khususnya menjelaskan bagaimana kemajuan Umat Islam pada masa dinasti al-Murabitun dan bagaimana kondisi intelektual Muslim pada masa Dinasti al-
Murabitun. Buku ini justru lebih tepat sebagai buku yang hanya mendeskripsikan kondisi Umat Islam di Andalusia secara umum yang lebih
menonjolkan peran serta mereka dalam pemerintahan dan politik kekuasaan saat itu.
Sejauh pengamatan penulis, hanya buku Ahmad Thomson, Muhammad ‘Ata’ur Rahim, Islam Andalusia : “Sejarah kebanghitan dan
keruntuhan”
8
yang mencoba mendeskripsikan dan mengungkap prihal kondisi dan perkembangan umat Islam di Andalusia pada masa dinasti Al-Murabitun,
sebelum dan pasca Dinasti al-Murabitun dan menjelaskan peranan intelektual Muslim di Andalusia dipaparkan secara komprehensif dalam buku ini.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi kedalam lima pokok pembahasan yang mengandung isi sebagai berikut.
Bab I : Pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Sejarah masuknya Dinasti al-Murabitun ke Andalusia yang
meliputi : Awal munculnya Dinasti al-Murabitun, Situasi politik
8
Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim, Islam in Andalusia from 1996, diterjemahkan oleh Kampung Kreasi “Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan Dan Keruntuhan”
Jakarta: Gaya Media Pratama 2004, h. 121
8
Andalusia menjelang pemerintahan al-Murabitun, faktor-faktor yang membantu Dinasti al-Murabitun menguasai Andalusia.
Bab III : Perkembangan Umat Islam pada masa Dinasti al-Murabitun yang
meliputi: Sekilas Pekembangan Umat Islam sebelum Dinasti al- Murabitun, Perkembangan agama dan pendidikan pada masa
Dinasti al-Murabitun, Perkembangan seni dan budaya pada masa Dinasti al-Murabitun,
Bab VI : Keruntuhan Dinasti al-Murabitun yang meliputi : Kondisi internal
menjelang keruntuhan Dinasti al-Murabitun, Perperangan pertama antara al-Murabitun Dan al-Muwahidun, Situasi al-Murabitun di
Ibukota Marakesy Afrika Utara, Akhir kekuasaan Al-Murabitun
Di Andalusia.
Bab V :
Penutup yang meliputi: Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
BAB II MASUKNYA DINASTI AL-MURABITUN KE ANDALUSIA
A. Munculnya Dinasti Al-Murabitun
Andalusia Andalus merupakan nama Arab untuk jazirah Iberia yang pada masa sekarang dikenal sebagai Spanyol dan Portugis. Awal berdirinya
kekuasaan Islam di Andalusia ditandai dengan tumbangnya Raja Roderick 711 M oleh Thariq Bin Ziyad bersama pasukannya yang didukung oleh
warga negara Andalusia sendiri, karena rakyat Andalusia tidak senang akan rajanya yang bersifat kejam dan angkara murka. Dan sejak itulah wilayah
Andalusia merupakan bagian dari wilayah Daulat Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus dengan khalifahnya yang bernama Al Walid bin Abdul
Malik. kekuasaan Islam di Andalusia Spanyol berlangsung lebih kurang tujuh setengah abad 711-1492 M .
Selama lebih kurang tujuh setengah abad Islam di Andalusia mengalami reformasi
dalam internal pemerintahan, telah dicatat dalam sejarah ada beberapa pemerintahan yang berkuasa yaitu bani Umayyah, kerajaan-kerajaan
kecil Muluk At’Tawaif, Dinasti al-Murabitun, Dinasti al-Muwahidun dll.
1
Al-Murabitun adalah salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Maghrib. Nama al-Murabitun barkaitan erat dengan nama tempat tinggal mereka
Ribat
2
, tetapi mereka biasa juga disebut al-Mulassimun pemakai kerudung
1
Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim,Islam in Andalusia, h. 1
2
Ribat adalah pusat kegiatan kaum sufi, tempat pembinaan dan penggemblengan para
calon sufi yang diisi dengan kegiata pendidikan, pelatihan, pengkajian agama, dan ibadat kepada Allah SWT. Istilah itu banyak dipergunakan di bagian barat dunia Islam seperti Maroko dan
9
sampai mentupi wajah. Asal-usul Dinasti ini adalah dari suku Lamtuna, salah satu cabang dari suku Sanhaja. Diatara kegiatan mereka adalah menyebarkan
agama Islam dengan mengajak suku-suku lain menganut agama Islam seperti yang mereka anut. Mereka mengambil ajaran mazhab salaf secara ketat.
