah atau ilegal.

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak propinsi yang menjadi primadona bagi pendapatan daerah. Oleh sebab itu perlu dilakukan diversifikasi dan intensifikasi pajak agar pendapatan daerah tersebut dapat memenuhi target yang telah ditetapkan sebelumnya. Penerimaan PKB merupakan tuntutan yang harus dicapai oleh PEMPROVSU agar pembangunan didaerah Sumatera Utara dapat terlaksana dengan baik.

Maka dari itu penulis tertarik melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara karena ini sesuai dengan topik yang penulis pilih yaitu “Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Pada

Kantor SAMSAT Medan Selatan”.


(12)

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana tatacara pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan kegiatan di Kantor SAMSAT Medan Selatan serta masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh penulis dalam PKLM ini.

2. Untuk menerapkan (mempraktekkan) ilmu yang didapat selama perkuliahan kedalam suatu pekerjaan yang sebenarnya, apakah terdapat persamaan atau perbedaan teori dengan praktik.

Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

1. Khususnya Mahasiswa

a. Untuk menciptakan dan menumbuh-kembangkan rasa tanggung jawab, profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangatlah dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja sebenarnya.

b. Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui bagaimana situasi dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai

c. Untuk meningkatkan komunikasi maupun pendekatan pada kantor SAMSAT Medan Selatan

d. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif melalui PKLM.


(13)

2. Bagi Instansi tempat melaksanakan PKLM

a. Sebagai sarana mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan Daerah dengan lembaga pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara. b. Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan

keahliannya yang nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni

c. Dengan melaksanakan PKLM bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja dilingkungan instansi tersebut.

3. Bagi lembaga pendidikan (Universitas Sumatera Utara)

a. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya dibidang perpajakan.

b. Membuka interaksi antara dosen dengan instansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui PKLM

c. Memperbaiki image (pandangan) masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara.


(14)

1.3. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Pada Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, Penulis memusatkan perhatian dalam hal :

1. Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

2. Prosedur ataupun tata cara penghitungan Pajak Kenderaan untuk setiap jenisnya 3. Bentuk-bentuk sanksi ataupun denda yang dikenakan kepada pemilik kenderaan

bermotor yang tidak taat pajak.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam Praktek Kerja Lapangan Mandiri adalah disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin dalam menggeluti hal-hal yang berkaitan dengan “Mekanisme Pengenaan Pajak Kenderaan Bermotor” dan akan mencari data dan informasi yang berasal dari kantor SAMSAT Medan Selatan sebagai bahan referensi untuk mengetahui dan mendalami cara kerja pada kantor tersebut.

1.4. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1. Tahapan Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari penentuan tempat PKLM di Kantor SAMSAT Medan Selatan, mencari bahan untuk pembuatan laporan hingga melakukan konsultasi pada pihak Dosen.


(15)

2. Tinjauan Kepustakaan

Dalam tinjauan kepustakaan ini penulis berusaha untuk mendapatkan data-data yang bersumber dari buku, undang-undang pajak, Peraturan Pemerintah, kepustakaan Menteri Keuangan, Surat Edaran, dan sumber-sumber lain yang mendukung dalam penulisan laporan ini.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan observasi lapangan di Kantor SAMSAT Medan Selatan selama lebih dari satu bulan. Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data – data yang aktual dari permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam observasi ini penulis memberikan Surat pengantar yang akan diminta oleh pihak Kantor SAMSAT Medan Selatan.

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik yang dibahas, dalam hal ini data-data yang bersumber dari Kantor SAMSAT Medan Selatan.

5. Analisa dan Evaluasi Data

Penulis menganalisa dan mengevaluasi data mengenai “Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor”.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :


(16)

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung yang melibatkan pegawai (key person) pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan objek studi.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan di Kantor SAMSAT Medan Selatan untuk melihat dan mengetahui berbagai fenomena yang akan dihadapi dalam melaksanakan PKLM.

3. Daftar Dokumentasi (Optional)

Daftar dokumentasi dapat berupa struktur organisasi Kantor SAMSAT Medan Selatan dan dokumentasi yang lain sebagai pelengkap dari laporan PKLM ini.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam pembuatan laporan, tujuan dan manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.


(17)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKLM, struktur organisasi, Uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai Kantor SAMSAT Medan Selatan.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK KENDERAAN BERMOTOR

Dalam bab ini penulis menguraikan secara sistematis dan terperinci mengenai ketentuan – ketentuan yang ada dalam peraturan perpajakan PKB, objek dan subjek pajaknya, cara pengenaan, pendaftaran, dan penilaian.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis menganalisa data yang diperoleh kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan disimpulkan beberapa pernyataan mengenai hal-hal yang telah dikemukakan dan saran-saran yang mungkin dapat diambil tindakan konkrit untuk mengatasi masalah yang ada.


(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKL

2.1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

Pada mulanya, urusan pengolahan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat) sebagai Bagian Pajak dan Pendapatan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 102/II/GSU tanggal 6 Maret 1973 tentang susunan Organisasi Tata Kerja Sekwilda Tingkat I Sumatera Utara, Biro Keuangan berubah menjadi Direktorat Keuangan sejak tanggal 16 Mei 1973. Dengan demikian bagian Pajak dan Pendapatan juga berubah bentuk menjadi Sub Direktorat Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan.

Dengan terbitnya SK Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Maret 1973 No. 137/II/GSU (berdasarkan SK Mendagri tanggal 7 November 1975 No. Finmat 7/15/3/75), maka terhitung sejak 1 April 1975, Sub Direktorat Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah.

Selanjutnya, pada tanggal 1 September 1975 No. KUPD 3/12/43 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia, maka dengan demikian direktorat pendapatan daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah. Semula pembentukannya berdasarkan SK Gubernur Kepada Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 143/II/GSU, yang kemudian dikukuhkan dengan perda propinsi Sumatera Utara No. 4 tahun 1976, yang mulai berlaku 31 Maret 1976. Setelah


(19)

Otonomi Daerah, tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah di atur dalam Perda Propinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2001 tentang Organisasi Dinas-dinas Daerah Propinsi Sumatera Utara dan SK Gubernur Kepada Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 060.254. K Tahun 2002.

2.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Perda Propinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2001 tentang Organisasi Dinas-dinas Daerah Propinsi Sumatera Utara dan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 060.254 K tahun 2002 tentang tugas, fungsi, dan Tata Kerja unit pelaksanaan Teknik Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Sumatera Utara, tugas Pokok Dinas Pendapatan Daerah adalah menyelenggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Propinsi dan Tugas Dekonsentrasi di bidang Pendapatan Daerah. Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Dipenda berfungsi :

- Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program, kebijaksanaan, dan pembinaan teknis dibidang Pendapatan Daerah.

- Menyelenggarakan pembinaan, program pengelolaan, Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Pajak pengambilan dan pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Retribusi dan Pendapatan lain-laion, pengendalian dan pembinaan.

- Melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan Pendapatan sesuai dengan ketetapan Kepala Daerah.

Setelah melaksanakan tugas pokoknya juga berfungsi sebagai koordinator di bidang Pendapatan Daerah, dimana dari sumber penerimaan Pendapatan tersebut


(20)

yang secara langsung di kelola oleh Dipendasu antara lain pemungutan yang bersumber dari Pajak Daerah dan beberapa penerimaan lainnya sedangkan pungutan PAD lainnya dikelola secara teknis oleh Instansi / unit kerja di Propinsi Sumatera Utara.

