Sehingga apabila manusia sudah tidak mengakui keberadaan Tuhan maka eksistensi dirinya patut dipertanyakan.
C. Kebebasan Beragama Dalam DUHAM Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia
Pengaturan mengenai perlindungan hak kebebasan beragama juga diatur dalam DUHAM yang terdapat dalam pasal tersendiri. Dengan masuknya hak
kebebasan beragama dalam DUHAM, berarti menunjukkan betapa serius dan pentingnya hak kebebasan beragama tersebut. Dalam istilah HAM kebebasan
beragama masuk kategori non-derogable right artinya hak yang tidak dapat dikurangi dalam hal apapun. Dengan demikian hak kebebasan beragama dapat diasumsikan
sebagai salah satu hak yang paling fundamental. Pengaturan mengenai hak kebebasan beragama dalam DUHAM diatur dalam Pasal 18. Pasal tersebut mengatur sebagai
berikut: “Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsafan, batin dan agama, dalam hal
ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya dengan cara mengajarkannya,
melakukannya, beribadah dan menepatinya baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain, dan baik di tempat umum maupun tersendiri.”
21
Pasal ini merupakan pasal utama dalam pengaturan mengenai hak kebebasan beragama. Pasal ini memberikan pengertian mengenai hak kebebasan beragama. Hak
kebebasan beragama dalam pasal tersebut meliputi hak untuk beragama, hak untuk berpindah agama, hak untuk beribadah sesuai dengan keyakinan, hak untuk
21
Muladi ed, Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat Bandung: Refika Aditama, 2005, h. 218
.
mengajarkan agamanya. Hak- hak tersebut dapat dilaksanakan baik secara individu ataupun kelompok dan pelaksanaan hak tersebut dapat dilakukan baik di tempat
umum maupun tempat pribadi. Pada awalnya ide dimasukkanya pasal mengenai hak kebebasan beragama
adalah untuk melindungi hak agama minoritas, seperti Sikh. Sejarah menceritakan bahwa sering terjadi pelanggaran atas hak kebebasan beragama seseorang
dikarenakan agama yang dianutnya bukanlah agama mayoritas yang dianut oleh penduduk suatu negara.
Perbedaan politik, ekonomi, sosial, ideologi dan agama tiap-tiap negara merupakan faktor yang menjadi hambatan dalam pembentukan Pasal 18 UDHR.
Pembentukan draft UDHR 1948 dibuat oleh The United Nation Human Rights Commission UNHRC
22
. Pada sesi kedua UNHRC telah membuat sebuah draft Pasal 18 mengenai hak kebebasan beragama. Namun pada tahap itu perwakilan dari Uni
Soviet menolak draft tersebut dengan membuat draft amandemen yang menambahkan bahwa pelaksanaan hak kebebasan beragama merupakan subjek dari hukum nasional
bukan hukum internasional. Usulan draft dari perwakilan Uni Soviet tersebut akhirnya ditolak pada
pertemuan sesi ketiga UNHRC. Setelah adanya draft usulan dari Uni Soviet, maka terjadi sebuah perdebatan yang seru, pada akhirnya UNHRC membentuk sebuah sub
komite yang bertugas membuat rancangan pasal mengenai hak kebebasan beragama.
22
KGPH Haryomataram, Hak Asasi Manusia Internasional Materi Perkuliahan, Jakarta; FH Usakti, 1998.
Sub komite tersebut terdiri dari perwakilan negara Prancis, Libanon, Inggris dan Uruguay.
Sub komite tersebut akhirnya berhasil membuat rancangan mengenai pasal hak kebebasan beragama. Ketika dilakukan pemungutan suara di dalam komisi untuk
pengesahan draft pasal tersebut, negara-negara sosialis melakukan abstain. Negara- negara sosialis yang abstain adalah Uni Soviet, Belarusia, Ukraina, dan Yugoslavia.
Mereka lebih sepakat pada draft amandemen yang dibuat oleh Uni Soviet. Hal ini dapat dipahami sebab negara-negara sosialis tersebut tidak mengakui keberadaan
Tuhan, apalagi agama. Bagi mereka agama adalah sesuatu yang dapat merusak manusia.
Selain penolakan dari negara-negara sosialis, sikap yang sama juga dilakukan oleh sebagian negara-negara Islam, khususnya Arab Saudi. Negara-negara Islam juga
membuat suatu draft alternatif dengan menghapuskan kata- kata “freedom to change
his religion or belief ” pada Pasal 18. Alasan yang dikemukakan oleh perwakilan Arab
Saudi adalah untuk mencegah penyalahgunaan pasal tersebut oleh para misionaris dalam penyebaran agama di negara-negara Islam. Negara-negara Islam memang
sangat memperhatikan mengenai hak kebebasan berpindah agama sebab keadaan negara Islam atau yang berpenduduk mayoritas Islam pada saat itu sebagian besar
adalah negara miskin sehingga sangat rentan terjadi perpindahan agama. Draft alternatif dari Arab Saudi juga ditolak oleh komisi. Pada pemungutan
suara terakhir, akhirnya Uni Soviet menerima bunyi Pasal 18 tersebut dimasukkan dalam bagian DUHAM. Hak kebebasan beragama merupakan karakter utama dalam
prinsip kebebasan, selain itu pada saat membuat draft DUHAM, hak kebebasan beragama juga dikategorikan sebagai
“an absolute and sacred right”. Walaupun hal tersebut tidak tertulis didalam pasal, namun harus tetap diingat bahwa dalam
menafsirkan hak kebebasan beragama, nilai-nilai absolut dan hak yang suci harus tetap menjadi acuan utama
36
BAB III JAMINAN KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA
A. Demografi Agama di Indonesia