Pembahasan Aliran darah ke fragmen tulang

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan Citra Tubuh Frekwensi n=42 Persentase Terganggu 24 57,1 Tidak Terganggu 18 42,9 TOTAL 42 100

5.2 Pembahasan

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa paska operasi fraktur ekstremitas bawah dapat menyebabkan citra tubuh seseorang itu tergangggu. Hal itu terlihat dari tabel 5.2 di atas bahwa dari 42 orang pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah yang dijadikan sampel, terdapat sebanyak 24 orang 57,1 memiliki citra tubuh terganggu sedangkan 18 orang 42,9 responden memiliki citra tubuh tidak terganggu. Lebih tingginya jumlah responden yang memiliki citra tubuh terganggu mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh seseorang, seperti pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan fisik dan pertumbuhan koqnitif mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya. Perkembangan fisik dan perubahan koqnitif akan berkembang sejalan dengan bertambahnya usia. Data karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan citra tubuh terganggu adalah berumur 32-38 tahun dan 39-45 tahun. Menurut Garner 1997 individu akan memiliki citra tubuh yang lebih tinggi pada usia remaja dibandingkan tahap usia lain. Jika seseorang itu mengalami suatu peristiwa yang dapat mengganggu terhadap citra tubuhnya maka pada umur remaja hal itu akan tampak lebih berkesan. Selain itu menurut Garner 1997 semakin bertambahnya usia seorang individu maka akan semakin tinggi Universitas Sumatera Utara pula citra tubuhnya, tetapi pada penelitian ini peneliti tidak dapat membandingkan hal itu karena jumlah responden tidak seimbang. Faktor lain yang mempengaruhi citra tubuh adalah sikap, nilai cultural dan sosial. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan pandangan orang lain.Seorang laki-laki dan seorang perempuan akan berbeda sikap dan pandangannya terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Perempuan lebih banyak tidak merasa puas dengan tampilan bentuk tubuhnya daripada laki-laki. Perempuan lebih mudah merasa negative mengenai bentuk tubuhnya daripada laki-laki dan selalu ada asumsi bahwa masalah citra tubuh tidak ada atau tidak terlalu penting bagi pria Yosephin 2012. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Seseorang yang belum menikah akan berbeda cara pandangnya ketika ada perubahan pada bentuk tubuhnya. Seseorang yang belum menikah akan lebih terganggu citra tubuhnya karena pada umumnya seseorang yang belum menikah focus utamanya adalah memikirkan pasangan hidup. Pikiran tentang apakah ada orang yang masih mau menjadi pasangan hidup dia nantinya, bagaimana kelanjutan hubungannya dengan pacar atau teman dekatnya sekarang, apakah akan meninggalkan dia dan sebagainya.. Tetapi meskipun demikian tidak menjadi patokan juga seseorang yang sudah menikah tidak akan ada masalah dengan suami atau istrinya karena pikiran-pikiran apakah pasangan saya akan meninggalkan saya akan menyertai juga, hal itu terlihat dari sebanyak 29 orang 69 responden sudah menikah dan 13 orang 31 responden belum menikah yang masing-masing terdapat responden dengan citra tubuh terganggu. Universitas Sumatera Utara Pada pasien paska operasi fraktur anggota gerak bawah terjadi perubahan bentuk tubuh dan penurunan fungsi. Ekstremitas bawah mempunyai peranan dan nilai yang sangat besar bagi setiap individu. Jika gangguan tersebut berasal dari ekstremitas bawah maka sungguh hal itu akan sangat mempengaruhi orang tersebut dan akan mempengaruhi citra tubuh individu. Individu yang mengalami gangguan citra tubuh akan akan mengganggu identitas diri, harga diri dan ideal dirinya. Dewi, 2009. Pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah secara sadar maupun tidak sadar mengungkapkan bahwa tampilan, potensi dan fungsi tubuhnya sudah berbeda. Individu akan menunjukkan ciri-ciri seperti mudah tersinggung, terus menerus merasa sedih, tidak percaya diri, sukar mengambil keputusan, ketergantungan, ragu tidak yakin terhadap keinginan dan projeksi menyalahkan orang lain. Selain itu pasien paska operasi fraktur akan merasa perannya di keluarga, pekerjaan dan dalam kelompok masyarakat juga berubah. Klien mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran seperti biasa, ada ketegangan menjalankan peran yang baru, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, masalah dengan interpersonal dan dapat juga menjadi apatisbosanjenuh dan putus asa. Jika