Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009

(1)

Hubungan Antara Karakteristik Individu

dengan Stadium Klinis Kanker Serviks

di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 - 2009

Oleh:

Ayu Sasmita Br. Daulay

070100339

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Hubungan Antara Karakteristik Individu

dengan Stadium Klinis Kanker Serviks

di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 - 2009

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

Ayu Sasmita Br. Daulay

070100339

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009

Nama : Ayu Sasmita Br. Daulay NIM : 070100339

Pembimbing Penguji I

dr. Rina Amelia, MARS

NIP:19760420-200312-2-002 NIP:19640530-198903-1-019

dr. Fidel Ganis Siregar, Sp. OG

Penguji II

NIP:19700109-199702-2-001 dr. Tetty Aman Nasution, M. Med, Sc

Medan, 30 November 2010 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP : 19540220-198110-1-001


(4)

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan pada perempuan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, hal ini disebabkan oleh tingginya angka insiden dan angka kematiannya. Tahun 2010 Indonesia menyumbangkan 2381 kematian akibat kanker serviks dari 6984 kematian di ASEAN. Sedangkan Medan sendiri mempunyai prevalensi kejadian kanker serviks sebanyak 49 dari 100.000 wanita.

Tujuan penelitian menganalisis Hubungan Antara Karakteristik Individu Berdasarkan Stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. pengambilan sampel secara total sampling yaitu seluruh penderita kanker serviks yang terdata di instalasi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 dengan jumlah 176 kasus data dianalisa dengan chi-square.

Hasil Penelitian ditemukan frekuensi penderita tertinggi adalah umur >40 tahun (85,8%), Agama Islam (64,2%), suku Batak (49,4%), Pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (64,2%), pekerjaan Suami penderita yaitu wiraswasta, petani, tentara (58,5%), Paritas >4 orang (56,8%), riwayat merokok sebagai tidak seorang perokok (79,5%), Riwayat pernikahan ≤1 kali (81,1%), umur saat pertama menikah ≤20 tahun (58,5%), dan Stadium Klinis Lanjut (73,4%).

Analisa statistik chi-square, ada hubungan yang bermakna antara umur berdasarkan stadium klinis (p=0,-034), paritas berdasarkan stadium klinis (p=0,000), riwayat pernikahan berdasarkan stadium klinis (p=0,032), usia menikah berdasarkan stadium klinis (p=0,026) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok berdasarkan stadium klinis (p=0,930).

Berdasarkan hasil penelitian ini maka petugas kesehatan perlu melakukan sosialisasi terpadu antara departemen Kesehatan, Puskesmas dan Tokoh Masyarakat, Tokoh Masyarakat sehingga pendeteksian dini kanker serviks dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diagnosis dengan stadium lanjut pada pasien kankier serviks, dan sebagai informasi pada pembaca untuk mengetahui risiko apa saja yang dimiliki untuk terjadinya kanker serviks.


(5)

ABSTRACT

Cervical cancer is a health problem in women from developing countries including Indonesia, this is caused by high incident rate and high death rate. In 2010, Indonesia has contributed in 2381 deaths from approximately 6984 deaths caused by cervical cancer in ASEAN. In Medan alone the prevalence of cervical cancer is 49 in every 100.000 women.

The purpose of this research is to analyze the correlation between individual characteristics based on the stadium of the cervical cancer in RSUP H. Adam Malik Medan from 2008-2009. This is a descriptive analytical research with a cross-sectional design. The sampling method is total sampling. All recorded patients with cervical cancer in RSUP H. Adam Malik Medan are analyze with chi-square method. The sum of the samples are 176 cases.

The research discovered that the highest frequency in which cervical cancer occurs is in the group older than 40 years (85,5%), in Muslims (64,2%), ethnicity of Batak (49,8%), housewives (64,2%), job husband is entrepreneur, farmer, and roll (58,5%), parity above 4 (56,8%), non-smokers (79,5%), marital status ≤ 1 time (81,1%), age of marriage ≤ 20 years old (58,5%), and in advanced stadium (73,4%).

Based on a chi-square analysis, there is a significant correlation between the age and the clinical stadium (p=0,-034), between parity and the clinical stadium (p=0,000), between marital status and clinical stadium (p=0,032), and between the age of marriage and the clinical status (p=0,026). There is no significant correlation between cigarette smoking and clinical stadium (p=0,930).

Based on the results of this research, health provider have to do a comprehensive socialization between the minister of health, public health clinics, public figures, and the public themselves so that an early detection of cervical cancer can be done to prevent an advanced clinical stadium, and as an information for the readers to know the risks for cervical cancer they have.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang dijalan-Nya.

Rasa kasih dan sayang disampaikan kepada ayahanda tercinta Bustamam S. Daulay, Ibunda Jamilah Saragih atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp. A (K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Rina Amelia, MARS, selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.


(7)

4. Bapak dr. Fidel Ganis Siregar, Sp. OG, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu dr. Tetty Aman Nasution, M. Med, SC, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan-nasukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang untuk semua jasa - jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.

7. Seluruh staf pegawai di RSUP H. Adam Malik Medan khususnya Instalasi Rekam Medis yang telah sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 8. Tidak lupa disampaikan kepada saudari-saudariku tercinta Annifa Nitami

Daulay, Chantika Fitria Tami Daulay, Agung Pratama Daulay atas semangat, cinta dan kebersamaannya selama ini.

9. Sahabat terbaik yang ada selama ini dari Dina Marini Sitanggang, Kak Roza, Kak Mira atas dukungannya, serta Indah, Rini Maimunah, Geby, Ami, Rizky, Widodo, Tika yang selalu memberikan tenaga, waktu, senyum dan ilmunya agar Penulis bisa bersemangat dalam menyelesaikan karya tulis ini.

