Mekanisme Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Pematangsiantar

(1)

Mekanisme Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Pematangsiantar

O L E H

Nama : Mutiara Nurul Yunita

NIM : 072600031

Untuk memenuhi salah satu syarat

Menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb,

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dengan memilih judul : “Mekanisme Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) UPTD Pematangsiantar”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya laporan tugas akhir ini bukan semata-mata merupakan jerih payah penulis sendiri tetapi tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan ini, terutama sekali kepada:

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

3. Bapak Drs.Humaizi, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan laporan ini.

4. Bapak Drs.M.Sianturi, SE.M.Si. selaku Kepala UPT. DIPENDASU Pematangsiantar.

5. Bapak F. Hutajulu selaku (Kasi PKDA) serta Bapak F.L.Silalahi selaku Supervisor Lapangan yang telah banyak membantu penulis.

6. Bapak / Ibu Staf pengajar fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Diploma – III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Ayahanda Rusdy dan Ibunda Suwarsini untuk kasih sayang, cinta, pengorbanan, bimbingan yang telah dan bersusah payah membesarkan penulis semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada keduanya

8. Seluruh Staf dan Pegawai Kantor Bersama SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar yang telah memberikan pengarahan dan memberikan data kepada penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini.

9. Kakak Sylviana Wualandari, Amk dan Putri Mustika Dewi, Retno Amelia Juwita serta Jarot Ponco Anggoro terimakasih Allah telah memilih mereka menjadi kakak dan adik-adikku, penulis sangat menyayangi meeka.


(4)

10.Rekan-rekan di Program Studi Diploma-III Administrasi Peerpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara angkatan “07” khususnya kelas A dan rekan-rekan seperjuangan Echa, Ilut, Singgih, Wulan, Rina, Ade Phoyu, Fitri, Heru, Sabrina dan teman-teman lainnya terima kasih atas dukungannya.

Akhir kata penulis ucapakan, semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan pembaca.

Medan, juli 2010 Hormat Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

E. Metode Pengumpulan Data ... 8

F. Sistematika Penulisan Laporan ... 9

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daeah Provinsi Sumatera Utara……… 11

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara………. 12

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara………. 13


(6)

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PKB

A. Ketentuan……….. 21

1. Dasar Hukum Pemungutan Pajak………. 23

2. Pajak Daerah………. 24

3. Bagi Hasil Penerimaan Pajak………... 26

4. Penetapan dan Pemungutan Pajak……… 26

a. Penetapan dan Pemungutan PKB………... 26

b. Manfaat Pentingnya Penetapan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor………. 27

5. Pelaksanaan Penetapan dan Pemungutan PKB………. 27

B. Objek dan Subjek Pajak Daerah……….. 28

C. Dasar Pengenaan, Tarif Pajak dan Cara Perhitungan Pajak…………. 30

1. Dasar Pengenaan PKB……… 30

2. Tarif PKB……… 31

3. Perhitungan PKB……… 32

4. Massa Pajak, Saat Pajak Terhutang dan Wilayah Pemungutan PKB……….. 32

D. Sistem Penilaian Pemungutan PKB/BBN-KB……… 33

1. Tatacara Pemungutan Pajak Daerah………. 33

2. Proses Pemungutan PKB/BBN-KB……… 35


(7)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Penetapan Tarif PKB menurut Jenis Kendaraan,

Kelompok Tahun dan Nilai Jual………. 38 B. Target dan Realisasi Penerimaan PKB Pada

Kantor Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara……… 54 C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Penetapan atau

Penagihan Pada Kantor Pendapatan Daerah……….. 55 D. Upaya-upaya untuk meningkatkan Penerimaan PKB……… 55

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan……….. 56

B. Saran……… 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR BAGAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 14 2. Mekanisme Pelayanan Kantor SAMSAT ... 37


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Gambaran Pegawai SAMSAT UPTD Pematangsiantar ... 20 2. Penetapan Taarif Pajak Kendaraan Bermotor, Jenis Kendaraan,

Kelompok Tahun, Nilai Jual dan

Bobot DISPENDA Pematangsiantar ... 39 3. Penetapan Target dan Realisasi Penerimaan PKB T.A 2007-2009 ... 54


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat, khususnya pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor, dan bila berbicara mengenai pajak, maka terdapat dua pihak yang selalu bersinggungan yaitu pemerintah di satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Secara umum pajak masih kurang popular di kalangan masyarakat. Hal ini bisa dimaklumi karena pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik, yang mana masyarakat merasa terbebani oleh pengenaan pajak tersebut. Pemerintah maupun masyarakat mempunyai posisi yang sama kuatnya untuk menentukan bagaimana sebaiknya pajak harus ditetapkan, sehingga pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilaksanakan dengan taat asas, dalam hal ini siapa yang dikenakan pajak, kapan dikenakan pajak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar sesuai tarif pajak yang ditentukan berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Khususnya Pajak Kendaraan Bermotor.

Adanya perbedaan persepsi antara pemerintah dan masyarakat, bukanlah hal yang mudah untuk menyamakan persepsi tersebut, agar pengenaan dan penarikan pajak dapat berjalan sebagaimana mestinya harus didukung oleh suatu sistem yang baik pula, sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlaku di Negara kita.


(11)

Berdasarkan Undang-undang, masing-masing jenis pajak telah ditetapkan dengan jelas siapa yang menjadi Subjek Pajak dan apa yang menjadi Objek Pajaknya dan berapa Tarif Pajak yang berlaku sesuai dengan aturan yang ada.

Dalam hal ini, aturan yang ditetapkan dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pertimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah serta UU Nomor 18 Tahun 1997 yang telah diubah dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 yang telah di sempurnakan dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kiranya tetap menjadi bahan acuan dasar dalam membuat Peraturan Daerah. Dengan Undang-undang tersebut maka Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota telah diberikan wewenang untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri melalui sistem Otonomi Daerah. Masing-masing daerah tentu berusaha untuk mengisi pundi-pundi anggarannya yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), diantaranya dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), perolehan dana melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat berupa Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

Oleh Sebab itu, untuk melaksanakan Penetapan Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor, Pemerintah tidaklah selalu berhasil karena terjadi suatu kendala atau 2


(12)

surat yang lengkap), selain pemerintah pemilik kendaraan bermotor juga kadang-kadang mengalami masalah yaitu dengan adanya kenaikan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor dari tahun ke tahun.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan PRODIP-III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Secara spesifik tujuan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

1. Untuk mengetahui Cara Kerja Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar dalam Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Untuk memperoleh informasi Target dan Realisasi Penerimaam Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Penetapan atau Penagiahan pada Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar. 4. untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan Pajak Kendaraan

Bermotor.


(13)

Manfaat yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah:

1. Khususnya Mahasiswa

a. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman kerja, khususnya dalam Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor serta sanksi maupun denda administrasi di Kantor bersama SAMSAT Kota Pematangsiantar.

b. Menambah motivasi untuk belajar mengetahui situasi dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli di bidang Administrasi Perpajakan.

c. Untuk meningkatkan komunikasi maupun pendekatan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Pematangsiantar khususnya fungsi dan tugas dari dinas yang bersangkutan.

d. Guna merangsang Mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

e. Untuk menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.


(14)

2. Bagi Kantor Bersama SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar

a. Sebagai sarana untuk memperarat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan Daerah khususnya SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar dengan lembaga pendidikan PRODIP-III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

b. Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli di bidang Administrasi Perpajakan.

c. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bagi Mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut

3. Bagi Program Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan

a. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya di bidang perpajakan.

b. Membuka interaksi antara dosen dengan Instansi Pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima Mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

c. Guna mempromosikan sumber daya manusia di Universitas Sumatera Utara yang ahli sesuai dengan bidang Administrasi Perpajakan.


(15)

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam meningkatkan sumber penerimaan daerah yang menjadi sumber pembangunan daerah dan melauli Dinas Pendapatan Daerah Kota Pematangsiantar berupaya untuk meningkatkan sumber pendanaan daerah yang berasal dari sektor Pajak Propinsi khususnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilaksanakan di Kantor Bersama SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar, penulis ingin mengetahui objek-objek yang akan diteliti terutama dalam “Mekanisme Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor” melalui kebijakan-kebijakan yang diterapkan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, mengenai perannya sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah, termasuk beberapa masalah berikut :

1. Penetapan Objek dan Subjek Pajak serta cara penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor untuk tiap jenisnya.

