Gambaran Pengetahuan Ibu dan Metode Penanganan Demam pada Balita di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

(1)

i

PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

Hizah Septi Kurniati

1112104000001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016


(2)

(3)

iii SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, June 2016

Hizah Septi Kurniati, NIM: 1112104000001

Knowledge Descrptive Mother And Toddler on Fever Management In Area Pisangan Local Clinics South Tangerang

xvii + 62 pages + 7 Table + 2 + 7 Appendix Chart

ABSTRACT

Fever has two different way treatments which are fever with immediately treatment and without immediately treatment. This problems for parents, especially for the mother has not much to know. The purpose of this research is to describe the mother's knowledge and fever management in infants. This research used descriptive quantitative method with frequency distribution analysis. Samples of this research are 72 respondents in Area Pisangan Local Clinic South Tangerang in April 2016 using a questionnaire and interview guidelines. The results of this study almost half of the mothers is high school education 35 mothers (48.6%), half of the mothers have enough knowledge 36 mothers (50%), and most mothers give medicine when the child has a fever 32 mothers (44.4%), mothers whose give paracetamol 67 mothers (93.1%), also 25 mothers (34.7%) which gives compress as the fever management, but most mothers gives compress on the forehead 44 mothers (61.1%). This study is to provide for the health professionals in order to give information or counseling to mothers in fever management properly.

Keywords: Knowledge mother, Fever management. Reference: 54 (Years 2001-2015)


(4)

iv

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016

Hizah Septi Kurniati, NIM: 1112104000001

Gambaran Pengetahuan Ibu Dan Metode Penanganan Demam Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

xvii+ 62 halaman + 7 Tabel + 2 Bagan + 7 Lampiran ABSTRAK

Demam memiliki dua penanganan yang berbeda yaitu demam yang tidak boleh terlalu cepat diturunkan dan demam yang membutuhkan penanganan segera. Hal tersebut orang tua khususnya ibu belum banyak yang mengetahuinya. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan analisis distribusi frekuensi. Pengambilan data dilakukan pada 72 orang responden di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan pada bulan April 2016 dengan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini hampir separuh ibu memiliki pendidikan menengah keatas sebanyak 35 ibu (48,6%), separuh ibu memiliki pengetahuan yang cukup 36 ibu (50%), dan kebanyakan ibu memberikan obat ketika anak demam 32 ibu (44,4%), obat yang diberikan adalah parasetamol 67 ibu (93,1%), serta sebanyak 25 ibu (34,7%) yang memberikan kompres sebagai penangannnya, tetapi kebanyakan ibu meletakan kompres di bagian dahi 44 ibu (61,1%). Penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada tenaga kesehatan supaya dapat memberikan informasi atau penyuluhan kepada ibu dalam penanganan demam yang tepat.

Kata kunci: Pengetahuan ibu, penanganan demam. Referensi : 54 (tahun 2001-2015)


(5)

(6)

vi


(7)

(8)

viii

Tempat/ Tanggal Lahir : Kota Gajah, 26 Mei 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Tanggul Angin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah RT. 04 RW. 02 No. 164

Telepon : 081278987966

Email : hizah_septi@yahoo.co.id

Hizahsepti26@gmail.com Riwayat Pendidikan :

1. 1999-2000 : TK Kartika

2. 2000 - 2006 : SD Negeri 03 Tanggul Angin 3. 2006 - 2009 : SMP Negeri 01 Punggur 4. 2009 - 2012 : MAN 2 Metro Lampung 5. 2012 - 2016 : S – 1 Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(9)

ix

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu dan Metode Penanganan Demam pada Balita di Wilayah

Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan”. Shalawat dan salam senantiasa

kita sanjungakan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW.

Selama proses penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. DR. Arif Sumantri, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu KeperawatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat, selaku DosenPembimbing Akademik dan dosen pembimbing kedua skripsi yang selalu memberikan perhatian, waktu, dan bimbingannya selama perkuliahan.

4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep. MKM, selaku Dosen Pembimbing Pertama yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

5. Segenap Staf bidang Akademik dan Adminstrasi FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan


(10)

x

tersayang (Dian Erna Mega Sari, Wahyudi Julianto, Destri Lestari Ningsih). Terimakasih atas segala perhatian dan dukungan yang telah kalian berikan untukku, atas doa yang senantiasa selalu terpanjatkan, dan terimakasih telah menjadi bagian hidupku.

7. Teman-temanku seperjuanganku di ilmu keperawatan kita semua luar biasa, terimakasih atas perkenalan berharga selama dibangku perkuliahan ini.

8. Teruntuk teman –teman (Ida, Ria, Anis, Ukhti, Hanif, Tantri) terimakasih segala support nya.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, Juni 2016


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Lembar Pernyataan... ii

Abstract... iii

Abstrak... iv

Pernyataan Persetujuan... v

Lembar Pengesahan... vi

Daftar Riwayat Hidup... viii

Kata Pengantar... ix

Daftar Isi... xi

Daftar Singkatan... xiv

Daftar Bagan... xv

Daftar Tabel... xvi

Daftar Lampiran... xvii

BAB I PENDAHUALUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan... 8


(12)

xii

3. Proses Pengetahuan... 9

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan... 10

5. Cara Mengukur Pengetahuan... 12

B. Demam... 12

1. Definisi Demam... 12

2. Penyebab Demam... 15

3. Mekanisme... 16

4. Metode Penanganan Demam... 17

5. Faktor yang Berpengaruh terhadap Tindakan Kesehatan ... 25

C. Balita ... 26

D. Penelitian Terkait... 27

E. Kerangka Teori... 31

BAB III KERANGAKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep... 32

B. Hipotesis... 33

C. Definisi Oprasional... 33

BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 35

C. Populasi dan Sampel... 35


(13)

xiii

G. Uji Validitas dan Reabilitas... 40

H. Pengolahan Data... 42

I. Analisis Data Statitik... 43

J. Etika Penelitian... 44

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian... 47

B. Hasil Analisis Univariat... 48

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat... 52

B. Keterbatasan Penelitian... 60

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 61

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

AAP : American Academy of Pediatrics

COX-2 :Cycloogsigenase-2

Hb : Hemoglobin

Hct : Hematocrit

IL-1 : Interleukin-1

IL-6 : Interleukin-6

MIP-1 : Macrophage Inflammatory Protein-1 NAPN : National Association of Pediatric Nurse

RR : Respiratory rate

TNF-α : Tumor necrosis factor alpha UIN : Universitas Islam Negeri


(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman Gambar 1. Kerangka Teori 31 Gambar 2. Kerangka Konsep 32


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

No tabel Judul Tabel Halaman

1.1 Definsi Operasional 33

4.1 Pertanyaan 38

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 48

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Ibu 49

5.3 Distribusi frekuensi Responden Hal yang ibu lakukakan ketika 49

balita demam

5.4 Distribusi frekuensi bagian tubuh balita yang dapat 50

Diberikkan kompres


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perizinan

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Pedoman Skoring

Lampiran 5 Surat Keterangan Validasi Instrument Penelitian

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak bagi orang tua merupakan suatu aset yang berharga yang harus dijaga dan dilindungi. Orang tua akan senang ketika melihat anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat. Namun ketika anak sedang sakit menjadikan suatu kekhawatiran yang akan muncul pada orang tua dan menimbulkan ekspresi tingkah laku yang tidak seperti biasanya (Notoatmodjo, 2007). Anak-anak merupakan suatu kelompok yang mudah sekali terserang penyakit karena mereka masih memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Penyakit yang umumnya menyerang bayi dan balita antara lain: demam, batuk, pilek, dan diare. Demam merupakan suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri yang sering di derita oleh anak (Nanik, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan Tarigan dkk (2007) hal yang sering ditakutkan orang tua ketika anak demam yaitu anak dapat terjadi kejang (70%).

Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari pada biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan. Suhu badan normal manusia biasanya berkisar antara 36-37 ºC. Seseorang yang mengalami demam, suhu badanya diatas 37 ºC sebenarnya, suhu badan yang mencapai 37,5 ºC masih berada di ambang batas suhu normal. Tentu saja sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat. Dengan kata


(19)

lain, ketika kondisi suhu badan melebihi suhu normal sudah selayaknya hal tersebut mendapatkan perhatian yang lebih serius sehingga kemungkinan melampaui batas normal dapat dihindarkan (Widjaja, 2008).