10.Teman-teman seperjuangan yakni Margeritha, Otneil, Ummi dan semua teman-teman seangkatan 2007 serta yang lainnya yang tidak tersebutkan terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini kepada penulis. 11.Adik-adikku Uti, Okma, Fairuz, Dina, Ukhti serta adik-adik yang tidak bisa


(8)

Penulis menyadari penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, 30 November 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT …... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Kanker Serviks ………. 4

2.1.1. Definisi Kanker ... 4

2.1.2. Definisi Kanker Serviks dan Anatomi Serviks …………... 4

2.1.3. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Serviks ...………. 4

2.1.4. Patologi Kanker Serviks……….. 7

2.1.5. Gambaran Klinis Kanker Serviks……… 8

2.1.6. Deteksi Dini Kanker Serviks ………..… 9

2.1.7. Pencegahan Kanker Serviks.………... 10

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 12

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 12

3.2. Defenisi Operasional ... 12


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 15

4.1. Jenis Penelitian ... 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

4.2.1. Waktu ... 15

4.2.2. Tempat ... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 15

4.3.1. Populasi... 15

4.3.2. Sampel... 15

4.4. Metode Pengumpulan Data …... 16

4.5. Metode Analisis Data …... 16

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 18

5.1. Hasil Penelitian ……….. 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 18

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ………. 18

5.1.3. Paritas Penderita Kanker Serviks ... 20

5.1.4. Riwayat Perokok Penderita Kanker Serviks ... 20

5.1.5. Riwayat Pernikahan Penderita Kanker Serviks ………….. 21

5.1.6. Umur Saat Pertama Menikah Penderita Kanker Serviks... 21

5.1.7. Stadium Klinis Kanker Penderita Kanker Serviks ……….. 22

5.1.8. Analisis Bivariat ………. 22

A. Umur Berdasarkan Stadium Klinis……… 22

B. Paritas Berdasarkan Stadium Klinis ……….. 23

C. Riwayat Merokok Berdasarkan Stadium Klinis ……… 24

D. Riwayat Pernikahan Berdasarkan stadium Klinis ……. 24

E. Usia Menikah Berdasarkan Stadium Klinis ………….. 25

5.2. Pembahasan 5.2.1. Umur Penderita Kanker Serviks ………. 26

5.2.2. Agama Penderita Kanker Serviks ……… 27

5.2.3. Suku Penderita Kanker Serviks ……….. 27

5.2.4. Pendidikan Penderita Kanker Serviks ……… 28

5.2.5. Pekerjaan Penderita Kanker Serviks ……….. 29

5.2.6. Stadium Klinis ……… 29

5.2.7. Umur Berdasarkan Stadium Klinis ………. 30

5.2.8. Paritas Berdasarkan Stadium Klinis ……… 31

5.2.9. Riwayat Merokok Berdasarkan Stadium Klinis……….. 32

5.2.10. Riwayat Pernikahan Berdasarkan stadium Klinis ……… 32

5.2.11. Usia Menikah Berdasarkan Stadium Klinis ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……… 35


(11)

DAFTAR PUSTAKA …... 17 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Stadium Kanker Serviks menurut FIGO 2000 ……….. 11 Tabel 3.1 Metode Pengukuran…….………..……… 13 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks berdasarkan

karakteristik Individu ………. 19 Tabel 5.2 Distribusi Paritas Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam

Malik Medan Tahun 2008–2009 ……… 20 Tabel 5.3 Distribusi Riwayat Merokok Penderita Kanker Serviks di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 ……….………… 20 Tabel 5.4 Distribusi Riwayat Pernikahan Penderita Kanker Serviks di RSUP

H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009 ……….………… 21 Tabel 5.5 Distribusi Umur Saat Pertama Menikah penderita Kanker Serviks

di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009…………. 21 Tabel 5.6 Distribusi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Stadium Klinis di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009……..……... 22 Tabel 5.7 Distribusi Umur Berdasarkan stadium Klinis Kanker Serviks di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 ………. 22 Tabel 5.8 Distribusi Paritas Berdasarkan stadium Klinis Kanker Serviks di

RSUP H. Adam Malik 2008–2009 ………. 23 Tabel 5.9 Distribusi Riwayat Merokok Berdasarkan Stadium Klinis Penderita

Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 ……….………. 24 Tabel 5.10 Distribusi Riwayat Pernikahan Berdasarkan stadium klinis

Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 ………. 24 Tabel 5.11 Distribusi Usia Menikah Berdasarkan Stadium Klinis Penderita

Kanker Serviks di RSP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 – 2009 ... 25


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN II Format Pengambilan Sampel

LAMPIRAN III Data Induk dan Hasil Analisa Data SPSS

LAMPIRAN IV Surat Izin Melakukan Penelitian


(15)

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan pada perempuan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, hal ini disebabkan oleh tingginya angka insiden dan angka kematiannya. Tahun 2010 Indonesia menyumbangkan 2381 kematian akibat kanker serviks dari 6984 kematian di ASEAN. Sedangkan Medan sendiri mempunyai prevalensi kejadian kanker serviks sebanyak 49 dari 100.000 wanita.

Tujuan penelitian menganalisis Hubungan Antara Karakteristik Individu Berdasarkan Stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. pengambilan sampel secara total sampling yaitu seluruh penderita kanker serviks yang terdata di instalasi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 dengan jumlah 176 kasus data dianalisa dengan chi-square.

Hasil Penelitian ditemukan frekuensi penderita tertinggi adalah umur >40 tahun (85,8%), Agama Islam (64,2%), suku Batak (49,4%), Pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (64,2%), pekerjaan Suami penderita yaitu wiraswasta, petani, tentara (58,5%), Paritas >4 orang (56,8%), riwayat merokok sebagai tidak seorang perokok (79,5%), Riwayat pernikahan ≤1 kali (81,1%), umur saat pertama menikah ≤20 tahun (58,5%), dan Stadium Klinis Lanjut (73,4%).

Analisa statistik chi-square, ada hubungan yang bermakna antara umur berdasarkan stadium klinis (p=0,-034), paritas berdasarkan stadium klinis (p=0,000), riwayat pernikahan berdasarkan stadium klinis (p=0,032), usia menikah berdasarkan stadium klinis (p=0,026) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok berdasarkan stadium klinis (p=0,930).

Berdasarkan hasil penelitian ini maka petugas kesehatan perlu melakukan sosialisasi terpadu antara departemen Kesehatan, Puskesmas dan Tokoh Masyarakat, Tokoh Masyarakat sehingga pendeteksian dini kanker serviks dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diagnosis dengan stadium lanjut pada pasien kankier serviks, dan sebagai informasi pada pembaca untuk mengetahui risiko apa saja yang dimiliki untuk terjadinya kanker serviks.


(16)

ABSTRACT

Cervical cancer is a health problem in women from developing countries including Indonesia, this is caused by high incident rate and high death rate. In 2010, Indonesia has contributed in 2381 deaths from approximately 6984 deaths caused by cervical cancer in ASEAN. In Medan alone the prevalence of cervical cancer is 49 in every 100.000 women.

The purpose of this research is to analyze the correlation between individual characteristics based on the stadium of the cervical cancer in RSUP H. Adam Malik Medan from 2008-2009. This is a descriptive analytical research with a cross-sectional design. The sampling method is total sampling. All recorded patients with cervical cancer in RSUP H. Adam Malik Medan are analyze with chi-square method. The sum of the samples are 176 cases.

