16 Tabel 2.1 Kategori Status Gizi Bedasarkan Z score
Z score Indikator Pertumbuhan
TBU BBU
BBTB IMTU
Di atas 3 Sangat Tinggi
Gizi Lebih
Sangat Gemuk
Obes Sangat
Gemuk Obes
Di atas 2
Normal Gemuk
Overweight Gemuk
Overweight
Di atas 1 Normal
Resiko Gemuk
Resiko Gemuk
0 Angka Median
Normal Normal
Di bawah -1 Di bawah -2
Pendek Stunded
Gizi Kurang
Kurus Wasted
Kurus Wasted
Di bawah -3 Sangat
Pendek Severe
Stunded Gizi
Buruk Sangat Kurus
Severe Wasted
Sangat kurus Severe
Wasted Sumber : Ditjen PPPL, Kemkes RI: Laporan Kinerja Triwulan III
Tahun 2013
10
2.6.2 Imunisasi BCG
BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari M. bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan kuman yang tidak
virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. BCG sebaiknya diberikan di regio lengan kanan-atas pada daerah insersio M.
deltoideus kanan, sehingga bila terjadi limfadenitis BCG akan lebih
17 mudah terdeteksi. Vaksinasi tidak perlu diulang sebagai booster,
demikian juga bila tidak terbentuk parut. Tidak ada bukti bahwa vaksinasi ulangan BCG memberikan proteksi tambahan.
11
Satgas Imunisasi IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemberian BCG pada bayi ≤ 2 bulan. Pemberian
BCG setelah usia 1 bulan lebih baik. Tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respons imun tubuh yang didapat
dari imunisasi tersebut, sehingga akan menyebabkan infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul 6 - 8
minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun
biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat.
11
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa imunisasi BCG tidak mencegah infeksi TB tetapi mengurangi risiko TB berat seperti
meningitis TB atau TB miliar. Efek proteksi atau efektivitas BCG bervariasi dari 0-80 dari berbagai populasi dari berbagai dunia.
Temuan yang berbeda-beda dari berbagai penelitian mengenai efektivitas BCG dari berbagai negara disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain sebagai berikut : Bias metodologi, yaitu perbedaan desain dan pelaksanaan studi.
1. Strain dan dosis vaksin, yaitu perbedaaan jenis vaksin, perbedaan cara penyuntikan, dan bentuk vaksin.
2. Perbedaan jadwal pemberian imunisasi.
18 3. Tinggirendahnya prevalensi bakteri lingkungan M. atipik.
4. Virulensi strain kuman TB. Faktor lain : reinfeksi eksogen vs infeksi endogen, faktor genetik,
faktor pejamu status imun dan nutrisi, paparan, dan lain-lain.
12
2.6.3 Umur