Dalam melakukan fungsi tersebut, maka Dipendasu berupaya melakukan koordinasi dalam rangka identifikasi dan ekstensifikasi guna peningkatan Pendapatan Daerah yang setiap tahunnya tertuang dalam APBD atau P. APBD sebagai sumber keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat.

2.3. Struktur Organisasi

Dalam menyikapi pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai UU No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 84 Tahun 2000 tentang pedoman Organisasi perangkap Daerah, maka dengan Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Dinas-Dinas Daerah Propinsi, dan berdasarkan keputusan Gubsu No. 060.254 K / tahun 2002 maka susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

a. Unsur pemimpin (Kepala Dinas)

b. Unsur pembantu pemimpin (wakil kepala dinas)

c. Unsur pelaksanaan (Bagian Tata Usaha dan Sub Dinas), terdiri dari :

1. Bagian Tata Usaha

a. Sub Bagian Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan


(21)

c. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan d. Sub Bagian Organisasi dan Hukum

2. Sub Dinas Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air

a. Seksi Teknis Perpajakan

b. Seksi Sengketa Pajak dan Keberatan c. Seksi Pembukuan dan Pelaporan

3. Sub Dinas Bina Program

a. Seksi Perencanaan dan Pengembangan b. Seksi Penyuluhan

c. Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

4. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain

a. Seksi Teknis Retribusi

b. Seksi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak c. Seksi Penerimaan Lain-lain

d. Seksi Pembukuan dan Pelaporan

5. Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan

a. Seksi Pengendalian Keuangan dan Material b. Seksi Pengendalian Aparat Pelaksanaan

c. Seksi Pembinaan Teknis Administrasi Pendapatan

6. Sub Dinas Pajak ABT/APU dan PBB-KB

a. Seksi Teknis Perpajakan b. Seksi Sengketa dan Keberatan c. Seksi Pembukuan dan Pelaporan


(22)

7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

a. UPT DIPENDASU Medan Utara b. UPT DIPENDASU Medan Selatan c. UPT DIPENDASU Tebing Tinggi d. UPT DIPENDASU P. Siantar e. UPT DIPENDASU Kisaran f. UPT DIPENDASU Balige

g. UPT DIPENDASU Panyabungan h. UPT DIPENDASU Sibolga i. UPT DIPENDASU P. Sidempuan j. UPT DIPENDASU Gunung Sitoli k. UPT DIPENDASU Rantau Parapat l. UPT DIPENDASU Binjai

m. UPT DIPENDASU Sidikalang n. UPT DIPENDASU Kabanjahe

o. Kantor SAMSAT Pembantu Lubuk Pakam p. Kantor SAMSAT Pembantu Stabat


(23)

2.4. Uraian Tugas dan Fungsi Masing-Masing Bagian Tata Usaha / Sub /

Dinas dan UPT

1. Bagian Tata Usaha

a. Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pembinaan dan pengolahan kepegawaian, keuangan, umum dan perlengkapan, organisasi dan hukum.

b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada butir a. Kepala Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan dan penyempurnaan standar penyelenggaraan urusan keuangan, pemberdayaan pegawai, pemberdayaan organisasi dan penyiapan produk-produk hukum

2. Perencaan dan pengadaan, kebutuhan Internal dan kebutuhan administrasi dinas, serta penyempurnaan / peningkatan pengolahan, penggunaannya, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

3. Perencanaan, pengolahan dan pengurusan pertanggungjawaban keuangan dinas, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

4. Perencanaan, pengolahan dan peningkatan pendayagunaan kepegawaian, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

5. Perencanaan dan peningkatan sistem kerja serta pengolahan produk hukum dinas, sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepala dinas dan wakil kepala dinas, sesuai bidang dan fungsinya.


(24)

7. Pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas dan wakil kepala dinas, sesuai dengan tugas dan fungsinya

8. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada kepala dinas melalui wakil kepada dinas, sesuai standar yang ditetapkan.

2. Sub Dinas Bina Program

a. Kepala Sub Dinas Bina Program mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam bidang perencanaan dan pengembangan, penyuluhan, monitoring, evaluasi dan laporan.

b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada butir a. Kepala Sub Dinas Bina Program menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan dan penyempurnaan standar-standar dalam penyusunan program kerja dinas, penyuluhan, monitoring, evaluasi dan pelaporan. 2. Penyusunan, rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan 3. Pelaksanaan penyuluhan, monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan program, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil

Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya

5. Pemberian masukan yang perlu Kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas, sesuai bidang dan fungsinya


(25)

6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya Kepada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas, sesuai standar yang ditetapkan.

3. Sub Dinas Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

a. Kepala Sub Dinas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, mempunyai tugas membantu kepala Dinas dalam bidang teknis perpajakan, penanganan Sengketa dna keberatan, pembukuan dan pelaporan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air (PKB-KAA).

b. Untuk melaksanakan tugas tersebut kepala sub dinas pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. Mempunyai fungsi :

1. Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis pengolahan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas air, penatausahaan dan pemberian pertimbangan penyesuaian sengketa dan keberatan pajak, intensifikasi dan ekstensifikasi pemunguntan, pembukuan dan pelaporan.

2. Pelaksanaan pengkoordinasian dan pengendalian program jangka menengah dan tahunan dibidang pembinaan teknis perpajakan, penanganan sengketa dan keberatan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

3. Penyelenggarakan koordinasi dan pengolahan data dalam Pengolahan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air Serta Bea Balik Nama, kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, intensifikasi dan


(26)

exstensifikasi, penanganan sengketa dan keberatan sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya.

5. Pemberian masukan yang perlu Kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas, sesuai dengan bidang tugasnya

6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya pada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas, sesuai standar yang ditetapkan.

4. Sub Dinas Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah/ Air Permukaan dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

a. Kepala Sub Dinas Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah/ Air Permukaan dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam bidang teknis perpajakan, sengketa dan keberatan serta pembukuan dan pelaporan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah/ air permukaan dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

b. Untuk membantu melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam butir a, Kepala Sub Dinas Pengambilan dan pemanfaatan air tanah/air permukaan dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah/air permukaan dan pajak bahan bakar kendaraan


(27)

bermotor, penatausahaan dan pertimbangan penyelesaian sengketa dan keberatan pajak, intensifikasi dan exstensifikasi pemungutan, pembukuan dan pelaporan. 2. Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengambilan dan pengembalian program

pembangunan jangka menengah dan tahunan, sesuai standar yang ditetapkan rencana jangka menengah dan tahunan dibidang teknis perpajakan, penanganan sengketa dan keberatan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

3. Pelaksanaan koordinasi dan pendapatan dalam pengelolaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawh tanah / air permukaan, intensifikasi dan ekstensifikasi, penganganan sengketa dan keberatan sesuai ketentuan dan standart yang ditetapkan.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas dan wakil kepala dinas, sesuai pada bidang tugas dan fungsinya

5. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala dinas, sesuai pada bidang tugas dan maksudnya

6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada kepala dinas dan wakil kepala dinas sesuai standar yang ditetapkan.

5. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain

a. Kepala Sub Dinas Retribusi dan pendapatan lain-lain, mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang teknis Retribusi, Bagi Hasil Pajak dan Pajak (BHP-BP), Pendapatan Lain-lain, Pembukuan dan Pelaporan. b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada butir a, Kepala


(28)

1. Penyusunan dan penyempurnaan standar teknis Retribusi, bagi hasil Pajak dan Bukan Pajak, penerimaan lain-lain, Pembukuan dan Pelaporannya.

2. Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengendalian rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan dibidang retribusi dan pendapatan lain-lain, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

3. Pelaksanaan koordinasi, bimbingan teknis, sosialisasi, penetapan dan pemungutan retribusi dan pendapatan lain-lain, penyiapan bahan dalam pengelolaan BHP-BP, intensifikasi dan ekstensifikasi serta pembukuan dan pelaporan sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya

5. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya

6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai standar yang ditetapkan.

6. Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan

a. Kepala Sub Dinas Pengendalian dan Pembinaan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang pengendalian Keuangan dan mterial, pengendalian aparat pelaksanaan dan pembinaan teknis administrasi pendapatan.

b. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada butir a, Kepala Sub Dinas pengendalian dan pembinaan, menyelenggarakan fungsi :


(29)

1. Penyusunan dan penyempurnaan standar-standar dalam bidang pengendalian keuangan dan material, pengendalian aparat pelaksana dan pembinaan teknis administrasi pendapatan

2. Pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengendalian program pembangunan jangka menengah dan tahunan dibidang pengendalian keuangan, material aparat pelaksana dan teknis administrasi, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

3. Pelaksanaan pengendalian keuangan dan material, pengendalian aparat pelaksana dan pembinaan teknis administrasi pendapatan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya

5. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya

6. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai standar yang ditetapkan.

7. Kepala Unit Pelaksanaan Teknis

a. Kepala unit pelaksanaan teknis mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam pengadministrasian, pengutipan dan penyetoran BKP KAA, BBNKB-KAA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, retribusi dan pendapatan lain-lain


(30)

b. Untuk melaksanakan tugas sebgaimana dimaksud pada butir a, kepala unit, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan dan penyempurnaan standar-standar pendapatan potensi penyuluhan, pengadministrasian, pengutipan dan penyetoran serta pelaporan hasil pengutipan PKB, KAA, BBNKB KAA, ABT/APU, PBB KB, retribusi dan pendapatan lainnya

2. Penyelenggaraan optimalisasi pendapatan potensi, pengadministrasian dan pengutipan, dan penyetoran ke kas daerah pelaporan hasil pengutipan PKB, KAA, BBNKB KAA, ABT/APU, PBB KB, Retribusi dan pendapatan lain-lain serta pelaporna sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya

4. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya

5. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya Kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai standar yang ditetapkan.


(31)

STRUKTUR

DINAS PENDAPATAN SUMATERA UTARA KEPALA DINAS WAKIL KELOMP OK BAGIAN SUBBAG KEPEGAWAIAN SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG UMUM & PERLENGKAPAN SUBBAG ORG. DAN SUBDIS PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN SUBDIS DISTRIBUSI DAN PENDAPATAN SUBDIS DISTRIBUSI PENGENDALIAN SUBDIS BINA PROGRAM

SUBDIS PKB & KENDARAAN DI SEKSI SENGKETA PAJAK DAN SEKSI TEKNIS PERPAJAKAN SEKSI SENGKETA PAJAK DAN SEKSI SENGKETA PAJAK DAN SEKSI SENGKETA PAJAK DAN SEKSI PEMBUKUAN DAN SEKSI TEKNIS PERPAJAKAN SEKSI SENGKETA & KEBERATAN SEKSI PEMBUKUAN DAN SEKSI TEKNIS TEKNIS

SEKSI BAGI AHSIL PAJAK/BUKAN SEKSI PENERIMAAN & SEKSI PEMBUKUAN & SEKSI TEKNIS PERPAJAKAN SEKSI PENGENDALIAN APARAT SEKSI PEMBINAAN TEKNIS ADMINISTRASI PENDAPATAN SAMSAT PEMBANTU UPT MEDAN UPT MEDAN UPT BINJAI


(32)

BAB III

GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK

3.1. Ketentuan

Untuk lebih mendalami pembahasan mengenai Pajak Kendaraan Bermotor ada baiknya terlebih dahulu kita mengerti arti Pajak yang sebenarnya, maka banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak.

Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. M.J.H Smeet dalam buku “De Economishce betekenis belastingen” Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dilaksanakan, tanpa adanya kontrasepsi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, yang dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Sumitro, SH, dalam bukunya “Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990 : 5)” Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrasepsi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah :

SAMSAT PEMBANTU

UPT SIDIKALANG

UPT TEBING


(33)

BAB III

GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK

3.1. Ketentuan

Untuk lebih mendalami pembahasan mengenai Pajak Kendaraan Bermotor ada baiknya terlebih dahulu kita mengerti arti Pajak yang sebenarnya, maka banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak.

Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. M.J.H Smeet dalam buku “De Economishce betekenis belastingen” Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dilaksanakan, tanpa adanya kontrasepsi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, yang dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Sumitro, SH, dalam bukunya “Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990 : 5)” Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrasepsi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah :

SAMSAT PEMBANTU

UPT SIDIKALANG

UPT TEBING


(34)

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta iuran pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrasepsi individual oleh pemerintah

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur

Berdasaran kewenangan pemungutan pajak, maka pajak terbagi atas dua bagian yakni Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Dan sejalan dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 melalui sistem Otonomi Daerah, maka daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri, sehingga optimalisasi Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

3.1.1. Dasar Hukum Pemungutan Pajak

 Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

 Undang – undang Nomor 22 tahun 1999 yang diubah dengan Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

 Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah


(35)

 Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah

 Peraturan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan kendaraan Diatas Air (KDA)

 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2000 tentang Penghitungan Dasar Penggunaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2000.

3.1.2. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Pajak daerah sebagai salah satu pendapatan Daerah Asli Daerah (PAD) diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur rumah tangganya sendiri.

Daerah Kabupaten/Kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber – sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang ditetapkan sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dan yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah :

1. Pendapatan Asli Daerah


(36)

a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BNN-KB) c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

 Hasil retribusi daerah

 Hasil perusahaa milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan

 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 2. Dan Perimbangan

3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain penerimaan daerah yang sah

5. Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah dan/atau instansi yang lebih tinggi yang dapat menjadi :

• Sumbangan dari Pemerintah

• Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan hasil perusahaan daerah

3.1.3. Bagi Hasil Penerimaan Pajak

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, dan berdsarkan Peraturan Provinsi Sumatera Utara


(37)

Nomor 3 tahun 2002, disebutkan bahwa pembagian hasil penerimaan yang diserahkan kepada daerah adalah sebagai berikut :

a. Untuk Daerah Provinsi sebesar 70%

b. Untuk daerah Kabupaten/Kota di Wilayah Daerah memperoleh 30% dengan memperhatikan aspek pemerataan dan potensi Kabupaten/Kota yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah Kabupaten/Kota.

3.1.4. Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam hal penetapan baik untuk pajak daerah maupun retribusi daerah adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan dan objek dan subjek pajak atau retribusi, penetapan besarnya pajak atau retribusi yang tertuang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan. Penetapan pajak yang dilaksanakan dengan menggunakan Surat Keterangan Pajak Daerah dan Dokumen lain yang dipersamakan. Dan pemungutan juga merupakan salah satu kebijakan Pemerintah Daerah dalam mengenakan Pajak terhadap wajib Pajak secara efektif dan adil, hal ini berkaitan dengan keputusan baik mengenai pengenaan pajak serta perbedaan ruang lingkupnya maupun tarifnya.