The research discovered that the highest frequency in which cervical cancer occurs is in the group older than 40 years (85,5%), in Muslims (64,2%), ethnicity of Batak (49,8%), housewives (64,2%), job husband is entrepreneur, farmer, and roll (58,5%), parity above 4 (56,8%), non-smokers (79,5%), marital status ≤ 1 time (81,1%), age of marriage ≤ 20 years old (58,5%), and in advanced stadium (73,4%).

Based on a chi-square analysis, there is a significant correlation between the age and the clinical stadium (p=0,-034), between parity and the clinical stadium (p=0,000), between marital status and clinical stadium (p=0,032), and between the age of marriage and the clinical status (p=0,026). There is no significant correlation between cigarette smoking and clinical stadium (p=0,930).

Based on the results of this research, health provider have to do a comprehensive socialization between the minister of health, public health clinics, public figures, and the public themselves so that an early detection of cervical cancer can be done to prevent an advanced clinical stadium, and as an information for the readers to know the risks for cervical cancer they have.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker serviks merupakan kanker yang terbentuk pada serviks, yaitu organ yang menghubungkan uterus dengan vagina. Kanker serviks adalah keganasan paling umum kedua bagi wanita diseluruh dunia, dan merupakan penyebab kematian utama akibat kanker bagi wanita di negara-negara berkembang (Bagnato, 2002).

Angka kejadian kasar (crude incidence rate) dunia pada tahun 2002 sebanyak 16.0 dan angka kematian kasar (crude mortality rate) sebanyak 8.9 per 100.000 wanita per tahun. Berdasarkan data tahun 2002, kawasan Afrika Timur merupakan pemecah rekor untuk angka kejadian dan angka kematian tertinggi penyakit karsinoma serviks uteri. Pada daerah tersebut, diperkirakan terjadi 42,7 kasus karsinoma serviks uteri dan 34,6 kematian akibat karsinoma serviks uteri per 100.000 penduduk. Kawasan Amerika Tengah memiliki angka perkiraan kejadian karsinoma serviks uteri sebesar 30,6 kasus per 100.000 penduduk dan 18,7 kasus per 100.000 penduduk untuk kawasan Asia Tenggara (Cancer Research UK, 2009).

Filipina, salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara memiliki insidensi karsinoma serviks uteri sebesar 22,66 per 100.000 penduduk di tahun 2003 (Haverkos, 2005). Pada tahun 2005, di negara Inggris diperkirakan terdapat sebanyak 8,4 kasus karsinoma serviks uteri per 100.000 penduduk (Cancer Research UK, 2009). Sedangkan data terakhir di Indonesia, angka kejadian kasar untuk kanker serviks sebanyak 13.9 dan angka kejadian kasar sebanyak 7 per 100.000 wanita per tahun. Indonesia turut menyumbangkan 2831 kematian akibat kanker serviks dari total 6948 kematian di ASEAN (WHO, 2010). Kota Medan sendiri mempunyai prevalensi kejadian kanker serviks sebanyak 49 per 100.000 wanita pada tahun 2008 (Pardede., dkk, 2008).

Penyebab utama terjadinya kanker leher rahim yaitu Human Papiloma Virus (HPV). DNA virus HPV telah terdeteksi lebih dari 90% dari squamous


(18)

intraepithelial lesions (SILs) (Garcia, 2009). Selain itu, menurut Rasjidi, (2008) beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker leher rahim ini adalah usia menarche, usia hubungan seksual pertama, dan jumlah pasangan seksual.

Berdasarkan data yang didapat pada penelitian case control study di Rumah Sakit dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) dijumpai faktor risiko kanker serviks berupa umur >50 tahun, pendidikan tergolong rendah, tidak bekerja dan berhubungan seksual pertama kali <20 tahun, jumlah pasangan lebih dari 1, dan mempunyai anak ≥ 6 (Aziz, 2009). Dari penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta, didapati adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian kanker serviks (Setyarini, 2009).

Penelitian yang lain dengan judul Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Hasil penelitian ditemukan kecenderungan frekuensi penderita mengalami peningkatan menurut garis persamaan, proporsi terbesar umur >40 tahun (76,8%), suku Batak (49,5%), agama Islam (61,8%), pendidikan dasar (50,5%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga (78,2%), status kawin (73,6%), dari luar kota Medan (67,3%), keluhan utama perdarahan pervaginam 38,2%, umur saat pertama kali kawin <20 tahun (75,5%), grandemultipara (61,8%), pernah menggunakan kontrasepsi hormonal dan IUD (56,4%), stadium klinis berat (41,8%), dan pulang dengan berobat jalan (68,6%), lama rawatan rata-rata 20,14 hari (Zai, 2008).

Selain itu, telah dilakukan penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth yang berjudul Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005 – 2008 dengan hasil: umur 45-55 tahun 58,0%; suku Batak 66,7%; agama Kristen Protestan 53,6%; ibu rumah tangga 61,0%; status kawin 97,2%; dan daerah tempat tinggal Kota Medan 53,6% (Handayani, 2009).

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik merupakan salah satu rumah tipe A di kota Medan, yaitu rumah sakit rujuka n dan memiliki fasilitas yang lengkap sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di rumah sakit ini dengan melihat apakah ada hubungan antara karakteristik individu dengan stadium klinis kanker serviks.


(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan adalah apakah ada Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 – 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008– 2009”.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui distribusi Karakteristik Individu Terhadap Terjadinya Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 – 2009 yang meliputi Umur, Agama, Suku, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, Riwayat Merokok, Riwayat Pernikahan, Umur Menikah dan Stadium Klinisnya

2. Mengetahui Hubungan Karakteristik Individu dengan Stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada wanita untuk mengetahui apa saja yang menjadi karakteristik individu terhadap terjadinya kanker serviks untuk memeriksakan diri lebih dini.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan informasi kepada petugas kesehatan dan rumah sakit pada umumnya juga RSUP H. Adam Malik Medan khususnya dalam rangka meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita kanker serviks.


(20)

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai kanker serviks.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Kanker Serviks 2.1.1. Definisi Kanker

Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Karsinoma dapat dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu terjadinya proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, dan juga konsumsi tembakau, sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme), hormon, dan kondisi sistem imun merupakan faktor internal (American Cancer Society, 2008).

2.1.2. Definisi Kanker Serviks dan Anatomi Serviks

Karsinoma serviks atau kanker leher rahim adalah karsinoma yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Swierzewski, 1999). Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supra vaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada seviks, disebut kanalis servikalis, berbentuk sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum (Winkjosasto, 2006).

