Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

(1)

KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

Skripsi Diajukan sebagai Tugas Akhir untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH : MARIA ULFAH NIM : 106104003497

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M


(2)

KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

OLEH : MARIA ULFAH NIM : 106104003497

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M


(3)

(4)

iii

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh : Nama : Maria Ulfah

NIM : 106104003497 Jakarta, 17 Juli 2013


(5)

iv Mengetahui,


(6)

v Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2013


(7)

vi Nama : Maria Ulfah

TTL : Tangerang, 01 Maret 1989 Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Status : Belum Menikah Agama : Islam

Alamat : JL. Raya Serang Rt 003/01 KM. 13,8 No. 111 Kec. Cikupa, Tangerang 15710

E-mail : Paul_psik@yahoo.co.id

PENDIDIKAN FORMAL

1994 – 2000 : SDN Cirewed 1

2000 – 2003 : Madrasah Tsanawiyah Al-Falahiyah 132 (Tangerang) 2003 – 2006 : Madrasah Aliyah Al-Falahiyah 132 (Tangerang)

2006 – 2013 : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL

1995 – 2000 : Madrasah Ibtidaiyah Thoriqotul Huda (Tangerang) 2000 – 2006 : Pondok Pesantren Al-Falahiyah 132 (Tangerang) 2006 – 2009 : Pondok Pesantren Dar-Elhikam (Tangerang)


(8)

vii

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1.

Kedua orang tuaku, Setiap tetesan keringat, pengorbanan, cinta, kasih

sayang, pelajaran hidup serta do’a tulus kepada ananda seperti air yang

yang pernah berhenti terus mengalir telah Bapak dan Ibu berikan

2.

My family, kakakQ Sueb dan Suherman, ade2Q Aep dan Febti. Terima

kasih atas do’

a dan motivasi yang tak terbatas.

3.

Dosen-dosenku di PSIK, terimakasih telah membimbing, memberi arahan

pada penulis dan membekali penulis dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat

bagi penulis, jasamu tiada tara.

4.

Teman-teman PSIK 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya

satu persatu, terimakasih atas do’a, support, bantuan dan kebersamaan


(9)

viii Skripsi, Juli 2013

Maria Ulfah, NIM : 106104003497

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

xv + 75 Halaman + 5 Tabel + 5 Lampiran ABSTRAK

Pengobatan Tuberkulosis (TBC) memerlukan waktu lama sehingga dukungan keluarga penting diberikan dan salah satu yang dapat disebabkan karena kurangnya dukungan keluarga adalah kurangnya kepatuhan minum obat. Belum adanya penelitian yang menggambarkan dukungan keluarga membuat peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain Cross-sectional. Sampel berjumlah 68 pasien Tuberkulosis yang sudah menjalani pengobatan selama 3-6 bulan. Teknik pengambilan sampel secara Simple Random Sampling. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang tanggal 30 Juni sampai 12 Agustus 2011. Pengumpulan data dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk melihat dukungan keluarga, sedangkan untuk melihat kepatuhan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti saat berkunjung kerumah pasien untuk memastikan jumlah obat yang tersisa. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat (chi square, regresi logistik sederhana dan uji korelasi) pada : 0,05.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir sebagian besar pasien Tuberkulosis, yaitu 54 responden (79.4%) patuh minum obat. Berdasarkan analisis bivariat menunjukan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis ( P value=1,000).

Peneliti menyarankan pada petugas kesehatan untuk memberikan pengarahan dan informasi kepada pasien Tuberkulosis, diharapkan pengarahan dan informasi mengenai penyakit Tuberkulosis tersebut juga diberikan kepada keluarga.

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Tuberkulosis dan Kepatuhan minum obat Daftar bacaan : 32 (1991-2008)


(10)

ix Undergraduated Thesis, July 2013

Maria Ulfah, Id : 106104003497

The Related of Family Support with The Medication Adherence In Tuberculosis Patients (TB) in the Work Area of Pamulang Health Center, City of South Tangerang in 2011.

xv + 78 Pages + 5 Tables + 5 Attachments ABSTRACT

Treatment of Tuberculosis (TB) takes a long time, therefore a family support is important to given and one that can be caused due to the lack of family support is the lack compliance on medication. Yet the existence of research that illustrates family support makes the researches interested in that research.

This research is quantitative with Cross-sectional design. The total sample is 68 Tuberculosis patients who have undergone treatment for 3-6 months. This Research used Simple Random Sampling which conducted at the Pamulang health center from June 30 until August 12, 2011. The collection of data was by delivering questionnaires to respondents to see family support, whereas to see the compliance is using the observation sheets which is completed by researchers during a visit home patients to ensure the amount of drug remaining. The analysis of the data used is the univariate and bivariate analysis (chi square, simple logistic regression and correlation test) at : 0.05.

The result showed that most TB patients, 54 respondents (79.4%) are medication adherence. Based on bivariate analysis showed no relationship between family support with medication adherence in tuberculosis patients (P value = 1.000).

Researcher suggest the health workers to provide guidance and information to Tuberculosis patients and expected the directions and informations about Tuberculosis disease is also given to the family.

Keywords : Family Support, Tuberculosis and Adherence medication. Reading list : 32 (1991-2008)


(11)

x

Senandung puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah yang maha Rahman seiring dengan selesainya proses penulisan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi akhir zaman, nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tangerang Selatan Tahun 2011” disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Madsupi, Ibunda Siti Munawaroh, kakakQ Sueb dan Suherman, ade2Q Aep dan Febti. Terima kasih atas do’a dan motivasi yang tak terbatas.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Waras Utomo, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ita Yuanita, selaku Dosen Pembimbing I, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. 5. Ibu Yuli Amran, selaku Dosen Pembimbing II, yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.


(12)

xi

Hidayatullah Jakarta, yang telah membagikan ilmunya sehingga penulis bisa menjadi seperti sekarang ini.

7. Kepala Puskesmas Pamulang beserta staff, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Kepala Puskesmas Ciputat beserta staff, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Ibu Nur, selaku ketua bagian Paru di Puskesmas Pamulang, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian.

10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.