Demam memiliki dua kondisi penanganan yang berbeda yaitu demam yang tidak boleh terlalu cepat diturunkan karena hal tersebut merupakan respon terhadap infeksi ringan yang bersifat self limitied atau sebagai antibodi dan demam yang membutuhkan penanganan segera karena merupakan tanda infeksi serius karena dapat mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, dan sepsis. Kedua kondisi tersebut belum banyak orang tua mengetahuinya oleh sebab itu, orang tua terutama ibu perlu memahami bagaimana cara penanganan demam yang baik dan tepat bagi anak (Finkelstein, 2000).

Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada peran orang tua terutama ibu. Ibu biasanya menjadi orang terdekat bagi anak-anak nya yang memiliki sikap kelembutan. Ibu yang tahu tentang demam dan memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan dapat menentukan penanganan yang terbaik untuk anaknya (Riandita, 2012). Perlakuan dan penanganan yang salah, lambat, dan tidak tepat akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita, serta dapat membahayakan keselamatan jiwanya (Widjaja, 2008).

Penanganan demam pada anak yang terjadi di masyarakat sangat bervariasi dari berbagai penelitian. Mulai dari penanganan demam yang ringan berupa self management yaitu penanganan yang dilakukan secara


(20)

sendiri maupun penanganan demam yang serius dengan cara non self management yaitu penanganan yang memerlukan pengobatan dari tenaga medis. Sumber pengobatan di indonesia mencakup sektor yang saling berhubungan, yaitu pengobatan sendiri, dan pengobatan tenaga medis profesional. Dalam pengobatan sakit, seseorang dapat memilih satu sampai lima sumber pengobatan, tetapi tindakan pertama yang paling banyak dilakukan adalah pengobatan sendiri atau pengobatan self managment (Kalangie 1984 dalam sudibyo 2005).

Menurut Oshikoya dkk (2008) di Nigeria menunjukkan bahwa 66,7% ibu melakukan self management sebagai penanganan awal terhadap demam anak. Terapi fisik, terapi obat-obatan maupun kombinasi keduanya merupakan penanganan demam secara self management (Pilpat dkk, 2002 dan Kayman, 2003). Menempatkan anak dalam ruangan bersuhu normal, memberikan minum yang banyak, dan melakukan kompres adalah terapi secara fisik yang sering dilakukan pada anak yang demam. Pemberian antipiretikpun merupakan terapi obat-obatan yang diberikan pada anak (Pilpat dkk, 2002).

Pengetahuan orang tua terhadap demam pada balita wajib dikuasai dengan baik oleh para orang tua khususnya ibu. Para peneliti melaporkan 80% orang tua menjadi cemas ketika anak mereka mengalami demam, hal ini dikarenakan pengetahuan mereka tentang demam dan cara mengatasi demam tidak memadai, sehingga sikap dan perilaku mereka cenderung berlebihan (Soedjatmiko, 2005). Pengetahuan orang tua tersebut salah satunya dapat dilatar belakangi oleh pendidikan (Cerah, 2010).


(21)

Menurut Tarigan, (2007) di RS. Dr. Pirngdi medan mengungkapkan bahwa pengetahuan ibu tentang demam meliputi pengetahuan mereka mengenai kompres demam, sebanyak (46%) menggunakan kompres dingin dan (22%) menggunakan kompres hangat untuk menurunkan panas tubuh. Kebanyakan ibu mengetahui penanganan kompres tersebut dari dokter. Ibu mengetahui lokasi yang diajarkan untuk kompres adalah kebanyakan di dahi (57%), dan yang menganjurkan diketiak/selangkangan (18%). Kompres yang di letakan diketiak ataupun selangkangan pada bayi ataupun balita dapat menurunkan demam anak secara cepat dikarenakan terdapat pembuluh darah yang besar. Oshikoya dkk, (2008) di Nigeria mengatakan yang dimaksud dengan pengetahuan ibu tentang demam adalah pengetahuan terhadap temperatur demam, serta penyebab demam.

Penelitan yang dilakukan oleh Riandita, (2012) dijumpai sebanyak (52%) ibu memiliki pengetahuan yang rendah mengenai penanganan demam. Dawood dkk (2010) di Malaysia mengatakan pengetahuan mengenai demam adalah mengenai obat demam, efek samping obat. Nanik (2008) dalam penelitianya didapatkan ibu mengatakan kurang mengetahui konsep dari demam, penyebab-penyebab demam dan dampak dari demam. Para ibu mengatakan bahwa jika anak demam harus segera dibawa ke dokter, dan harus istirahat penuh.

Dari hasil observasi peneliti ke Puskesmas Pisangan Kota Tangerang didapatkan bahwa dari bulan Januari sampai Oktober balita yang mengalami demam sebanyak 224 balita laki-laki dan 192 balita perempuan. Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan


(22)

membagikan kuesioner pada 10 orang tua di RW 11 RT 02 di Pisangan Ciputat didapatkan bahwa 70% orang tua memiliki termometer dan hanya ada 20% orang tua yang mengetahui rentang normal suhu tubuh. Terdapat lebih dari satu penanganan demam yang dilakukan oleh orang tua, jika dilakukan pengkategorian penanganan demam di dapatkan 80% orang tua mengkompres air hangat, 50% memberikan minum yang banyak, 30% memberikan obat penurun panas dan 30% menggunakan baju anak yang tipis ketika demam atau memberikan aliran udara yang baik.

Melihat hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

B. Rumusan Masalah

Penelitian yang mengkaji gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita di wilayah puskesmas pisangan kota tangerang selatan merupakan hal yang membuat peneliti tertarik dikarenakan belum ada yang meneliti diwilayah puskesmas pisangan kota tangerang mengenai hal tersebut. Dilihat dari observasi peneliti kebanyakan ibu belum mengetahui bagaimana penanganan demam yang tepat untuk anak-anak mereka. Pengetahuan ibu yang berbeda-beda mengenai demam akan mengakibatkan penanganan yang berbeda pula bagi anak. Berdasarkan masalah tersebut, maka dirumuskan sebuah pertanyaan: Bagaimana gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita di wilayah puskesmas pisangan kota tangerang selatan?


(23)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita di wilayah puskesmas pisangan kota tangerang selatan?

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik ibu: gambaran tingkat pendidikan ibu di wilayah puskesmas pisangan kota tangerang selatan

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terkait demam pada balita

c. Mengetahui gambaran metode penaganan demam yang dilakukan ibu

D. Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengalaman, wawasan dan pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Manfaat bagi ilmu keperawatan sebagai tambahan literatur ilmu pengetahuan bagi pendidik maupun peserta didik untuk meningkatkan wawasan tentang metode penanganan demam pada balita.


(24)

3. Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat adalah memberikan informasi dan meningkatkan manajemen tambahan dalam penanganan demam pada balita.

4. Bagi Penelitian

Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai tambahan informasi dan data dasar penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan analisis distribusi frekuensi.


(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2004). Menurut Ihsan (2010) pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia yang ditangkap dari berbagai sumber.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan mencakup 7 tingkatan yaitu: a. Tahu

Tahu dapat diartikan mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.


(26)

c. Penerapan

Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukm, rumus, metode dalam situasi nyata. d. Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu objek

g. Cipta

Cipta adalah kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi suatu bentuk baru yang utuh atau membuat sesuatu yang orisinil (Sunaryo, 2004; Bloom, 2001).

3. Proses Pengetahuan

Proses dari pengetahuan terdapat beberapa tahap diantaranya: awereness (kesadaran) yaitu dimana individu menyadari adanya stimulus, setelah itu individu merasa interest (tertarik) terhadap


(27)

stimulus, kemudian terjadi Evaluation (menimbang-nimbang) induvidu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, kemudian individu melakukan sesuatu yang baru sesuai dengan apa yang dikehendaki (trial atau coba). Pada tahapan terakhir yaitu Adoption, individu telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus (Sunaryo, 2004).

4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor–faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya; pendidikan, informasi, umur, sosial budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi (Notoatmodjo, 2007).