2. Bentuk-bentuk sanksi ataupun denda yang akan dikenakan kepada Pemilik Kenderaan Bermotor.

3. Informasi data Pajak Kenderaan Bermotor yang telah di bayar pada seksi Pajak Kendaraan Bermotor.

4. Masalah atau kekeliruan di dalam Penetapan Penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor.


(16)

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai kegiatan persiapan dimulai dari Pengajuan Judul, Penetapan Judul Pajak Kendaraan Bermotor, Pengajuan Proposal, Seminar Proposal, Konsultasi Dosen Pembimbing yang di tunjuk Program Studi Diploma III Perpajakan.

2. Studi Literatur

Pemahaman tentang Pajak Kendaraan Bermotor melalui berbagai bacaan maupun Undang-undang.

3. Observasi Lapangan

Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada instansi yang bersangkutan mengenai objek studi khususnya Mekanisme Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

4. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data-data lapangan mengenai Mekanisme Penetapan Pajak Kenderaan Bermotor (PKB).


(17)

Ada dua data yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu antara lain : a. Data Primer

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data yang diperoleh dari pihak-pihak yang berkompeten dan menguasai Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Data Sekunder

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data yang diperoleh dari Referensi-referensi ilmiah yang mendukung Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisa Data dan Evaluasi

Penulis menganalisa dan mengevalusi data mengenai Mekanisme Penetapan Pajak Kendraan Bermotor (PKB).

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja ini, maka penulis menggunakan Metode Pengumpulan Data sebagai berikut :

1. Wawancara

Dengan metode ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada para pegawai setiap bagian dalam kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar dengan tujuan untuk menambah data yang berkaitan dengan kebutuhan penulis.


(18)

2. Daftar Observasi

Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek PKLM yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari sumber data yang diperlukan.

3. Daftar Dokumentasi

Dengan menggunakan dokumen-dokumen resmi mengenai Mekanisme Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang dianggap sebagai bukti otentik.

F. Sistematis Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, Ruang Lingkup, Tujuan dan Manfaat, Metode Praktek, Metode Pengumpulan Data serta Sistematika Penulisan Laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pematang Siantar, Struktur Organisasi, Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Gambaran Pegawai.


(19)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai ketentuan yang mengatur tentang pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor, Objek dan Subjek Pajak, Cara Penghitungannya, Sistem Penilaian Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan lain-lain yang dilakukan selama melakukan Praktik Kerja.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini membahas tentang Analisa dan Evaluasi Data yang diperoleh mengenai Mekanisme Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai Objek PKLM dan permasalahan yang penulis hadapi selama melaksanakan PKLM di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(20)

BAB II

GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Derah Provinsi Sumatera Utara

Pada mulanya, urusan pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat) sebagai Bagian Pajak dan Pendapatan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 102/II/GSU tanggal 6 Maret 1973 tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Setwilda Tingkat I Sumatera Utara, Biro Keuangan berubah menjadi Direktorat Keuangan sejak tanggal 16 Mei 1973. Dengan demikian bagian Pajak dan Pendapatan juga berubah bentuk menjadi Sub Direktorat Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan.

Dengan terbitnya SK Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Maret 1975 No. 137/II/GSU (berdasarkan SK Mendagri tanggal 7 November 1974 No. Finmat 7/15/3/74), maka terhitung sejak 1 April 1975, Sub Direktorat Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah.

Selanjutnya, pada tanggal 1 September 1975 No. KUPD 3/12/43 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia, maka dengan demikian Direktorat Pendapatan Daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah. Semula pembentukannya berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 143/II/GSU, yang kemudian dikukuhkan dengan Perda Provinsi Sumatera Utara No. 4 Tahun 1976, yang mulai berlaku 31 Maret 1976. Setelah


(21)

Otonomi Daerah, tugas pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah ditur dalam Perda Provinsi Sumatera Utara No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara dan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 060.254.K Tahun 2002.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Dinas Pendapatan Daerah

Tugas Pokok Kantor Pendapatan Daerah Kota Pematangsiantar menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di bidang Perpajakan, Retribusi, dan Pendapatan Asli Daerah lainnya yang berada dibawah wewenang Dinas Pendapatan Povinsi Sumatera Utara, termasuk juga memberikan restitusi pajak daerah dalam wilayah kerja yang bersangkutan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan atau pedoman, petunjuk tekhnis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Sumatera Utara.

Dalam hal ini pemerintah maupun masyarakat mempunyai andil dalam meningkatkan penerimaan pendapatan daerah. Salah satu dari penerimaam pendapatan daerah di bidang perpajakan, terutama Pajak Kendaraan Bermotor. Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dapat dengan mudah membayar kewajiban perpajakannya melalui Sistem SAMSAT.

Pada tanggal 1 April 1978 resmilah didirikan Kantor Bersama SAMSAT Pematangsiantar, yang melayani pengurusan surat-surat kendaraan bermotor wilayah Kota Pematangsiantar dan Kab. Simalungun.


(22)

SAMSAT merupakan singkatan dari “ Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap” adalah gabungan dari Tiga Instansi yang mempunyai tugas dan fungsi yang

berbeda tetapi mempunyai Objek data yang sama yaitu kendaraan bermotor yang berdomisili di daerah Provinsi Sumatera Utara.

Berdirinya kantor bersama SAMSAT merupakan tindak lanjut dari Surat Keputusan Bersama 3 (tiga) Menteri (Menhankam, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri) yang membentuk kerjasama dengan sistem baru yang disebut Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap dengan tujuan sebagai berikut:

1. Sebagai usaha untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang berdomosili di daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Meningkatkan pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara melalui penerimaan dari sektor PKB dan penerimaan dari sektor BBN-KB.

3. Meningkatkan penerimaan Asuransi Kerugian Kecelakan Jasa Raharja Cabang Pematangsiantar.

4. Sebagai usaha menyeragamkan tindakan, ketertiban dan kelancaran, dan pengadaan administrasi kendaraan bermotor.


(23)

C. Susunan dan Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PEMATANGSIANTAR

KEPALA UNIT PELAKSANA

TEKNIS DINAS

KASSUBAG TATA USAHA

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI PKB/BBN-KB ABT/APU PLL PKDA RETRIBUSI

Sumber : Kantor SAMSAT Pematangsiantar


(24)

Susunan dan Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendapatan serta rincian tugas pokok, fungsi dan uraian tugas masing-masing ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Daerah.

Susunan Organisasi Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendapatan adalah sebagai berikut :

a. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendapatan

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendapatan membantu Kepala Dinas dalam pengadminstrasian dan pengutipan PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan pendapatan Lain-lain.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendapatan mempunyai fungsi :

1) Menyempurnakan dan menyusun konsep standar-standar pendataan potensi, pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil pengutipan PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan Lain-lain.

2) Menyelenggarakan optimalisasi potensi pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil pengutipan PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan Lain-lain sesuai dengan standar yang ditetapakan. 3) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

bidang tugas dan fungsinya.

4) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas.


(25)

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Menyusun dan menyampaikan rencana kebutuhan Kauangan,Personil dan Peralatan dan Ketatausahaan,UPTD, sesuai standar yang ditetapkan

2) Menyelenggarakan pengolahan Keuangan, Personil, Peralatan, dan Ketatausahaan, UPTD sesuai yang ditetapakan.

3) Menghimpun bahan atau data dari seksi lainnya,untuk pembukuan dan pelaporan hasil pengutipan PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, PBB-KB, Retribusi dan Pendapatan Lain-lain sesuai dengan standar yang ditetapkan 4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai dengan

bidang tugas dan fungsinya.