Wilayah mereka meliputi Afrika Barat daya dan Andalusia. Pada mulanya dinasti al-Murabitun merupakan gerakan keagamaan
yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio militer.
3
Pada paruh pertama abad ke-11, pemimpin suku Sanhaja, Yahya Ibn Ibrahim,
melaksanakan ibadah ke Mekah, dan sekembalinya dari Mekah ia mengundang seorang alim terkenal dari Maroko, Abdulllah Ibn Yasin untuk
berdakwah di tengah kaumnya. Sebagai fasilitas dakwah, maka di mulut sungai Senegal dibangun sebuah Ribat, dan dari sini para ulama menyebarkan
bentuk Islam yang sederhana dan fundamentalis melalui Sudan Barat.
4
Al-Murabitun adalah kelompok Umat Islam yang menyebarkan ajaran tauhid Sunni di Afrika bagian utara. Mereka meyakini Islam sebagai agama
dan Negara, kemudian mereka mendirikan Dinasti al-Murabitun. Al-Murabitun secara harfiah artinya adalah “orang-orang yang tinggal di
benteng tapal batas”, dan mereka mengenakan cadar di wajah mereka.
5
mereka adalah salah satu gelombang pemurnian spiritual yang dalam berbagai masa
Tunisia. Salam bahasa Arab, kata Ribat mempunyai beberapa arti: 1. Sesuatu yang dibuat untuk mengikat tali dsb 2. Sekawanan kuda, rombongan pasukan berkuda. 3. Tangsi, markas tentara.
4. Tempat yang diwakafkan untuk fakir miskin dan 5. Hati. Dan dalam bahasa Indonesia kata ribat mengandung arti “gedung atau tempat melakukan pelatihan ibadat dan kewajiban lain. Tim
penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Jembatan 1992
3
Musyrifah Sunanto “Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam” Jakarta, Kencana, 2007 h. 128
4
C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, Jakarta : Mizan 1980, h. 50
5
Ibid
dalam sejarah Maghrib terjadi pada masyarakat Berber, Pada mulanya al- Murabitun merupakan sebuah gerakan yang berdasar pada kecendrungan dan
hasrat keagamaan. Anggota al-Murabbitun merupakan keturunan Berber dari Afrika Utara Suku Sanhajah di Sudan Barat.
6
Daulat al-Murabitun dibangun pada tahun 400 H1009 M. Dinasti ini merupakan Dinasti ketiga
7
dari Muslim Berber di Afrika, yang mengantikan dinasti-dinasti Arab pada masa sebelumnya.
8
Al-Murabitun didirikan oleh Yahya Ibn Ibrahim dengan guru utamanya Shaikh Abu `Amran al-Fasi yang bermadzhab Maliki. Tokoh-tokoh utama
lainnya adalah `Abd Allah Ibn Yasin sebagai tokoh spiritual, Yahya Ibn `Umar sebagai komandan militer yang dilanjutkan oleh Abu Bakr Ibn `Umar dan
Yusuf ibn Tasyfin
9
Yahya Bin Ibrahim, Yahya bin Umar, dan juga Abu Bakar bin Umar. Abdullah Ibn Yasin, berdakwah kepada suku Sanhaja yang bermukim di
pedalaman Sahara. Mereka membangun benteng di sebuah pulau di sungai Nigeria, yaitu sungai Senegal. Benteng-benteng ini atau Ribat
10
didirikan di sepanjang garis perbatasan antara dunia Muslim dan non Muslim.
11
Ribat tidak hanya digunakan untuk tempat berlajar ilmu-ilmu agama, tetapi juga digunakan
untuk menampung musafir yang tengah dalam perjalanan. Pada tempat itu
6
Glasse,Cyril. Ensiclopedi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 27
7
Daulat sebelum al-Murabitun di Afrika adalah daulat Al-Maghrawiah dan daulat al- Sanhajah
8
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam Di Andalusia, Jakarta, Firma Madju 1984 h. 90
10
Benteng di perbatasan negeri Muslim tempat berjaga orang-orang yang menempuh Jalan Allah dalam memerangi kebodohan dan ketidak adilan sosial terhadap masyarakat,
khususnya terhadap Muslim, dan dari musuh-musuh Islam. Aswadi Jurnal, Ilmu Dakwah
11
Ahmad Thomson and Muhammad ‘Ata’ur Rahim,Islam in Andalusia, h. 103
lambat laun berdiri perkampungan dan akhirnya mejadi sebuah kota kecil, yang dikenal pada masa sekarang dengan kota Aghmat.
12
Santri-santri ini terkenal sebagai Murabitun, dalam bahasa Prancis kelompok ini disebut dengan nama
al-Moravides, sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut dengan nama al- Murabides.