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI). Berdasarkan jurnal Pro-Health menyatakan bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan ibu makin mudah menerima informasi.

b. Informasi

Informasi bisa diartikan sebagai berita yang mengandung maksud tertentu. Manusia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang selalu ingin dibagikan kepada orang lain. Pengalaman atau pengetahuan yang di komunikasikan tersebut yaitu pesan atau informasi. Dengan memberikan informasi, dapat diharapkan akan terjadi peningkatan


(28)

pengetahuan, sikap perilaku pada individu atau kelompok berdasarkan kesadaran dan kemauan. Ibu yang memiliki sumber informasi yang banyak memiliki pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Sidiknas (2003) mengatakan informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal dan non formal dapat memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sejalan dari penelitian Rindita, 2012 mengatakan sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti telivisi radio, surat kabar, majalah, termasuk penyukuhan kesehatan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan pengetahuan seseorang. c. Umur

Umur dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Menurut Notoatmodjo (2010), semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

d. Sosial budaya

Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dapat mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu tersebut (Farhani, 2014).

e. Pengalaman

Semua pengalaman pribadi seseorang dapat merupakan sumber pengetahuan untuk menarik kesimpulan dan pengalaman. Pengalaman adalah sesuatu hal atau kejadian yang pernah dialami,


(29)

dijalani, atau dirasai (Kusmayadi, 2008). Menurut Riandita (2012) mengatakan bahwa pengetahuan ibu dari anak yang pernah atau bahkan sering mengalami demam seharusnya lebih tinggi dari pengetahuan ibu dari anak yang belum pernah mengalami demam sebelumnya.

f. Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi kemampuan sosial ekonomi semakin mudah seseorang dalam mendapatkan pengetahuan (Farhani, 2014).

5. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

B. Demam

1. Definisi Demam

Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari pada biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan. Suhu badan normal manusia biasanya berkisar antara 36-37ºC. Jadi, seseorang yang mengalami demam, suhu badanya diatas 37ºC sebenarnya, suhu badan yang mencapai 37,5ºC masih berada di ambang batas suhu normal. Tentu saja sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat. Dengan kata lain, ketika kondisi suhu badan


(30)

melebihi suhu normal sudah selayaknyahal tersebut mendapatkan perhatian yang lebih serius sehingga kemungkinan melampaui batas normal dapat dihindarkan (Widjaja, 2008).

Demam dapat didefinisikan baik secara patofisiologi dan secara klinis. Demam secara patofisiologi yaitu peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang diperantarai olehinterleukin (IL-1). Sedangkan demam secara klinis yaitu peningkatan suhu tubuh 1ºC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal (El Rahdi, 2009).

Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh mengalami kenaikan. Menurut NAPN (National Association of Pediatric Nurse) dikatakan demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38ºC. Pada anak umur lebih dari 3 bulan, suhu aksila dan oral lebih dari 38,3ºC. Sedangakan menurut American Academy of Pediatrics (AAP) Demam adalah mekanisme fisiologis yang memiliki efek menguntungkan pada infeksi. Suhu normal rektal pada anak berumur kurang dari 3 tahun sampai 38ºC, suhu normal oral sampai 37,5ºC. Pada anak berumur lebih dari 3 tahun suhu oral normal sampai 37,2ºC, suhu rektal normal sampai 37,8ºC. Menurut Patient information: fever in children (beyond the basic) demam merupakan respon normal untuk berbagai kondisi, yang paling umum dari infeksi, tidak ada nilai tunggal yang didefinisikan sebagai demam. Namun terdapat nilai-nilai yang berlaku untuk demam yaitu, suhu rektal diatas 100,4º F (38ºC), suhu oral diatas 100ºF (37,8ºC), aksila (ketiak) suhu di atas 100.4


(31)

Fº(38ºC) dalam mode rektal atau 99,5ºF (37,5ºC), Dahi (arteri temporalis) suhu diatas 100,4ºF (38ºC).

Pada umumnya demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri. Para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu di atas 37 ºC limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41 ºC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendali-kan lagi oleh tubuh (Tjay, 2007).

Bahren dkk (2014), mengatakan Demam merupakan respon yang normal terhadap berbagai kondisi, penyebab demam paling banyak adalah infeksi mikroorganisme seperti virus, bakteri atau parasite. Demam adalah peningkatan suhu tubuh sebagai akibat termostat yang ada di otak, mensetting suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya.

Variasi normal suhu dipertahankan dalam rentang yang sempit antara penurunan 0,5 ºC dibawah normal pada pagi hari dan peningkatan 0,5ºC diatas normal pada malam hari, sehingga demam tidak hanya dinyatakan dalam satu nilai atau derajat tertentu. Berikut ini adalah batasan nilai atau derajat demam untuk semua usia dengan pengukuran di berbagai bagian tubuh: suhu aksila/ketiak diatas 37,2 ºC, suhu oral/mulut diatas 37,8 ºC, suhu rektal/anus diatas 38ºC suhu dahi diatas 38ºC, suhu dimembran telinga diatas 38ºC. Sedangkan demam tinggi bila suhu tubuh diatas 39,5 ºC dan hiperpireksia bila


(32)

suhu > 41,1 ºC. Walaupun pengukuran suhu pada oral dan rektal lebih menunjukkan suhu tubuh yang sebenarnya, hal ini tidak direkomendasikan kecuali benar-benar dapat dipastikan keamananya khususnya pada anak-anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tarigan dkk (2007), didapatkan kebanyakan orang tua mengetahui demam pada anak dari telapak tangan (38%), lokasi untuk merasakan demam adalah dahi (77%), dan jenis termometer yang dimiliki adalah digital (20%) dengan tempat pengukuran diketiak (56%). Persentase batas demam menurut orang tua terbanyak >37,5 ºC (31%).

2. Penyebab Demam

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering kali diderita oleh anak balita (dan manusia pada umumnya), yaitu demam noninfeksi dan demam infeksi.

a. Demam Noninfeksi

Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam noninfeksi jarang terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam ini timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam noninfeksi anatara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelianan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat, misalnya leukimia atau kanker darah.


(33)

b. Demam Infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masuknya patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Demam infeksi paling sering terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bakteri, kuman, atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara atau persentuhan tubuh (Widjaja, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oshikoya dkk, 2008 di Nigeria mayoritas ibu menyatakan demam disebabkan oleh infeksi (43,7%), paparan sinar matahari (27%) dan hiperaktivitas (16,7%).

Gejala penyerta yang dialami balita ketika demam adalah muntah, lemah, rewel, dan pucat (lau Ass dkk, 2002 ; Ohsikoya dkk, 2008).

3. Mekanisme Demam

Demam merujuk kepada peningkatan suhu tubuh akibat infeksi atau peradangan. Sebagai respons terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagosistik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang, selain efek-efeknya dalam melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat (Sherwood, 2011).

Monosit, makrofag dan sel kuper mengeluarkan sitokin berperan sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan Interferon)


(34)

yang bekerja pada pusat hipotalamus. Sebagai suatu respon terhadap sitokin tersebut. Maka dari itu akan terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam bikarbonat jalur siklooksigenase-2 (COX-2) dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh (Ganong, 2002 dan Nelwan, 2006).

Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostagalndin melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan, 2006).

Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat, dan mendorong vasokonstriksi kulit untuk segera mengurangi pengeluaran panas. Kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada permulaan demam. Karena itu, terjadinya demam sebagai respons terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2011).

4. Metode Penanganan Demam

Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat merugikan, menguntungkan karena peningkatan kemampuan sistem imunitas atau kekebalan tubuh dalam melawan penyakit dan menurunkan kemampuan virus atau bakteri dalam memperbanyak diri. Merugikan karena demam menimbulkan anak menjadi gelisah, tidak


(35)

bisa tidur, selera makan dan minum menurun dan bahkan dapat menimbulkan kejang demam (Bahren, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan Tarigan dkk (2007), hal yang sering ditakutkan orang tua ketika anak demam yaitu anak dapat terjadi kejang (70%). Maka dari itu demam perlu diketahui cara penangananya. Penanganan demam pada anak merupakan salah satu bentuk perilaku pemulihan kesehatan terhadap anak yang mengalami demam. Menurut Plipat, (2002) penanganan demam pada anak dapat dilakukan dengan self management maupun non self management. 1.1 Penanganan Demam secara Self Management

Penanganan secara self management merupakan penanganan demam yang dilakukan sendiri tanpa menggunakan jasa tenaga kesehatan. Penanganan secara self management dapat dilakukan dengan terapi fisik, terapi obat, maupun kombinasi keduanya (Plipat, 2002). Menurut penelitian Oshikoya dkk (2008), sebanyak (66,7%) ibu melakukan penganan demam di rumah dengan membuka baju anak, memberikan aliran udara yang baik, tepid water spong dan memberikan obat paracetamol. 1.1.1 Terapi Fisik

Terapi fisik merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan demam dengan cara memberikan tindakan ataupun perlakuan tertentu secara mandiri. Adapun serangkaian tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala demam pada anak, menurut buku


(36)

Clinical Manual of Fever in Children (2009): memberikan lebih banyak cairan pada anak, sedikit-sedikit tapi sering, hal ini merupakan cara untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Asupan cairan sangat penting karena demam menyebabkan anak banyak kehilangan cairan tubuh dengan cepat. Selain minum air putih, anak juga bisa diberi sup hangat atau jus. Pakaikan baju tipis dan tutupi anak dengan selimut tipis saja.Jangan selimuti anak dengan selimut tebal atau baju tebal. Pemakaian baju atau selimut yang berlebihan membuat panas tubuh terperangkap sehingga suhu tubuh malah naik. Secara umum, biarkan anak makan sejumlah yang ia mau, tak perlu memaksanya makan jika ia tak ingin makan. Asalkan anak masih mau minum dan masih bisa buang air kecil dengan normal.