dilihat dari teori diatas seharusnya jumlah responden yang memiliki citra tubuh terganggu dengan yang tidak terganggu seharusnya berbeda jauh, namun di dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan perbedaan yang tidak mencolok. Perbedaan jumlah responden hanya 6 orang dan dari hasil analisis ternyata sebagian besar pekerjaan responden adalah TNIPOLRI yaitu sebanyak 29 responden 69. Hasil wawancara peneliti dengan responden yang sebagian besar TNIPOLRI tersebut mengungkapkan bahwa mereka tidak masalah Universitas Sumatera Utara meskipun mereka mengalami gangguan pada ekstremitas bawah, sudah menjadi resiko mereka bahkan mereka mempunyai prinsip rela mati, rela mengorbankan jiwa dan raga untuk keutuhan NKRI. Hal ini juga didukung oleh penelitian Mufit, Kasan 2009 tentang Gambaran Diri Body Image Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RS Militer Malang didapati hasil dari 11 orang responden terdapat 6 orang responden memiliki citra tubuh terganggu sedangkan 5 responden memiliki citra tubuh tidak terganggu. Wald Alvaro 2004 menyatakan bahwa perubahan dalam satu penampilan fisik seperti paska operasi fraktur anggota gerak bawah dapat hadir signifikan dan kompleks sebagai tantangan psikologis, oleh karena itu penting adanya pendekatan terlebih dahulu dalam pemberian asuhan keperawatan. Pendekatan terhadap pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah sangat penting. Pendekatan dapat dilakukan mulai pada saat pengkajian dengan terlebih dahulu membina hubungan saling percaya kemudian berlanjut ke tahap selanjutnya. Pendekatan pada pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah bukan hanya ditujukan secara langsung terhadap aspek-aspek biopatologik pasien tetapi juga terhadap aspek psikologik dan nilai ekstremitas bawah tersebut bagi pasien. Pada saat pengkajian perawat harus benar-benar mengamati tanda dan gejala yang muncul pada klien karena mungkin saja sudah terdapat komplikasi yang menyertai gangguan citra tubuh dan hal tersebut dapat didokumentasikan pada saat pembuatan diagnose keperawatan. Hal lain yang paling penting dilakukan adalah pemberian intervensi keperawatan bagi pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang gangguan citra tubuh, Universitas Sumatera Utara mendiskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya, mengajarkan dan membantu meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu serta mendorong untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam keluarga dan sosial. Selain pasien, perawat juga perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga adalah orang yang paling dekat dengan pasien dan keluarga sangat dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien. Perawat dapat memberikan penyuluhan tentang gangguan citra tubuh, cara mengatasi dan cara merawat pasien. Perawat juga perlu menekankan kepada keluarga supaya memberikan dukungan suportif pada pasien paska fraktur ekstremitas bawah. Semua tindakan tersebut akan membantu pasien menerima perubahan yang terjadi pada dirinya , dapat mengidentifikasi citra tubuhnya, mengidentifikasi potensi aspek positif yang dimilikinya dan dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh serta lebih lanjut dapat berinteraksi dengan lingkungannya dan dengan demikian komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada saat perawatan pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah tidak akan terjadi. Universitas Sumatera Utara 42 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 42 orang Pasien Paska

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Infeksi Pasca Operasi Fiksasi Interna Ekstremitas Bawah di Instalasi Bedah Pusat RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Juni 2014

0 78 42

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat II Tentang Persalinan dan Bayi Baru Lahir di Akademi Kebidanan Sehat Medan Tahun 2014

0 46 71

Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan

9 91 76

Rumah Sakit Paru Medan (Arsitektur Hijau)

18 116 153

TINGKAT NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.

0 0 18

Cover Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan

0 1 11

Abstract Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan

0 0 2

Chapter I Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan

0 0 5

Chapter II Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan

0 1 20

Appendix Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan Appendix

0 0 14