2.1.3. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Serviks

Faktor etiologi yang mendapat perhatian adalah infeksi Human Pavilloma Virus (HPV). HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan pada kanker dan prakanker. HPV dan DNA virus yang menimbulkan proliferasi


(22)

pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi virus papiloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual (Rasjidi, 2008)

Infeksi HPV terjadi dalam persentase yang besar pada wanita yang aktif secara seksual. Kebanyakan dari infeksi virus ini sembuh sempurna dalam beberapa bulan hingga tahun, dan hanya sebagian kecil saja yang berkembang menjadi suatu kanker. Ini berarti bahwa diperlukan faktor-faktor penting lainnya yang harus ada untuk mencetuskan suatu proses karsinogenesis (Garcia, 2009).

Faktor resiko terjadinya kanker serviks yang telah dibuktikan antara lain: 1. Hubungan seksual

Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan pasangan seksual yang banyak dan wanita yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan beresiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat pertama berhubungan maupun jumlah pasangan seksual adalah faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks (Rasjidi, 2008).

2. Karakteristik Pasangan

Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung tetapi sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan pasangan yang melakukan seks berulang kali. Selain itu, pasangan dari pria dengan kanker penis juga akan meningkatkan risiko kanker serviks (Rasjidi, 2008).

3. Riwayat Ginekologis

Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko (Rasjidi, 2008).


(23)

4. Agen infeksius

Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab neoplasia servikal. Ada bukti lain yaitu onkogenitas virus papiloma hewan; hubungan infeksius HPV serviks dengan kondiloma dan atipik koilositotik yang menunjukkan displasia ringan atau sedang; dan deteksi antigen HPV dan DNA dengan lesi servikal. HPV tipe 16 dan 11 berhubungan erat dengan displasia ringan yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan displasia berat yang jarang regresi tapi sering progresif menjadi karsinoma insitu (Rasjidi, 2008).

Walaupun semua Virus Herpes Simpleks (HSV) tipe 2 belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu telah mununjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks. Infeksi Trikomonas, sifilis, dan gonokokkus ditemukan berhubungan dengan kanker serviks. Namun infeksi ini dipercaya muncul akibat hubungan seksual dengan banyak pasangan dan tidak dipertimbangkan sebagai faktor risiko kanker serviks secara langsung (Rasjidi, 2008).

5. Merokok

Sekarang ini ada data yang mendukung rokok sebagai penyebab kanker serviks dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks (bukan adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme kerja bisa langsung (aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok atau melalui efek imunosupresif dari merokok (Rasjidi, 2008). Fey (2004) menyatakan wanita yang merokok lebih dari 10 batang per hari memiliki risiko tinggi memperoleh lesi prakanker tingkat tinggi.

Sedangkan faktor risiko yang diperkirakan untuk terjadinya kanker serviks adalah pemakaian kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal berperan sebagai alat yang mempertinggi pertumbuhan neoplasma. Hal ini terjadi sejak diketahuinya peran estrogen yang memiliki efek trophic dalam meningkatkan pertumbuhan sel. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal berupa pil maupun suntikan selama kurang dari lima tahun tidak mengalami peningkatan


(24)

risiko karsinoma serviks uteri. Namun, peningkatan risiko akan muncul setelah penggunaannya selama 10 tahun (McFarlane-Anderson, 2008). Selain itu, faktor resiko yang diperkirakan adalah, diet, etnis dan faktor sosial juga pekerjaan (Rasjidi, 2008).

2.1.4. Patologi Kanker Serviks

Pada mulanya penyakit ini diawali oleh lesi prakanker, yang disebut juga sebagai neoplasia intraepitel serviks/NIS (Cervical Intraepithelial Neoplasia/CIN), merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma serviks uteri yang invasif. Pada lesi prakanker ini, mulai terjadi perubahan struktur sel menjadi abnormal. Sel berubah bentuk dan ukurannya, inti sel membesar, dan sitoplasma sel berkurang (Rasjidi, 2008).

HPV adalah anggota famili papoviridae yaitu sekelompok virus heterogen yang memiliki untaian ganda DNA tertutup. Gen virus ini mengkode 6 protein pembaca kerangka pembuka awal (early open reading frame protein), yaitu E1, E2, E3, E4, E6, dan E7, yang berfungsi sebagai protein pengatur. Selain itu, gen virus ini juga mengkode 2 protein pembaca kerangka pembuka lambat (late open reading frame protein) L1 dan L2 yang menyusun kapsid virus. Patogenesis virus HPV genitalis risiko-tinggi dimulai saat virus masuk ke dalam tubuh melalui epitel skuamosa yang mengalami luka mikro saat koitus atau melalui epitel skuamosa yang imatur di daerah zona transisional (T zone) (Garcia, 2009).

Pada awalnya virus menempel di permukaan sel, kemudian virus melakukan penetrasi melalui membran plasma sel. Virus memasukkan DNAnya ke dalam sel dan melakukan uncoating atau pelepasan kapsid. DNA virus yang telah memasuki sel kemudian melakukan penyisipan (insertion) pada protoonkogen DNA manusia (Garcia, 2009). Protoonkogen yang telah mengalami mutasi tersebut selanjutnya disebut sebagai onkogen (Sukardja, 2000). Menurut Sukardja (2000) pada sel normal protoonkogen mengkode pembuatan peptida yang merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel, tetapi tidak menimbulkan kanker. Sebaliknya, protoonkogen yang telah mengalami transformasi menjadi onkogen mengkode pembuatan peptida yang dapat menimbulkan kanker.


(25)

Onkogen tersebut menyebabkan terjadinya mutasi pada gen penekan-tumor (tumor suppressor gene) TP53 (sehingga terjadi degradasi protein p53 melalui pengikatan dengan E6) dan RB (melalui pengikatan dan penginaktivasian protein Rb oleh E7) sehingga sel mengalami resistensi terhadap apoptosis, menyebabkan pertumbuhan sel yang tak terkontrol setelah terjadinya kerusakan DNA. Akhirnya, inilah yang menyebabkan terjadinya malignansi (Garcia, 2009).

2.1.5. Gambaran Klinis Kanker Serviks

Kanker serviks umumnya tidak memunculkan gejala hingga sel-sel serviks yang abnormal dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitarnya. Dengan kata lain, gejala baru muncul bila telah terjadi kanker invasif. Disaat ini terjadi, gejala yang umum muncul adalah perdarahan pervaginam yang abnormal, yaitu perdarahan spontan yang terjadi di antara dua siklus menstruasi. Perdarahan ini dapat pula muncul setelah melakukan hubungan seksual akibat tergesernya tumor pada waktu koitus. Perdarahan menstruasi dapat menjadi lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya. Pada wanita yang telah menopause, perdarahan abnormal ini yang menjadi keluhan utama dan membawa mereka pergi ke dokter ( American Cancer Society, 2007).

Selain perdarahan abnormal, keputihan juga merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Warnanya pun menjadi kekuningan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif (Mardjikoen, 2008).