Anak yang demam tentu harus mendapat istirahat yang cukup. Tapi memaksa anak yang demam untuk terus menerus istirahat di tempat tidur (bed rest), bukan hanya tak berpengaruh untuk menurunkan demam, tapi secara psikologis juga dampaknya buruk untuk anak. Seorang peneliti pernah meneliti terhadap 1082 anak yang demam, ternyata peneliti tidak menemukan bukti bahwa istirahat terus menerus di tempat tidur bisa menurunkan panas badan. Jadi minta anak untuk istirahat yang cukup, tapi tak


(37)

perlu memaksanya untuk selalu berbaring di tempat tidur. Di masa kini, kompres yang diperbolehkan hanyalah mengompres anak yang demam dengan air hangat. Kompres yang tidak direkomendasikan lagi adalah kompres air dingin dan kompres dengan alkohol (Harjaningrum, 2011).

Menurut Tarigan dkk (2007), Lokasi yang diajarkan untuk mengkompres adalah dahi (57%) dan yang menganjurkan diketiak ataupun selangkangan (18%). Menurut penelitian Alex-hart dkk, (2011) di Nigeria didapatkan orang tua mengukur suhu tubuh anak mereka dengan menyentuh dahi mereka (76,2 %). Pemberian kompres hangat dengan temperatur air 29,5ºC-32ºC (tepid- sponging) dapat memberikan sinyal ke hipotalamus dan memacu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer. Hal ini menyebabkan pembungan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal kembali. Kalaupun mengompres tubuh anak dirasa perlu, maka dilakukakan jika suhu tubuh anak melebihi 40ºC, dengan catatan sebelumnya sudah diberi obat penurun panas terlebih dahulu, dan obat penurun panas tidak berespon (Harjaningrum, 2011).

Menurut penelitian Soedibyo (2006), didapatkan 78 responden yang melakukan pengukuran suhu tubuh


(38)

dengan menggunakan termometer yang diletakkan di ketiak (aksila). Sementara Menurut penelitian Alex-hart dkk (2011), di Nigeria didapatkan orang tua yang menggunakan termometer sebanyak (13,9%). Banyak orang tua tidak melakukan pengukuran suhu dengan menggunakan termometer karena tidak mempunyai alat pengukur suhu, tetapi cukup dengan perabaan pada punggung tangan saja. Sebenarnya untuk pengukuran demam secara akurat yaitu menggunakan termometer. 1.1.2 Terapi Obat

Antipiretik seperti parastamol, ibuprofen dan aspirin merupakan obat yang sering orang tua gunakan untukmenurunkan demam pada anak (Soedibyo, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ohsikoya dkk (2008), 60% Orang tua menggunakan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh anak. Menurut Soedibyo dkk (2006), informasi penggunaan antipiretik didapatkan dari tenaga medis (88,3%).

Obat penurun panas hanya dapat di rekomendasikan bila demam yang timbul menyebabkan nyeri badan dan rasa tidak nyaman pada anak, biasanya anak dengan suhu badan kurang dari 38, 9ºC tak membutuhkan obat penurun panas. Jika anak merasa gelisah dan tidak nyaman, barulah obat penurun panas diberikan. Anak bisa diberikan


(39)

parasetamol (asetaminofen) atau ibuprofen sesuai dosis yang dihitung dari berat badan. Tapi parasetamol merupakan obat pilihan pertama karena efek dari parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Menurut dr. Wiyarni (2016), obat penurun panas diberikan ketika suhu tubuh 38,5ºC atau lebih. Penelitian yang dilakukan Alex-hart dkk (2011), Tindakan yang paling umum diambil oleh orang tua ketika anak demam adalah dengan memberikan parasetamol (70,9 %). Efek iritasi, erosi, perdarahan lambung, gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basapun tidak terlihat pada obat parasetamol, efek anti inflamasi dan reaksi alergi hampir tidak ada.

Mengingat ibuprofen memiliki efek samping lebih banyak dan sangat diperhatikan untuk ibuprofen tidak direkomendasikan untuksemua anak karena memiliki efek samping yaitu mual, perut kembung, dan perdarahan tetapi lebih jarang dibanding dengan aspirin. Selain itu efek berat yang dapat timbul dari obat ibuprofen yaitu agranulositosis dan anemia aplastik, eritema kulit, sakit kepala, gagal ginjal akut dan trombositopenia jarang terjadi (Wilmana, 2007).

Aspirin, lebih baik dihindarkan karena bisa menyebabkan reye’s syndrom (Harjaningrum, 2011).


(40)

Selain itu, efek sampingnya adalah merangsang lambung dan perdarahan usus maka aspirin tidak dianjurkan untuk diberikan pada demam ringan (Soedjatmiko, 2005).

Pemberian dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan supaya tidak terjadinya over dosis. Dosis obat parastamol adalah 15mg/kg BB, bisa diberikan 4 kali sehari. Dosis ibuprofen adalah 10 mg/kg BB, bisa diberikan 3-4 kali sehari, tapi perlu diingatkan untuk tidak meminumkan obat ini saat perut anak kosong (Harjaningrum, 2011). Dosis untuk aspirin per hari tidak lebih dari 325 mg untuk menghindarkan dari mual dan perdarahan saluran cerna.

1.2 Penanganan Demam secara Non Self Management

Penanganan Non self management merupakan penanganan demam yang menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat, 2002). Rumah sakit atau puskesmas merupakan sarana fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan. Mengunjungi fasilitas kesehatan merupakan salah satu jalan keluar untuk mendapatkan pengobatan penganan demam, namun belum tentu menjadi pilihan yang terbaik sebab penanganan demam pada anak tidak bersifat mutlak dapat dilihat dari tinggi suhu, keadaan umum, dan umur anak.

Beberapa kriteria anak demam untuk segera dibawa ke tenaga medis yaitu, demam pada anak usia di bawah 3


(41)

bulandengan suhu tubuh 38 ºC, bila bayi berusia 3-6 bulan dengan suhu tubuh 38,5 ºC bayi dan anak berusia lebih dari 6 bulan, dengan suhu tubuh 40 ºC (Pujiarto, 2008). Demam pada anak yang mempunyai riwayat penyakit kronis dan defisiensi sistem imun, ketika anak balita demam diberi obat tapi tidak ada perubahan, demam pada anak yang disertai gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman dan demam yang berlangsung lebih dari 3 hari (>72 jam) (Faris, 2009; Riandita 2012).

Perawat profesional dengan sikap dan kemampuan profesionalnya harus memberikan pelayanan yang baik dan bertanggungjawab. Bukan hanya perawat tetapi dokter, farmasi, gizi dan tim kesehatan lainya dituntut untuk memberikan penanganan yang baik.

Asuhan keperawatan Nanda, Nic dan Noc untuk demam yaitu diagnosa keperawatan Hypertemia dengan definisi suhu tubuh meningkat diatas batas normal. Tujuan dari keperawatan hipertermia adalah Termoregulation dengan kriteria hasil suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR dalam rentang normal dan tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing. Tindakan keperawatan yang dapat diambil dari hipertermia yaitu fever treatment dengan beberapa aktivitas misalnya, monitor suhu sesering mungkin, Monitor warna kulit, monitor tekanan darah, nadi dan RR, monitor penurunankesadaran, Hb, dan Hct, monitor intake dan output, kolaborasi pemberian antipiretik, selimuti


(42)

pasien dengan selimut yang tipis, berikan tepid water spong, berikan cairan intravena, tingkatkan sirkulasi udara.