Untuk merealisasikan hal tersebut, perlu diperhatikan aspek – aspek yang menyangkut tentang kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyelaraskan orang-orang dalam pekerjaannya dalam suatu keterkaitan dan kerjasama yang diarahkan kepada pencapaian tujuan bersama.

Penetapan sangat tergantung pada tingkat kualitas dan kemampuan kinerja Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugasnya di dalam usaha-usaha upaya


(38)

peningkatan yang dapat dilakukan melalui berbagai cara untuk mencapai peningkatan sebagai suatu usaha yang sejajar, sejalan yang dinyatakan untuk memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan agar pelaksanaan dapat dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3.1.5. Manfaat Pentingnya Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Secara terperinci manfaat dan pentingnya Penetapan dan Pengenaan dapat dilihat sebagai berikut :

 Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor yang efektif dan efisien sehingga dapat memungkinkan untuk tercapainya suatu tujuan yang ingin dicapai

 Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan terhadap suatu hal yang ingin dicapai

 Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat menyatukan pendapat bahwa satuan organisasi yang ada didalamnya dapat sejalan, sejajat di dalam melakukannya.

 Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat memungkinkan terjadinya terhadap suatu hal yang ingin dicapai

 Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat menghindari terjadinya suatu pencapaian tujuan yang bertentangan dengan suatu objek yang diteliti

 Dengan adanya pengenaan pajak kendaraan bermotor dapat meningkatkan pendapatan daerah dan tingkat dari wajib pajak.


(39)

3.1.6. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam rangka memenuhi sumber-sumber pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah, pajak kendaraan bermotor diserahkan sebagai pajak. Daerah berdasarkan undang-undang nomor 25 tahun 1999 yang telah dituntut dengan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

Untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja dalam penetapan maupun pemungutan pajak kendaraan bermotor Dinas Pendapatan Daerah melakukan segala usaha dari kegitan pemungutan, penagihan, pengumpulan, baik terhadap sumber-sumber pendapatan maupun dengan penggalian sumber-sumber-sumber-sumber pendapatan baru diantaranya adalah :

 Melakukan pemungutan pajak kendaraan bermotor

 Melakukan koordinssi atas pajak kendaraan bermotor serta pelaksanaannya oleh Dinas Pendapatan Daerah tempt wajib pajak terdaftar

Sejalan dengan itu, pemerintah mengambil langkah penyederhanaan perekonomian daerah, pungutan daerah dalam rangka penerimaan tersebut dengan tujuan untuk memberikan landasan dan pedoman yang kuat dalam pemungutan pajak daerah yang diisi lain juga bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan daerah yang potensial yang sesuai dengan keadaan dan mencerminkan perekonomian daerah.

3.2. Objek dan Subjek Pajak Daerah

Ketentuan tentang objek dan subjek pajak daerah khususnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Dasar pengenaannya diatur dengan peraturan pemerintah.


(40)

Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2002 tentang pajak kendaraan bermotor disebutkan bahwa yang menjadi objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah kepemilikan atas penguasaan Kendaraan Bermotor.

Adapun yang dimaksud dengan “Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan dua atau lebih beserta gandengannya digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peraturan teknik berupa motor dan peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Termasuk alat-alat yang berat yang bergerak”.

Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat PKB adalah Pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaannya. Kendaraan Bermotor. Dan yang dikendalikan dari objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Dinas Air antara lain :

1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

2. Kedudukan, Konsulat, perwakilan negara asing dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan azas timbal balik

3. Pemerintah Kabupaten kota

4. Pabrikan atau importir baru yang semata-mata tersedia untuk dipamerkan, untuk dijualkan tidak dipergunakan dalam lalu lintas jalan bebas.

5. Wisatawan asing yang berada di daerah dalam wilayah Indonesia untuk yang tidak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari berturut-turut.

6. Yang tidak dipergunakan, karena disegel atau disita oleh negara 7. Orang pribadi badan atas Kendaraan Bermotor di atas air perintis


(41)

8. Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki kapal pandu dan kapal tunda untuk keperluan keselamatan.

Yang menjadi subjek pajak sekaligus Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor, dan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak adalah :

1. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya

2. Untuk badan adalah pengurus dan kuasanya

3.3. Dasar Pengenaan, Tarif Pajak dan Cara Penghitungan Pajak

3.3.1. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan peraturan daerah provinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2002, Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dua unsur pokok yang antara lain :

a. Nilai jual kendaraan bermotor

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor, sedangkan dasar pengertian Pajak Kendaraan di atas air hanya dihitung berdasarkan nilai jual kendaraan di atas air.

Dalam hal harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor tidak diketahui maka nilai jual kendaraan bermotor ditentukan berdasarkan faktor-faktor :


(42)

a. Isi silinder dan atau satuan daya b. Penggunaan kendaraan bermotor c. Jenis kendaraan bermotor

d. Merek kendaraan bermotor

e. Tahun pembuatan kendaraan bermotor

f. Berat otot kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang, yang diizinkan g. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu.

Bobot untuk menghitung Dasar Pengenaan PKB dihitung berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut :

a. Tekanan Gandar

b. Jenis Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

c. Jenis, penggunaan tahun pembuatan dan ciri-ciri mesin dari kendaraan bermotor. Penetapan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) ditetapkan oleh Gubernur selaku Kepala Daerah berdasarkan :

a. Merk, Jenis dan Type kendaraan untuk tahun pembuatan terbaru, nilai jualnya ditetapkan 20% (dua puluh persen) di bawah harga pasaran umum yang berlaku. b. Merk, jenis dan Type kendaraan untuk tahun pembuatan lebih tua, nilai jualnya/

ditetapkan dari negara produsen yang sama

c. Merk jenis dn type kendaraan untuk tahun pembuatan terbaru, maka besarnya nilai jual sebelumnya

d. Merk, jenis type kendaraan untuk tahun pembuatan lebih tua, maka nilai jualnya dihitung dari nilai jual tahun pembuatan terakhir dengan penurunan 10% (sepuluh persen) setiap tahun.


(43)

3.3.2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

a. 1,5 % (satu persen) untuk kendaraan bukan umum b. 1 % (satu persen) untuk kendaraan umum

c. 0,5% (setengah persen) untuk kendaraan alat-alat besar

Besarnya pajak tentang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak kendaraan bermotor dengan dasar pengenaan pajak Kendaraan Bermotor. Pajak kendaraan bermotor yang tertuang dipungut di wilayah daerah tempat kendaraan bermotor terdaftar. Dan apabila kendaraan bermotor yang karena sesuatu dan lain hal berada di wilayah daerah tempat kendaraan bermotor selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, wajib didaftarkan di daerah tempat kendaraan bermotor tersebut berada.

3.3.3. Wilayah Pemungutan Pajak

Wilayah pemungutan pajak adalah di wilayah daerah, dan apabila terjadi pemindahan kendaraan bermotor ke daerah lain, maka wajib pajak yang bersangkutan harus memperlihatkan bukti pelunasan pajak kendaraan bermotor di daerah asalnya berupa surat keterangan fiskal antara daerah. Pemungutan pajak kendaraan bermotor merupakan satu kesatuan pengurusan Administrasi Kendaraan Bermotor.