Jakarta, Juli 2013


(13)

xii

LEMBAR PERSETUJUAN ……… i

LEMBAR PENGESAHAN ………. ii

LEMBAR PENGESAHAN .………... iii

LEMBAR PERNYATAAN ……… iv

RIWAYAT HIDUP ……….. v

LEMBAR PERSEMBAHAN ……… vi

ABSTRAK ……….. vii

ABSTRACT ………... viii

KATA PENGANTAR ……… ix

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ……….. xv

DAFTAR BAGAN ……….... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….. 6

C. Pertanyaan Peneliti ………. 7

D. Tujuan Penelitian ………... 7

E. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TBC) ………. 10

1. Pengertian Tuberkulosis (TBC) ………. 10

2. Penyebab Tuberkulosis (TBC) ………... 10

3. Komplikasi Tuberkulosis (TBC) ……… 11

4. Cara Penularan Tuberkulosis (TBC) ……….. 11

5. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis (TBC) ………... 13

6. Gejala dan Diagnosis Tuberkulosis (TBC) ……… 14


(14)

xiii

B. Kepatuhan ……… 18

1. Pengertian Kepatuhan ……… 18

2. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan ……….. 20

C. Konsep Keluarga ……….. 23

1. Pengertian Keluarga ………... 23

2. Struktur Kekuatan Keluarga ………... 23

3. Sistem Keluarga ………. 24

4. Tugas Kesehatan Keluarga ………. 25

5. Fungsi Keluarga ………. 26

6. Peran Keluarga ………... 27

D. Dukungan Keluarga ……… 28

1. Pengertian Dukungan Keluarga ………. 28

2. Sumber Dukungan ……….. 29

3. Jenis Dukungan ……….. 29

4. Manfaat Dukungan Keluarga ………. 31

5. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan ………. 32

E. Kerangka Teori ………. 34

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS & DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ………. 35

B. Hipotesis Penelitian ……….. 36

C. Definisi Operasional ………. 37

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ……….. 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 40

C. Populasi dan Sampel ……… 41

1. Populasi ……….. 41


(15)

xiv

D. Metode Pengumpulan Data ……….. 44

1. Jenis Data ………... 44

2. Instrumen Penelitian ………... 44

3. Prosedur Pengumpulan data .………. 47

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……….. 48

F. Pengolahan Data ………... 50

1. Editing……… 50

2. Coding ……… 50

3. EntryData……….. 50

4. CleaningData……… 51

G. Analisis Data Statistik ……….. 51

H. Etika Penelitian ……… 52

1. InformedConsent (Lembar Persetujuan) ………... 52

2. Anonymity (Tanpa Nama) ……….. 52

3. Confidentiality (Kerahasiaan) ……… 53

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian ………... 54

1. Gambaran Umum Puskesmas Pamulang ………... 54

a. Visi ………... 55

b. Misi ……….. 55

c. Motto ……… 55

d. Program Puskesmas ………. 55

2. Sumber Daya Kesehatan ……… 56

B. Hasil Analisa Univariat ……… 57

1. Gambaran Kepatuhan Minum Obat ………... 57

2. Gambaran Dukungan Keluarga ……….. 58

3. Gambaran Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan Instrumental ……… 58


(16)

xv

2. Hubungan Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan Instrumental Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien

Tuberkulosis (TBC) ………... 62

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat dan Bivariat ……… 65

1. Kepatuhan Minum Obat ………. 65

2. Dukungan Keluarga dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ……… 66

a. Dukungan Emosional dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 67

b. Dukungan Penghargaan dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 69

c. Dukungan Informasi dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ……….. 71

d. Dukungan Instrumental dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 72

B. Keterbatasan Penelitian ……… 74

1. Rancangan Penelitian ………. 74

2. Instrumen Penelitian ………... 74

3. Metode Pengambilan Data ………. 75

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 76

B. Saran ………. 77

1. Untuk Pendidikan Keperawatan ……… 77

2. Untuk Puskesmas Pamulang ……….. 77

3. Untuk Peneliti Selanjutnya ………. 77 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xvi No. Tabel

Tabel 2.1 Efek Samping Ringan dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ………… 17 Tabel 2.2 Efek Samping Berat dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) …………... 17 Tabel 3.1 Definisi Operasional ……… 37 Tabel 5.1 Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis …….. 57 Tabel 5.2 Gambaran Dukungan Keluarga ……… 58 Tabel 5.3 Gambaran Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan

Instrumental ……….. 58

Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis ………. 61 Tabel 5.5 Hubungan Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan Instrumental Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis …….. 62


(18)

xvii No. Bagan

Bagan 2.1 Kerangka Teori ………... 34 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ……… 35


(19)

xviii 1. Surat ijin penelitian

2. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent) 3. Lembar Kuesioner

4. Hasil analisa univariat 5. Hasil analisa bivariat


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu masalah kesehatan bagi bangsa Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) dalam

Annual report on global TB control 2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai hight-burden countries terhadap TBC (WHO dalam Nisa, 2007). WHO juga memperkirakan terjadinya kasus TBC sebanyak 9 juta per tahun di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan jumlah kematian sebanyak 3 juta orang per tahun. Dari seluruh kematian tersebut, 25% terjadi di negara berkembang salah satunya termasuk Indonesia (Depkes RI, 2008).

Indonesia merupakan negara berkembang yang menyumbang penyakit TB nomor tiga di dunia setelah India dan China. Menurut laporan nasional dalam Riset Kesehatan Dasar 2007, tuberkulosis paru klinis tersebar di seluruh Indonesia dengan prevalensi 12 bulan terakhir adalah 1,0%, dan 12 Provinsi diantaranya dengan prevalensi di atas angka nasional, tertinggi di Provinsi Papua Barat (2,5%) dan terendah di Provinsi Lampung (0,3%). Prevalensi TB paru sebanyak 20% lebih tinggi diderita laki-laki dibandingkan perempuan (RISKESDAS, 2007). Sedangkan dalam profil kesehatan 2007, Banten merupakan urutan nomor tiga tertinggi pada cakupan penemuan kasus TB paru yaitu sebesar 74,62% dari angka perkiraan kasus menular TB paru (Depkes RI, 2007). Penemuan kasus TB


(21)

di Kabupaten Tangerang pada tahun 2009 didapatkan jumlah kasus TBC Paru BTA positif diperkirakan 2638 orang, dari jumlah tersebut dilakukan pemeriksaan dan pengobatan pada 1927 orang sehingga diperoleh Case Detection rate (CDR) sebesar 73%, angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 71,1% (BPS Kabupaten Tangerang, 2009).