5. Faktor yang Berpengaruh terhadap Tindakan Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan atau perilaku kesehatan menurut Green (2000), terdiri dari faktor predisposisi (Predisposing factors), faktor pemungkin (Enabling factors), dan faktor penguat (Reinforcing factors). Berikut ini penjelasan dari ketiga faktor yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors) adalah faktor yang mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan atau kepercayaan, dan pendidikan. Kebutuhan yang dapat dirasakan serta kemampuan yang berhubungan dengan motivasi seseorang individu ataupun kelompok untuk bertindak. Faktor predisposisi pada penelitian ini adalah Pengetahuan.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti ketersediaan akses dan fasilitas pelayanan kesehatan. Apabila adanya sarana kesehatan dapat membantu orang tua/ibu membawa anak nya ke pelayanan kesehatan ketikan anak sakit (non self management)

3. Faktor Penguat (Reinforcing factors) merupakan faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya suatu tindakan atau perilaku yaitu dukungan keluarga ataupun dukungan sosial dan sumber Informasi. Adanya dorongan untuk melakukan hal positif


(43)

dalam penanganan demam yang tepat maka akan mendapatkan kualitas hidup yang sehat.

C. Balita

Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih sering dikenal sebagai anak usia di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 2014). Jadi, disanyangkan apabila anak sakit maka dapat berpengaruh pada proses tumbuh kembangnya.

Periode balita jika dilihat dari periode perkembanganya yaitu terdiri dari perode bayi (lahir sampai 12 atau 18 bulan), Toddler (1 sampai 3 tahun) dan prasekolah (3 sampai 6 tahun).

Periode bayi merupakan salah satu perkembangan motorik, kognitif, dan sosial yang cepat. Melalui hubungan timbal balik dengan pemberi perawatan (orang tua), bayi menetapkan dasar kepercayaan di dunia dan dasar untuk hubungan interpersonal di masa yang akan datang. Periode ini merupakan bulan pertama kehidupan yang kritis, walaupun bagian dari periode bayi, sering dibedakan dari sisi masanya karena penilaian fisik utama untuk keberadaan ekstrauterin dan penilaian psikologis orang tua.


(44)

Periode toddler dan prasekolah merupakan periode yang meluas dari masa anak-anak mencapai peningkatan daya gerak sampai mereka masuk sekolah, yang ditandai dengan aktivitas dan penemuan yang intens. Hal Ini adalah waktu penandaan perkembangan fisik dan kepribadian. Perkembangan motorik meningkat secara stabil. Anak-anak pada usia ini mendapatkan bahasa dan perluasan hubungan sosial, belajar standar peran, meningkatkan kontrol diri dan penguasaan, mengembangkan peningkatan kesadaran tentang ketergantungan dan kemandirian, dan mulai mengembangkan konsep diri (Perry and Potter, 2005).

D. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Riandita (2012) dengan judul Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam pada anak. Penelitiannya dilakukan di RSUD Dr. Kariadi Semarang. Penelitianya dengan menggunakan metode pengumpulan data kuesioner dengan desain analitik cross sectional, sampel yang digunakan sebanyak 44 ibu rerata usia ibu adalah 32,68 ± 7,087. Sebagian besar responden berpendidikan rendah (45,5%). Pekerjaan responden terbanyak adalah ibu rumah tangga (31,8%) dan sebagian besar penghasilan keluarga berada diatas UMR. Dijumpai sebanyak 52% responden memiiki pengetahuan yang rendah tentang demam dan didapati masing-masing (50%) dari total responden memiliki pengelolaan demam yang baik dan buruk. Berdasarkan hasil uji Chi square didapatkan nilai p=0,002 dan rasio prefalensi 7,0 (1,1 s/d 46,2) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang


(45)

bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam pada anak.

2. Penelitian yang dilakuakan oleh Alex-hart, dkk (2011) di Nigerian yang berjudul Mothers' perception of fever management in Children dalam penelitiannya menggunakan metode pengumpulan data kuesioner dengan desain analitik cross sectional, sampel yang digunakan sebanyak 151 ibu yang berpartisipasi berusia 19 tahun sampai 54 tahun. Hasil dari penelitiannya ini didapatkan Gejala yang umum dari demam adalah hilangnya nafsu makan (71,5%). Ibu mengukur suhu tubuh anak mereka dengan menyentuh dahi anak 115 (6,2%), sementara yang menggunakan termometer 21 (13,9%). Tindakan yang paling umum diambil ketika anak demam adalah dengan memberikan parasetamol (107 (70,9 %)). Komplikasi umum dari demam yang teridentifikasi adalah kejang (86 (67,7%)). Kesimpulan yang didapatkan bahwa pengetahuan demam ibu yaitu baik, namun perlu adanya pendidikan tentang penggunaan termometer dan penggunaan obat yang tepat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Dawood, dkk (2010) yang berjudul Parent's knowledge and management of their children's ailments in malaysia.Penelitiannya ini menggunakan metode cross sectional dengan kuesioner dan sampel yang digunakan sebanyak 197 orang tuamengisi kuesioner dari 48,2% adalah respondennya laki-laki. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan sedang (6,11 SD = 3,6) dan manajemen sedang (4,39 SD


(46)

= 2,7). Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tingkat manajemen penyakit (P=0,033). Mengenai tingkat pendidikan orang tua dan status sosial ekonomi, p-value menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan orang tua (P=0,012 ). Penanganan demam pada anak selft management dengan menggunakan terapi obat dan non self management .

4. Penelitian yang dilakukan oleh Oshikoya, dkk (2008) di Nigeria yang berjudul Fever in childern : mother’s perceptions and their home managementdalam penelitiannya menggunakan metode pengumpulan data kuesioner dengan desain analitik cross sectional, sampel yang digunakan sebanyak 144 ibu rumah tangga. Penelitianya didapatkan sebagian besar ibu merasakan panas anak diseluruh tubuh disebut dengan demam (83,3%). Kebanyakan ibu mengetahui penyebab demam yang paling sering adalah infeksi (43,8%). Sebanyak (66,7%) ibu melakukan pengelolaan demam dirumah (self management). Pengelolaan demam yang dilakukan ibu dirumah adalah mengurangi pakaian atau menggunakan anak dengan baju tipis dan memberikan aliran udara, tepid sponge serta penggunaan parasetamol. Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan yaitu mayoritas ibu memiliki pengetahuan yang tinggi tentang demam dan melakukan self managementsebagai pengelolaan pertama pada demam anak.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan dkk, (2007) yang berjudul Pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua tentang demam dan


(47)

pentingnya edukasi oleh dokter. Penelitiannya ini dilakukan di RS. Dr. Pirngdi medan. Metode pengumpulan data yang di gunakan yaitu menggunakan kuesioner dengan desain analitik cross sectional, sampel yang digunakan sebanyak 100 ibu. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Kebanyakan orang tua mengetahui demam pada anak dari telapak tangan (38%), lokasi untuk merasakan demam adalah dahi (77%), dan jenis termometer yang dimiliki adalah digital (20%) dengan tempat pengukuran di ketiak (56%). Persentase batas demam menurut orang tua terbanyak menjawab > 37,5°C (31%). Hal yang ditakutkan orang tua bila anak demam yang terbanyak, dapat menyebabkan kejang (70%). Persentase terbanyak orang tua mendapat informasi tentang bahaya demam dari tenaga kesehatan (56%), obat penurun panas dari dokter adalah sirup (65%), jenis sendok dijelaskan oleh dokter (68%) dan dosis juga dijelaskan oleh dokter (71%). Tetapi kebanyakan dokter menganjurkan kompres dengan air dingin yaitu (46%) dan hanya 22 (22%) yang menganjurkan kompresdengan air hangat. Lokasi yang diajarkan untuk kompres adalah kebanyakan di dahi (57%), dan yang menganjurkan diketiak/ selangkangan (18%).


(48)

E. Kerangka Teori

Demam

Faktor Pemungkin (Enabling factors) 1. Fasilitas pelayanan

kesehatan

2. Akses pelayanan kesehatan

Faktor Penguat (Reinforcing factors) 1. Dukungan keluarga

(dukungan sosial) 2. Sumber Informasi Faktor Predisposisi

(Predisposing factors) 1.

2. Keyakinan atau kepercayaan

3. Sikap 4.

Gambar 1. Dimodifikasi dari Green, Lawrence (2000)

Penanganan

Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi tindakan kesehatan


(49)

32

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan. Pengetahuan dan penanganan demam perlu diketahui dan diteliti dengan baik sehingga penanganan demam dapat diterapkan oleh ibu dengan tepat. Karena penanganan demam yang salah, lambat, dan tidak tepat akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Dibawah ini akan digambarkan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan oleh peneliti.

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pengertian yang akan dijadikan pedoman untuk melakukan penelitian (Budiarto, 2003). Definisi oprasional dalam penelitian ini terdapat pada tabel 3.1.