Perdarahan spontan saat defekasi dapat pula ditemukan. Hal ini terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala. Adanya perdarahan abnormal pervaginam saat defekasi perlu dicurigai kemungkinan adanya karsinoma serviks uteri tingkat lanjut (Mardjikoen, 2008). Gejala-gejala hematuria atau perdarahan per rektal timbul bila tumor sudah menginvasi vesika urinaria atau rektum. Jika terjadi perdarahan kronik, maka penderita akan mengalami anemia, kehilangan berat badan, lelah dan gejala konstitusional lainnya (Randall, 2005).


(26)

Pasien dapat mengeluhkan nyeri yang berat. Nyeri dapat dirasakan saat penderita melakukan hubungan seksual. Nyeri di pelvis atau di hipogastrium dapat disebabkan oleh tumor yang nekrotik atau radang panggul. Bila muncul nyeri di daerah lumbosakral maka dapat dicurigai terjadi hidronefrosis atau penyebaran ke kelenjar getah bening yang meluas ke akar lumbosakral. Nyeri di epigastrium timbul bila penyebaran mengenai kelenjar getah bening yang lebih tinggi (Randall, 2005).

Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat lesi pada daerah serviks. Beberapa lesi dapat tersembunyi di kanal bagian endoserviks, namun dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Semakin lebar diameter lesi maka semakin sempit jarak antara tumor dengan dinding pelvis (Randall, 2005).

2.1.6. Deteksi Dini Kanker Serviks

Kanker serviks dapat dicegah dan diobati bila terdeteksi sedini mungkin (Zeller, 2007). Deteksi dini kanker serviks ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih lokal dan belum invasif seperti pada lesi prakanker dan kanker stadium awal.

Deteksi dini kanker serviks direkomendasikan bagi seluruh wanita yang telah aktif secara seksual dan dapat dimulai dalam tiga tahun setelah koitus pertama (Zeller, 2007). Rasjidi, (2008) menyebutkan beberapa cara deteksi dini kanker serviks adalah melalui:

a. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), merupakan metode inspeksi yang sangat sederhana, murah, nyaman, praktis, dan mudah (Depkes, 2008). Pemeriksaan ini mendeteksi kanker serviks dengan cara mengoleskan larutan asam asetat 3%-5% pada serviks sebelum melakukan inspeksi visual. Penilaian serviks dilakukan setelah beberapa menit pasca pengolesan larutan asam asetat dengan menggunakan penerangan yang layak. Serviks normal akan terlihat merah muda pada bagian ektoserviks dan kemerahan di bagian endoserviks, sedangkan serviks yang mengalami lesi prakanker akan


(27)

terlihat putih (acetowhite). Pemeriksaan ini disebut positif bila terdapat area putih di sekitar porsio serviks (Carr, 2004).

b. Pemeriksaan Pap smear, merupakan pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil contoh sel epitel serviks melalui kerokan dengan spatula khusus, kemudian hasil kerokan diapuskan pada kaca objek. Apusan sel pada kaca objek tersebut selanjutnya diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi (American Cancer Society, 2008).

c. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan sumber cahaya yang terang untuk memperbesar gambaran visual serviks, sehingga dapat membantu diagnosa neoplasia serviks (Rasjidi, 2008).

d. Pemeriksaan DNA HPV ini dilakukan berupa pengambilan sampel untuk mengetahui adanya infeksi HPV dengan menggunakan lidi kapas atau sikat. Tes ini lebih berguna bila dikombinasikan dengan pemeriksaan sitologi (Rasjidi, 2008).

Menurut Menkes, masalah utama dalam penanggulangan kanker di Indonesia adalah besarnya biaya perawatan dan pelayanan yang lama. Hal ini tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi (economic loss) bagi penderita tetapi juga bagi keluarga dan pemerintah. Selain itu, hingga kini masih dirasakan terbatasnya tenaga kesehatan yang profesional serta sarana dan prasarana pendukungnya (Depkes, 2008).

2.1.7. Stadium Klinis Kanker Serviks

Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO (Federation of Gynecology and Obsetrics) masih berdasarkan pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto toraks dan sistoskopi serta erktoskopi (Edianto, 2006).

Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 (Edianto, 2006) Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepithelial

Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)


(28)

mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial

dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia

Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum melibatkan parametrium

Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul

Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduksi

Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum Stadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

2.1.8. Pencegahan Kanker Serviks

Pencegahan kanker serviks terdiri atas pencegahan primer, dan sekunder. Pencegahan primer berupa menunda onset aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signnifikan; penggunaan kontrasepsi barier (kondom, diafragma, dan spermisida) ang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit kambing; penggunaan vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien dapat mengurangi infeksi HPV karena mempunyai kemampuan proteksi >90% (Rasjidi, 2008). Vaksinasi ini


(29)

lebih bermanfaat bila diberikan pada wanita yang belum pernah terinfeksi HPV (Mayrand, 2007). Kemudian Stanley (2008) mengatakan bahwa sekarang ini telah tersedia dua vaksin terbaru HPV L1, yaitu produk kuadrivalen HPV 6/11/16/18 dan bivalen HPV 16/18. Proteksi vaksin ini bertahan sampai 5 tahun. Vaksin ini akan menurunkan tetapi tidak mengeliminasi resiko untuk mengalami kanker serviks. Kedua vaksin ini sangat imunogenik dan ditoleransi dengan baik.

Pencegahan Sekunder terdiri untuk pasien dengan risiko sedang dan pasien risiko tinggi. Hasil tes Pap’s yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut dengan selisih waktu antar pemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien (pasangan hubungan seksual) yang level aktivitasnya tidak diketahui, dianjurkan untuk melakukan tes Pap setiap tahun pada pasien dengan risiko sedang. Sedangkan pada pasien risiko tinggi yatiu pasien yang memulai hubngan seksual pada usia <18 tahun dan wanita yang mempunyai banyak pasangan seksual seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang (Rasjidi, 2008)

Sirkumsisi pada pasangan seksual juga merupakan tindak pencegahan primer karena mampu menurunkan risiko kanker serviks (Castellsagué, 2002). Selain itu, sekarang telah tersedia vaksin imunisasi HPV untuk pencegahan kanker serviks. Namun, bagaimanapun juga vaksinasi tidak dapat menggeser tindakan deteksi dini dan tidak semua wanita dianjurkan melakukan imunisasi ini. Imunisasi ini lebih bermanfaat bila diberikan pada wanita yang belum pernah terinfeksi HPV (Mayrand, 2007). Kemudian, Stanley (2008) mengatakan bahwa sekarang ini telah tersedia dua vaksin terbaru HPV L1, yaitu produk kuadrivalen HPV6/11/16/18 dan bivalen HPV 16/18. Proteksi vaksin ini bertahan sampai 5 tahun. Vaksin ini akan menurunkan tetapi tidak mengeliminasi risiko untuk mengalami karsinoma serviks uteri. Kedua vaksin ini sangat imunogenik dan ditoleransi dengat baik.