Laporan data dasar dari Dinkes Kota Tangerang Selatan (2010) di Wilayah Kecamatan Pamulang, jumlah kasus TB paru di Puskesmas Pamulang pada tahun 2010 didapatkan 225 orang yang sudah melakukan pemeriksaan dan sedang menjalankan pengobatan, dari jumlah tersebut diperkirakan 112 orang termasuk dalam kasus TB Paru BTA positif.

Saat ini pemerintah telah menyediakan panduan obat yang efektif untuk membunuh kuman tuberkulosis dalam waktu yang relatif singkat sekitar enam bulan secara cuma-cuma. Walaupun panduan obat yang digunakan adalah yang paling baik, tetapi bila penderita tidak berobat dengan teratur atau tidak memenuhi jangka pengobatan maka umumnya hasil pengobatan akan mengecewakan, sehubungan dengan itu untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan, kelengkapan dan kepatuhan berobat bagi setiap penderita (Depkes RI, 2008).

Kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang telah ditentukan (Notoatmodjo, 2003). Brunner & Suddarth (2002) menyatakan bahwa kepatuhan yang buruk atau terapi yang tidak lengkap adalah faktor yang berperan terhadap resistensi individu.


(22)

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Dukungan keluarga dan masyarakat mempunyai andil besar dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan adanya pengawasan dan pemberi dorongan kepada penderita (Niven, 2002).

Menurut Friedman (1998) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam pengobatan TBC. Pemberian obat TBC menimbulkan kesembuhan klinis yang lebih cepat dari kesembuhan bakteriologik dan keadaan ini menyebabkan penderita mengabaikan penyakit dan pengobatannya. Pengobatan ini tidak cukup 1-2 bulan saja tetapi memerlukan waktu lama sehingga dapat menyebabkan penderita menghentikan pengobatannya sebelum sembuh, apalagi bila selama pengobatan timbul efek samping. Tanpa adanya dukungan keluarga program pengobatan TBC ini sulit dilakukan sesuai jadwal (Depkes RI, 2007). Dalam hal ini dukungan keluarga sangat diperlukan untuk memotivasi anggota keluarganya yang menderita TBC untuk tetap melanjutkan pengobatan sesuai dengan anjuran pengobatan.

Dukungan keluarga yang didapatkan seseorang akan menimbulkan perasaan tenang, sikap positif, maka diharapkan seseorang dapat menjaga


(23)

kesehatannya dengan baik. Ketika memiliki dukungan keluarga diharapkan seseorang dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih mudah menerima kondisi serta mengontrol gejolak emosi yang timbul. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan dari orang terdekat akan menimbulkan ketenangan batin dan perasaan dalam diri seseorang (Dagun, 1991).

Menurut Friedman (1998) dan Bomar (2004) ada 4 jenis dukungan keluarga, diantaranya adalah : a. dukungan emosional, jenis dukungan ini dilakukan melibatkan ekspresi rasa empati, peduli terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, membuat individu merasa lebih baik. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social support jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. b. dukungan instrumental, jenis dukungan ini mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. c. dukungan informasi, jenis dukungan ini mengacu pada pemberian nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. d. dukungan penghargaan, jenis dukungan ini terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu lain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akmaludin (2002) dalam skripsi yang berjudul gambaran tingkat kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta tahun 2002 menyatakan bahwa pasien yang merasa keluarganya kurang mendukung dalam pengobatan penyakit Tuberkulosis paru di Puskesmas


(24)

Kecamatan Tanjung Priok Jakarta ternyata lebih banyak yang tidak patuh yaitu sebanyak 55,6% dibandingkan dengan keluarganya yang mendukung yaitu sebesar 18,9%. Tahan P. Hutapea dalam tesis yang berjudul pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2006 didapatkan bahwa 26,9% penderita menyatakan anggota keluarga mendorong untuk berobat secara teratur, sedangkan 73,1% penderita menyatakan anggota keluarga kurang mendorong untuk berobat secara teratur dan Basaria Hutabarat dalam tesis yang berjudul pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis di kabupaten Asahan tahun 2007 didapatkan hasil bahwa 73,5% keluarga berperan dalam kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis dan 40,9% keluarga kurang berperan dalam kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang pada tanggal 16 Juni 2011, dari 10 responden yang diwawancarai diperoleh hasil sebagai berikut, 8 (80%) orang responden patuh minum obat dan menyatakan keluarga kurang mendukung pengobatan karena tidak diingatkan untuk minum obat dan tidak pernah menanyakan tentang perkembangan pengobatannya. Menurut 8 (80%) responden tersebut hal ini terjadi karena keluarga tidak mendapatkan informasi tentang penyakitnya. Dua (20%) dari responden yang putus obat menyatakan dukungan keluarga kurang, bentuk dukungan keluarga yang dimaksud adalah seperti ke 8 responden di atas.


(25)

Kurangnya kepatuhan minum obat salah satunya disebabkan karena kurangnya dukungan keluarga yang diberikan kepada salah satu anggota keluarganya yang menderita TBC. Selain hal demikian, belum diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat yang diberikan kepada pasien TBC di Puskesmas tersebut, serta belum pernah ada penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di Puskesmas Pamulang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pamulang dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan alasan bahwa didapatkan 8 (80%) dari 10 orang responden patuh minum obat dan menyatakan keluarga kurang mendukung pengobatan karena tidak diingatkan untuk minum obat dan tidak pernah menanyakan tentang perkembangan pengobatannya dan terdapat 2 (20%) orang dari responden yang putus obat menyatakan dukungan keluarga kurang di Puskesmas Pamulang. Dilakukannya penelitian ini karena belum diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat yang diberikan kepada pasien


(26)

TBC. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

C. Pertanyaan Peneliti

Melihat rumusan permasalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah :

1. Bagaimana gambaran dukungan emosional yang diberikan keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

2. Bagaimana gambaran dukungan penghargaan yang diberikan keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

3. Bagaimana gambaran dukungan informasi yang diberikan keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

4. Bagaimana gambaran dukungan instrumental yang diberikan keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

5. Adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran dukungan emosional yang diberikan keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).


(27)

b. Mengetahui gambaran dukungan penghargaan yang diberikan keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).

c. Mengetahui gambaran dukungan informasi yang diberikan keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).

d. Mengetahui gambaran dukungan instrumental yang diberikan keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).

e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC).

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Pamulang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang objektif mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) khususnya bagi Puskesmas Pamulang.

2. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu keperawatan keluarga dalam menangani pasien Tuberkulosis (TBC) dan mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC). Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dunia kepustakaan pendidikan keperawatan Indonesia khususnya mata ajar Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Keluarga.


(28)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi mengenai kajian Tuberkulosis khususnya terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis, serta dijadikan informasi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis (TBC)

1. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan, oleh karena itu disebut pula Basil Tahan Asam atau BTA (Depkes RI, 2006).

2. Penyebab Tuberkulosis (TBC)

Penyebab Tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut merupakan kelompok bakteri gram positif, berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 µ dan tebal 0,3-0,6 µ. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Oleh karena itu, disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tersebut dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es), hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Kuman yang bersifat dormant dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi (Somantri, 2007).


(30)

Kuman hidup didalam jaringan sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman tersebut adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit Tuberkulosis (Depkes RI, 2006).

3. Komplikasi Tuberkulosis (TBC)

Nisa (2007) menyatakan bahwa komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut adalah sebagai berikut :

a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

c. Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif) pada paru.

d. Pneumothorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan, kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain.

f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency). 4. Cara Penularan Tuberkulosis (TBC)

Mycobacteriumtuberculosis ditularkan dari orang ke orang melalui jalan pernapasan, pada waktu batuk/bersin. Setiap kali seorang yang


(31)

menderita TB Paru batuk, maka akan dikeluarkan 3000 droplet infektif

(memiliki kemampuan menginfeksi). Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, bahkan dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet. Setelah kuman tuberkulosis masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran pernapasan/menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang ditularkan dari parunya, makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Hasil pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman) maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Kemungkinan seseorang menjadi penderita tuberkulosis adalah daya tahan tubuh yang rendah (Budianto, 2003).

Tidak semua pasien TB Paru akan menularkan penyakitnya, pasien TB Paru yang dapat menularkan penyakitnya ke orang lain adalah seseorang pasien yang pada pemeriksaan dahak secara mikroskopik ditemukan BTA sekurang-kurangnya 2 kali dari 3 kali pemeriksaan atau disebut BTA Positif. Seorang pasien TB yang pada pemeriksaan dahak secara mikroskopik 3 kali tidak ditemukan BTA tetapi pada


(32)

pemeriksaan radiologi ditemukan kelainan yang mengarah pada TB aktif maka disebut BTA Negatif, BTA Negatif yang telah diobati selama 2 minggu kecil kemungkinannya menularkan penyakitnya ke orang lain. BTA Negatif diperkirakan akan menjadi BTA Positif dalam jangka waktu 2 tahun bila tidak diobati (Depkes RI, 2007). 5. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis (TBC)

a. Tuberkulosis primer (infeksi primer)

Tuberkulosis primer terjadi pada individu yang tidak mempunyai imunitas sebelumnya terhadap Mycobacterium tuberculosis. Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman tuberkulosis (Irman, 2007). Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberculin dari negative menjadi positif (Nisa, 2007). Menurut Soeparman (2005) komplek primer ini selanjutnya dapat berkembang menjadi beberapa bagian :

1) Sembuh sama sekali tanpa menimbulkan cacat

2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas tanpa garis-garis fibrotic, klasifikasi di hilus atau sarang.


(33)

(a) Perkontinuiatum yakni dengan menyebar ke sekitarnya. (b) Secara bronkogen ke paru sebelahnya, kuman tertelan

bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. (c) Secara limfogen ke organ tubuh lainnya.

(d) Secara hematogen ke organ tubuh lainnya. b. Tuberkulosis pasca primer

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan/tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat infeksi HIV/status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas/efusi pleura (Nisa, 2007).

6. Gejala dan Diagnosis Tuberkulosis (TBC) a. Gejala Tuberkulosis

Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Nisa, 2007).

b. Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakan dengan ditemukannya BTA (Basil Tahan Asam) pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis selain tidak memerlukan biaya mahal, cepat, mudah dilakukan dan akurat. Pemeriksaan mikroskopik


(34)

merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai karena mengidentifikasikan derajat penularan. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS (sewaktu-pagi-sewaktu) BTA hasilnya positif (Depkes RI, 2006). 7. Pencegahan Tuberkulosis (TBC)

Menurut Purworejo (2007) pencegahan tuberkulosis dapat berupa : a. Hindari saling berhadapan saat berbicara dengan penderita.

b. Cuci alat makan dengan desinfektan (misalnya : lysol, kreolin dan lain-lain yang dapat diperoleh di apotik), atau jika tidak yakin pisahkan alat makan penderita.

c. Olah raga teratur untuk menjaga daya tahan tubuh.

d. Memberikan penjelasan pada penderita untuk menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah atau mengeluarkan dahak di sembarang tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dan mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

8. Pengobatan Tuberkulosis (TBC)

Menurut Depkes RI (2006), penderita TBC harus diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari kombinasi beberapa obat. Diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan


(35)

metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB. b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.

c. Pirasinamid (Z)

Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75g/hari, sedangkan untuk berumur 60 atau lebih diberikan 0,50g/hari.

e. Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB.


(36)

9. Efek Samping Obat

Sebagian besar penderita Tuberkulosis dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping, namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu pemantauan efek samping diperlukan selama pengobatan dengan cara :

a. Menjelaskan kepada pasien tanda-tanda efek samping obat

b. Menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu penderita mengambil obat.

Tabel 2.1 Efek Samping Ringan dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat Efek Samping Penanganan

Rifampisin

Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut, warna kemerahan pada air seni (urine)

Perlu penjelasan kepada penderita dan obat

diminum malam sebelum tidur

Pirasinamid Nyeri sendi Beri aspirin

INH Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki

Beri vitamin B

6 (piridoxin)

100mg per hari

Tabel 2.2 Efek Samping Berat dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Obat Efek Samping Penanganan Streptomisin Tuli, gangguan keseimbangan Streptomisin dihentikan,

ganti Etambutol Etambutol Gangguan penglihatan Hentikan Etambutol


(37)

Rifampisin Purpura dan rejatan (syok) Hentikan Rifampisin Semua jenis OAT Gatal dan kemerahan kulit Diberi antihistamin Hampir semua OAT Ikterus tanpa panyebab lain,

bingung dan muntah-muntah

Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang dan segera lakukan tes fungsi hati

B. Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau orang lain (Smet, 1994).

Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Caplan, 1997). Menurut Haynes (1997), kepatuhan adalah secara sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis.

Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan (Niven, 2002). Sedangkan Gabit (1999) mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang telah ditentukan.

Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal


(38)

6 bulan sampai 9 bulan. Penderita dikatakan lalai jika tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan

Droup Out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang berobat setelah dikunjungi petugas kesehatan (Depkes RI, 2000).

Menurut Cuneo dan Snider (1999) pengobatan yang memerlukan jangka waktu yang panjang akan memberikan pengaruh-pengaruh pada penderita seperti :

a. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi seorang penderita tanpa keluhan atau gejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus menjalani pengobatan sekian lama.

b. Bagi penderita dengan keluhan atau gejala penyakit setelah menjalani pengobatan 1-2 bulan atau lebih, keluhan akan segera berkurang atau hilang sama sekali penderita akan merasa sembuh dan malas untuk meneruskan pengobatan kembali.

c. Datang ke tempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga menurunkan motivasi yang akan semakin menurun dengan lamanya waktu pengobatan.

d. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya yang harus dikeluarkan.

e. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa tidak nyaman terhadap penderita.

f. Sukar untuk menyadarkan penderita untuk terus minum obat selama jangka waktu yang ditentukan.


(39)

Karena jangka waktu yang ditetapkan lama maka terdapat beberapa kemungkinan pola kepatuhan penderita yaitu penderita berobat teratur dan memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat secara teratur (defaulting) atau penderita sama sekali tidak patuh dalam pengobatan yaitu putus berobat atau droupout (Depkes RI, 2006). Oleh karena itu menurut Cramer (2001) kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi :

a. Kepatuhan penuh (Totalcompliance)

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat secara teratur sesuai petunjuk.

b. Penderita yang sama sekali tidak patuh (Noncompliance)

Yaitu penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali.

2. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2005) bahwa kepatuhan penderita TBC minum obat secara teratur adalah merupakan tindakan yang nyata dalam bentuk kegiatan yang dapat dipengaruhi oleh faktor dalam diri penderita (faktor internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan. Sedangkan faktor eksternal yaitu, dukungan keluarga, peran petugas, lama minum obat, efek samping obat, tersedianya obat serta jarak tempat tinggal yang jauh.


(40)

Sementara itu menurut Niven (2002) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah :

a. Faktor penderita atau individu

1) Sikap atau motivasi individu ingin sembuh

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dari individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.

2) Keyakinan

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegangan teguh terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemampuan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan jika mengetahui akibatnya (Niven, 2002).

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan


(41)

kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya (Niven, 2002).

c. Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan (Niven, 2002). d. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting, begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya (Niven, 2002).

Pengobatan dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang, sehingga kepatuhan minum obat (adherence) juga sering menjadi masalah yang harus dipikirkan sejak awal pengobatan. Minum obat


(42)

yang tidak rutin terbukti telah menyebabkan resistensi obat yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan (Depkes RI, 2006).

C. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah bentuk sosial yang utama yang merupakan tempat untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Campbell, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut Friedman (1998) keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seseorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada struktur perannya dan pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga. Sebaliknya, efek menghancurkan, secara negatif bisa mempengaruhi hasil dari upaya-upaya pemulihan atau rehabilitasi (Friedman, 1998).

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Menurut Friedman (1998), terdapat struktur kekuatan keluarga yaitu terdiri dari pola dan proses komunikasi dalam keluarga, struktur peran, struktur kekuatan keluarga dan nilai-nilai dalam keluarga. Keluarga yang mempunyai struktur kekuatan keluarga yang masing-masing berjalan dengan baik maka sistem didalamnya akan berjalan dengan baik pula.


(43)

a. Tipe struktur kekuatan:

1) Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak).

2) Referent power (seseorang yang ditiru). 3) Resource or expert power (pendapat ahli).

4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima).

5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya). 6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses

persuasi).

7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih).

b. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam suatu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Friedman, 1998).

3. Sistem Keluarga

Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan berinteraksi dengan sistem yang lebih besar (suprasistem) dari


(44)

masyarakat (misalnya : politik, agama, sekolah dan pemberian pelayanan kesehatan). Sistem keluarga terdiri dari bagian yang saling berhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam pola interaksi (subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai tujuan yang berbeda berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga, nilai keluarga dan kepedulian individual anggota keluarga (Friedman, 1998).

4. Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Friedman (1998), keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh sistem. Keluarga juga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Untuk itu, keluarga mempunyai beberapa tugas kesehatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan anggota keluarga, yaitu :

a. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggotanya : keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat : keluarga mengetahui mengenai sifat dan luasnya masalah sehingga keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang sedang dialami keluarganya.


(45)

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya ketika sakit : keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya sikap keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan.

d. Mempertahankan suasana yang menguntungkan untuk kesehatan. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga

dan lembaga kesehatan. 5. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman et.al (2003), terdapat lima fungsi dasar keluarga yaitu fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan keluarga.

a. Fungsi afektif : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga. Setiap anggota keluarga akan mengembangkan sikap saling menghormati, saling menyayangi dan mencintai, dan akan mempertahankan hubungan yang akrab dan intim sesama anggota keluarga sehingga masing-masing anggota keluarga akan dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Kebahagiaan dan kegembiraan mengindikasikan bahwa fungsi afektif keluarga berhasil dicapai.

b. Fungsi sosialisasi : adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu sepanjang kehidupannya, sebagai respon terhadap situasi yang terpola dari lingkungan sosial. Fungsi ini dapat dicapai melalui interaksi dan hubungan yang harmonis


(46)

sesama anggota keluarga. Sehingga masing-masing anggota keluarga mampu menerima suatu tugas dan peran dalam keluarga. c. Fungsi reproduksi : keluarga berfungsi untuk menjaga

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. d. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk menyediakan

sumber-sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan sumber-sumber dana atau keuangan yang cukup, maka tidak jarang keluarga tidak membawa penderita ke pelayanan kesehatan.

e. Fungsi perawatan kesehatan adalah bagaimana kemampuan keluarga untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada pasien dan kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

6. Peran Keluarga

Menurut Friedman et.al (2003), peran keluarga dibagi menjadi dua bagian peran yaitu, peran formal dan informal :

a. Peran formal

Peran formal keluarga antara lain provider/penyedia, pengatur rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anak, rekreasi, persaudaraan, terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif) dan seksual.

b. Peran informal

Peran informal biasanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran tersebut berupa : pendorong, pengharmonis, inisiator-konstributor,


(47)

pendamai, penghalang, dominator, penyalah, pengikut, pencari pengakuan, perawat keluarga, pioneer keluarga, koordinator keluarga, penghubung keluarga dan saksi.