Gambar. 2 Kerangka Konsep

- Pendidikan - Pengetahuan ibu

- Metode Penanganan Demam pada Balita


(50)

33

No. Variabel penelitian Defenisi Oprasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Pengetahuan yang

dimiliki oleh ibu tentang demam yang meliputi :

1. Pengertian demam 2. Penyebab

demam 3. Cara

menentukan demam

4. Gejala demam

Penyebaran kuesioner

Kuesioner ini terdiri dari 9 pertanyaan Pemberian skor menggunakan skala Guttman: Jawaban benar = 1

Jawaban salah= 0

(Siregar, 2013)

1. Baik = jika persentase jawaban benar 76%-100% 2. Cukup = jika

persentasi jawaban benar 51%-75% 3. Kurang = jika

persentase jawaban

benar ≤ 50%

(Nursalam, 2008).

Ordinal

2. Metode penanganan demam

Cara yang digunakan oleh ibu dalam penanganan demam pertama kali yang meliputi:

1. Apa yang dilakukan ibu ketika anak demam

2. bagian tubuh balita yang dapat

Wawancara Pedoman wawancara

Jawaban yang diberikan responden melalui pertanyaan terbuka dan akan dinilai dengan distribusi frekuensi.

Nominal Tabel. 3.1 Definisi Operasional


(51)

34 dikompres saat

demam

3. Obat yang diberikan ketika demam


(52)

35

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan analisis distribusi frekuensi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang melalui alat ukur kuesioner yang akan diberikan kepada responden dan menggunakan pedoman wawancara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan sedangkan waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016.

C. Populasi dan Sampel

Populasi didefinisikan sebagai sekumpulan data yang mengidentifikasi suatu fenomena, sedangakan sampel didefinisikan sebagai sekumpulan data yang diambil atau diseleksi dari suatu populasi (Santoso, 2009). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu.yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005). Populasi


(53)

dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dengan beberapa kriteria inklusi sebagai berikut:

Kriteria inklusi:

1. Balita memiliki riwayat demam 2. Bersedia menjadi responden 3. Dapat membaca dan menulis

D. Besar Sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus beda dua proporsi yaitu:

{ √ √ } Keterangan:

N = besar sampel yang diharapkan

Z1-α/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kemaknaan α

pada uji dua sisi, derajat kemaknaan α yang digunakan adalah

5% sehingga nilai Z= 1,96

Z1-β = nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β, kekuatan uji yang digunakan adalah 95% yaitu dengan nilai Z= 1,64

P = (P1+P2)/2

P1 = proporsi pengetahuan baik dengan metode penanganan demam yang baik sebesar 90,5% (Riandita, 2012)


(54)

P2 = proporsi pengetahuan tidak baik dengan metode penanganan demam baik sebesar 13% (Riandita, 2012)

{ √ √ }

n = 64,47 dibulatkan menjadi 65

tambahan 10% sebagai cadangan sampel 65+7= 72 responden.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengisi data demografi yang ada pada kuesioner yang terdiri dari nama orang tua, umur dan pendidikan terakhir dan kemudian mengisi kuesioner terkait sumber informasi serta kuesioner tentang penanganan demam, sebelumnya peneliti melakukan prosedur dibawah ini:

1. Setelah proposal mendapatkan persetujuan dari pembimbing akademik, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

2. Setelah mendapatkan persetujuan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan kemudian surat izin diajukan ke Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

3. Setelah mendapat persetujuan Peneliti kemudian melakukan uji validitas dan reabilitas.

4. Setelah instrument dinyatakan valid dan reliabel, peneliti menyeleksi calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.


(55)

5. Penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mendatangi posyandu-posyandu.

6. Peneliti kemudian menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada responden terkait penelitian, serta meminta persetujuan responden. 7. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 10-15 menit untuk

masing-masing responden. Responden diharapkan menjawab semua pernyataan yang ada di lembar kuesioner kemudian di kembalikan kepada peneliti.

8. Setelah hasil penelitian terkumpul, peneliti mulai melakukan pengolahan data dan menyimpulkan hasil pengumpulan data.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur ilmu yang ada dan dikonsultasikan pada pakar.

Tabel . 4.1 Pertanyaan

Nomor Pertanyaan

Bagian 1 Data demografi yang terdiri dari:

1. Nama / inisial, 2. Umur,

3. Agama, 4. Alamat,

5. No. Telepon/ HP 6. Pendidikan Terakhir Bagian 2 kuesioner Pengetahuan

Nomor 1 Nomor 2-3 Nomor 4 Nomor 5 Nomor 6 Nomor 7 Nomor 8 Pengertian demam Penyebab demam

Bukan penyebab demam Cara menentukan demam Gejala penyerta demam

Letak pengukuran suhu tubuh di bagian Dampak demam tinggi


(56)

Untuk mendapatkan informasi dari responden, instrumen penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan lembar kuesioner dan pedoman wawancara. Instrument ini terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama berisi data demografi, bagian kedua berisi pengetahuan mengenai demam dan bagian ketiga berisi metode penanganan demam.

Skala pengukuran pengetahuan ibu mengenai demam menggunakan skala guttman, skala ini merupakan yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda atau dalam bentuk check list. Pada kuesioner yang dibuat peneliti ini dalam bentuk pilihan ganda. Skor penilaiannya jika jawaban salah akan diberi nilai 0, jika jawaban benar maka diberi nilai 1.

Penilaian untuk pengetahuan mengenai demam dilakuakan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) setelah itu dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase. Selanjutnya, persentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan diatas. (Arikunto,2006).

Nomor 9 Waktu pemberian obat

Bagian 3 Pedoman wawancara metode penanganan demam

Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3

Penangan demam yang ibu lakukan Bagian tubuh untuk mengkompres demam


(57)

Skala pengukuran penanganan demam menggunakan jawaban yang diberikan responden melalui pertanyaan terbuka dan akan dinilai dengan melihat distribusi frekuensi.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan sesuatu instrument. Instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dikatakan valid apabila dapat mengungkap variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2006).

Menurut Sugiyono (2010), Instrumen yang valid yaitu instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti.

Hal ini di uji dengan korelasi antar skor item dengan skor total menggunakan korelasi Product Moment dari Person atau perhitungan dengan bantuan software Statistic for windows. Suatu Instrument dikatakan valid apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai hitung t hitung > t tabel (Hidayat, 2008; Azwar, 2009). Nilai t tabel untuk responden 30 adalah 0,296. Jika r hitung lebih besar dari 0,296 maka pertanyaan valid. Hasil uji validitas kuesioner dari 9 pertanyaan untuk pengetahuan demam didapatkan nomor 6 dan 8 tidak valid. Sedangkan untuk kuesioner penanganan demam dari 4 pertanyaan


(58)

terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 1 dan 3. Setelah itu peneliti melakuakan uji conten validity.

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2006).

Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakkan teknik Alpha

Crombach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliable. Uji reliabilitas pada kuesioner sebanyak 13 pertanyaan yang diisi oleh 30 responden menghasilkan nilai 0,672 yang menunjukkan bahwa kuesioner ini bersifat reliabel.

H. Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2008), dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya :


(59)

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Contoh pengkodingan pada penelitian ini salah satunya yaitu; 1 untuk pendidikan tinggi, 2 untuk pendidikan menengah, 3 untuk pendidikan rendah.

3. Entry Data

Data entry merupakan kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

4. Cleaning Data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan kedalam komputer untuk memastikan data bersih dari kesalahan sehingga siap dianalisis.Pada penelitian ini peneliti mengecek kembali apakah ada terjadinya missing saat pengolahan data.


(60)

I. Analisis Data Statistik

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan komputer, yaitu analisa univariat. Analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan dan meringkas data tiap variabel dengan cara ilmiah dalam bentuk table atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Analisis yang digambarkan yaitu pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita.

J. Etika Penelitian

1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian

Dalam penelitian, banyak hal yang harus dipertimbangkan, tidak hanya metode, desain dan yang lainnya, tetap ada hal yang sangat penting dan kursial yang harus diperhatikan oleh peneliti yaitu ethical principles (Swarjana, 2012). Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapatkan perlindungan dari segala hal yang dapat merugikan selama penelitian, sehingga dalam penelitian ini memperhatikan 3 acuan utama etika, yaitu prinsip keadilan, prinsip manfaat, dan prinsip menghormati orang lain (Dahlan, 2010).

a. Prinsip Manfaat

Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk di eksploitasi. Pada


(61)

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan manusia dan juga mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik.

b. Prinsip menghormati manusia

Menghormati otonomi kapasitas dari responden. Responden harus bebas dari konsekuensi negative akibat penelitian yang diikutinya. Manusia adalah makhluk Allah yang di muliakan karena itu manusia harus dihormati. Setiap manusiaitu memiliki hak-hak azasi sehingga manusia berhak menentukan pilihannya untuk ikut serta atau tidak menjadi responden, sehingga dalam penelitian ini mengedepankan aspek kesukarelaan bagi setiap responden.

c. Prinsip Keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan perlakuan secara adil bagi seluruh responden (tidak condong terhadap responden tertentu), hak menjaga privasi (Memproteksi privacy participan secara semaksimal mungkin), dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia (Dalam penelitian peneliti tidak hanya respek kepada partisipan tetapi juga kepada keluarga dan kerabat lainnya) (Dahlan, 2010 ; Swarjana, 2012 ; Hidayat, 2013).

