Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu. Islam memberikan panduan yang dinamis, lugas terhadap semua aspek kehidupan manusia disamping itu mampu menghindari dan menjawab berbagai macam permasalahan dan tantangan pada setiap zaman. Islam juga mengatur tatanan hidup dengan sempurna, baik kehidupan individu maupun masyarakat yang meliputi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Islam memandang penting persoalan ekonomi, merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, namun bukanlah tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Kemaslahatan merupakan salah satu tujuan dari syariat Islam. Atas dasar itu pulalah Islam menganjurkan kepada umatnya untuk saling membantu. Saling membantu dapat diwujudkan dengan hal yang berbeda-beda, baik berupa pemberian tanpa pengembalian, seperti zakat, infak, dan shadaqah, maupun berupa pinjaman yang harus dikembalikan kepada pemberi pinjaman. Bank syariah merupakan bagian dari sistem perbankan yang memiliki kerakteristik usaha dan sistem operasional berbeda dengan bank konvensional, maka diperlukan pengaturan yang bersifat khusus dalam sistem operasional perbankan syariah. Tujuannya untuk menjamin terpenuhinya prinsip-prinsip syariah. Perbankan syariah adalah lembaga investasi dan perbankan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Sumber dana yang didapatkan harus sesuai dengan syar’i, dan alokasi investasi yang dilakukan bertujuan untuk menumbuhkan ekonomi dan sosial masyarakat serta melakukan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah. Dari definisi tersebut jelas, bahwa perbankan syariah tidak hanya semata-mata mencari keuntungan dalam operasionalnya, tetapi terdapat nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan spiritualisme yang ingin dicapai. 1 Disamping keunikan pada fungsinya bank syariah memiliki keragaman produk yang sangat banyak. Produk-produk ini memiliki kekhasan dan ciri-ciri yang berbeda. Produk-produk tersebut dikembangkan dari akad-akad fiqh yang ada dalam Islam. Setiap produk yang dikembangkan tersebut tidak dapat disamaratakan, masing-masing memiliki tata cara dan persyaratan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini tentunya memiliki status dan konsekuensi hukum yang berbeda pula. Dalam setiap transaksi mu’amalah, akad 2 merupakan sesuatu hal yang sangat urgentpenting dari sebuah transaksi. Sah atau tidaknya transaksi 1 Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004, h. 127 2 Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap obyeknya. bergantung pada akad yang dilakukan. Antara haramnya riba dan halalnya jual beli juga ditentukan oleh akad yang dilakukannya. Akad ibarat benang tipis yang memisahkan haluan kanan dan oposisinya. Sebuah transaksi terkadang tidak hanya melibatkan satu akad melainkan beberapa akad ataupun wa’ad 3 secara integral. Namun demikian ada dua kondisi yang harus dihindari dalam melakukan kombinasi antar akad, antara lain: 1. Penggunaaan dua akad dalam satu transaksi secara bersamaan. Penggunaan dua akad secara bersamaan tidak dibenarkan secara syariah, jika memenuhi tiga kondisi berikut: a. Menyangkut pihak yang sama b. Menyangkut obyek yang sama c. Dalam rentang waktu yang sama 2. Ta’alluq Yaitu mengaitkan satu akad dengan akad lainnya. Misalnya peminjaman dana dapat dilakukan asalkan bersedia menikahkan puterinya. Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia, tidak terkecuali perbankan syariah. Perbankan syariah mengeluarkan produk berbasis syariah salah satunya yaitu yang disebut dengan gadai syariah. 4 Pada dasarnya, 3 Janji yang bersifat tidak mengikat 4 Menurut kamus Bahasa Indonesia, gadai berarti barang sebagai tanggungan utang. Sedangkan dalam kamus Perbankan, gadai berarti menahan sesuatu dengan baik. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomi, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil. Sistem gadai juga pernah dilakukan pada masa Rasulullah saw. Dalam sebuah hadis diterangkan bahwa ”Rasulullah Saw pernah menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi untuk ditukarkan dengan gandum.” Gadai sebagai salah satu kategori dari perjanjian hutang piutang, di mana kreditur harus menggadaikan barang jaminannya kepada debitur. Perbankan syariah saat ini juga memiliki produk gadai rahn yang memiliki kombinasi akad didalamnya, yakni transaksi dimana satu pihak menerima pinjaman dengan akad qardh 5 dengan jaminan tertentu. Jaminan tersebut kemudian dipelihara pihak pemberi jaminan dengan menggunakan akad ijarah, 6 pihak pemelihara murtahin memungut keuntungan dari proses pemeliharaan. 7 Di dalam perbankan syariah, terdapat produk gadai yang berbentuk gadai emas. Produk ini merupakan salah satu produk perbankan syariah yang sangat potensial untuk dikembangkan. 5 Qardh adalah akad pinjaman penyaluran dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga Keuangan Syariah LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah. 6 Akad sewa-menyewa 7 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2003, h. 23 Dalam perspektif ekonomi, gadai merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif karena tidak memerlukan proses dan persyaratan yang rumit. Pegadaian syariah melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai, yaitu berdasarkan pada fatwa MUI 8 yang berbunyi ”bahwa pinjaman dengan meggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan.” Tugas pokok dari lembaga pegadaian syariah ini adalah memberikan pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan. Diantara maraknya lembaga pegadaian syariah, maka salah satu perbankan yang memiliki produk gadai adalah Bank Mega Syariah, produk tersebut bernama bisnis gadai syariah mega. Gadai Syariah Mega merupakan salah satu produk unggulan Bank Mega Syariah. Dari data primer yang peneliti dapatkan pada produk gadai di Bank Mega Syariah Dalam Skala Nasional Pada Periode Januari 2010 ini memiliki pencairan pembiayaan gadai per hari sebesar Rp.1.204 Milyar, dan pencairan pembiayaan gadai per bulan sebesar Rp.43.514 Milyar. Layanan gadai emas syariah Bank Mega Syariah BMS mencatat pertumbuhan per januari 2010 sebesar Rp. 792 Milyar, serta memiliki total outstanding pembiayaan sebesar Rp.6.191 Milyar. 9 8 NO: 25DSN-MUIIII2002 Tentang RAHN dan fatwa MUI NO: 26DSN-MUIIII2002 Tentang RAHN EMAS 9 Wawancara Pribadi dengan Ari Munandar. Jakarta, 1 Februari 2010 Hal yang mendorong peningkatan pembiayaan gadai emas syariah adalah bertambahnya gerai gadai dan hadirnya produk investasi logam mulia pada bisnis gadai syariah mega. Selain itu, Untuk produk gadai rahn, animonya cukup bagus, baik dari karyawan maupun masyarakat karena produk ini menjadi alat investasi yang bagus. Didasari uraian diatas, penulis bermaksud untuk meninjau lebih dalam mengenai akad dan mekanisme pegadaian yang terdapat didalam perbankan khususnya di Bank Mega Syariah pada produk investasi logam mulia pada bisnis gadai syariah mega, yang dituangkan penulis dalam skripsi dengan judul: “IMPLEMENTASI PELAKSANAAN INVESTASI LOGAM MULIA PADA BISNIS GADAI SYARIAH MEGA”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah