57
c. Menjaga kemutakhirannya update melalui proses pengadaan.
33
Kebijakan tersebut
terdapat pada
buku Pedoman
Teknis Pengembangan Layanan Perpustakaan yang diterbitkan tahun 2002, oleh
karena itu penulis melakukan wawancara kepada Bpk Asep Muslih, SH selaku ketua bidang pengembangan koleksi Perpustakaan Nasional RI
untuk mengetahui kebijakan pengembangan koleksi terbitan berkala jurnal pada saat ini. Seperti berikut :
“Kebijakan pengembangan koleksi bahan pustaka Perpustakaan Nasional RI ini memang dibuat tahun 2002 hingga sampai saat ini
masih digunakan, namun seiring perkembangan zaman Perpustakaan Nasional RI sebagai pusat rujukan melakukan pengembangan koleksi
tidak hanya sebatas di bidang Sosial dan Humaniora saja, saat ini Perpustakaan Nasional RI melakukan pengembangan koleksi terbitan
berkala di semua bidang untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan pemustaka.
”
34
3. Kebijakan Teknis Pengadaan Terbitan Berkala
Pengadaan terbitan serialberkala di Perpustakaan Nasional RI melalui :
a. Pembelian
Pengadaan terbitan berkala melalui pembelian dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui lelang dan swakelola langsung.
1 Pengadaan bahan pustaka melalui pelelangan yaitu dengan
melakukan serangkaian kegiatan untuk menyediakan bahan pustaka, dengan cara menciptakan persaingan yang sehat di antara
penyediaan bahan pustaka yang setara dan memenuhi syarat,
33
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Teknis Pengembangan Koleksi Layanan Perpustakaan Nasional RI Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpusakaan Nasional
RI, 2002, h. 11.
34
Wawancara Pribadi dengan Asep Muslih, Jakarta, 6 Oktober 2011.
58
berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak terkait secara taat azas, sehingga
terpilih penyedia jasa terbaik. Pengadaan bahan pustaka dengan sistem lelang dapat dilakukan dengan harga nominal minimal Rp.
50.000.000,- lima puluh juta rupiah. 2
Pengadaan bahan pustaka melalui swakelola langsung, dengan sistem ini pelaksanaan pekerjaan direncanakan, dikerjakan, dan
diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri, atau upah borongan tenaga. Sistem pengadaan swakelola ini dapat
dilakukan dengan harga nominal maksimal Rp. 50.000.000.- lima puluh juta rupiah.
Kebijakan tersebut terdapat pada buku Pedoman Teknis Pengembangan Layanan Perpustakaan yang diterbitkan tahun 2002,
oleh karena itu penulis melakukan wawancara kepada Bpk Asep Muslih, SH selaku ketua bidang pengembangan koleksi Perpustakaan
Nasional RI untuk mengetahui pengadaan koleksi terbitan berkala jurnal melalui pembelian pada saat ini. Seperti berikut :
“Ada dua cara yang dilakukan Perpustakaan Nasional RI untuk pengadaan bahan pustaka melalui pembelian yaitu
pengadaan swakelola langsung dan melalui lelang. Untuk pembelian bahan pustaka nominal harga tidak lebih dari Rp.
200.000.000.- dua ratus juta rupiah maka pihak Perpustakaan Nasional RI akan membeli langsung ke penerbit. Sedangkan untuk
pengadaan melalui lelang sesuai Kepres No. 54 Thn. 2011 setiap pembelian
bahan pustaka
dengan nominal
diatas Rp.
200.000.000,- dua ratus juta rupiah untuk mendapatkannya akan dilakukan pelelangan yang di umumkan pada surat kabar Tempo,
59
dari pendaftaran peserta lelang sampai waktu pengumuman pemenang lelang dibutuhkan waktu hingga 45 hari.