2. Masalah Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan


(62)

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Pada penelitian ini juga mempertimbangkan masalah etik yang harus diperhatikan anatara lain adalah sebagai berikut:

a. formed Consent

Merupakan suatu bentuk persetujuan antara peneliti dan responden dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan. Informed concent dimulai dengan pernyataan pihak (peneliti) untuk mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang disebut penawaran. Tujuan dari Informed concentyaitu supaya responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya dalam penelitian ini, memudahkan responden dalam memutuskan ketersediaan mengikuti penelitian. Responden diminta menandatangani lembar informed consent jika bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

b. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.

c. Confidentially (Kerahasiaan)

Confidentially dimana peneliti wajib menjamin kerahasiaan data atau informasi yang disampaikan oleh responden. Memberikan


(63)

jaminan kerhasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Kerahasiaan ini bukan tanpa alasan sering kali subjek penelitian menghendaki agar dirinya tidak di ekspos kepada khalayak ramai(Wasis, 2006; Hidayat, 2013).


(64)

(65)

47 BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu dengan metode penanganan demam pada balita. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April 2016 pada 72 ibu yang memiliki balita.

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas pisangan merupakan puskesmas yang ada di kecamatan Ciputat Timur, yang terletak di sebelah tenggara Tanggerang, dengan luas wilayah: 797 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa. Adapun letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batasnya yaitu, sebelah barat adalah wilayah kerja PKM Ciputat (Kec. Ciputat), sebelah timur yaitu DKI Jakarta, sebelah utara adalah wilayah kerja puskesmas Jurangmangu Timur (Kec. Pondok Cabe ilir). Puskesmas pisangan ini terdiri dari 2 kelurahan pisangan dan kelurahan cireundeu. Di wilayah ini jumlah penduduk sebesar 63.764 jiwa.

Puskesmas pisangan membawahi 44 posyandu, sebanyak 24 posyandu berada di pisangan dan 20 berada di Cireundeu dengan beberapa kader aktif di setiap posyandu. Kegiatan aktif posyandu dilaksanakan setiap 1 bulan sekali dibantu oleh kader. Kegiatannya berupa imunisasi pada anak, pemeriksaan ibu hamil pemberantasan nyamuk (Profil Puskesmas Pisangan).


(66)

B. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat menjelaskan atau mendeskripsikan tentang karakteristik responden. Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil dari pengambilan data responden.

1. Karakteristik Responden a.Tingkat Pendidikan

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Puskesmas Pisangan April 2016 (n=72)

Kategori Hasil

N %

Tinggi 16 22,2

Menengah 35 48,6

Rendah 21 29,2

Total 72 100,0

Wilayah Puskesmas Pisangan paling banyak berpendidikan tinggi sebanyak 16 ibu (22, 2%), pendidikan menengah sebanyak 35 ibu (48,6%), dan pendidikan rendah sebanyak 21 ibu (29,2%).

2. Pengetahuan Ibu

Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil dari pengambilan data responden. Hal yang dianalisa dalam penelitian ini yaitu mengenai pengetahuan ibu terhadap demam.


(67)

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Ibu terhadap Demam di Wilayah Puskesmas Pisangan April 2016 (n=72)

Kategori Hasil

N %

Baik Cukup Kurang 21 36 15 29,2 50,0 20,8

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 ibu (29,2%), cukup sebanyak 36 ibu (50,0%), dan kurang sebanyak 15 ibu (20,8%).

3. Metode penanganan demam

Analisis univariat untuk penanganan demam merupakan penggambaran mengenai penaganan demam yang dilakukan pertama kali oleh ibu, air yang digunakan ibu untuk mengkompres, bagian tubuh mana saja yang dilakukan untuk mengkompres serta obat yang diberikan ketika anak demam. Berikut ini penjelasan dari hal tersebut yaitu;

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi Responden Hal yang ibu lakukan ketika balita demam (n=72)

Kategori Hasil

N %

Diberi Obat 32 44,4

Diberi Kompres

- Kompres Hangat (22) - Kompres Dingin (3)

25 34,7

Diberi Cairan (air putih/ asi) 9 12,5

Dibawa ke pelayanan kesehatan 2 2,8

Menggunakan baju tipis 2 2,8

Menggunakan baju tebal/

diselimuti 2 2,8


(68)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hal yang sering ibu lakukan ketika balita demam yaitu diberi obat sebanyak 32 ibu (44,4%), diberi kompres 25 ibu (34,7%), diberikan cairan (Air putih/ Asi) sebanyak 9 ibu (12,5 %), dibawa kepelayanan kesehatan sebanyak 2 ibu (2,8%), menggunakan baju tipis sebanyak 2 ibu (2,8%), diberi kan baju tebal/ selimut sebanyak 2 ibu (2,8%).

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi bagian tubuh balita yang dapat dikompres saat demam (n= 72)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu meletakan kompres pada bagian dahi saja sebanyak 44 ibu (61,1%), ibu yang meletakan kompres di bagian dahi, ketiak, selangkangan sebanyak 4 ibu (5,6%), ibu yang meletakan kompres pada punggung sebanyak 3 ibu (4,2%), ibu yang meletakan kompres pada dahi dan ketiak sebanyak 12 ibu (25%), ibu yang meletakan kompres pada ketiak 2 ibu (2,8%), ibu yang meletakan ketiak dan selangakangan sebanyak 1 ibu (1,4%).

Kategori Hasil

N %

Dahi 44 61,1

Dahi, ketiak, selangkangan. 4 5,6

Punggung 3 4,2

Dahi, ketiak 18 25

Ketiak 2 2,8

Ketiak, selangkangan 1 1,4


(69)

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi obat yang diberikan saat balita demam (n=72)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa obat yang diberikan ibu ketika anak demam yaitu parastamol sebanyak 67 ibu (93,1%), ibuprofen 1ibu (1,4%), dan ibu tidak memberikan obat 4 ibu (5,6%).

Kategori Hasil

N %

Parasetamol 67 93,1

ibuprofen 1 1,4

Tidak diberi obat 4 5,6


(70)

52 BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran karakteristik ibu a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkunganya yang dapat mendorong kebutuhan pelayanan kesehatan. Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan (Notoatmodjo, 2005; Hasbullah, 2006).

Hasil analisis didapatkan data responden yang berpendidikan menengah sebanyak 35 orang (48,6%). Responden tersebut dengan jenjang pendidikan SMA/sederajat. Hal tersebut menunjukkan bahwa hampir separuh responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup. Diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan berimplikasi pada pengetahuan dan sikap (Farhani, 2014). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riandita (2012) bahwa penanganan demam pada anak yang buruk mayoritas dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan rendah.

Pendidikan tinggi dianggap mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang demam dan penanganannya, namun pada


(71)

kenyataanya responden yang memiliki pendidikan menengah dan rendah bisa saja jauh lebih baik pengetahuanya. Karena menurut safwan (1986) unsur lingkungan juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung.

b. Gambaran Pengetahuan ibu

Pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan, tapi juga dapat dipengaruhi hal lain salah satunya yaitu pengalaman sebelumnya dan kebutuhan individu (Swansburg, Russel, 2001). Pengetahuan mengenai demam dan penanganan demam yang di dapat dari lingkungan sekitar dapat berpengaruh besar terhadap proses masuknya pengetahuan. Hal tersebut terjadi karena ada interaksi timbal balik antar individu dalam merespon pengetahuan yang diterimanya sehingga sumber informasi baik dari pendidikan formal maupun nonformal berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan (Notoadmodjo, 2005).

Pengetahuan ibu mengenai demam pada balita pada penelitian ini sudah cukup yang ditunjukan dengan data bahwa sebanyak 36 responden (50,0%) memiliki pengetahuan yang cukup. Baik buruknya pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, tingkat pendidikan, umur, informasi, pengalaman, status ekonomi dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2005). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dawood (2010) pengetahuan yang cukup tersebut bisa disebabkan oleh


(72)

adanya informasi maupun pengalaman yang didapatkan mengenai pengetahuan demam.