5) Memperjuangakan pelaksanaan tugasnya kepada UPTD sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya

c. Kepala Seksi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Kepala Seksi Pajak Kendaraan Bermotor(PKB) mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Melaksanakan pendapatan potensi,penetapan dan penagihan, menerima dan

memproses usul/pengajuan keberatan dari wajib pajak dan membuat daftar jumlah tagihan,tunggakan dan denda PKB dan BBN-KB sesuai dengan standar yang ditetapkan

2) Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepada Kepala UPTD sesuai dengan 16


(26)

3) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan tugasnya

4) Memberikan masukan yang perlu kepada Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan fungsinya

d. Kepala Seksi Pajak Kendaraan di Atas Air (PKDA)

Kepala Seksi Pajak Kendaraan di Atas Air (PKDA) mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Melakukan pendapatan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul keberatan dari wajib pajak dan membuat daftar yang jumlah tagihan, tunggakan dan denda Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABT/APU dan PBB-KB sesuai dengan standar yang ditetapakn

2) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan fungsinya

3) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya Kepada Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan fungsinya

e. Kepala Seksi Retribusi

Kepala Seksi Retribusi mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul keberatan dari wajib pajak dan membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan, dan denda Retribusi sesuai dengan standar yang ditetapkan


(27)

2) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan fungsinya

3) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala UPTD sesuai dengan bidng dan fungsinya

f. Kepala Seksi Pendapatan Lain-lain

Kepala Seksi Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Melakukan pendapatan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul keberatan dari wajib pajak dan membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan, dan denda Retribusi sesuai dengan bidang dan fungsinya 2) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai dengan

bidang dan fungsinya

3) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala UPTD sesuai dengan bidang dan fungsinya

Dalam Menjalankan tugas pokok Kantor Daerah Dinas Pendapatan Propinsi Sumatera Utara mempunyai Fungsi:

1. Membantu segala kegiatan-kegiatan dan fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara yang berada di dalam wilayah Kabupaten atau kota yang bersangkutan.

2. Memberikan laporan Kepada Kepala Dinas Pendapatan Propinsi Sumatera 18


(28)

3. Memberikan data dan informasi serta saran-saran yang berhubungan dengan upaya peningkatan pendapatan daerah Sumatera Utara yang berada di dalam wilayah kerja yang bersangkutan.

4. Menyelenggarakan koordinasi dan kerja sama dengan Bupati atau Walikota serta Instansi terkait lainnya dalam wilayah kerja yang bersangkutan .

Sedangkan dalam menjalankan tugas pokoknya Pos Pelayanan Pendapatan Dinas Pendapatan Propinsi Sumatera Utara:

a. Menyiapkan bahan perumusan perencanaan program, kebijaksanaan, dan pembinaan tekhnis di bidang Pendapatan Daerah.

b. Menyelenggarakan pembinaan, program pengelolaan. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Pajak Pengmbilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Retribusi dan Pendapatan lain-lain, Pengendalian dan Pembinaan.

c. Melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan pendapatan sesuai dengan ketetapan Kepala Daerah.


(29)

D. Gambaran Pegawai SAMSAT Pematangsiantar Berdasarkan Pangkat Golongan, Golongan dan Jabatan Pegawai

Tabel 1 : Gambaran Pos Pelayanan Pendapatan Daerah Dinas Pendapatan Daerah (SAMSAT) Pematangsiantar.

Berdasaarkan Personil Pendidikan Jumlah

Berdasarkan Pangkat atau Golongan

PHL (Pegawai Harian Lepas) Petugas Polri

Jasa Raharja

Tamatan SMA Tamatan D III Tamatan SI Golongan III/d Golongan III/c Golongan III/b Golongan III/a Golongan II/d Golongan II/c Golongan II/b Golongan II/a 25 orang 2 orang 10 orang 3 0rang 3 orang 3 orang 9 orang 2 orang 3 orang 2 orang 4 orang 6 orang 7 orang 7 orang

Jumlah 86 orang


(30)

BAB III

GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK KENDARAAN BERMOTOR A.Ketentuan

Pemungutan pajak merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada negara yang hasilnya juga akan dikembalikan kepada rakyat atau pajak juga dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan kepada pembayarannya, sedangkan pelaksanaannya dapat dipaksakan.

Berikut ini beberapa penjalasan tentang pengertian Pajak sebagai berikut: 1. P.J.A.Andriani

Pajak ialah Iuran rakyat kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak membayarnya menurut perundang-undangan dengan tidak mendapat kontraprestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan dugunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

2. H. Rochmat Soemitro, SH

Pajak ialah Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.


(31)

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki beberapa pengertian penting antara lain:

a. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara, maksud iuran disini

adalah suatu kewajiban untuk mengalihkan kekayaan ke kas negara untuk membiayai pengeluaran umum, biaya pengeluaran rutin dan biaya pembangunan.

b. Pajak tidak dapat ditunjuk kontraprestasi langsung secara individual,

maksudnya adalah seorang Wajib Pajak yang telah membayar pajak, maka tidak dapat ditunjuk kontraprestasi tertentu kepada mereka yang membayar pajak juga, melainkan disampaikan secara umum, sehingga yang tidak membayar pajak juga menikmati hal pembayaran tersebut.

c. Pajak dapat dipaksakan, maksudnya bila hutang pajak tidak dibayar oleh

wajib pajak, maka hutang pajak tersebut dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti surat paksa.

d. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang, maksudnya adalah pajak

dipungut dengan menggunakan undamg-undang serta aturan pelaksananya. Berdasarkan kewenangan pemungutan pajak maka pajak terbagi atas dua bagian yakni Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Dan sejalan dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004


(32)

berupaya untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Dalam hal pemungutan pajak diserahkan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pada umumnya pemerintah daerah hanya dapat memungut pajak:

a. Pajak Provinsi

Dikhususkan pada Pemerintah Provinsi. b. Pajak Kabupaten / Kota

Dikhususkan pada Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota.

Salah satu pajak yang dipungut Pemerintah Provinsi adalah Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor yang ada dilingkungan wilayah Kantor Dispenda kendaraan tersebut terdaftar.

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan tekhnik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor, termasuk alat-alat besar yang bergerak.

1. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah

a. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


(33)

b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

c. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

e. Perda Provinsi Sumatera utara No.3 Tahun 2002 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan

kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang dan dapat dipaksakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Pajak daerah sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, dan yang menjadi Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah:

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Hasil Pajak Daerah antara lain:

1) Pajak Provinsi, dibagi atas empat yaitu:


(34)

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaran di Atas Air (KAA).

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

2) Pajak Kabupaten / Kota, dibagi tujuh yaitu: a) Pajak Hotel.

b) Pajak Restoran. c) Pajak Hiburan. d) Pajak Reklame.

e) Pajak Penerangan Jalan.

f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. g) Pajak Parkir.

b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang dipisahkan. d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

2. Dana Perimbangan

a. Dana Alokasi Umum (DAU) b. Dana Alokasi Khusus (DAK) 3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain Penerimaan Daerah yang Sah


(35)

5. Pendapatan yang berasal dari Pemberian Pendapatan Pemerintah dan atau Instansi yang lebih tinggi yang dapat dibagi menjadi:

a. Sumbangan dari Pemerintah

b. Sumbangan lain yang diatur dengan Peraturan Perundang-undangan Hasil Perusahaan Daerah.

3. Bagi Hasil Penerimaaan Pajak

Berdasrkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Nomor 13 Tahun 2002, disebutkan bahwa pembagian hasil penerimaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk Daerah Provinsi paling banyak 70 %

2. Untuk Daerah Kabupaten / Kota paling sedikit 30 % dengan memperhatikan aspek Pemerataan dan Potensi Daerah Kabupaten / Kota yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah Kabupaten / Kota.

4. Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor. a. Penetapan dan Pemungutan PKB

Penetapan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dimulai dari penghimpunan data Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Retribusi. Penetapan Pajak dilaksanakan dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan dokumen lain yang dipersamakan. Pemungutan Pajak merupakan salah satu kebijakan Pemerintah Daerah dalam


(36)

Penetapan sangat tergantung pada tingkat kualitas dan kemampuan Kinerja Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugasnya didalam usaha-usaha dan upaya peningkatan yang dapat dilakukan melalui berbagai cara untuk mencapai peningkatan yang telah ditetapkan bersama.

b. Manfaat Pentingnya Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraan

Bermotor

Secara terperinci manfaat dan pentingnya Penetapan dan Pengenaan dapat dilihat sebagai berikut:

a. Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang efektif dan efisien dapat memungkinkan tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

b. Dengan adanya Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan terhadap suatu hal yang ingin dicapai.

c. Dengan adanya Penetapan dan Pemungutan dapat meyatukan pendapat bahwa satuan organisasi yang ada didalamnya dapat sama-sama dalam menjalankannya.

d. Dengan adanya Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dapat meningkatkan pendapatan daerah dan tingkat kepatuhan dari Wajib Pajak.

5. Pelaksanaan Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam rangka memenuhi sumber-sumber pembiayaan Pemerintah dan Pembangunan Daerah, Pajak Kendaraan Bermotor diserahkan sebagai Pajak Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang telah diubah dengan


(37)

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

Untuk itu dalam Penetapan dan Pemungutan PKB Dinas Pendapatan Daerah melakukan segala usaha dan kegiatan Pemungutan, Penagihan, Pengumpulan baik terhadap sumber Pendapatan Daerah maupun dengan penggalian sumber-sumber Pendapatan baru diantaranya adalah:

a. Melakukan Penetapan dan Pemungtan PKB

b. Melakukan Koordinasi atas PKB serta pelaksanaanya oleh Dinas Pendapatan tempat Wajib Pajak terdaftar.

Seiring dengan itu Pemerintah mengambil langkah penyederhanaan ekonomi daerah dalam rangka penerimaan tersebut dengan tujuan untuk memberikan landasan dan pedoman yang kuat dalam Pemungutan Pajak Daerah, dan juga bertujuan untuk mengoptimalkan Penerimaan Daerah.

B. Objek dan Subjek Pajak Daerah

Adapun yang dimaksud dengan Kendaraan Bermotor “ Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan roda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan tekhnik berupa motor atau peralatan lainnya yang befungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat yang bergerak”.


(38)

Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air antara lain:

a. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

b. Kedutaan, konsulat perwakilan Negara Asing dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik.

c. Pemerintah Kabupaten/Kota.

d. Pabrikan atau importir kendaraan bermotor baru yang semata-mata digunakan untuk pameran, untuk dijual, dan tidak dipergunakan dalam lalu lintas bebas. e. Wisatawan asing yang berada di daerah untuk jangka waktu sembilan puluh

hari berturut-turut.

f. Kendaraan Bermotor yang disegel atau disita oleh Negara. g. Orang/pribadi atau badan atas Kendaraan diatas air perintis.

h. Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki kapal pandu dan kapal tunda untuk keperluan keselamatan.

Sedangkan yang menjadi Subjek Pajak sekaligus Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dan Diatas Air adalah Orang Pribadi atau Badan yang memiliki dan atau menguasai Kendaran Bermotor. Dan yang betanggung jawab atas Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor adalah:

a. Untuk Orang Pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya.

b. Untuk Badan adalah pengurus dan kuasanya.


(39)

C. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan PKB 1. Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan PKB dihitung sebagai perwakilan dari dua unsur pokok, yaitu: a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor ( NJKB), yaitu nilai jual kendaraan bermotor

yang diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor sebagimana tercantum dalam tabel Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang berlaku.

b. Bobot, yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

NJKB diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor. Jika harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor tidak diketahui, NJKB ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut ini:

a. Isi silinder, yaitu isi ruangan yang berbentuk bulat torak pada mesin kendaraan bermotor yang ikut menentukan besarnya kekuatan mesin dan atau satuan daya.

b. Penggunaan Kendaraan Bermotor. c. Jenis Kendaraan Bermotor.

d. Merek Kendaraan Bermotor.

e. Tahun Pembuatan Kendaraan Bermotor.

f. Berat Total Kendaraan Bermotor dan banyaknya penumpang yang diizinkan. 30


(40)

Sedangkan Bobot yang dihitung untuk Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dihitung berdasarkan faktor-faktor:

a. Tekanan Gandar

b. Jenis Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

c. Jenis Penggunaan, Tahun Pembuatan dan Ciri-ciri Mesin dari Kendaraan. Sedangkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) ditetapkan oleh Kepala Daerah yaitu:

a. Dasar pengenaan PKB untuk kendaraan umum ditetapkan sebesar 60 % (enam puluh persen) dari dasar pengenaan PKB.

b. Dasar pengenaan PKB kendaraan baru untuk alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 40% (empat puluh persen) dari nilai jual kendaraan bermotor.

c. Dasar pengenaan BBN-KB khusus penyerahan pertama untuk kendaraan Alat-alat berat dan Alat-alat besar ditetapkan sebesar 40% (empat puluh persen) dari NJKB.

d. Dasar pengenaan PKB/BBN-KB untuk Kendaraan alat berat dan Alat-alat besar selain kendaraan baru ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen).

2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Tarif Pajak Untuk Kendaraan Bermotor adalah:

a. 1,5% (satu koma lima persen) Untuk Kendaraan Bermotor Bukan Umum. b. 1% (satu persen) Untuk Kendaraan Umum.


(41)

c. 0,5% (nol koma lima persen) Untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

Besarnya pokok pajak kendaraan bermotor yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Pajak Kendaraan Bermotor dengan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor. Sedangkan Kendaraan Bermotor yang terhutang dipungut di Wilayah Daerah tempat kendaraan terdaftar.

3. Perhitungan Pajak Kendaraan bermotor

Besarnya pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum, perhitungan PKB adalah sesuai dengan rumus sebagai berikut:

Pajak Terhutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x (NJKB x Bobot)

4. Masa Pajak, Saat Pajak Terhutang dan Wilayah Pemungutan Pajak PKB

Pajak yang terhutang merupakan PKB yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang Pajak Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi setempat. Saat pajak terhutang dalam masa pajak terjadi pada saat pendaftaran kendaraan bermotor.

Pada PKB pajak terhutang dikenakan untuk masa pajak 12 (dua belas) bulan 32


(42)

PKB merupakan suatu kesatuan dengan pengurusan administrasi kendaraan bermotor lainnya. PKB dibayar sekaligus di muka untuk masa pajak 12 (dua belas) bulan kedepan. Kewajiban pajak yang berakhir sebelum 12 (dua belas) bulan karena sesuatu hal, besarnya pajak yang terhutang dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan. Hal ini berarti PKB yang karena suatu dan lain hal (mutasi daerah tempat pendaftaran kendaraan bermotor atau kendaraan bermotor yang rusak atau tidak dapat digunakan lagi karena force majuere) masa pajak tidak sampai 12 (dua belas) bulan, dapat dilakukan restitusi.

PKB yang terhutang dipungut di wilayah Provinsi tempat kendaraan bermotor terdaftar. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah provinsi yang hanya terbatas atas kendaraan bermotor yang terdaftar dalam lingkup wilayah administrasinya.

D. Sistem Penilaian Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor 1. Tatacara Pemungutan Pajak Daerah

Pemungutan adalah suatu rangkaian yang dilakukan dari penghimpun data Objek dan Subjek Pajak, penentuan besarnya pajak yang terhutang sampai pada kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetoran.

Pemungutan pajak daerah pada umumnya tidak dapat diborongkan atau tidak bisa diberikan kepada pihak ketiga. Pajak Daerah dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dengan kata lain dibayar sendiri oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak membayar pajak dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk.


(43)

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dikeluarkan oleh pejabat daerah yang ditunjuk khusus bagi pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terdiri dari 5 (lima) lembar antara lain

a. Lembar ke-1 untuk Wajib Pajak

b. Lembar ke-2 untuk Dispenda Kota Pematangsiantar c. Lembar ke -3 untuk Jasa Raharja

d. Lembar ke-4 untuk Bendaharawan Khusus Penerima e. Lembar ke-5 untuk Kantor Bersama SAMSAT

Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajibannya harus menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SKPD). Setelah itu kepada waib pajak yang telah mendapat Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dapat dikeluarkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).Gubernur dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila:

a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan akibat salah hitung

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

Apabila WP tidak membayar pajak terhutang sampai dengan jatuh tempo (selama 30 hari), maka Surat Tagihan Pajak (STP) yang disampaikan kepada Kepala Daerah akan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan, berlaku selama


(44)

mengeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP), atau dengan penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangn yang beerlaku.

