Konsep Pembiayaan Motor Syariah

38

C. Konsep Pembiayaan Motor Pada Multifinance Syariah dan Konvensional.

1. Konsep Pembiayaan Motor Syariah

Mekanisme pembiayaan utang pada perusahaan pembiayaan konvensional berbeda dengan pembiayaan syariah. Ada dua jenis utang yang berbeda sama sekali, yaitu utang yang terjadi karena pinjam meminjam uang dan utang yang terjadi karena pengadaan barang. Utang yang terjadi karena pinjam meminjam uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaris, dan studi kelayakan. Tambahan lain yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deplasi tidak diperbolehkan, dan mekanisme inilah yang berlaku pada perusahaan pembiayaan konvensional. Kemudian ada utang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan barang, utang seperti ini harus jelas dalam satu kesatuan yang utuh yang disebut harga jual. Harga jual itu terdiri atas harga pokok barang plus keuntungan yang disepakati. Sekali harga jual disepakati, selamanya tidak boleh berubah naik karena akan masuk dalam kategori riba fadl. Mekanisme pembiayaan seperti ini berlaku pada perusahaan pembiayaan syariah. 23 Jadi utang yang terjadi pada perusahaan pembiayaan konvensional adalah utang uang dan utang yang terjadi pada perusahaan pembiayaan syariah adalah utang pengadaan barang. 23 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001,h.60. 39 Pembiayaan syariah upaya menghidarkan diri dari riba. Secara etimologis riba berarti perluasan, pertambahan dan pertumbuhan. Baik berupa tambahan material maupun immaterial. Pada masa pra-Islam, kata riba menunjukkan satu transaksi bisnis tertentu, dimana transaksi-transaksi tersebut mengindikasikan jumlah tertentu di muka a fixed amount terhadap modal yang digunakan. Secara garis besar, riba terjadi pada utang pitutang dan jual beli. 24 Umar Chapra mengutip Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisan al-Arab, mengatakan bahwa pengertian riba secara harfiah berarti peningkatan, pertambahan, perluasan, atau pertumbuhan. Tetapi tidak semua peningkatan atau pertumbuhan terlarang dalam Islam. Keuntungan juga menyebabkan peningkatan atas jumlah pokok, tetapi tidak dilarang. 25 Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. Pembiayaan motor syariah merupakan salah satu produk yang disediakan lembaga pembiayaan syariah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang bersifat konsumtif, produk ini terdapat pada jenis usaha 24 Endy Muhammad Astiwara, Investasi Islami di Pasar Modal, Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Muhammad, 1999, Tesis S2, hlm. 128 25 Umer Chapra, Prohibition of Interest: does It Make Sense?, Durban South Africa: IDM Publication, 2001, hlm. 2. 40 multifinance yaitu pembiayaan konsumen syariah. Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dengan pembayaran secara angsuran dengan prinsip syariah, antara lain murabahah, salam, istisna . Pembiayaan motor syariah dapat dilakukan dengan akad yang paling sering digunakan, yaitu murabahah. Murabahah adalah penjualan dengan batas laba yang disetujui bersama antara pembeli dan penjuala dengan pembayaran harga dapat dilakukan dengan tunai ataupun cicilan sesuai dengan kesepakatan. 26 Akad ini dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Agar lebih jelas mengenai konsep pembiayaan motor syariah di bawah ini akan dijelaskan hak dan kewajiban serta persyaratan antara perusahaan pembiayaan dengan pembelikonsumen. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai kewajiban perusahaan pembiayaan dalam hal mekanisme pembiayaan motor syariah a. Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai penjual ba’i, antara lain: 1 Menyediakan motor sesuai yang disepakati bersama dengan konsumen sebagai pembeli musytari 2 menjamin motorobjek akad tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik b. Hak perusahaan pembiayaan 26 M Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, PT.Dana Bhakti Prima Yasa Jakarta, 1997. h.224. 41 1 Memperoleh pembayaran dari konsumen sebesar harga motor secara angsuran sesuai dengan yang diperjanjikan 2 Mengambil kembali motor apabila konsumen tidak mampu membayar angsuran 3 Menentukan penyedia motor supplier dalam pembeliannya. Dalam menyediakan objek akad perusahaan pembiayaan dapat mewakilkan pembelian barang tersebut kepada konsumen berdasarkan prinsip wakalah, yaitu perjanjian di mana pihak yang memberi kuasa muwakil memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa wakil untuk melakukan tindakan tertentu. c. Hak dan kewajiban konsumen 1 Menerima objek akad dalam keadaan baik dan siap dioperasikan 2 Membayar angsuran dan biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan 3 Mengembalikan atau menitipjualkan objek yang dibiayai. d. Ketentuan objek akad 1 Dapat dinilai dengan uang 2 Dapat diterima oleh konsumen 3 Tidak dilarang oleh syariat islam 4 Spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka waktu pemanfaatannya. e. Persyaratan penetapan harga 42 1 Ketentuan harga jual ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian. 2 Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau angsuran 3 Diperkenkan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda 4 Harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan kepada konsumen. f. Dalam kontrak akad Murabahah paling kurang memuat hal-hal sebagai beikut: 1 Identitas perusahaan pembiayaan dan konsumen 2 Spesifikasi objek akad meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran dan tipe. 3 Harga jual, harga beli, dan cara pembayaran angsuran 4 Jangka waktu 5 Ketentuan jaminan dan asuransi 6 Ketentuan mengenai uang muka 7 Ketentuan mengenai diskonpotongan 8 Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo 9 Ketentuan mengenai wanprestasi dan sanksi bagi konsumen yang menunda pembayaran pengangsuran. 10 Hak dan tanggung jawab masing – masing pihak 27 27 Soemitra, Bank dan Lembaga., h.366-369. 43 Dalam penjelasan di atas dapat dipahami bahwa konsep pembiayaan motor syariah berbeda dalam hal ketentuan yang berlaku dalam aplikasi pembiayaan motor, karena dalam pembiayaan motor syariah terdapat prinsip yang harus dijalankan, yaitu seperti: a. Prinsip Jual Beli Syariah Menempatkan nilai-nilai religi saat menjalankan idealisme usaha dalam bingkai semangat yang dilandasi nilai - nilai universal untuk kemaslahatan ummat dalam mewujudkan transaksi yang adil dan mencegah kerugian atau beban yang memberatkan di kemudian hari. b. Universal : Tidak membeda-bedakan latar belakang suku, agama, ras dan golongan dalam memberikan pelayanan. c. Jelas: Prinsip ini tercermin dari penyampaian informasi dalam kontrak mengenai tanggung jawab dari kondisi pembiayaan yang disepakati bersama. d. Bersih: Hanya menggunakan tata cara pembiayaan Syariah untuk menjamin semua transaksi dilakukan dengan cara yang sesuai dengan syariah. e. Terbuka Penawaran harga disampaikan secara detail dan transparan mengenai harga pokok produk dan margin keuntungan yang diinginkan oleh FIF sebagai total biaya yang harus ditanggung oleh pembeli sesuai dengan kesepakatan bersama. 44 f. Adil : Melalui pembiayaan Syariah, FIF menempatkan nasabah pengguna dana dalam hak, kewajiban, keuntungan dan resiko yang berimbang. g. Jujur : Jujur dalam menyampaikan informasi yang ada. 28