”
35
b. Hadiahhibah atau tukar menukar
Bahan pustaka yang diperoleh melalui hadiahhibah dan tukar menukar mempunyai potensi besar dalam pengembangan koleksi.
Setelah melalui proses kerjasama korespondensi dan seleksi bahan pustaka yang ditawarkan, maka koleksi tersebut dapat diterima. Alur
kerja pengembangan koleksi bahan pustaka hadiahhibah, dan tukar menukar dapat dilihat pada lampiran.
Pada pelaksanaannya kegiatan hadiahhibah, dan tukar menukar harus memenuhi persyaratan :
1 Sesuai dengan kebijakan pengembangan bahan pustaka yang telah
ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional RI. 2
Melalui seleksi oleh tim seleksi Perpustakaan Nasional RI. 3
Pihak pemberi tidak mengajukan persyaratan yang mengikat. 4
Ada kesepakatan antara pihak pemberi dan penerima mengenai transportasi dan seleksibahan pustaka dalam jumlah besar.
5 Bahan pustaka hasil hadiahhadiah, dan tukar menukar yang tidak
sesuai dengan subjek yang ditentukan oleh Perpustakaan Nasional RI, atau Perpustakaan Nasional RI telah memiliki lebih dari 2
eksemplar, maka bahan pustaka lebih surplus tersebut dihadiahkan kepada perpustakaan yang membutuhkan.
35
Wawancara Pribadi dengan Wuri Setya Intarti, Jakarta, 14 Oktober 2011.
60
c. Deposit
Koleksi deposit di Perpustakaan Nasional RI diperoleh dari mengumpulkan semua karya cetak dan karya rekam bangsa Indonesia
yang wajib diserahkan oleh para penerbit dan pengusaha rekaman kepada Perpustakaan Nasional RI sebagai hasil dari pelaksanaan UU
No. 4 Tahun 1990. Karya cetak dan karya rekam tersebut wajib dilestarikan, sebagai warisan budaya bangsa dan bukti peradaban
bangsa Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang koleksi deposit penulis melakukan wawancara dengan Dra. Wuri Setya Intarti,
MM sebagai ketua kelompok penerimaan, pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan UU No. 4 Th 1990. Seperti berikut :
“Di Perpustakaan Nasional RI ini terdapat 2 koleksi yaitu koleksi layanan yang terdapat pada pusat jasa dan koleksi deposit
pada bagian deposit, koleksi layanan dan deposit memiliki tempat yang terpisah,koleksi layanan ditempatkan pada pusat jasa
sedangkan koleksi deposit ditempatkan di bagian deposit yang berbeda gedung Koleksi deposit ini dikirimkan oleh para penerbit
di seluruh Indonesia, untuk karya cetak dikirimkan 2 eksemplar sedangkan karya rekam 1 buah untuk disimpan, dilestarikan
berbeda dengan koleksi layanan yang perolehannya didapatkan dari pembelian, hadiahhibah dan tukar menukar. Bahan pustaka
yang diberikan para penerbit untuk didepositkan, bagian deposit tidak perlu memberikan kopian bahan pustaka tersebut ke bagian
pusat jasa untuk dijadikan koleksi karena perbedaan fungsi antara bagian deposit dan pusat jasa, tetapi apabila ada karya yang tidak
dimiliki di pusat jasa pemustaka dapat mencari di bagian deposit, begitu pun sebaliknya jika ada karya yang belum dikirimkan ke
deposit dan karya itu dibutuhkan namun untuk memperolehnya sulit dikarenakan perusahaan penerbit yang diminta masih kecil
maka untuk memperolehnya bagian deposit dapat meminta pusat jasa untuk membelinya karena pada bagian deposit tidak
dikucurkan dana untuk pengadaan seperti halnya di bagian pusat jasa karena seperti fungsinya deposit yaitu menyimpan dan
melestarikan karya.”
61
B. Penerapan Kebijakan Pengembangan Koleksi Terbitan Berkala Jurnal di