Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks sekresi_saliva Kelompok kontrol 20 10.50 210.00 Kelompok intervensi 20 30.50 610.00 Total 40 Test Statisticsb Sekresi_Saliva Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 210.000 Z -5.567 Asymp. Sig. 2-tailed .000 Exact Sig. [21-tailed Sig.] .000a

B. Pembahasan

1. Jumlah sekresi saliva pada kelompok intervensi sebelum dilakukan tindakan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sekresi saliva pada kelompok intervensi sebelum dilakukan tindakan mayoritas 0,7 mLmenit sebanyak 8 orang 40. Hal ini sesuai dengan pernyataan Snow dan Wackym 2008 bahwa produksi saliva oleh kelenjar submandibular dan sublingual serta sebagian kelenjar parotis dalam keadaan tidak distimulasi mencapai 0,33 sampai 0,65 mLmenit. Hasil penelitian senada dikemukakan oleh Lee dan kolega 2007 bahwa produksi saliva pada pasien hemodialisa dapat normal atau menurun. Keadaan ini terkait dengan banyak hal seperti penyakit penyerta, stimulasi yang diberikan untuk mengatasi hal tersebut dan lain-lain. Pasien hemodialisa yang memiliki produksi saliva normal ditemukan sebanyak 22 sedangkan 78 lainnya mengalami penurunan sekresi saliva yang menyebabkan pasien merasakan sensasi terbakar di mulut. Sekresi saliva pasien yang tidak mengalami penurunan atau normal, erat kaitannya dengan kesadaran pasien akan efek samping dari penyakit yang diderita sehingga lebih sering menstimulasi pengeluaran saliva agar akumulasi saliva yang beredar di dalam mulut konstan. 2. Jumlah sekresi saliva pada kelompok kontrol sebelum dilakukan tindakan. Berdasark an hasil penelit ian didapat k an sek resi saliv a pada k elom pok k ont rol sebelum dilakuk an t indak an m ay orit as 0,6 m L m enit sebany ak 11 orang 55 . Hal ini sesuai dengan Guggenheim er dan Moore 2003 bahw a produk si saliv a diest im asi m endek at i 1 lit er set iap hari dalam k eadaan t idak dist im ulasi dan k ecepat an aliran saliva berfluk t uasi sebany ak Universitas Sumatera Utara 50 sesuai dengan rit m e harian. Jum lah sek resi dipengaruhi oleh saraf sim pat is dan parasim pat is dan hal- hal y ang m erangsang kerj a k edua saraf t ersebut . Gangguan cairan saliva merupakan hal yang biasa pada pasien gagal ginjal terminal yang memerlukan hemodialisa. Hasil yang didapat dari dua kelompok responden gagal ginjal menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal dapat mengalami penurunan sekresi saliva yang berat dan moderat. Penurunan yang berat terlihat dari manifestasi oral yang dialami pasien sedangkan pasien dengan penurunan sekresi yang ringan sampai sedang, tidak disertai dengan manifestasi oral. Hal ini menunjukkan bahwa pasien hemodialisa karena penurunan fungsi ginjal, seharusnya mendapat stimulasi saliva agar jumlah saliva yang dikeluarkan tetap normal Chang, dkk, 2004. 3. Jumlah sekresi saliva pada kelompok intervensi setelah dilakukan tindakan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sekresi saliva pada kelompok intervensi setelah dilakukan seluruhnya mengalami peningkatan dengan jumlah sekresi mayoritas 2,7 mLmenit dan 2,8 mLmenit, masing-masing sebanyak 4 orang 20. Peningkatan produksi sekresi saliva dapat terjadi karena berbagai faktor diantaranya pemberian stimulasi. Tindakan ini dapat meningkatkan volume saliva yang dikeluarkan mencapai 1,7 mLmenit. Stimulasi saliva yang umum diberikan adalah terapi mengunyah Snow dan Wackym, 2008. Adanya keterkaitan antara mengunyah permen karet dengan sekresi saliva telah dibukt ikan oleh Gledhill 2008. Gerakan mengunyah permen karet bebas gula selama 10-12 menit dapat membantu merangsang pengeluaran saliva Universitas Sumatera Utara memasuki rongga mulut. Saliva memegang peranan penting dalam memelihara kesehatan mulut sehingga menstimulasi pengeluarannya secara teratur sangat penting dilakukan terutama pada pasien yang memiliki faktor pendukung penurunan sekresi saliva. Pasien hemodialisa yang turut berpartisipasi dalam penelitian untuk melihat peningkatan