BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan di
dalam organ tubuh, termasuk organ repoduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur, dan vagina. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis
penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim yaitu, bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari leher rahim, apabila telah memasuki tahap
lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh. Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat
disembuhkan dari semua kasus kanker. Tetapi, biarpun demikian, di wilayah Australia barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker leher rahim setiap tahun.
Pada tahun 1993 saja, 40 wanita telah tewas menjadi korban keganasan kanker ini Dunn et al.1965.
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang menimbulkan dampak psikososial yang luas, terutama bagi pasien dan keluarganya. Menurut Rachmadahniar 2005, pada tahun 2000
sekitar 80 penyakit kanker leher rahim ada di negara berkembang, yaitu di Afrika sekitar 69.000 kasus, di Amerika Latin sekitar 77.000 kasus, dan di Asia sekitar 235.000 kasus. Penelitian oleh
Vavuhala Rachmadahniar, 2005 pada tahun 2004 menunjukkan setiap tahunnya di dunia terdapat sekitar 500.000 kasus baru kanker leher rahim dengan tingkat kematian sekitar 200.000 kasus.
Badan Kesehatan Dunia WHO menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di
dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian.
Universitas Sumatera Utara
Kanker serviks merupakan kanker mematikan nomor dua didunia pada wanita berusia dibawah 45 tahun, dan saat ini merupakan penyakit kanker paling mematikan nomor tiga didunia
pada wanita setelah kanker payudara dan paru – paru. Hal ini disebabkan oleh gejalanya yang tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, sehingga sering disebut sebagai “Silent Killer”. Seperti
kanker yang lain, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim abnormal. Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian
kanker leher rahim yaitu faktor sosiodemografis yang meliputi usia, status sosial ekonomi, dan faktor aktifitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seks, pasangan seks
yang berganti-ganti, paritas, kurang menjaga kebersihan genital, merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada serviks, serta penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu
lebih dari 4 tahun Diananda, 2007.
Di dunia 1980, diperkirakan 450.000 kasus baru kanker serviks tiap tahun : 96.100 di negara maju dan 369500 di negara sedang berkembang dengan 300.000 kematian tiap tahun
akibat kanker serviks. Insiden penderita kanker serviks di Indonesia sampai saat ini tidak
diketahui pasti karena lemahnya sistem registrasi. Dari 13 Pusat Lab Patologi Anatomi 1998, prevalensi kanker serviks menempati urutan pertama yaitu 28,66 dari 9.043 kanker pada
wanita. Laporan beberapa rumah sakit pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa proporsi
kanker serviks antara 62-70 dari kanker ginekologi Bair, 1991.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat mempengaruhi wanita dengan latar belakang dan umur yang berbeda di seluruh dunia, dimulai dengan leher rahim bagian dari uterus atau
rahim dan kemudian mencapai vagina dan secara bertahap akan menyebar jika tidak diberikan pengobatan. Kanker serviks seringkali menjangkiti dan dapat membunuh wanita di usia yang
produktif usia 30-50 tahun, seringkali pada saat mereka masih memiliki tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang
disebabkan oleh infeksi itu. Mengingat fakta yang mengerikan ini, maka berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau kanker leher rahim
Mangan, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker leher rahim yaitu faktor sosiodemografis yang meliputi usia, status sosial ekonomi, dan faktor aktifitas seksual yang
meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seks, pasangan seks yang berganti-ganti, paritas, kurang menjaga kebersihan genital, merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada
serviks, serta penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun Diananda, 2007. Di Indonesia terjadi sekitar 90 sampai 100 kasus baru kanker leher rahim per 100.000
penduduk per tahun. Hal ini dikuatkan dengan penelitian Ayu dan Pradjatmo 2004 yang menyimpulkan bahwa kanker leher rahim merupakan jenis kanker ginekologis terbanyak, disusul
oleh kanker ovarium.
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas
dan tingginya jumlah wanita yang menderita kanker serviks penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang kejadian kanker serviks di Medan.
Maka rumusan masalah bagi penelitian ini adalah, ‘Apakah
stadium kanker serviks yang paling sering diderita oleh wanita?.
Dari rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Prevalensi stadium kanker serviks yang tersering diderita
oleh wanita di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009”.
1.3 Tujuan Penelitian