Pengetahuan mengenai penyebab demam secara garis besar ada dua kategori demam yang sering kali diderita oleh anak balita (dan manusia pada umumnya), yaitu demam noninfeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008). Pada pertanyaan mengenai

“penyebab demam yang bukan disebabkan karena bakteri, virus, kuman atau bibit penyakit (demam non infeksi)” sebanyak 56

orang (77,77%) menjawab salah. Pemahaman mengenai penyebab demam non infeksi atau yang bukan disebabkan karena adanya bakteri atau bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh. Menurut Peneliti kemungkinan rerata ibu belum memahami penyebab demam tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oshikoya dkk (2008) di Nigeria mayoritas ibu menyatakan demam disebabkan oleh infeksi (43,7%).

Pertanyaan tentang “dampak yang terjadi ketika balita demam tinggi” sebanyak 71 orang (98,61%) menjawab benar. Pemahaman tentang dampak demam tinggi ini menurut peneliti pengetahuan yang dimiliki responden mengenai dampak demam rerata ibu sudah mengetahuinya. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2007) mengatakan bahwa kebanyakan ibu takut ketika anak demam dampaknya adalah akan terjadi kejang (70%). Secara umum dapat disimpulkan mengenai pengetahuan tentang demam pada balita bisa dikatakan cukup.


(73)

c. Gambaran metode penanganan demam

Penanganan demam merupakan suatu prilaku pemulihan kesehatan yang dilakukan ibu terhadap anak yang mengalami demam. Dalam pembahasan mengenai gambaran mengenai demam akan dijelaskan peritem pertanyaan mengenai penanganan demam sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi responden mengenai hal yang ibu lakukan ketika balita demam.

Penanganan demam pada balita merupakan salah satu bentuk perilaku pemulihan kesehatan. Bentuk perilaku ini berupa penanganan demam. Penanganan demam yang beredar dimasyarkat sangat bervariasi baik penanganan yang dilakukan dirumah atau langsung dibawa ke pelayanan kesehatan. Penanganan yang dilakukan dirumah dapat berupa terapi fisik maupun terapi obat atau kombinasi dari keduanya (Plipat, 2002). Terapi fisik yang bisa dilakukan seperti memberikan kompres, diberikan cairan lebih banyak (air putih), menggunakan baju tipis (Oshikoya dkk, 2008).

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang melakukan terapi fisik yaitu memberikan kompres sebanyak 25 ibu (34, 7%). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh luk, leung (2008) mengatakan bahwa ketika anak demam hal yang dapat dilakukan ibu yaitu salah satunya memberikan kompres.


(74)

Kompres merupakan upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menurunkan demam pada anak. Kompres yang diberikan di masyarakat bervariasi ada yang menggunakan air hangat ada pula yang menggunakan air dingin. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 22 ibu melakukan kompres dengan menggunakan air hangat dan sebanyak 3 menggunakan kompres air dingin. Pada penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2007) pada penelitianya lebih banyak yang menggunakan air dingin sebanyak (46%), sedangkan yang mengkompres anak dengan menggunakan air hangat sebanyak (22%).

Pemberian kompres hangat dapat memberikan sinyal ke hipotalamus dan memacu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer. Hal tersebut menyebabkan pembuangan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal kembali. Di masa kini, kompres yang diperbolehkan hanyalah dengan mengkompres demam menggunakan air hangat. Kompres dengan air dingin dan alkohol sudah tidak direkomendasi lagi (Harjaningrum, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini dapat digambarkan bahwa rerata ibu sudah menggunakan air yang tepat untuk mengkompres anak yang demam yaitu dengan menggunakan air hangat.


(75)

Selanjutnya untuk pemberian cairan lebih banyak (air putih/asi) dalam penelitian ini didapatkan sebanyak 9 ibu (12,5%) memberikan cairan lebih banyak untuk menurunkan demam anak. Berdasarkan buku clinical manual of fever in children (2009) mengatakan bahwa memberikan lebih banyak cairan pada anak, sedikit dikit tapi sering merupakan cara untuk mencegah anak terjadinya dehidrasi ketika demam.

Pemberian aliran udara yang baik atau menempatkan anak pada ruangan yang bersuhu normal ataupun dapat memberikan anak baju yang tipis pada penelitian ini terdapat sebanyak 2 ibu (2,8%) yang melakukan hal tersebut. Terdapat 2 ibu (2,8%) ibu memberikan baju tebal atau selimut tebal pada anak ketika demam. Pemakaian baju atau selimut tebal tersebut akan membuat panas tubuh terperangkap sehingga suhu tubuh akan bertambah tinggi (Harjaningrum, 2011).

Pemberian obat ketika anak demam menurut Wiyarni

(2016) diberikan saat suhu tubuh ≥ 38,5ºC . Pada penelitian ini ibu yang memberikan obat ketika anaknya demam sebanyak 32 ibu (44,4%) melakukan hal tersebut. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedibyo (2006) mengatakan bahwa pemberian obat penurun panas pada anak yang demam sering dilakukan oleh orang tua. Walaupun masih ada orang tua yang memberikannya dengan indikasi dan cara yang kurang tepat.


(1)

(2)

Lampiran 6

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Uji Validitas Pengetahuan

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 skor_penget

p1 Pearson Correlation 1 -,030 ,293 ,175 ,120 ,175 ,063 .a ,539** ,559**

Sig. (2-tailed) ,875 ,116 ,354 ,529 ,354 ,740 . ,002 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson Correlation -,030 1 -,015 -,053 -,036 -,251 ,523** .a ,081 ,398*

Sig. (2-tailed) ,875 ,939 ,782 ,850 ,182 ,003 . ,670 ,029

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p3 Pearson Correlation ,293 -,015 1 -,043 ,408* -,043 ,463** .a ,230 ,586**

Sig. (2-tailed) ,116 ,939 ,822 ,025 ,822 ,010 . ,221 ,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p4 Pearson Correlation ,175 -,053 -,043 1 ,288 ,135 ,069 .a ,237 ,378*

Sig. (2-tailed) ,354 ,782 ,822 ,122 ,478 ,716 . ,208 ,040

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p5 Pearson Correlation ,120 -,036 ,408* ,288 1 ,288 ,189 .a ,161 ,504**

Sig. (2-tailed) ,529 ,850 ,025 ,122 ,122 ,317 . ,395 ,005


(3)

p6 Pearson Correlation ,175 -,251 -,043 ,135 ,288 1 -,139 .a ,237 ,257

Sig. (2-tailed) ,354 ,182 ,822 ,478 ,122 ,465 . ,208 ,170

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p7 Pearson Correlation ,063 ,523** ,463** ,069 ,189 -,139 1 .a ,213 ,667**

Sig. (2-tailed) ,740 ,003 ,010 ,716 ,317 ,465 . ,258 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p8 Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a

Sig. (2-tailed) . . . .

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p9 Pearson Correlation ,539** ,081 ,230 ,237 ,161 ,237 ,213 .a 1 ,670**

Sig. (2-tailed) ,002 ,670 ,221 ,208 ,395 ,208 ,258 . ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

skor_penget Pearson Correlation ,559** ,398* ,586** ,378* ,504** ,257 ,667** .a ,670** 1

Sig. (2-tailed) ,001 ,029 ,001 ,040 ,005 ,170 ,000 . ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(4)

Uji Validitas Metode Penanganan Demam

Correlations

p1 p2 p3 p4 skor_penangan

p1 Pearson Correlation .a .a .a .a .a

Sig. (2-tailed) . . . .

N 30 30 30 30 30

p2 Pearson Correlation .a 1 .a -,050 ,802**

Sig. (2-tailed) . . ,795 ,000

N 30 30 30 30 30

p3 Pearson Correlation .a .a .a .a .a

Sig. (2-tailed) . . . .

N 30 30 30 30 30

p4 Pearson Correlation .a -,050 .a 1 ,557**

Sig. (2-tailed) . ,795 . ,001

N 30 30 30 30 30

skor_penangan Pearson Correlation .a ,802** .a ,557** 1

Sig. (2-tailed) . ,000 . ,001

N 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(5)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(6)

Lampiran 7

HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT

A.

Tingkat pendidikan

Pendidikan Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 16 22,2 22,2 22,2

menengah 35 48,6 48,6 70,8

rendah 21 29,2 29,2 100,0

Total 72 100,0 100,0

B.

Pengetahauan

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 21 29,2 29,2 29,2

Cukup 36 50,0 50,0 79,2

Kurang 15 20,8 20,8 100,0