3.3.4. Masa Pajak, Saat Pajak Tertuang dan Surat Pemberitahuan

Masa pajak adalah 12 (dua belas) bulan berturut-turut yang merupakan tahun pajak, dimulai pada saat pendaftaran kendaraan bermotor dan kewajiban pajak berakhir sebelum 12 (dua belas) bulan karena suatu hal, besarnya pajak yang terutama


(44)

dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan, bagian dari bulan yang melebihi 15 (lima belas) hari dihitung satu bulan penuh dan setiap wajib pajak wajib mengisi SPTD.

3.4. Prosedur dalam Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Prosedur – prosedur yang harus dilakukan dalam Mekanisme Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah :

a. Pemilik Kendaraan Bermotor harus membayar pajak kendaraan bermotor dengan jumlah yang ditetapkan oleh SAMSAT sesuai dengan jenis kendaraan bermotor untuk setiap tahunnya.

b. Apabila pemilik kendaraan bermotor terlambat atau tidak membayar pajak sesuai dengan ketentuan dan waktu yang sudah ditetapkan maka pemilik tersebut akan dikenakan sanksi ataupun denda sesuai dengan pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan.

c. Pemilik diwajibkan untuk mengurus surat-surat penting kepemilikikan Kendaraan Bermotor seperti : STNK, SIM dan yang lainnya sebagai syarat-syarat dalam penggunaan kendaraan bermotor dalam kehidupan sehari-hari.

3. 5. Mekanisme Penilaian Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 3.5.1. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai pada kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.


(45)

Pemungutan pajak daerah pada umumnya tidak dapat diborongkan atau tidak bisa diberikan kepada pihak ketiga. Pajak daerah dipungut berdasrkan penetapan kepala daerah atau dengan kata lain dibayar sendiri oleh wajib pajak. Wajib Pajak membayar pajaknya sendiri dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah dan Pejabat yang ditunjuk.

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang dikeluarkan oleh kepala Daerah atau pejabat yang ditunjukkan khusus bagi pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terdiri dari 5 (lima) lembar yang antara lain :

a. Lembar ke-1 untuk wajib pajak

b. Lembar ke-2 untuk dipenda provinsi Sumatera Utara c. Lembar ke-3 untuk PT. (AK) Jasa Raharja

d. Lembar ke-4 untuk bendaharawan khusus penerima e. Lembar ke-5 untuk kantor bersma SAMSAT

Dalam hal ini pemenuhan kewajiban pajak. Maka wajib pajak harus menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SKPD) dapat dikeluarkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) atau bisa juga dikeluarkan surat Pembetulan karena penyampaian pelaporan yang diberikan terdapat kesalahan ada 3 (tiga) kemungkinan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) di keluarkan oleh Kepala Daerah yaitu : a. Surat tagihan pajak diterbitkan Kepala Daerah apabila pajak yang terutang dalam

tahun berjalan tidak atau kurang bayar

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) yang diberitahukan oleh wajib pajak terdapat kekurangan pembayaran akibat salah tulis atau salah hitung.


(46)

c. Surat tagihan pajak Daerah dikeluarkan Kepala Daerah apabila wajib pajak dikenakan sanksi atau denda.

Apabila wajib pajak tidak membayar pajak terhutang sampai jatuh tempo (selama 30 hari), maka Surat Tagihan Pajak (STP) yang disampaikan kepada Kepala Daerah akan ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan, berlaku paling lama 15 bulan sejak saat terhutangnya pajak dan bila wajib pajak sudah mendapat Surat Tagihan Pajak (STP) tidak juga membayar pajaknya, maka kepala daerah dapat mengeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau surat Paksa berdasarkan peraturan perundang-undangan pajak daerah.

3.5.2. Proses Pemungutan PKB/BBN-KB a. Pendaftaran

Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh wajib pajak adalah :

• Pengambilan formulir SPT

• Pengisian formulir SPT

• Pendaftaran berkas

• Menyampaikan berkas pada petugas cheking

b. Penelitian Berkas

Dalam tahapan ini yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

• Chek persyaratan dan kelengkapan berkas

• Pendaftaran (entry)


(47)

c. Penetapan

Yang dilakukan pada bagian penetapan ini adalah sebagai berikut :

• Membuat perhitungan dan penetapan (pembukuan)

• Membuat nomor kohir

• Mencek ketetapan tanda lembar SKPD

• Menyampaikan berkas pada korektor (final checking)

d. Final Cheking (Korektor)

Yang dilakukan oleh bagian fina checking (korektor) adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

• Meneliti kebenaran perhitungan dan penetapan

• Meneliti data pajak dalam ketetapan PPKB/BBN-KB

e. Pembayaran

Pada bagian pembayaran pajak yang menjadi tanggung jawab dari hasil pembayaran pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak adalah dengan melakukan hal-hal berikut :

• Menerima pembayaran dari wajib pajak (loket kasir)

• Membukukan hasil penerimaan

• Menyampaikan SKPD poada loket embossing STNK

• Menyampaikan berkas pada petugas kartu box (arsip)

• Menyetorkan hasil penerimaan kasir (bend 26) kepada berndarahawan (PKKP)


(48)

• Menyampaikan berkas belum bayar penagihan.

f. Penagihan

Yang menjadi tugas dibagian penagihan ini adalah sebagai berikut :

• Menghimpun dan membukukan berkas tunggakan pajak

• Membuat dan menyampaikan surat Tagihan Pajak yang belum mendaftar dan yang menunggak kepada wajib pajak

• Membuat penetapan denda tunggakan pajak bagi hasil pajak yang menyelesaikan tunggakan.

g. Pelaporan

Pada tahapan ini yang dilakukan adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

• Mempersiapkan laporan target dan realisasi penerimaan.

• Laporan permintaan dan pemakaian SPT/SKPD dan pemakaian formulir lainnya

• Setoran Bank

Laporan tungakan dan laporan lainnya.

Dalam hal mengenai pendaftaran kendaraan akibat mutasi sama saja dengan proses pendaftaran kendaraan pada awal pendaftaran sebelum mutasi, yang berarti sama seperti proses pendaftaran biasa.


(49)

Mekanisme Pemungutan PKB/BBN-KB

PENDAFTARAN

1. Pengambilan formulir SPT/Formulir permohonan STNK, formulir

PENELITIAN BERKAS

1. Check persyaratan dan kelengkapan berkas

PENETAPAN

1. Membuat perhitungan & penetapan kewajiban wajib pajak 2. Membuat nomor kohir

i i d d i j k

KOREKTOR

1. Meneliti kebenaran dan penetapan kewajiban wajib pajak 2 M liti d t j k d l k t t t

PEMBAYARAN

1. Menerima pembayaran dari wajib pajak 2. Membukukan hasil penerimaan 3. Mencetak SKPD

4. Menyampaikan SKPD pada lokasi embossing STNK 5. Menyampaikan berkas kepada petugas kartu box (Arsip) 6. Menyetor hasil penerimaan kasir pada bendaharawan bend

26 ( k lid i)

EMBOSSING/PENCETAKAN STNK

1. Penyerahan SKPD / STNK dan plat nopol kepada WP Loket L O K E T Dipend a polri Polri Pokja Pokja Jasa Raharj Pokja Dipend a Jasa Raharj Pokja Dipend a Jasa Raharj Pokja Polri Pokja 6/7


(50)

BAB IV

ANALISA DATA DAN EVALUASI

4.1. Penetapan Realisasi PKB

Sesuai dengan tujuan daripada Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang penulis laksanakan di Kantor Samsat Medan Selatan, dalam rangka untuk mengetahui tentang target dan realisasi penerimaan pungutan Pajak Kendaraan Bermotor melalui kebijakan yang diambil oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan peraturan Daerah, target dan realisasi penerimaan Pajak tersebut dalam pembangunan daerah dimasa-masa yang akan datang.