sekresi saliva setelah mendapat stimulasi mengunyah membuktikan besarnya dampak mengunyah dan efek xylitol terhadap kuantitas saliva yang mengalir di mulut. Pasien yang mengalami penurunan sekresi saliva digolongkan ke dalam tiga grup yaitu grup pertama memiliki jumlah sekresi saliva sangat rendah 49,3, grup kedua mempunyai jumlah sekresi saliva moderat 30,3 dan grup ketiga mempunyai jumlah sekresi saliva yang hanya sedikit di bawah normal 20,4. Setelah mendapat terapi mengunyah permen karet, sebanyak 72 pasien grup pertama mengalami peningkatan kuantitas saliva yang signifikan, grup kedua sebanyak 88 dan grup ketiga sebanyak 99. Pasien yang mengalami peningkatan jumlah sekresi saliva lebih sedikit di grup pertama dan kedua karena mempunyai lebih dari satu kondisi medis kronik yang menyebabkan penurunan sekresi saliva dan tidak hanya karena pembatasan cairan atau efek dari obat Matear, 2006. 4. Jumlah sekresi saliva pada kelompok kontrol 15 menit setelah pengukuran pertama. Berdasarkan hasil penelitian sekresi saliva pada kelompok kontrol, yang diukur bersamaan setelah kelompok responden mendapatkan terapi mengunyah permen karet, didapatkan sekresi saliva tidak mengalami peningkatan dengan Universitas Sumatera Utara mayoritas 0,6 mLmenit sebanyak 15 orang 75. Produksi saliva yang tidak mengalami peningkatan bahkan penurunan dapat terjadi bila pasien konsumsi obat-obatan tertentu. Pasien hemodialisa umumnya mengalami penyakit akibat komplikasi dari fungsi ginjal yang tidak baik seperti hipertensi. Konsumsi obat untuk menjaga kestabilan darah tersebut telah diketahui turut memicu penurunan sekresi saliva seperti propanolol yang merupakan Beta blocker dan sebagainya Starkenmann dkk, 2008. Pasien hemodialisa yang menjadi respoden diketahui seluruhnya mengkonsumsi obat-obatan untuk antihipertensi sehingga penurunan sekresi saliva sangat mungkin terjadi. Tidak adanya peningkatan sekresi saliva pada pasien hemodialisa yang tidak mendapat terapi mengunyah telah dinyatakan oleh Boots dan kolega, 2005. Pasien hemodialisa karena keterbatasan cairan yang dikonsumsi telah mengalami penurunan produksi sekresi saliva namun bila dirangsang seperti melakukan gerakan mengunyah, aktifitas kelenjar saliva dapat ditingkatkan. Lebih lanjut menurut Pray 2005 kurangnya produksi saliva pada pasien hemodialisa merupakan hal yang umum terjadi karena adanya pembatasan asupan cairan terkait dengan penyakit yang mendasari dilakukannya tindakan tersebut yaitu penyakit ginjal. Pembatasan cairan membantu mengurangi beban ginjal yang kinerjanya sudah menurun. Tindakan ini menimbulkan dampak berkurangnya sekresi saliva sehingga pasien merasa mulutnya kering dan tidak nyaman. Pasien hemodialisa yang mengalami penurunan sekresi kelenjar saliva pada pengukuran kedua, ditemukan sebanyak 2 orang 10. Hal dapat terjadi menurut Fox 2008 karena berbagai faktor seperti usia dan obat-obatan yang Universitas Sumatera Utara dikonsumsi. Individu yang telah berusia lanjut beresiko mengalami pengurangan sekresi saliva karena adanya perubahan dari fungsi kelenjar saliva. Sebanyak 25 individu yang memasuki usia lanjut diperkirakan mengalami penurunan sekresi saliva yang menimbulkan rasa kering dalam rongga mulut. Keadaan ini dapat bertambah berat bila didukung oleh konsumsi obat-obatan. Obat-obatan dari golongan antikolinergik seperti antihistamin merupakan yang terbanyak menyebabkan berkuranngnya sekresi saliva. Obat-obat lain yang dapat mendukung adalah penggunaan anti sedatif, antipsikotik, antidepresan dan diuretik. Faktor lain yang perlu diwaspadai adalah kenyataan bahwa ada beberapa jenis obat-obatan herbal yang tidak termasuk obat yang diressepkan medis atau dijual bebas dapat mempengarungi produksi saliva seperti suplemen yang mengandung bawang putih garlic, gingko biloba, hypercicum perforatum, urtica dioica dan dandelion. Pernyataan ini sesuai dengan karakteristik demografi responden dimana ditemukan individu yang telah berusia lanjut terlibat menjadi responden penelitian yaitu berusia 65 tahun. Selain itu responden penelitian seluruhnya mengkonsumsi jenis obat-obatan yang mempunyai efek menurunkan sekresi saliva. Penurunan sekresi saliva karena faktor usia dan didukung oleh dampak dari pengobatan yang sedang dijalani menyebabkan sekresi saliva cenderung menurun. 