2. Proses Pemungutan PKB/BBN-KB

a. Pendaftaran

Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh WP pajak sendiri adalah : 1. Pengambilan Formulir SPT

2. Pengisian Formulir SPT 3. Pendaftaran Berkas

4. Menyampaikan berkas kepada petugas checking b. Penetapan

Yang dilakukan pada bagian Penetapan ini adalah: 1. Membuat Perhitungan dan Penetapan (Pembukuan) 2. Membuat nomor Kohir

3. Mencek Ketetapan tanda lembar SKPD 4. Menyampaikan kertas kepada proyektor c. Final Checking

Hal yang dilakukan Korektor adalah:

1. Meneliti kebenaran dan perhitungan dan penetapannya 2. Meneliti data pajak dalam ketetapan PPKB/BBN- KB d. Pembayaran


(45)

Pada bagian ini pembayaaran pajak yang menjadi tanggung jawab dari hasil pembayaran pajak yang dibayarkan oleh WP adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menerima Pembayaran dari WP (di loket kasir) 2. Membukukan hasil penerimaan

3. Menyampaikan SKPD pada loket

4. Menyampaikan berkas kepada petugas kartu box (arsip) 5. Menyetorkan hasil penerimaan kasir kepada bendaharawan 6. Mentetorkannya kepada Bank

7. Menyampaikan berkas belum bayar Penagihan e. Pengesahan

f. Dicetak Pajak yang akan dibayar (STNK,TNKB,TCKB,BTCKB,BPKB) g. Penerimaan

h. Diarsipkan

3. Kegiatan Pelayanan Pemungutan PKB/BBN-KB

Bahwa pemungutan PKB/BBN-KB dilaksanakan pada Kantor Bersama SAMSAT dengan Instansi yang terkait yaitu: Polri, Dispenda, dan Jasa Raharja.

Dalam pelaksanaan pelayanan, para petugas diarahkan untuk lebih memprioritaskan WP yang langsung dari pada kuasa WP, untuk itu disiapkan loket-loket bagi WP. Bentuk Loket Pelayanan yang diberikan:


(46)

MEKANISME PELAYANAN PADA KANTOR SAMSAT

PEMILIK/PEMOHON

D. DITERIMA RESI LOKET PENDAFTARAN & PENETAPAN

A. AMBIL FORMULIR E. MEMBAYAR DI PAYMENT BANK SUMUT

B. MENDAFTAR

F. VALIDASI LOKET LOKET LOKET LOKET LOKET I. MENERIMA G. DICETAK RAN BARU PERPAN PENGESAH MUTASI HAL-HAL STNK - STNK JANGAN AN STNK KHUSUS TNKB - TNKB STNK - TCKB - BTCKB - BPKB H. DIARSIP C. DITETAPKAN BIAYA ADMINISTRASI BARU

- STNK

- ASURANSI JASA RAHARJA - PAJAK RANMOR


(47)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Penetapan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan, Kelompok Tahun, dan Nilai Jualnya

Sesuai dengan tujuan dari pada Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang penulis laksanakan di Kantor SAMSAT UPT Kota Pematangsiantar, dalam rangka untuk memahami Prosedur Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor baik itu menurut Jenis Kendaraan, Kelompok Tahun, Nilai Jual dan Bobotnya melalui kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Dinas Pendapatan Sumatera Utara.

Maka dalam bab ini penulis akan membahas secara lebih rinci mengenai Penetapan tarif Pajak Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan, Kelompok Tahun, Nilai Jual, dan Bobotnya.

Didalam bab ini penulis akan menganalisa permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan Penetapan dan Pemungutan Pajak Kendaraaan Bermotor, hambatan-hambatan, kebijakan-kebijakan yang diambil dalam merealisasikan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara maka penetapan kendaraan bermotor roda dua dapat dilihat dari tabel di bawah ini berdasarkan Jenis, Kelompok Tahun, Nilai Jual dan Bobotnya.


(48)

NILAI JUAL KENDARAAN BERMOTOR TAHUN : 2009

JENIS : SEPEDA MOTOR-SEPEDA MOTOR RODA 2

NO KODING MEREK TYPE TH BUAT

NJKB BO BOT

DP PKB

1 2 3 4 5 6 7 8

1 701013 00125 APP KTM 100-AX 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

2 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

3 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

4 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

5 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

6 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

7 2008 4.900.000 1,0 4.900.000

8 2009 5.200.000 1,0 5.200.000

9 701013 00225 APP KTM 100-ST 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

10 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

11 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

12 2005 4.500.000 1,0 4.5000.00

13 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

14 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

15 2008 4.900.000 1,0 4.900.000

16 2009 5.200.000 1,0 5.200.000

17 701013 02825 APP KTM TM 110-18 2007 5.200.000 1,0 5.200.000

18 2008 5.300.000 1,0 5.300.000

19 2009 5.600.000 1,0 5.600.000

20 701013 00325 APP KTM TM 125 2002 4.800.000 1,0 4.800.000 39


(49)

21 2003 4.900.000 1,0 4.900.000

22 2004 5.100.000 1,0 5.100.000

23 701013 00425 APP KTM TM 125 T-3 2002 4.800.000 1,0 4.800.000

24 2003 4.900.000 1,0 4.900.000

25 2004 5.100.000 1,0 5.100.000

26 701013 00525 APP KTM TM 100 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

27 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

28 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

29 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

30 2008 4.900.000 1,0 4.900.000

31 2009 5.200.000 1,0 5.200.000

32 701013 00625 APP KTM TM 100-11 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

33 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

34 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

35 701013 00725 APP KTM TM 100-18 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

36 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

37 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

38 701013 00825 APP KTM TM 100-3 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

39 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

40 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

41 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

42 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

43 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

44 2008 4.900.000 1,0 4.900.000


(50)

46 701013 00925 APP KTM TM 100-3S 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

47 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

48 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

49 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

50 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

51 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

52 2008 4.900.000 1,0 4.900.000

53 2009 5.200.000 1,0 5.200.000

54 701013 01025 APP KTM TM100-4 2000 3.400.000 1,0 3.400.000

55 2001 3.500.000 1,0 3.500.000

56 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

57 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

58 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

59 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

60 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

61 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

62 2008 4.900.000 1,0 4.900.000

63 2009 5.200.000 1,0 5.200.000

64 701013 01125 APP KTM TM100-4X 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

65 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

66 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

67 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

68 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

69 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

70 2008 4.900.000 1,0 4.900.000


(51)

71 2009 5.200.000 1,0 5.200.000 72 701013 01225 APP KTM TM100-AR 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

73 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

74 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

75 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

76 2008 4.900.000 1,0 4.900.000

77 2009 5.200.000 1,0 5.200.000

78 701013 01325 APP KTM TM100-PR 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

79 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

80 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

81 701013 01425 APP KTM TM100A 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

82 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

83 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

84 701013 01525 APP KTM TM100T2 2000 3.400.000 1,0 3.400.000

85 2001 3.500.000 1,0 3.500.000

86 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

87 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

88 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

89 701013 01625 APP KTM TM100T4 2000 3.400.000 1,0 3.400.000

90 2001 3.500.000 1,0 3.500.000

91 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

92 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

93 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

94 701013 01725 APP KTM TM125 2002 4.800.000 1,0 4.800.000 42


(52)

96 2004 5.100.000 1,0 5.100.000

97 2005 5.200.000 1,0 5.200.000

98 2006 5.500.000 1,0 5.500.000

99 2007 5.700.000 1,0 5.700.000

100 2008 5.800.000 1,0 5.800.000

101 2009 6.200.000 1,0 6.200.000

102 701013 01825 APP KTM TM125-5 2002 4.800.000 1,0 4.800.000

103 2003 4.900.000 1,0 4.900.000

104 2004 5.100.000 1,0 5.100.000

105 2005 5.200.000 1,0 5.200.000

106 2006 5.500.000 1,0 5.500.000

107 2007 5.700.000 1,0 5.700.000

108 2008 5.800.000 1,0 5.800.000

109 2009 6.200.000 1,0 6.200.000

110 701013 01925 APP KTM TM125-PRO 2004 5.100.000 1,0 5.100.000

111 2005 5.200.000 1,0 5.200.000

112 2006 5.500.000 1,0 5.500.000

113 2007 5.700.000 1,0 5.700.000

114 2008 5.800.000 1,0 5.800.000

115 2009 6.200.000 1,0 6.200.000

116 701013 02025 APP KTM TM125-PU 2002 4.800.000 1,0 4.800.000

117 2003 4.900.000 1,0 4.900.000

118 2004 5.100.000 1,0 5.100.000

119 701013 02125 APP KTM TM125-RO 2004 5.100.000 1,0 5.100.000 120 701013 02225 APP KTM TM125-TRX 2004 5.100.000 1,0 5.100.000


(53)