Kemudian, bila seorang wanita telah mengalami lesi prakanker maka tindak pencegahan yang dapat dilakukannya adalah tindak pencegahan sekunder,


(30)

yaitu upaya mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut dengan melakukan pengobatan segera. Sedangkan tindak pencegahan tersier diperuntukkan bagi wanita yang mengalami kanker serviks. Tindak pencegahan terakhir ini bertujuan untuk mencegah munculnya komplikasi akibat penyakit ini (Sukardja, 2000).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Variabel dependen. Kejadian kanker serviks adalah pasien yang telah didiagnosa menderita kanker serviks berdasarkan pemeriksaan histopatologik biopsi jaringan.

Variabel independen. Karakteristik individu terdiri dari:

a. Umur adalah jumlah tahun hidup pasien sejak lahir sampai terdiagnosa menderita kanker serviks yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-2009

b. Agama adalah kepercayaan yang diyakini penderita kanker serviks sesuai dengan yang tertulis di rekam medis tahun 2008-2009

c. Suku adalah bagian dari kebudayaan dengan corak yang khas pada penderita kanker serviks yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-2009

d. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang terdapat pada penderita kanker serviks yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-2009

e. Pekerjaan adalah aktivitas rutin dan utama yang dilakukan penderita kanker serviks yang menghasilkan uang atau tidak yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-2009

Karakteristik Individu Penderita

Stadium Klinis Kanker serviks


(32)

f. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita kanker serviks dengan bayi hidup atau meninggal yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-2009

g. Merokok adalah kebiasaan merokok sehari-hari yang dilakukan penderita kanker serviks yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-2009

h. Riwayat Pernikahan adalah riwayat yang menyebutkan berapa kali penderita tersebut melakukan pernikahan yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-2009

i. Usia pertama kali menikah/melakukan hubungan seks adalah usia penderita saat melakukan pernikahan pertama yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-2009

j. Stadium Klinis adalah tingkat keganasan kanker serviks berdasarkan hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis tahun 2008-2009

Tabel 3.1 Metode Pengukuran

No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Umur Rekam Medis 1. ≤40 tahun

2. >40 tahun

Nominal

2. Agama Rekam Medis 1. Islam

2. Kristen 3. Budha 4. Hindu

Nominal

3. Suku Rekam Medis 1. Jawa

2. Batak 3. Aceh 4. Nias

5. Lain-lain (Minang dan Melayu)

Nominal

4 Pendidikan Rekam Medis 1. Tidak Sekolah /

tidak Tamat SD 2. Pendidikan Dasar 3. Pendidikan

Menengah

4. Pendidikan Tinggi


(33)

5 Pekerjaan Rekam Medis 1. Ibu Rumah Tangga

2. Pegawai Negeri/

Swasta 3. Wiraswasta 4. Petani

Nominal

6 Pekerjaan Suami

Rekam Medis 1. Supir

2. Pegawai/Pensiunan 3. Lain-lain

(wiraswasta, petani,Tentara) 7 Paritas Rekam Medis 1. ≤4 orang (tidak

beresiko)

2. >4 orang (beresiko)

Nominal

8 Riwayat Merokok

Rekam Medis 1. Perokok 2. Tidak perokok

Nominal 9 Riwayat

Pernikahan

Rekam Medis 1. >1 orang 2. ≤1 orang

Nominal 10 Usia pertama

menikah

Rekam Medis 4. ≤20 tahun 5. >20 tahun

Nominal

Stadium Klinis Rekam Medis 1. Stadium Awal

(stadium 0-stadium IIA)

2. Stadium Lanjut

(stadium IIB-stadium IVB)

Nominal

3.3. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ”ada hubungan antara karakteristik individu dengan stadium klinis kanker serviks”.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan pendekatan crossectional yang menilai hubungan antara karakteristik individu dengan stadium klinis kanker serviks.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu

Penelitian ini mulai dari pengumpulan proposal sampai pengumpulan hasil yaitu dilakukan pada bulan Februari sampai November 2010.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut memiliki data rekam medis yang baik dan guna terpenuhinya jumlah sampel yang dibutuhkan dan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah regional Sumatera.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh pasien yang didiagnosa kanker serviks yang melakukan pengobatan ke RSUP H. Adam Malik Tahun 2008 – 2009 dengan jumlah 176 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah total populasi yaitu semua penderita kanker serviks yang melakukan pengobatan di RSUP H. Adam Malik Tahun 2008 – 2009.


(35)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini adalah data sekunder berupa rekam medis yang ada di RSUP H, Adam Malik.

4.5. Metode Analisis Data

Analisis dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan 95%. Pengolahan data dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 13.0.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Pemerintah dengan Kategori Kelas A. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP HAM Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk Wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang diperoleh untuk penyakit kanker serviks pada tahun 2008–2009 berjumlah 176 orang. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks meliputi umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan suami, jumlah paritas, riwayat merokok, riwayat pernikahan, usia pertama kali menikah dan stadium klinis. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada Tabel 5.1.


(37)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks

Umur f (orang) %

≤40 Tahun >40 Tahun

26 150

14.2 85.8

Jumlah 176 100

Agama f (orang) %

Islam Kristen Budha Hindu 113 59 3 1 64.2 33.5 1.7 0.6

Jumlah 176 100

Suku f (orang) %

Jawa Batak Aceh Nias

Lain-lain (Minang, Melayu)

49 87 25 4 11 27.8 49.4 14.2 2.3 6.3

Jumlah 176 100

Pendidikan Pasien f (orang) %

Tidak Sekolah/tidak tamat SD Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan tinggi 24 80 61 11 13.6 45.5 34.6 6.3

Jumlah 176 100

Pekerjaan f (orang) %

Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri/Swasta Wiraswasta Petani 113 21 17 25 64.2 11.9 9.7 14.2

Jumlah 176 100

Pekerjaan Suami f (orang) %

Supir Pegawai/Pensiunan Lain-lain (Wiraswasta,petani,tentara) 53 20 103 30.1 11.4 58.5

Total 176 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker serviks, persentasi tertinggi terdapat pada kelompok umur >40 tahun yaitu 85,8% dan terendah pada kelompok umur ≤41 tahun yaitu 14,2%.


(38)

Agama penderita kanker serviks terbesar agama Islam, dan terkecil adalah agama Hindu yaitu 0,6%. Sebanyak 176 penderita kanker servik suku yang mendominasi adalah suku Batak yaitu 49,4%, diikuti suku Jawa 27,8%, suku Aceh 14,2%, lain-lain (Minang dan Melayu) 6,3% dan terkecil adalah suku Nias yaitu 2,3%. Segi pendidikan penderita kanker serviks dapat terlihat bahwa pendidikan dasar yaitu 44,5% merupakan pendidikan yang paling banyak dari 176 orang penderita dan pada kelompok pendidikan tinggi yaitu 6,3% adalah kelompok penderita yang terkecil. Untuk pekerjaan penderita kanker serviks terbesar adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 64,2% dan terkecil adalah wiraswasta yaitu 9,7%. Sedangkan pekerjaan suami yang memiliki frekuensi tertinggi adalah lain-lain(Wiraswasta,Petani,Tentara) yaitu 58,5% dan terendah pekerjaan sebagai pegawai/pensiunan sebesar 11.4%.

5.1.3. Paritas Penderita Kanker Serviks

Penelitian ini melihat seberapa banyak paritas yang dimiliki oleh seorang penderita kanker serviks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Distribusi Paritas Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009

Paritas f (orang) %

≤4 76 43.2

>4 100 56.8

Total 176 100

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker serviks berdasarkan paritas yang terbesar adalah >4 orang yaitu 56,8% dan terkecil adalah yang memiliki paritas ≤4 orang yaitu 43,2%.

5.1.4. Riwayat Merokok Penderita Kanker Serviks

Penelitian ini melihat bagaimana riwayat merokok pada penderita kanker serviks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(39)

Tabel 5.3

Distribusi Riwayat Merokok Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009

Riwayat Merokok f (orang) %

Perokok 36 20.5

Tidak Perokok 140 79.5

Jumlah 176 100

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita Kanker serviks, yang menjadi penderita tidak seorang perokok sebanyak 79,5% yang menempati persentasi terbesar dan terkecil adalah perokok yaitu 20,5%.

5.1.5. Riwayat Pernikahan Penderita Kanker Serviks

Riwayat pernikahan juga merupakan suatu aspek yang dilihat peneliti pada penderita kanker serviks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4

Distribusi Riwayat Pernikahan Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009

Riwayat Pernikahan f (orang) %

>1 kali 35 19.9

≤1 kali 141 81.1

Jumlah 176 100

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 176 orang penderita kanker serviks memiliki riwayat pernikahan ≤1 kali menempati persentasi terbesar yaitu 81,1%, dan terkecil adalah >1 kali yaitu 19,9%.

5.1.6. Umur Saat Pertama Menikah Penderita Kanker Serviks

Umur saat pertama menikah merupakan suatu aspek yang dilihat peneliti pada penderita kanker serviks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(40)

Tabel 5.5

Distribusi Umur Saat Pertama Menikah penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009

Umur Saat Pertama Kawin f (orang) %

≤20 Tahun 103 58.5

>20 Tahun 73 41.5

Jumlah 176 100

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker serviks persentasi terbesar umur saat pertama menikah adalah pada umur ≤20 tahun yaitu 58,5% dan terkecil adalah umur >20 tahun yaitu 41,3%.

5.1.7. Stadium Klinis Kanker Penderita Kanker Serviks

Stadium klinis ini berguna untuk menentukan apakah dari beberapa karakteristik individu yang diambil berhubungan dengan stadium yang dialami penderita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6

Distribusi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Stadium Klinis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009

Stadium Klinis Kanker f %

Stadium Awal (Stadium 0-Stadium IIA) 45 25.6

Stadium Lanjut (Stadium IIB-Stadium IVB) 131 73.4

Jumlah 176 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker serviks berdsarkan stadium klinis adalah Stadium Lanjut (Stadium IIB-Stadium IVB) yaitu 73,4% yang merupakan persentasi terbesar dan terkecil adalah Stadium Awal (Stadium 0-Stadium IIA) yaitu 25,6%.

5.1.8. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat terdapat hubungan atau tidaknya dar beberapa karakteristik individu tersebut.


(41)

A. Umur dengan Stadium Klinis

Tabel 5.7

Distribusi Umur dengan stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009

Stadium Klinis Umur Total

≤40 Tahun >40 Tahun

f % f % f %

Awal 11 42.3 34 22.7 45 25.6

Lanjut 15 52.7 116 77.3 131 74.4

Total 26 100 150 100 176 100

X2 = 4,492 df = 1 p = 0,034

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA), penderita dengan umur ≤41 tahun sebanyak 42,3%, sedangkan umur >40 tahun sebanyak 22,7%. Untuk umur ≤41 tahun dari 131 penderita kanker stadium klinis lanjut (stadium IIB-stadium IVB) sebanyak 52,7%, sedangkan pada umur >40 tahun sebanyak 77,3%.

Hasil Uji chi-Square ditemukan nilai p<0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara umur dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008-2009, dimana pada penderita kelompok umur ≤41 tahun ditemukan kanker serviks stadium awal (stadium 0-stadiumIIA), sedangkan penderita dengan kelompok umur >40 tahun lebih banyak ditemukan kanker yang stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB).

B. Paritas dengan Stadium Klinis Tabel 5.8

Distribusi Paritas dengan stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik 2008–2009

Stadium Klinis Paritas Total

≤4 Orang >4 Orang

f % f % f %

Awal 36 47.4 9 9.0 45 25.6

Lanjut 40 56.6 91 91.0 131 74.4

Total 76 100 100 100 176 100

X2 = 33,403 df = 1 p = 0.000

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker serviks dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA), persentase penderita


(42)

dengan paritas ≤4 orang sebanyak 47,4% dan >4 orang 9,0%. Sedangkan paritas dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut (stadium IIB-stadium IVB) adalah

≤4 orang sebanyak 56,6% dan paritas >4 orang sebanyak 91,0%.

Hasil uji chi square ditemuka n p<0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana penderita dengan paritas ≤4 orang lebih banyak ditemukan kanker serviks Stadium Awal (Stadium 0-Stadium IIA), sedangkan >4 orang lebih banyak ditemukan kanker Stadium Lanjut (Stadium IIB-Stadium IVB).

C. Riwayat Merokok dengan Stadium Klinis Tabel 5.9

Distribusi Riwayat Merokok dengan Stadium Klinis Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009

Stadium Klinis Riwayat Merokok Total

Perokok Tidak Perokok

f % f % f %

Awal 9 25.0 36 25.4 45 25.6

Lanjut 27 75.0 104 74.6 131 74.4

Total 36 100 140 100 176 100

X2 = 0,008 df = 1 p = 0.930

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker serviks stadium awal (stadium 0-stadium IIA), persentasi penderita yang seorang perokok 25,5% dan tidak perokok sebanyak 25,4%. Sedangkan riwayat merokok dari 131 orang pada stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB) adalah seorang perokok yaitu 75,0% dan tidak pernah sebanyak 74,6%.