5. Perbandingan sekresi saliva pada pasien hemodialisa yang mengunyah permen karet rendah gula dan tidak mengunyah permen karet Hasil analisa statistik dalam penelitian ini untuk membandingkan sekresi saliva pada kelompok kontrol yang tidak mendapat terapi mengunyah permen karet dan kelompok intervensi yang mendapatkan terapi mengunyah permen karet Universitas Sumatera Utara menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna jumlah sekresi saliva. Hasil uji kedua kelompok dengan analisa Man-whiteney menemukan nilai p 0,05 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah sekresi saliva per menit kelompok yang mendapat terapi mengunyah dan yang tidak mendapatkan terapi tersebut dengan perbedaan rerata mencapai 8 poin. Nilai signifikansi tersebut memperlihatkan bahwa hipotesa Ha ada perbedaan bermakna jumlah sekresi saliva setelah pemberian permen karet rendah gula pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa diterima. Adanya perbedaan terhadap jumlah sekresi saliva pasien hemodialisa yang mendapat stimulasi dan yang tidak mendapatkan stimulasi dinyatakan oleh Jenkins dan Edgar 2005. Responden yang bersedia terlibat dalam penelitian dibagi ke dalam dua kelompok dimana kelompok intervensi diberikan permen karet tanpa gula sebanyak 4 buah perhari sedangkan kelompok kontrol diminta untuk rajin mengunyah tanpa diberikan permen karet. Hasil yang didapat memperlihatkan jumlah sekresi saliva kelompok yang mendapat permen karet lebih tinggi dari yang tidak mendapat permen karet namun dianjurkan untuk mengunyah dan tetap tinggi sampai 8 minggu setelah selesai eksperimen dilakukan. Hasil uji komparasi menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna terhadap stimulasi mengunyah dengan pemberian permen karet p 0,05. Peningkatan saliva pada pasien hemodialisa yang mendapat stimulasi mengunyah permen karet meskipun terdapat peningkatan secara keseluruhan, namun kuantitas saliva yang dihasilkan berbeda tergantung dari usia dan penyakit yang menyertai. Hal ini diestimasi oleh Moritsuka dan kolega 2006 yang melakukan penilaian terhadap 3 kelompok responden penelitian yaitu usia muda, Universitas Sumatera Utara pertengahan dan tua. Analisa data dengan menggunakan One-way ANOVA dan test Tukeys memperlihatkan hubungan yang sangat signifikan antara stimulasi dengan mengunyah permen karet dan sekresi saliva berdasarkan usia dan penyakit penyerta p0.05. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 40 responden pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD Kota Langsa jumlah sekresi saliva pada kelompok intervensi sebelum dilakukan tindakan mayoritas 0,7 mLmenit 40. Jumlah sekresi saliva pada kelompok kontrol sebelum dilakukan tindakan mayoritas 0,6 mLmenit 55. Jumlah sekresi saliva pada kelompok intervensi setelah dilakukan tindakan, seluruhnya mengalami peningkatan dengan jumlah sekresi mayoritas 2,7 mLmenit dan 2,8 mLmenit, masing-masing 20. Sebaliknya jumlah sekresi saliva pada kelompok kontrol setelah dilakukan tindakan tidak mengalami kenaikan dengan mayoritas 0,6 mLmenit 75. Hasil analisa data yang dilakukan didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara jumlah sekresi saliva pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sebelum dan setelah pemberian tindakan mengunyah permen karet rendah gula dengan nilai p = 0,000 nilai p 0,05.

B. Saran

1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang baru mengenai perbandingan jumlah sekresi saliva pasien hemodialisa yang mendapat terapi mengunyah permen karet dan yang tidak mendapatkan terapi tersebut, dalam upaya membantu pasien hemodialisa mengatasi sensasi yang dirasakan Universitas Sumatera Utara