Peran keluarga dilakukan secara bersama-sama dengan anggota dari suatu kelompok/keluarga dan tidak dilakukan secara terpisah. Akan tetapi pada kenyataannya, terkadang peran itu berubah seiring dengan terjadinya perubahan kondisi dan situasi. Hal ini dapat diketahui apabila salah satu anggota keluarga sakit. Maka dibutuhkan kemampuan keluarga dalam hal pengetahuan, pembuatan keputusan tentang kesehatan, tindakan untuk mengatasi penyakit atau perawatan dan penggunaan layanan kesehatan (Friedman et.al, 2003).

D. Dukungan keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayangi, dihargai, dan tentram (Taylor, 2006). Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam menentukan kepatuhan pengobatan, jika dukungan keluarga diberikan pada pasien TB Paru maka akan memotivasi pasien tersebut untuk patuh dalam pengobatannya dan meminum obat yang telah diberikan oleh petugas kesehatan. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other,


(48)

misalnya sebagai seorang istri significant other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara.

Friedman (1998), berpendapat orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki lingkungan suportif. Dalam hal ini, penting sekali bagi pasien TB Paru untuk berada dalam lingkungan keluarga yang mendukung kesehatannya, sehingga pasien TB Paru akan selalu terpantau kesehatannya. Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan bisa digunakan atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).

2. Sumber Dukungan

Sumber dukungan keluarga dapat berupa :

a. Dukungan keluarga internal : seperti dukungan dari suami (memberikan kepedulian, cinta dan memberikan kenyamanan), orang tua, mertua dan dukungan dari keluarga kandung.

b. Dukungan keluarga eksternal : yaitu dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga).

3. Jenis Dukungan

Menurut Friedman (1998), dan Bomar (2004), menjelaskan 4 jenis dukungan keluarga, yaitu :


(49)

a. Dukungan emosional : yaitu mengkomunikasikan cinta, peduli, percaya pada anggota keluarganya (pasien TBC). Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Jenis dukungan ini dilakukan melibatkan ekspresi rasa empati, peduli terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, membuat individu merasa lebih baik. Individu memperoleh kembali keyakinan diri, merasa dimiliki serta merasa dicintai pada saat mengalami stres. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh

social support jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. b. Dukungan instrumental : yaitu membantu orang secara langsung

mencakup memberi uang dan tugas rumah. Dukungan instrumental ini mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Taylor (2006) menyatakan pemberian dukungan instrumental meliputi penyediaan pertolongan finansial maupun penyediaan barang dan jasa lainnya. Jenis dukungan ini relevan untuk kalangan ekonomi rendah. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. diantaranya : kesehatan pasien TBC dalam hal ketaatan pasien TBC dalam berobat dengan membantu biaya berobat, istirahat, serta terhindarnya pasien TBC dari kelelahan. c. Dukungan Informasi : aspek-aspek dalam dukungan ini adalah


(50)

informasi. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Keluarga menceritakan cara menolong agar dapat mendefinisikan suatu informasi untuk mengetahui hal-hal untuk orang lain. Diantaranya : memberikan nasehat terkait pentingnya pengobatan yang sedang dijalani dan akibat dari tidak patuh dalam minum obat.

d. Dukungan penghargaan : jenis dukungan ini terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu lain. Dalam hal ini keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi perpecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Membantu orang belajar tentang dirinya sendiri dan menjadi seseorang pada situasi yang sama atau pengalaman yang serupa, mirip dalam berbagai cara penting atau membuat perasaan dirinya didukung oleh karena berbagai gagasan dan perasaan.

4. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial


(51)

berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit (Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).

5. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan

Sarafino (2006), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan atau tidak. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

b. Faktor dari penerima dukungan (recipient)

Seseorang tidak akan menerima dukungan dari orang lain jika tidak suka bersosialisasi, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu bahwa dia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup asertif untuk memahami bahwa dia sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain, atau merasa


(52)

bahwa dia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain, atau merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, dan tidak tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.

c. Faktor dari pemberi dukungan (providers)

Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan kepada orang lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stress, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya.


(53)

A. Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan Teori Skiner (1998), Friedman (1998) dan Bomar (2004).

Kepatuhan minum obat penderita TBC : - Patuh

- Tidak patuh Internal

Eksternal Umur

Jenis kelamin Pendidikan

Pekerjaan Penghasilan Pengetahuan

Sikap Kepercayaan

Dukungan keluarga : - Dukungan emosional

- Dukungan penghargaan

- Dukungan informasi

- Dukungan instrumental

Efek samping obat Peran petugas kesehatan

Lama minum obat

Jarak Tersedianya obat


(54)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah :

1. Variabel bebas (independen) : Dukungan keluarga dan 4 aspek dukungan keluarga yaitu : dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental.

2. Variabel terikat (dependen) : Kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis.

Sedangkan variabel lain tidak diteliti. Alasan variabel lain tidak diikutsertakan karena ada beberapa variabel yang sudah merupakan bagian dari dukungan keluarga (sudah termasuk variabel yang diteliti).

Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(55)

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang 2011.

Dukungan Keluarga : - Dukungan emosional

- Dukungan penghargaan

- Dukungan informasi

- Dukungan instrumental

Kepatuhan minum obat pada pasien


(56)

(57)

(58)

(59)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas variabel dilingkup penelitian. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional (potong lintang), dimana pengukuran terhadap variabel dapat dilakukan dalam waktu bersamaan sehingga cukup efektif dan efisien (Hidayat, 2008). Dengan metode ini diharapkan dapat diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang tahun 2011. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena di Puskesmas Pamulang belum ada data secara rinci mengenai bentuk dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TBC, serta belum pernah ada penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TBC. Karena adanya masalah yang terjadi pada pasien TBC seperti adanya pasien TBC yang mengalami masalah tidakpatuh minum obat yang disebabkan karena dukungan keluarga yang kurang, 20% pasien mengalami putus


(60)

obat, beberapa pasien yang putus obat menyatakan memiliki dukungan keluarga yang kurang dan belum pernah ada penelitian tentang Dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TBC yang telah menjalani pengobatan TBC selama 3-6 bulan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Juni-12 Agustus tahun 2011.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Alimul Aziz, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah pasien TBC yang sudah menjalani pengobatan TBC.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien TBC yang berobat di Puskesmas Pamulang, dengan kriteria :

a. Semua pasien TBC yang telah menjalani pengobatan TBC selama 3-6 bulan di Puskesmas Pamulang.

b. Bersedia dijadikan responden. c. Dapat berkomunikasi dengan baik.