Maka dalam Bab analisa dan evaluasi data ini Penulis akan membahas secara rinci mengenai penetapan target dan realisasi penerimaan pungutan Pajak Kendaraan Bermotor T.A 2005 dan 2006 sedangkan untuk tahun anggaran 2007 masih dalam tahun berjalan sehingga belum adanya realisasi dari target yang telah ditentukan seperti pada tahun sebelumnya.

Dan bab ini juga penulis akan menganalisa permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor, hambatan-hambatan, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan PKB pada UPTD Medan Selatan.


(51)

Tabel : Penetapan Target dan Pealisasi PKB T.A. 2005

TAHUN 2005

BULAN TARGET REALISASI %

JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 933.333.333 519.776.762 478.258.794 617.552.616 806.987.277 1.267.848.008 1.222.622.269 1.433.762.137 1.427.711.379 1.339.918.435 1.779.840.100 1.220.101.791 1.562.085.858 55,69 51,24 66,17 86,46 135,84 131,00 153,62 152,97 143,56 190,70 130,73 167,37 JUMLAH 12.199.999.996 13.176.565.426 122,11 Sumber : Kantor SAMSAT Medan Selatan

Pada T.A. 2005 Kantor Bersama SAMSAAT Medan Selatan yang merupakan Cabang Dispenda Provinsi Sumatera Utara, menetapkan Target antara Januari s/d Desember sebesar Rp. 12.1999.999.996. sementara realisasi penerimaan pada tahun tersebut sudah mencapai target sebesar Rp. 13.176.565.426. Ini merupakan peningkatan yang cukup baik dari tahun sebelumnya dengan persentase sebesar 122,11.


(52)

Hasil yang dicapai pada tahun T.A 2005 kiranya dapat diberikan kepada daerah Provinsi Sumatera Utara untuk menunjang pembangunan dalam rangka ekonomi daerah berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Keterangan :

Perbandingan antara realisasi dengan Penetapan PKB

% 11 , 122 % 100 996 . 999 . 199 . 12 426 . 565 . 676 . 13 = x

Tabel : Penetapan Target dan Realissi T.A. 2006

TAHUN 2006

BULAN TARGET REALISASI %

JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.747.500.000 1.236.701.503 1.551.750.440 1.773.020.155 1.788.939.277 2.002.770.913 1.812.223.467 1.718.946.314 1.806.911.302 1.862.783.152 1.738.774.675 1.993.640.617 1.728.438.508 70,77 88,80 101,46 102,37 114,61 103,70 98,37 103,40 106,60 99,50 114,09 91,91 JUMLAH 20.970.000.000 21.014.900.323 100,21 Sumber : Kantor Bersama SAMSAT Medan Selatan

Untuk T.A. 2006 ditetapkan target sebesar Rp. 20.970.000.000 terhadap PKB, sementara realisasi penerimaan yang diperoleh sudah mnecapai target yang


(53)

diinginkan sebesar Rp. 21.014.900.323 dengan persentase pencapaian antara target dan realiasasi sebesar 10,21.

Disini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa persentase antara target dengan realissi pada tahun sebelumnya mengalami penurunan, namun jika dilihat dari jumlah penerimaan PKB dari tahun sebelumnya mengalami peningkatan dibanding tahun 2005, yang jika dirinci antara lain :

Tahun Anggaran : 2005 PKB Rp. 13.676.565.426 2006 PKB Rp. 21.014.900.323

dan berdasarkan jumlah tersebut, antara T.A 2005 ke T.A 2006 mengalami kenaikan sebesar Rp. 7.338.334.897. hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu :

1. tingginya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya

2. Sosialisasi tentang realisasi penerimaan PKB kepada Wajib Pajak berjalan dengan baik.


(54)

4.2. Mekanisme Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor

Adapun mekanisme pelayanan yang dilakukan pada Kantor bersama Samsat adalah sebagai berikut :

MEKANISME PELAYANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

PEMILIK /

LOKET PELAYANAN

PENDAFTARAN & PENDAFTARAN BARU

PERPANJANG STNK PENGESAHAN STNK PERSYARATAN KHUSUS

UNIT ADMINISTRASI

ADM, STNK, STNK ADM, ASURANSI JASA RAHARJA ADM PAJAK DAERAH

LOKET PELAYANAN

PENDAFTARAN & KASIR

BENDAHARA WANKHUSUS PENERIMA

PENYE RAHAN

VALIDASI SKPD, CETAK STNK, TNKB, STCK, TCKB, BTCKB & BPKB

ARSI P


(55)

4.3. Mekanisme Kinerja Pelayanan Pendaftaran dan Penetapan 4.3.1. Mekanisme Kinerja dari pendaftaran adalah :

1. Menerima, meneliti kelengkapan dan keabsahan berkas permohonan

2. Melakukan penelitian pada daftar pencarian barang dan daftar pencarian barang dan daftar pemblokiran

3. Membutuhkan paraf pada resi formulir pendaftaran yang diterima, memotong dan memberikan resi tersebut kepada pemohon

4. Menerima dan meneliti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor untuk di cors check dengan dokumen Kendaraan Bermotor dan apabila ternyata di dalam penelitian pemeriksaan fisik ditemukan adanya perbedaan dan kejanggalan, ataupun tercantum dalam daftar pencarian dan pemblokiran berkas, maka permohonan tersebut diselesaikan secara khusus sesuai ketentuan yang berlaku 5. Memberikan dan menetapkan Nomor Polisi dan Nomor BPKB serta

menuliskannya pada formulir SPPKB yang juga formulir permohonan STNK, serta membubuhkan paraf dan formulir tersebut.

6. Meneruskan berkas permohonan kepada otoritas dan statis kendaraan

7. Khususnya untuk pendaftaran STCK dan TCKB, petugas Kepolisian Republik Indonesia dan Jasa Raharja yang melaksanakan tugas :

a. Menerima biaya administrasi STCK, TCKB, BTCK dan SWDKLLJ b. Melaksanakan pengetikan STCK

c. Verifikasi STCK d. Menyiapkan TCKB


(56)

4.3.2. Mekanisme Kinerja dari Penetapan adalah :

1. Menetapkan besarnya PKB dan BNN-KB serta denda dalam SKPD 2. Memberikan nomor SKUM dan kohir pada SKPD

3. Membukukan dalam buku Produksi Pajak

4. Menyelesaikan secara khusus apabila terjadi kesalahan penetapan sesuai ketentuan yang berlaku

5. Meneruskan berkas yang telah disahkan PKB/BBN-KB dan dendanya kepada penetapan SWKLJ

4.4. Mekanisme Kinerja Pelayanan Pembayaran dan Penyerahan 4.4.1. Mekanisme Kinerja dari Pembayaran adalah :

1. Menerima pembayaran sesuai dengan SPKD dan membubuhkan validasi pada SKPD

2. Meneruskan berkas dan tindakan SKPD kepada petugas pencetak peneng/penetak STNK/pengesahan STNK

3. Menyerahkan lembaran asli SKPD yang telah divalidasi kepada pemohon 4. Mendistribusikan tindakan SKPD kepada Dipenda dan PT. Jasa Raharja

(Persero)

5. Menyetorkan uang penerimaan kepada instansi atau pihak yang berhak menerima paling lambat 1 x 24 jam

6. Menumbuhkan dalam buku kas umum dan penerimaan per jenis : a. PKB/BBN – KB


(57)

c. Administrasi STNK dan TNKB

4.4.2. Mekanisme Kinerja dari Penyerahan adalah :

1. Menyerahkan STNK, TNKB, SKPD, dan peneng

4.5. Prosedur Penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan roda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak. Pajak Kendaraan bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor tersebut.