13
Dengan bimbingan dari Abdullah Ibn Yasin, pengikutnya dengan cepat meningkat, baik dari sisi ketinggian akhlaknya maupun dari sisi jumlahnya.
Oleh karena itu pada tahun 1042, Islam telah menyebar di seluruh bagian Sahara.
14
Setelah ketakwaan dan kemurnian agama meresap dengan dalam pada diri para santri al-Murabitun itu maka Abdullah Ibn Yasin segera memerintahkan
mereka menyebarkan ajaran tersebut. Ternyata usaha mereka tidak berhasil dan beroleh tantangan di sana sini. Oleh karena itu Abdullah Ibn Yasin sendiri
bergerak keluar menjalankan dakwah tetapi itu pun tidak mendatangkan hasil. Akhirnya
iapun membentuk
pasukan dari
kaum santri dan
mempersenjatainya melalui dana Ribat dan mulai bertindak menyebarkan Puritanism pemurnian agama. Gerakan al-Murabitun itu lambat laun
bertambah luas pengikutnya. Setelah Yahya Ibnu Ibrahim wafat
pada tahun 4341042M, maka Abdullah Ibn Yasin menunjuk Yahya Ibn Umar untuk mengantikan kedudukan
Yahya Ibn Ibrahim sebagai pemimpin.
12
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, h. 95
13
Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliaran, Mazhab, Partai dan Gerakan Islam,
Jakarta, Grafindo Khazanah Ilmu 2000, h. 802
14
Ibid,
Yahya Ibn Umar juga sangat fanatik kepada pemuka gerakan pemurnian agama. Dengan sembo yan al-Jihad maka iapun makin meluaskan dan
mengembangkan ajarannya ke daerah pedalaman Sahara. Gerakan itu sudah memiliki pasukan yang besar. Menjelang tahun 447H1055 gerakan Al-
Murabitun terkenal sebagai gerakan pemurnian agama.
15
Pada tahun 4471055M Yahya Ibn Umar wafat dalam gerakan Al-Jihad yang dilancarkannya sampai perbatasan Sudan. Abdullah Ibn Yasin menunjuk
saudara dari Yahya Ibn Umar yaitu Abu Bakar Ibn Umar, sehingga terbentuklah sebuah imperium yang dipimpin oleh Abu Bakar. Satu tahun sejak
kepemimpinan Abu Bakar, Abdullah Ibn Yasin menderita luka-luka dan wafat dalam sebuah pertempuran menghadapi suku Barghawat. Dengan demikian
pemimpin spiritual rohani dan pemimpin pasukan dari gerakan al-Murabitun menjadi satu ditangan Abu Bakar.
16
Yusuf Ibnu Tasyfin termasuk salah seorang pendiri Dinasti al-Murabitun. Di bawah kepemimpinan Abu Bakar dan letnannya, Yusuf Ibn Tasyfin, mereka
bergerak ke arah utara, yaitu ke Maroko, dan menaklukkan Afrika Utara sampai ke Aljazair.
17
Yusuf Ibn Tasfin berhasil menguasai Maroko pada tahun 1061.
18
Pada 1062 Yusuf ditunjuk menjadi gubernur di Maroko dan mendirikan Marakesy sebagai ibu kotanya. Para raja Dinasti al-Murabitun
mempertahankan semua otoritas penguasa yang menyandang gelar Amir al- Murabitun.
Tetapi dalam persoalan spiritual, mereka mengakui otoritas
15
Yoesoef Sou’yb, Kekuasaan Islam, h. 96
16
ibid
17
C.E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, h. 50
18
Cyril glasse, Ensiclopedi Islam, h. 27
tertinggi Khalifah Abbasiyah di Baghdad,
19
dan menganut Mazhab Maliki yang konservatif dan dominan di Afrika Utara.
20
Pada tahun 453 H1061 Abu Bakar menyerahkan kepemimpinannya kepada Yusuf Ibn Tasyfin, dan beberapa tahun setelah itu Abu Bakar wafat
karena terkena panah beracun dalam suatu pertempuran pada tahun 480H1087M. Pimpinan spiritual dan temporal kini dijabat oleh Yusuf Ibn
Tasyfin 453-500 h 1061-1106 M dan Yusuf Ibn Tasyfin inilah yang meluaskan wilayah daulat al-Murabitun itu ke Andalusia dan langsung telibat
dalam berbagai peristiwa besar di sana.
21
Selama lebih setengah abad kekuasaan al-Murabitun begitu kuat di Afrika Barat-Daya dan Spanyo l selatan.
22
B. Situasi Politik di Andalusia Menjelang Pemerintahan al-Murabitun