(61)

e. Tidak terganggu pendengaran dan penglihatannya 3. Teknik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitan dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik Simple random Sampling yaitu pengambilan secara acak pasien TBC yang berkunjung ke Puskesmas Pamulang, kemudian mengisi kuesioner. Sampel ditentukan secara acak sederhana dimana setiap pasien TBC memiliki peluang yang sama untuk terpilih, sehingga akan didapatkan sampel yang representatif.

4. Besar Sampel

Untuk menentukan besar sampel, peneliti menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi sebagai berikut :

n = √ ̅ ̅ √

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Z1- /2 = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval

dengan ( ) sebesar 5%)

Z 1- = 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)

P1 = 0,73 (proporsi keluarga berperan dalam kepatuhan minum obat


(62)

P2 = 0,40 (proporsi keluarga kurang berperan dalam kepatuhan

minum obat dari penelitian yang dilakukan oleh Basaria Hutabarat tahun 2007)

P = (P1 + P2)/2 = (0,73 + 0,40)/2 = 0,56

n = √ ̅ ̅ √

=

√ √

= √ √

= √ √

=

=

= 30,85654046 = 31 responden

Karena penelitian ini menggunakan uji beda dua proporsi maka jumlah sampel dikalikan dua, sehingga sampel yang terpilih sebanyak 62 orang. Untuk menghindari sampel yang drop out dan sebagai cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal.


(63)

Total = 62 orang + 6 orang = 68 responden

Jadi, jumlah sampel keseluruhan responden yang diambil untuk keperluan penelitian ini adalah 68 responden.

D. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner tentang dukungan keluarga yang akan dijawab oleh pasien Tuberkulosis (TBC), lembar observasi untuk mengukur kepatuhan minum obat. Tabel observasi yang terdiri dari : tanggal, tahap pengobatan, jumlah obat yang diberikan, tanggal harus kembali dan sisa obat. Sedangkan data sekunder didapatkan dari puskesmas melalui buku register pasien Tuberkulosis (TBC) sebagai data dasar dalam menentukan sasaran pasien yang akan diberikan kuesioner.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dan mengacu pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan di mana responden mengisi kuesioner sendiri atau dengan dibantu. Koesioner ini di lakukan dengan cara mengedarkan daftar


(64)

pertanyaan berupa formulir yang di tunjukkan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban (Notoatmodjo, 2002).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri atas empat bagian, yaitu :

a. Identitas Pasien

Bagian pertama kuesioner A, berupa isian tentang identitas pasien, yaitu: 1) nama inisial, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) usia, 5) tanggal/hari terakhir berobat, dan 6) status kesehatan.

b. Lembar Observasi untuk menilai kepatuhan minum obat

Observasi dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dengan melihat kartu berobat responden dan melakukan crosscheck dengan mengunjungi rumah responden untuk melihat jumlah obat yang tersisa.

Hasil observasi : dikatakan patuh jika pasien datang mengambil obat sesuai dengan intruksi petugas kesehatan dan obat habis atau pada saat pengambilan obat ada obat yang tersisa satu untuk hari itu. c. Dukungan keluarga

Bagian ketiga kuesioner C, berisi 37 pertanyaan tertutup berkaitan dengan dukungan keluarga, yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif dengan mengacu pada skala dukungan keluarga. Skala dukungan keluarga dimaksudkan untuk mengungkapkan tinggi rendahnya dukungan keluarga yang diterima pasien Tuberkulosis (TBC) selama masa pengobatannya. Skala dukungan keluarga terdiri


(65)

dari aspek penilaian : emosional, penghargaan, instrumental dan informasi.

Skala dukungan keluarga meliputi :

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Jarang 2 3

Tidak Pernah 1 4

(Sumber : Nursalam, 2008) Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang kurang dukungan dan dukungan baik. Skor pada instrumen ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

Nilai < 116,87 : kurang Nilai ≥ 116,88 : baik

Pada setiap sub variabel dukungan keluarga yang terdapat pada instrumen ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Dukungan emosional skornya, yaitu : Nilai < 35,62 : kurang

Nilai ≥ 35,63 : baik

b. Dukungan penghargaan skornya, yaitu : Nilai < 22 : kurang

Nilai ≥ 23 : baik

c. Dukungan informasi skornya, yaitu : Nilai < 25,4 : kurang


(66)

Nilai ≥ 25,5 : baik

d. Dukungan instrumental skornya, yaitu : Nilai < 33,5 : kurang

Nilai ≥ 33,6 : baik

Untuk dukungan emosional terdiri dari 12 pertanyaan (nomor 1-12), untuk dukungan penghargaan terdiri dari 7 pertanyaan (nomor 13-19), untuk dukungan informasi terdiri dari 8 pertanyaan (nomor 20- 27) dan dukungan instrumental terdiri dari 10 pertanyaan (nomor 28-37). Untuk menghindari persoalan teknis yang berkaitan dengan saat dilakukan pengumpulan data responden dan ketelitian dalam memberikan jawaban, peneliti memberikan petunjuk dalam pengisian kuesioner serta mengadakan pengawasan dan penjelasan kembali bila responden mengalami kesulitan dalam hal-hal yang kurang jelas.

3. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu :

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan surat izin dari Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan.

b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.


(67)

c. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.

d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.

e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner. g. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada

peneliti untuk diperiksa.

h. Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai dengan variabel penelitian.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus

Pearson Product Moment dan dicari reliabilitasnya dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa


(68)

item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing–masing skor item pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment

dari Pearson. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008).

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,7 (Hidayat, 2008).