Perhitungan adalah suatu rangkaian kegiatan penghimpunan data untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penghitungan pajak kendaraan bermotor terlebih dahulu harus mengetahui. Jenis/Merek/Type, tahun pembuatan, nilai jual kendaraan bermotor, bobot, dasar pengenaan, dan tarif yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan pajak kendaraan bermotor.

Contoh Kasus :

Tanggal 6 – 6 – 2002 Pak Amir membeli 1 unit sepeda motor terbaru dengan Merek 128 – 13 Vespa, P150 XE di buat pada tahun 2002 dengan Nilai Jual kendaraan Bermotor Rp. 8.700.000.00.


(58)

Soal :

a. Hitunglah pajak terutang yang harus dibayar Pak Amir dalam 1 tahun

b. Kalau Pak Amir terlambat dalam membayar pajak selama 1 bulan berapa pajak yang harus dibayar.

Jawaban :

a. Untuk mencari pajak yang terhutang dalam 1 tahun adalah : = Tarif x NJKB

= 1,5% x Rp. 8.700.000.00 = Rp. 130.500.00

b. Untuk menghitung pajak yang dikenakan denda sebesar 2%, jadi untuk menghitung pajaknya adalah :

Atas keterlambatan Pak Amir dikenakan denda sebesar 2%, jadi untuk menghitung pajaknya adalah :

1 tahun = 12 bulan + atas keterlambatan 1 bulan Jadi denda yang harus dibayar adalah :

12 + 1 = 13 x 2% pajak setahun = 26% x Rp. 130.500.00 = Rp. 33.930.00

Jumlah Pajak yang terutang adalah pajak 1 tahun + denda 1 bulan = Rp. 130.500.00 + Rp. 33.930.00 = Rp. 154.430.00


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sebagai hasil akhir dari keseluruhan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dilaksanakan dikantor SAMSAT Medan Selatan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mendukung tercapainya penerimaan pungutan PKB

• Tingginya tingkat kesadran wajib pajak untuk membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

• Sosialisasi tentang realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sudah berjalan dengan baik

• Baiknya tingkat pelayanan dari Petugas Pajak Kendaraan Bermotor

2. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban di UPTD, medan Selatan :

• Menurunya penerimaan dari sektor PKB dan BBN-KB hal ini disebabkan karena banyak kendaraan bermotor yang sudah tua (afkir) khusus seri AA s/d AZ.

• Banyaknya kendaraan bermotor CBU (Complety Built Up) yang didatangkan dari luar negeri sehingga terjadi kebingungan dalam penetapan pajaknya.


(60)

• Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaliknama kendarannya, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi nilai jual kendaraan turun dipasaran, sehingga ada usaha jalan meminjam KTP atua istilah lain tembak KTP

• Belum terealisasi proses berkas berdasarkan domisili Wilayah Kerja UPTD. Medan Selatan yang dapat mendorong meningkatnya penerimaan di sektor PKB/BBN-KB serta volume kerja sejalan dengan target yang ditetapkan. 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi realisasi penerimaan PKB

Faktor Positif :

1. Mengirim surat penitipan (super) kepada Wajib Pajak yang akan dan ataupun telah jatuh tempo. Apabila tidak dipindahkan maka wajib pajak dikenakan sangsi 2% setiap bulannya

2. Mengirim surat panggilan kepad wajib pajak yang meninggal apabila tidak diindahkan maka dilakukan penyitaan

3. Pelimpahan pendaftaran domisili kecamatan Medan Amplas ke Medan Selatan

Faktor Negatif :

Karena kendaraan sudah rusak berat dan pemakaian diatas 20 tahun (Seri AA s/d AZ pada umumnya kendaraan tua)

1. Pemberian keringanan denda PKB terlambat mendaftar atau membayar

2. Nomor Polisi Seri AA s/d AZ khusus BK kecil atau BK Pilihan pada umumnya kendaraan tinggi, diproses di Medan Utara.


(61)

4. Upaya-upaya yang dilakukan Kantor SAMSAT Medan Selatan Dalam meningkatkan Penerimaan Pungutan PKB

1. Melakukan koordinasi dengan pihak Ditlantas Poldasu agar diberi penambahan wilayah kerja untuk diproses di UPT Medan Selatan

2. Seri AA s/d Azdan kendaraan yang beralamat di Kecamatan Medan Amplas agar seluruhnya dapat diproses di UPT Medan Selatan

3. Bagi masyarakat wajib pajak yang bermasalah kami telah menyurati sesuai dengan data yang berada pada komputer induk dan melakukan dengan sistem Door To Door.

4. Meningkatkan pemeriksaan KTP kepada pemilikan kendaraan bermotor

5. Melakukan koordinasi kepada tiga instansi yang terkait yang berada pada kantor SAMSAT Medan Selatan untuk dapat bekerjasama untuk pelayanan kepada masyarakat wajib pajak.

5.2. Saran

Sebagai isi dari laporan ini, penulis juga membuat saran-saran yang mungkin bermanfaat dalam memotivasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara maupun untuk PRODIP-III Administrasi adapun saran-sran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Meningkatkan koordinasi antara instansi yang terkait yaitu : Kepolisian, Dispenda, dan Jasa Raharja.


(62)

2. Memberikan penjelasan kepada wajib pajak tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan peranannya dalam pembangunan daerah melalui surt kabar, radio, dan lain-lain

3. Buku register polisis dicetak sesuai ukuran dan tebalnya 100 halaman

4. Hendaknya PRODIP III Administrasi Perpajakan Meningkatkan Kerjasama kantor dan instansi untuk dapat menjalin hubungan sehingga kantor dna instansi tersebut dapat mendukung program PKLM, serta meningkatkan kualitas SDM di Sumatera Utara.

5. Hendaknya instansi yang terkait memberikan bukti nyata kepada masyarakat umum yang telah menyampaikan aspirasi-aspirasi mereka tentang pembangunan fasilitas-fasilitas khususnya kendaraan bermotor seperti : Perluasan jalan, pembuatan rambu-rambu lalu lintas, pembuatan lampu lalu lintas dan aspirasi – aspirasi lainnya.

6. Setiap kantor SAMSAT hendaknya melakukan peningkatan pelayanan dari tahun ke tahun agar masyarakat merasa puas dan tidak merasa rugi karena membayar pajak

7. Pihak dispenda, kepolisian dan jasa raharja hendaknya bertindak tegas terhadap petugas maupun pihak tertentu yang melakukan KKN ataupun perbuatan – perbuatan yang dapat merugikan masyarakat yang hendak membayar pajak.