121 2005 5.200.000 1,0 5.200.000

122 2006 5.500.000 1,0 5.500.000

123 2007 5.700.000 1,0 5.700.000

124 2008 5.800.000 1,0 5.800.000

125 2009 6.200.000 1,0 6.200.000

126 701013 02325 APP KTM TM150 2005 6.100.000 1,0 6.100.000

127 2006 6.200.000 1,0 6.200.000

128 2007 6.400.000 1,0 6.400.000

129 2008 6.500.000 1,0 6.500.000

130 2009 7.000.000 1,0 7.000.000

131 701013 02425 APP KTM TM150-SPD 2004 6.000.000 1,0 6.000.000

132 2005 6.100.000 1,0 6.100.000

133 2006 6.200.000 1,0 6.200.000

134 2007 6.400.000 1,0 6.400.000

135 2008 6.500.000 1,0 6.500.000

136 2009 7.000.000 1,0 7.000.000

137 701013 02525 APP KTM TM150-TRX 2004 6.000.000 1,0 6.000.000

138 2005 6.100.000 1,0 6.100.000

139 2006 6.200.000 1,0 6.200.000

140 2007 6.400.000 1,0 6.400.000

141 2008 6.500.000 1,0 6.500.000

142 2009 7.000.000 1,0 7.000.000

143 701013 02625 APP KTM TM250 2005 8.400.000 1,0 8.400.000

144 2006 8.600.000 1,0 8.600.000


(54)

146 2008 9.200.000 1,0 9.200.000

147 2009 9.700.000 1,0 9.700.000

148 701013 02725 APP KTM TM250-PNT 2004 8.200.000 1,0 8.200.000

149 2005 8.400.000 1,0 8.400.000

150 2006 8.600.000 1,0 8.600.000

151 2007 9.000.000 1,0 9.000.000

152 2008 9.200.000 1,0 9.200.000

153 2009 9.700.000 1,0 9.700.000

154 701014 00130 APRILIA ETV1000 CAPO NORD

2003 136.800.000 1,0 136.800.000 155 701014 00230 APRILIA PEGASO 650 1993 28.700.000 1,0 28.700.000 156 701014 00330 APRILIA RS 125 2000 36.600.000 1,0 36.600.000 157 2001 40.700.000 1,0 40.700.000 158 2002 41.700.000 1,0 41.700.000 159 2003 42.800.000 1,0 42.800.000 160 2004 44.700.000 1,0 44.700.000 161 701014 00430 APRILIA RS250 2000 59.300.000 1,0 59.300.000 162 2001 65.900.000 1,0 65.900.000 163 2002 67.600.000 1,0 67.600.000 164 2003 69.400.000 1,0 69.400.000 165 2004 74.100.000 1,0 74.100.000 166 701014 00530 APRILIA RSV1000 MILLE 2000 165.700.000 1,0 165.700.000 167 2001 179.600.000 1,0 179.600.000 168 2002 184.200.000 1,0 184.200.000 169 2003 189.000.000 1,0 189.000.000 170 2004 193.800.000 1,0 193.800.000


(55)

171 701014 00630 APRILIA SL1000 FALCO 2000 152.700.000 1,0 152.700.000 172 2001 165.500.000 1,0 165.500.000 173 2002 169.800.000 1,0 169.800.000 174 2003 174.100.000 1,0 174.100.000 175 2004 178.600.000 1,0 178.600.000 176 701014 00730 APRILIA SR125 2000 20.300.000 1,0 20.300.000 177 2001 22.000.000 1,0 22.000.000 178 2002 22.600.000 1,0 22.600.000 179 2003 23.200.000 1,0 23.200.000 180 2004 23.800.000 1,0 23.800.000 181 701014 00830 APRILIA TUONA125 2001 165.500.000 1,0 165.500.000 182 2002 169.800.000 1,0 169.800.000 183 2003 174.100.000 1,0 174.100.000 184 2004 178.600.000 1,0 178.600.000 185 70121 00125 ASIANA ASN125E

ELEGANT

2004 5.100.000 1,0 5.100.000

186 2005 5.200.000 1,0 5.200.000

187 2006 5.500.000 1,0 5.500.000

181 2007 5.700.000 1,0 5.700.000

189 2008 5.800.000 1,0 5.800.000

190 2009 6.200.000 1,0 6.200.000

191 701022 00125 ASIASTAR PUMA (XSJ100-7) 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

192 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

193 701022 00225 ASIASTAR SRITI (XSJ50QT-4G)

2002 2.400.000 1,0 2.400.000

194 2003 2.500.000 1,0 2.500.000


(56)

195 701023 00125 ASPIRAX AX100-2B 2003 4.100.000 1,0 4.100.000 196 701025 00125 ASTRO SUPER 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

197 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

198 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

199 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

200 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

201 2008 5.800.000 1,0 5.800.000

202 2009 6.200.000 1,0 6.200.000

203 701028 00125 AUPA OB125-8 2002 4.800.000 1,0 4.800.000

204 2003 4.900.000 1,0 4.900.000

205 701028 00225 AUPA OB150-6 2002 5.700.000 1,0 5.700.000

206 2003 5.800.000 1,0 5.800.000

207 701034 00113 BAJAJ ASPIRE 150cc 2002 7.900.000 1,0 7.900.000

208 2003 8.100.000 1,0 8.100.000

209 2004 8.300.000 1,0 8.300.000

210 701034 00313 BAJAJ BOXER CT 2002 6.400.000 1,0 6.400.000

211 2003 8.000.000 1,0 8.000.000

212 2004 8.200.000 1,0 8.200.000

213 701034 00413 BAJAJ CALIBER 116 2003 8.200.000 1,0 8.200.000

214 2004 8.400.000 1,0 8.400.000

215 701034 00513 BAJAJ CHETAK 2002 5.100.000 1,0 5.100.000

216 2003 5.300.000 1,0 5.300.000

217 2004 5.500.000 1,0 5.500.000

218 701034 00613 BAJAJ CHETAK-4S 2003 5.500.000 1,0 5.500.000

219 2004 6.000.000 1,0 6.000.000


(57)

220 701034 00713 BAJAJ CLASSIC SL 2002 7.200.000 1,0 7.200.000

221 2003 7.400.000 1,0 7.400.000

222 2004 7.600.000 1,0 7.600.000

223 701034 01013 BAJAJ LEGEND 2002 8.200.000 1,0 8.200.000

224 2003 8.400.000 1,0 8.400.000

225 2004 8.700.000 1,0 8.700.000

226 701034 01113 BAJAJ LEGEND NXT 2002 9.100.000 1,0 9.100.000

227 2003 9.300.000 1,0 9.300.000

228 2004 9.700.000 1,0 9.700.000

229 701034 01313 BAJAJ PULSAR 150 2003 8.700.000 1,0 8.700.000 230 2004 10.200.000 1,0 10.200.000 231 701034 01413 BAJAJ PULSAR 180 2002 10.700.000 1,0 10.700.000 232 2003 11.200.000 1,0 11.200.000 233 2004 11.700.000 1,0 11.700.000 234 701034 01813 BAJAJ PULSAR 180 DTSI 2007 12.100.000 1,0 12.100.000 235 2008 13.600.000 1,0 13.600.000 236 2009 14.000.000 1,0 14.000.000 237 701034 01513 BAJAJ PULSAR180 DTSI

SW

1985 1.600.000 1,0 1.600.000

238 2002 9.300.000 1,0 9.300.000

239 2007 12.100.000 1,0 12.100.000 240 2008 13.100.000 1,0 13.100.000 241 2009 13.500.000 1,0 13.500.000 242 701034 01913 BAJAJ PULSAR 200 DTSI 2007 14.100.000 1,0 14.100.000


(58)

245 701034 01613 BAJAJ SAFFIRE 2002 10.500.000 1,0 10.500.000 246 2003 10.700.000 1,0 10.700.000 247 701034 01713 BAJAJ SUPER 150 cc 1985 1.600.000 1,0 1.600.000 248 701035 00125 BALADA BA 100-X 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