2. Konsep Pembiayaan Motor Konvensional

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Sepeda Motor Pada PT Federal International Finance (FIF) Kota PematangSiantar

2 106 113

Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah Kepada Koperasi Studi Pada Bank Muamalat Cabang Medan

0 43 128

Analisis segmentasi, Tangerang, Positioning (SPT) dan proses penyaluran pembiayaan motor syariah pada perusahaan pembiayaan: studi pada federal International Finance (FIF) syariahe

3 16 86

analisis strategi pemasaran dalam meningkatkan volume pembiayaan pada PT federal international finance (FIF) Syariah

0 20 105

SKRIPSI Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus Pada PT. Federal International Finance (FIF)).

0 1 14

PENDAHULUAN Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus Pada PT. Federal International Finance (FIF)).

0 1 12

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DENGAN JAMINAN FIDUSIA Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan Jaminan Fidusia (Studi Kasus Pada PT. Federal International Finance (FIF)).

0 2 20

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ANTARA PEMBELI DENGAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF) CABANG KOTA SURAKARTA.

0 4 21

PELAKSANAAN ASURANSI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SEPEDA MOTOR TERHADAP RISIKO (Studi Kasus Pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Palur Kabupaten Karanganyar).

0 0 15

KAJIAN TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SEPEDA MOTOR PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF) POS TANJUNG CABANG MATARAM - Repository UNRAM

0 0 15