8. Dalam memberikan pelayanan, pihak instansi yang terkait hendaknya tidak pilih kasih sehingga tidak terjadi ketidakadilan antara masyarakat menengah kebawah dengan masyarakat menengah keatas.


(63)

9. Agar lebih mengidentifikasikan berkas-berkas pendaftaran penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB), sesuai dengan wilayah kendaraan kerja guna dapat mendukung tercapainya target yang ditetapkan pada SAMSAT Medan Selatan.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Kesit P, 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. UI Press, Yogyakarta

Davey KJ, 2004. Pembiayaan Pemerintah Daerah, UI Press, Jakarta.

Erli Suwandi, 2000. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Kep. Mendagri Nomor 11 Tahun 2002. Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan

Pajak Kenderaan Bermotor dan BBN-KB.

Kurniawan P, Purwanto A, 2004. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Banyumedia Publising, Malang.

Mardiasmo, 2000. Perpajakan, audi, Yogyakarta, 2000

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 13 Tahun 2001. Tentang

Dinas-dinas Provinsi Sumatera Utara.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001. Tentang Pajak Daerah.

Soekarwo, 2003. Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah, Airlangga, Surabaya.

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Tentang Perubahan Undang-undang


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sebagai hasil akhir dari keseluruhan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dilaksanakan dikantor SAMSAT Medan Selatan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mendukung tercapainya penerimaan pungutan PKB

• Tingginya tingkat kesadran wajib pajak untuk membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

• Sosialisasi tentang realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sudah berjalan dengan baik

• Baiknya tingkat pelayanan dari Petugas Pajak Kendaraan Bermotor

2. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban di UPTD, medan Selatan :

• Menurunya penerimaan dari sektor PKB dan BBN-KB hal ini disebabkan karena banyak kendaraan bermotor yang sudah tua (afkir) khusus seri AA s/d AZ.

• Banyaknya kendaraan bermotor CBU (Complety Built Up) yang didatangkan dari luar negeri sehingga terjadi kebingungan dalam penetapan pajaknya.


(2)

• Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaliknama kendarannya, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi nilai jual kendaraan turun dipasaran, sehingga ada usaha jalan meminjam KTP atua istilah lain tembak KTP

• Belum terealisasi proses berkas berdasarkan domisili Wilayah Kerja UPTD. Medan Selatan yang dapat mendorong meningkatnya penerimaan di sektor PKB/BBN-KB serta volume kerja sejalan dengan target yang ditetapkan. 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi realisasi penerimaan PKB

Faktor Positif :

1. Mengirim surat penitipan (super) kepada Wajib Pajak yang akan dan ataupun telah jatuh tempo. Apabila tidak dipindahkan maka wajib pajak dikenakan sangsi 2% setiap bulannya

2. Mengirim surat panggilan kepad wajib pajak yang meninggal apabila tidak diindahkan maka dilakukan penyitaan

3. Pelimpahan pendaftaran domisili kecamatan Medan Amplas ke Medan Selatan

Faktor Negatif :

Karena kendaraan sudah rusak berat dan pemakaian diatas 20 tahun (Seri AA s/d AZ pada umumnya kendaraan tua)

1. Pemberian keringanan denda PKB terlambat mendaftar atau membayar

2. Nomor Polisi Seri AA s/d AZ khusus BK kecil atau BK Pilihan pada umumnya kendaraan tinggi, diproses di Medan Utara.


(3)

4. Upaya-upaya yang dilakukan Kantor SAMSAT Medan Selatan Dalam meningkatkan Penerimaan Pungutan PKB

1. Melakukan koordinasi dengan pihak Ditlantas Poldasu agar diberi penambahan wilayah kerja untuk diproses di UPT Medan Selatan

2. Seri AA s/d Azdan kendaraan yang beralamat di Kecamatan Medan Amplas agar seluruhnya dapat diproses di UPT Medan Selatan

3. Bagi masyarakat wajib pajak yang bermasalah kami telah menyurati sesuai dengan data yang berada pada komputer induk dan melakukan dengan sistem Door To Door.

4. Meningkatkan pemeriksaan KTP kepada pemilikan kendaraan bermotor

5. Melakukan koordinasi kepada tiga instansi yang terkait yang berada pada kantor SAMSAT Medan Selatan untuk dapat bekerjasama untuk pelayanan kepada masyarakat wajib pajak.

5.2. Saran

Sebagai isi dari laporan ini, penulis juga membuat saran-saran yang mungkin bermanfaat dalam memotivasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara maupun untuk PRODIP-III Administrasi adapun saran-sran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Meningkatkan koordinasi antara instansi yang terkait yaitu : Kepolisian, Dispenda, dan Jasa Raharja.


(4)

2. Memberikan penjelasan kepada wajib pajak tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan peranannya dalam pembangunan daerah melalui surt kabar, radio, dan lain-lain

3. Buku register polisis dicetak sesuai ukuran dan tebalnya 100 halaman

4. Hendaknya PRODIP III Administrasi Perpajakan Meningkatkan Kerjasama kantor dan instansi untuk dapat menjalin hubungan sehingga kantor dna instansi tersebut dapat mendukung program PKLM, serta meningkatkan kualitas SDM di Sumatera Utara.

5. Hendaknya instansi yang terkait memberikan bukti nyata kepada masyarakat umum yang telah menyampaikan aspirasi-aspirasi mereka tentang pembangunan fasilitas-fasilitas khususnya kendaraan bermotor seperti : Perluasan jalan, pembuatan rambu-rambu lalu lintas, pembuatan lampu lalu lintas dan aspirasi – aspirasi lainnya.

6. Setiap kantor SAMSAT hendaknya melakukan peningkatan pelayanan dari tahun ke tahun agar masyarakat merasa puas dan tidak merasa rugi karena membayar pajak

7. Pihak dispenda, kepolisian dan jasa raharja hendaknya bertindak tegas terhadap petugas maupun pihak tertentu yang melakukan KKN ataupun perbuatan – perbuatan yang dapat merugikan masyarakat yang hendak membayar pajak.

8. Dalam memberikan pelayanan, pihak instansi yang terkait hendaknya tidak pilih kasih sehingga tidak terjadi ketidakadilan antara masyarakat menengah kebawah dengan masyarakat menengah keatas.


(5)

9. Agar lebih mengidentifikasikan berkas-berkas pendaftaran penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB), sesuai dengan wilayah kendaraan kerja guna dapat mendukung tercapainya target yang ditetapkan pada SAMSAT Medan Selatan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Kesit P, 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. UI Press, Yogyakarta

Davey KJ, 2004. Pembiayaan Pemerintah Daerah, UI Press, Jakarta.

Erli Suwandi, 2000. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Kep. Mendagri Nomor 11 Tahun 2002. Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan

Pajak Kenderaan Bermotor dan BBN-KB.

Kurniawan P, Purwanto A, 2004. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Banyumedia Publising, Malang.

Mardiasmo, 2000. Perpajakan, audi, Yogyakarta, 2000

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 13 Tahun 2001. Tentang

Dinas-dinas Provinsi Sumatera Utara.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001. Tentang Pajak Daerah.

Soekarwo, 2003. Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah, Airlangga, Surabaya.

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Tentang Perubahan Undang-undang