Peneliti telah melakukan uji coba kuesioner serta uji reliabilitas pada tanggal 21 Juni-30 Juni 2011. Uji coba dilakukan terhadap 15 pasien Tuberkulosis yang telah menjalani pengobatan Tuberkulosis selama 3-6 bulan di Puskesmas Ciputat. Setelah dilakukan modifikasi pertanyaan nomor 14,31,35 dan 37 yang mempunyai nilai korelasi < 0,5140, didapatkan alpha cronbach pada dukungan keluarga sebesar 0,802.


(69)

F. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2008). Dalam proses pengolahan data terdapat langkah- langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul 2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.


(70)

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

G. Analisis Data Statistik 1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu dukungan keluarga dan variabel dependennya adalah kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis. 2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, yaitu hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis. Dalam penelitian ini, analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square (X2). Analisis ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara dua proporsi atau lebih sehingga bisa diketahui apakah ada atau tidak hubungan yang bermakna jika dilihat secara statistik. Dalam penelitian ini, derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan sebesar 5%. Sehingga bisa diasumsikan jika Pvalue < 0,05 disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel yang diteliti. Sedangkan, jika Pvalue > 0,05


(71)

berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti.

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.


(72)

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


(1)

(2)

Hasil Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungan keluarga * kepatuhan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Dukungan Keluarga * Kepatuhan Crosstabulation Kepatuhan

Total Tidak patuh patuh

Dukungan Keluarga Kurang Count 7 25 32

% within Dukungan Keluarga

21.9% 78.1% 100.0%

Baik Count 7 29 36

% within Dukungan Keluarga

19.4% 80.6% 100.0%

Total Count 14 54 68

% within Dukungan Keluarga

20.6% 79.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .061a 1 .805

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .061 1 .805

Fisher's Exact Test 1.000 .520

Linear-by-Linear Association .060 1 .806

N of Valid Cases 68

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.59. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Dukungan Keluarga (Kurang / Baik)

1.160 .358 3.761

For cohort Kepatuhan = Tidak patuh

1.125 .442 2.860

For cohort Kepatuhan = patuh

.970 .760 1.237

N of Valid Cases 68

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungan emosional * Kepatuhan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Dukungan penghargaan * Kepatuhan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Dukungan informasi * Kepatuhan


(3)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungan emosional * Kepatuhan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Dukungan penghargaan * Kepatuhan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Dukungan informasi * Kepatuhan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Dukungan instrumental * Kepatuhan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

Dukungan emosional * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan

Total Tidak patuh patuh

dukungan emosional kurang Count 9 26 35

% within dukungan emosional

25.7% 74.3% 100.0%

baik Count 5 28 33

% within dukungan emosional

15.2% 84.8% 100.0%

Total Count 14 54 68

% within dukungan emosional

20.6% 79.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.159a 1 .282

Continuity Correctionb .603 1 .437

Likelihood Ratio 1.174 1 .279

Fisher's Exact Test .372 .219

Linear-by-Linear Association 1.142 1 .285

N of Valid Cases 68

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.79. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for dukungan emosional (kurang / baik)

1.938 .574 6.544

For cohort Kepatuhan = Tidak patuh

1.697 .634 4.542

For cohort Kepatuhan = patuh

.876 .687 1.116


(4)

Dukungan penghargaan * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan

Total Tidak patuh patuh

Dukungan penghargaan kurang Count 6 27 33

% within Dukungan penghargaan

18.2% 81.8% 100.0%

baik Count 8 27 35

% within Dukungan penghargaan

22.9% 77.1% 100.0%

Total Count 14 54 68

% within Dukungan penghargaan

20.6% 79.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .227a 1 .634

Continuity Correctionb .031 1 .860

Likelihood Ratio .228 1 .633

Fisher's Exact Test .767 .431

Linear-by-Linear Association .224 1 .636

N of Valid Cases 68

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.79. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Dukungan penghargaan (kurang / baik)

.750 .229 2.454

For cohort Kepatuhan = Tidak patuh

.795 .309 2.048

For cohort Kepatuhan = patuh

1.061 .833 1.351

N of Valid Cases 68

Dukungan informasi * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan

Total Tidak patuh patuh

Dukungan informasi kurang Count 8 26 34

% within Dukungan informasi

23.5% 76.5% 100.0%

baik Count 6 28 34

% within Dukungan informasi

17.6% 82.4% 100.0%

Total Count 14 54 68

% within Dukungan informasi


(5)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .360a 1 .549

Continuity Correctionb .090 1 .764

Likelihood Ratio .361 1 .548

Fisher's Exact Test .765 .383

Linear-by-Linear Association .354 1 .552

N of Valid Cases 68

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Dukungan informasi (kurang / baik)

1.436 .439 4.699

For cohort Kepatuhan = Tidak patuh

1.333 .518 3.433

For cohort Kepatuhan = patuh

.929 .728 1.184

N of Valid Cases 68

Dukungan instrumental * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan

Total Tidak patuh patuh

Dukungan instrumental kurang Count 7 26 33

% within Dukungan instrumental

21.2% 78.8% 100.0%

baik Count 7 28 35

% within Dukungan instrumental

20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 14 54 68

% within Dukungan instrumental

20.6% 79.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .015a 1 .902

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .015 1 .902

Fisher's Exact Test 1.000 .569

Linear-by-Linear Association .015 1 .902

N of Valid Cases 68

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.79. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Dukungan instrumental (kurang / baik)

1.077 .332 3.490

For cohort Kepatuhan = Tidak patuh

1.061 .417 2.698

For cohort Kepatuhan = patuh

.985 .773 1.255


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Personal dan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis Paru di Kota Tanjungbalai

3 95 168

Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Penderita Tb Paru Dengan Kesembuhan Pada Pengobatan Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan

3 51 102

Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan di puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

4 22 128

Faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat anti Tuberkulosis pada pasien Tuberkulosis Paru di Puskemas Pamulang Tangerang Selatan Provinsi Banten periode Januari 2012 – Januari 2013

5 51 83

Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis di Wilayah Ciputat Tahun 2014

4 15 121

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN TBC DALAM MENJALANI PENGOBATAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI TIGA PUSKESMAS, KABUPATEN SUMEDANG ipi139522

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN BARU TUBERKULOSIS PARU (Studi Kasus di Puskesmas Mejobo Kabupaten Kudus)

0 2 64

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IMOGIRI 1 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT ANTI TUBERK

0 1 20

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS UMBULHARJO 1 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS UMBULHARJO 1 YOGYAKARTA - DIGILI

0 2 10

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB PARU BTA POSITIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMBARAN II

0 0 11