249 2004 4.300.000 1,0 4.300.000

250 701035 00225 BALADA BA 125D 125 cc 2005 5.200.000 1,0 5.200.000

251 2006 5.500.000 1,0 5.500.000

252 5.700.000 1,0 5.700.000

253 5.800.000 1,0 5.800.000

254 6.2000.000 1,0 6.2000.000

255 701035 00325 BALADA E ZAI 100 2005 4.500.000 1,0 4.500.000

256 2006 4.700.000 1,0 4.700.000

257 701035 00325 BALADA E ZAI 100 2007 4.800.000 1,0 4.800.000

258 2008 4.900.000 1,0 4.900.000

259 2009 5.200.000 1,0 5.200.000

260 701035 00425 BALADA E ZAI 125 2005 5.200.000 1,0 5.200.000

261 2006 5.500.000 1,0 5.500.000

262 2007 5.700.000 1,0 5.700.000

263 2008 5.800.000 1,0 5.800.000

264 2009 6.200.000 1,0 6.200.000

265 701039 00125 BATTLE BJ 100 2005 4.500.000 1,0 4.500.000 266 701039 00225 BATTLE BJ 100-15 2001 3.500.000 1,0 3.500.000

267 2002 4.000.000 1,0 4.000.000

268 2003 4.100.000 1,0 4.100.000

269 701039 00325 BATTLE BT110 2004 4.700.000 1,0 4.700.000 49


(59)

270 2005 4.800.000 1,0 4.800.000

271 2006 5.000.000 1,0 5.000.000

272 2007 5.200.000 1,0 5.200.000

273 2008 5.300.000 1,0 5.300.000

274 2009 5.600.000 1,0 5.600.000

275 701039 00425 BATTLE BT110-12A 2001 4.300.000 1,0 4.300.000

276 2002 4.400.000 1,0 4.400.000

277 2003 4.500.000 1,0 4.500.000

278 701039 00525 BATTLE BT110-12B 2001 4.300.000 1,0 4.300.000

279 2002 4.400.000 1,0 4.400.000

280 2003 4.500.000 1,0 4.500.000

281 701039 00625 BATTLE BT150-15 2001 5.600.000 1,0 5.600.000

282 2002 5.700.000 1,0 5.700.000

283 2003 5.800.000 1,0 5.800.000


(60)

Jika dilihat dari tabel di atas dapat dihitung pajak yang terhutang atas WP yang menguasai atau memiliki kendaraan bermotor yang menggunakan kelompok jenis kendaraan, kelompok tahun, nilai jualnya, bobot yang telah ditetapkan oleh Peraturan Gubernur yang disusun dalam suatu daftar atau tabel. Seperti tabel diatas, untuk menentukan Dasar Pengenaan Pajak yang tujuannya untuk menetapkan besarnya pajak terutang dalam suatu masa atau pajak tertentu.

Maka untuk menghitung besarnya pajak yang terhutang atas WP yang menguasai atau memiliki kendaraaan Bermotor dapat diambil dari contoh kasus berikut:

1. Nona Putri mempunyai sebuah kendaraan Roda Dua bermerek APP KTM 100-AX yang dibelinya dua Tahun Lalu. Pada tahun ini (2010) nona Putri ingin membayar pajak kendaraan bermotornya di Kantor SAMSAT Pematangsiantar . Berapakah pajak kendaraan yang harus dibayar oleh nona Putri jika Bobot dari Kendaraan roda dua tersebut sebesar 1,0….?

Penyelesaian:

Diketahui : - Jenis Kendaraan Roda Dua Merek KTM 100-AX - Tahun Pembuatan 2008 (2010-2)

- Bobot 1,0

Ditanya : PKB…?

Jawab :

Menurut Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002 tentang Peraturan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan BBN-KB, maka Nilai Kendaraan Bermotor beserta Dasar Pengenaan PKB untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua Merek APP KTM


(61)

AX dengan tahun pembuatan 2008 dan bobot 1,0 berdasarkan tabel diatas adalah sebesar Rp.4.900.000

Rumus Perhitungan:

Tarif x Dasar Pengenaan Pajak (Nilai Jual Kendaraan Bermotor) 1,5 x Rp.4.900.000 = Rp. 73.500 untuk 1 tahun

Rp.73.500 x 2 = Rp. 147.000 untuk 2 tahun Ditambah denda 2% perbulan (36 x 2% = 72%) 72% x Rp.147.000 = Rp.105.840

Jadi pajak yang harus dibayar nona Putri untuk Tahun 2010 adalah Pokok Pajak Rp.147.000 + Denda Rp.105.840 = Rp.252.840

Didalam harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor tidak diketahui. Maka Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkan Faktor-faktor sebagai berikut:

a. Isi Silinder dan Atau Satuan Daya b. Penggunaan Kendaraan Bermotor c. Jenis Kendaraan Bermotor

d. Merek Kendaraan Bermotor

e. Tahun Pembuatan Kendaraan Bermotor

f. Berat Total Kendaraan Bermotor dan Banyaknya Penunpang yang diizinkan


(62)

Maka dalam rangka upaya pelaksanaan penetapan atau penagihan tersebut, Kantor Pendapatan Daerah Pematangsaiantar dalam hal ini SAMSAT membuat dan mengeluarkan Surat Penugasan untuk mengantar langsung Surat Panggilan dan membuat berita acara keadaan kendaraan bermotor sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang digunakan dengan keadaan yang sebenarnya yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar.

Adapun yang mempengaruhi Realisasi Penerimaan PKB/BBN-KB T.A 2009 Periode Januari s/d Desember 2009 adalah sebagai berikut:

1. Faktor Positif

a. Razia PKB/BBN-KB dilakukan secara berkala

b. Mengirim Surat Penitipan kepada WP yang akan dan ataupun telah jatuh tempo. Apabila tidak diindahkan denda sebesar 2% tiap bulan.

c. Mengirim Surat Panggilan kepada WP baik melalui Kantor Pos maupun melalui pengiriman langsung.

2. Faktor Negatif

a. Karena Kendaraan Sudah Rusak dan pamakaiannya sudah cukup lama (tua) b. Kurangnya Penyuluhan kepada WP tentang pentingnya Membayar PKB.


(63)

B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar

Tabel 11 : Target dan Realisasi Penerimaan PKB Periode 2007-2009

Tahun Target

(Rp)

Realisasi

Penerimaan PKB Target Realisasi x 100

2007 2008 2009 34.625.762.700 35.647.510.000 43.531.116.000 31.716.529.737 39.026.351.326 45.000.425.752 91,0% 110,0% 103,0% Sunber : Pos Pelayanan Pendapatan Propinsi Daerah Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa realisasi penerimaan PKB selama periode 2007-2009 selalu berubah. Dan jika dilihat dari 3 Tahun berturut-turut tersebut dapat dilihat bahwa realisasi yang tertinggi terjadi pada tahun 2008.

Dan jika dilihat penerimaan PKB dari Tahun 2007-2009 dapat disimpulkan bahwa penerimaan PKB untuk Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar cukup baik. Dan kalupun ada penurunan penerimaan PKB, tidak terlalu menurun (realisasi tahun 2007).

Hal ini terjadi dikarenakan WP mulai sadar dalam menunaikan kewajiban perpajakannya guna mendorong perekonomian daerah dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan daerah yang nantinya akan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.


(64)

C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Penetapan atau Penagihan pada Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar

Dalam penetapan atau penagihan PKB adalah:

a. Banyak Wajib Pajak yang masih memiliki kendaraan sendiri tidak mampu membayar Pajak Kendaraan Bermotor berhubung karena keadaan ekonomi. b. Alamat Wajib Pajak tidak lengkap. Misalnya : Nomor Rumah sehingga silit

untuk menagih Pajak Kendaraan Bermotor.

D. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Penerimaan PKB

Untuk mencapai timgkat penerimaan yang telah ditetapkan dan guna menigkatkan pendapatan daerah dari PKB, pihak Dispenda melalui kerja sama dengan instansi pemungut (SAMSAT) dan instansi lainnya yang terkait melakukuan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Menjalin koordinasi dengan aparat kepolisian dengsn melakukan razia.

b. Memotivasi wajib pajak agar mau membayar piutang Pajak Kendaraan Bermotor.

c. Menyurati wajib pajak melalui Surat Perimgatan PKB. d. Melakukan sosialisasi

e. Pencarian alamat yang tertulis sesuai dengan alamat yang di STNK sesuai dengan alamat Pajak Kendaraan Bermotor.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari apa yang telah dibahas diatas maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai hasil akhir dari keseluruhan Praktek Kerja Lapangan (PKLM) ini dilaksanakan di Kantor Bersama SAMSAT Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut:

1. Cara kerja Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar baik karena realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor melebihi target tiap tahunnya dan kesadaran dari Pemilik Kendaraan Bermotor dalam pemenuhan kewajiban pajaknya dapat dikatakan cukup baik.

2. Realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan data yang diperoleh mengalami perubahaan kearah yang lebih baik. Hal ini terjadi dikarenakan Wajib Pajak mulai sadar dalam melakukan kewajiban perpajakannya guna mendorong perekonomian daerah.

3. Dalam pelaksanaan Penetapan atau Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar mengalami hambatan yaitu masih banyaknya Wajib Pajak yang memiliki kendaraan sendiri namun tidak mampu melaksanakan kewajiban perpajaknnya dikarenakan keadaan ekonomi


(66)

dengan alamat Wajib Pajak yang sebenarnya sehingga Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar mengalami kesulitan dalam melaksanakan penagihan Pajak Kendaraan Bermotor.

4. Upaya yang dilakukan Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar dalam meningkatkan penerimaam Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan melalui kerja sama dengan instansi terkait dengan berbagai cara antara lain:

a. Menjalin koordinasi dengan aparat kepolisian dengan melakukan razia b. Memotivasi Wajib Pajak agar mau membayar piutang Pajak Kendaraan

Bermotor

c. Menyurati Wajib Pajak melaui Sutar Peringatan Pajak Kendaraan Bermotor.

d. Melakukan sosialisasi

e. Pencariaan alamat yang tertulis sesuai dengan alamat yang di STNK sesuai dengan alamat Pajak Kendaraan Bermotor.


(67)

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan dari hasil pengamatan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri /(PKLM) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kerjasama yang baik dengan instansi terkait, yaitu kepolisian, Dispenda, dan Jasa Raharja.

2. Agar meningkatkan frekuensi razia secara rutin di lapangan sehingga masyarakat lebih diingatkan akan pemenuhan kewajibannya.

3. Mencetak buku panduan atau buku pedoman untuk dibagikan kepada Wajib Pajak yang menjelaskan bahwa pentingnya membayar PKB guna meningkatkan pendapatan Provinsi Sumatera Utara dan khususnya Kota Pematangsiantar.

4. Dalam memberikan pelayanan pihak instansi hendaknya tidak pilih kasih sehingga tidak terjadi ketidakadilan antara masyarakat menengah kebawah dengan menengah keatas.

5. Memberikan penjelasan kepada Wajib Pajak mengenai uraian tentang mekanisme/prosedur pemungutan PKB dan peranannya terhadap pembangunan daerah melalui penyuluh-penyuluhan ataupun brosur-brosor maupun spanduk-spanduk yang dapat menunjang peningkatan kesadaran masyarakat.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, ANDI OFFSET, Yogyakarta

Resmi, Siti, 2007, Perpajakan Teori & Kasus, Salemba Empat, Jakarta Sugianto, 2008, Pajak dan Retribusi Daerah, Grasindo, Jakarta

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Daerah


(1)

B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar

Tabel 11 : Target dan Realisasi Penerimaan PKB Periode 2007-2009

Tahun Target

(Rp)

Realisasi

Penerimaan PKB Target Realisasi x 100

2007 2008 2009 34.625.762.700 35.647.510.000 43.531.116.000 31.716.529.737 39.026.351.326 45.000.425.752 91,0% 110,0% 103,0% Sunber : Pos Pelayanan Pendapatan Propinsi Daerah Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa realisasi penerimaan PKB selama periode 2007-2009 selalu berubah. Dan jika dilihat dari 3 Tahun berturut-turut tersebut dapat dilihat bahwa realisasi yang tertinggi terjadi pada tahun 2008.

Dan jika dilihat penerimaan PKB dari Tahun 2007-2009 dapat disimpulkan bahwa penerimaan PKB untuk Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar cukup baik. Dan kalupun ada penurunan penerimaan PKB, tidak terlalu menurun (realisasi tahun 2007).

Hal ini terjadi dikarenakan WP mulai sadar dalam menunaikan kewajiban perpajakannya guna mendorong perekonomian daerah dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan daerah yang nantinya akan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.


(2)

C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Penetapan atau Penagihan pada Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar

Dalam penetapan atau penagihan PKB adalah:

a. Banyak Wajib Pajak yang masih memiliki kendaraan sendiri tidak mampu membayar Pajak Kendaraan Bermotor berhubung karena keadaan ekonomi. b. Alamat Wajib Pajak tidak lengkap. Misalnya : Nomor Rumah sehingga silit

untuk menagih Pajak Kendaraan Bermotor.

D. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Penerimaan PKB

Untuk mencapai timgkat penerimaan yang telah ditetapkan dan guna menigkatkan pendapatan daerah dari PKB, pihak Dispenda melalui kerja sama dengan instansi pemungut (SAMSAT) dan instansi lainnya yang terkait melakukuan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Menjalin koordinasi dengan aparat kepolisian dengsn melakukan razia.

b. Memotivasi wajib pajak agar mau membayar piutang Pajak Kendaraan Bermotor.

c. Menyurati wajib pajak melalui Surat Perimgatan PKB. d. Melakukan sosialisasi

e. Pencarian alamat yang tertulis sesuai dengan alamat yang di STNK sesuai dengan alamat Pajak Kendaraan Bermotor.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari apa yang telah dibahas diatas maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai hasil akhir dari keseluruhan Praktek Kerja Lapangan (PKLM) ini dilaksanakan di Kantor Bersama SAMSAT Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut:

1. Cara kerja Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar baik karena realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor melebihi target tiap tahunnya dan kesadaran dari Pemilik Kendaraan Bermotor dalam pemenuhan kewajiban pajaknya dapat dikatakan cukup baik.

2. Realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan data yang diperoleh mengalami perubahaan kearah yang lebih baik. Hal ini terjadi dikarenakan Wajib Pajak mulai sadar dalam melakukan kewajiban perpajakannya guna mendorong perekonomian daerah.

3. Dalam pelaksanaan Penetapan atau Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar mengalami hambatan yaitu masih banyaknya Wajib Pajak yang memiliki kendaraan sendiri namun tidak


(4)

dengan alamat Wajib Pajak yang sebenarnya sehingga Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar mengalami kesulitan dalam melaksanakan penagihan Pajak Kendaraan Bermotor.

4. Upaya yang dilakukan Kantor SAMSAT UPTD Kota Pematangsiantar dalam meningkatkan penerimaam Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan melalui kerja sama dengan instansi terkait dengan berbagai cara antara lain:

a. Menjalin koordinasi dengan aparat kepolisian dengan melakukan razia b. Memotivasi Wajib Pajak agar mau membayar piutang Pajak Kendaraan

Bermotor

c. Menyurati Wajib Pajak melaui Sutar Peringatan Pajak Kendaraan Bermotor.

d. Melakukan sosialisasi

e. Pencariaan alamat yang tertulis sesuai dengan alamat yang di STNK sesuai dengan alamat Pajak Kendaraan Bermotor.


(5)

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan dari hasil pengamatan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri /(PKLM) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kerjasama yang baik dengan instansi terkait, yaitu kepolisian, Dispenda, dan Jasa Raharja.

2. Agar meningkatkan frekuensi razia secara rutin di lapangan sehingga masyarakat lebih diingatkan akan pemenuhan kewajibannya.

3. Mencetak buku panduan atau buku pedoman untuk dibagikan kepada Wajib Pajak yang menjelaskan bahwa pentingnya membayar PKB guna meningkatkan pendapatan Provinsi Sumatera Utara dan khususnya Kota Pematangsiantar.

4. Dalam memberikan pelayanan pihak instansi hendaknya tidak pilih kasih sehingga tidak terjadi ketidakadilan antara masyarakat menengah kebawah dengan menengah keatas.

5. Memberikan penjelasan kepada Wajib Pajak mengenai uraian tentang mekanisme/prosedur pemungutan PKB dan peranannya terhadap pembangunan daerah melalui penyuluh-penyuluhan ataupun brosur-brosor maupun spanduk-spanduk yang dapat menunjang peningkatan kesadaran masyarakat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, ANDI OFFSET, Yogyakarta

Resmi, Siti, 2007, Perpajakan Teori & Kasus, Salemba Empat, Jakarta Sugianto, 2008, Pajak dan Retribusi Daerah, Grasindo, Jakarta

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Daerah