Hasil uji chi square ditemukan p>0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009.


(43)

D. Riwayat Pernikahan dengan Stadium Klinis Tabel 5.10

Distribusi Riwayat Pernikahan dengan stadium klinis Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009

Stadium Klinis Riwayat Pernikahan Total

>1 ≤1

f % f % f %

Awal 4 11.4 41 29.1 45 25.6

Lanjut 31 88.6 100 70.9 131 74.4

Total 35 100 141 100 176 100

X2 = 4,590 df = 1 p = 0.032

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker serviks dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA), jumlah penderita dengan riwayat pernikahan >1 kali sebanyak 11,4% dan riwayat pernikahan ≤1 sebanyak 29,1%. Sedangkan dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut (stadium IIB-stadium IVB) adalah yang memiliki riwayat pernikahan >1 kali sebanyak 88,6% dan riwayat tidak pernah sebanyak 70,9%

Hasil uji chi square ditemuka n p<0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat pernikahan dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana dari 35 penderita yang memiliki pernikahan >1 kali lebih banyak ditemuka n pada stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB), sedangkan pada stadium awal (stadium 0-stadium IIA) sedikit.

E. Usia Menikah dengan Stadium Klinis Tabel 5.11

Distribusi Usia Menikah Berdasarkan Stadium Klinis Penderita Kanker Serviks di RSP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 – 2009

Stadium Klinis Usia Menikah Total

≤20 Tahun >20 Tahun

f % f % f %

Awal 20 19.4 25 34.2 45 25.6

Lanjut 83 80.6 48 65.8 131 74.4

Total 103 100 73 100 176 100


(44)

Berdasarkan Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker serviks dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA), persentasi penderita dengan usia menikah ≤20 tahun sebanyak 19,4% dan >20 tahun 34,2%. Sedangkan usia menikah dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut (stadium IIB-stadium IVB) adalah ≤20 tahun sebanyak 80,6% dan usia menikah >20 tahun sebanyak 65,8%.

Hasil uji chi square ditemuka n p<0,05 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara Usia menikah dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana penderita dengan stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB) banyak ditemukan pada usia menikah ≤20 tahun, sedangkan penderita dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA) lebih banyak pada usia menikah >20 tahun.

F. Pekerjaan Suami dengan Stadium Klinis Tabel 5.12

Distribusi Pekerjaan Suami dengan Stadium Klinis Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009

Stadium Klinis Pekerjaan Suami Total

Supir Pegawai/pen siunan

lain-lain(wiraswasta,

petani,tentara)

f % f % f % f %

Awal 10 18.9 7 35.0 28 27.2 45 25.6

Lanjut 43 81.1 13 65.0 75 72.8 131 74.4

Total 53 100 20 100 103 100 176 100

X2 = 2,327 df = 2 p = 0.312

Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker serviks stadium awal (stadium 0-stadium IIA) pekerjaan suami yang tertinggi berupa lain-lain (wiraswasta,petani,tentara) yaitu 27,2% dan terendah sebagai supir 18,9% sedangkan pada stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB) dari 131 penderita kanker serviks,pekerjaan suami tertinggi pada supir sebesar 81,1% dan terendah sebagai pegawai/pensiunan sebesar 65.0%.


(45)

Hasil uji chi square ditemukan p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Umur Penderita Kanker seviks

Persentasi kelompok umur penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009 yang paling besar adalah pada kelompok Umur >40 tahun (85,2%) dan yang terkecil adalah kelompok umur ≤41 tahun (14,2%).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zai (2009) tentang Karakteristik individu penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa persentasi umur penderita kanker serviks terbanyak adalah pada kelompok umur >40 tahun (76,8%) dari 492 kasus. Lilis (2002) tentang karakteristik karsinoma serviks menyebutkan bahwa penderita kanker serviks uteri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terbesar berada pada kelompok umur >40 tahun (85,8%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwipoyono (1998) yang menyebutkan bahwa dari 175 kasus penderita kanker serviks frekuensi tertinggi pada kelompok umur 40–60 tahun 54,3% (95 orang). Hasil penelitian di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2000-2002, penderita kanker serviks terbanyak terdapat pada kelompok umur >40 tahun yaitu 58,9% dari 141 kasus (Ginting, 2003).

Banyaknya ditemukan penderita yang berumur >40 tahun disebabkan terjadinya perubahan derajat sel epitel displasia dan karsinoma invasif memerlukan waktu yang relatif lama, dari displasia menjadi karsinoma insitu diperlukan waktu sekitar 1-7 tahun sedangkan dari karsinoma insitu menjadi karsinoma invasif diperlukan waktu 3–20 tahun (Tambunan, 1995).

Ditemukannya penderita kanker serviks pada usia tua menunjukkan bahwa perhatian masyarakat terhadap deteksi dini kanker serviks masih belum baik, disamping insidensi yang tinggi pada usia tua menandakan bahwa kanker serviks biasanya baru dapat diketahui setelah mencapai stadium lanjut karena pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang spesifik.


(46)

5.2.2. Agama Penderita Kanker Serviks

Berdasarkan persentasi dari 176 penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 persentasi agama terbanyak ditemukan adalah agama Islam (64,2%), diikuti agama Kristen 33,5%, Budha 1,7% dan terkecil adalah agama Hindu yaitu 0,6%.

Hal ini bukan menyimpulkan bahwa yang beragama Islam lebih berisiko terhadap terjadinya kanker serviks dan yang beragama hindu tidak berisiko, namun hal ini berkaitan dengan penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut adalah lebih banyak pada masyarakat yang beragama Islam. Ditinjau dari segi lain, peneliti melihat hal ini bertentangan dengan beberapa teori yaitu, pada ummat yang beragama Islam, buat kaum Adam atau pria mewajibkan untuk melakukan sirkumsisi, dimana literatur menyebutkan sirkumsisi pada pasangan seksual juga merupakan tindak pencegahan primer karena mampu menurunkan risiko kanker serviks (Castellsagué, 2002).

5.2.3. Suku Penderita Kanker serviks

Proporsi suku penderita kanker serviks terbesar adalah suku Batak yaitu 49,4%, diikuti suku Jawa 27,8%, suku Aceh 14,2%, lain-lain (Minang dan Melayu) 6,3 % dan terkecil adalah suku Nias yaitu 2,3%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hibridawati (2001) tentang karakteristik distribusi penderita kanker leher rahim yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1998–2000, dimana ditemukan penderita kanker serviks terbesar pada suku Batak sebanyak 47,47% dan Hasil Penelitian Ginting (2003) di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2000–2002 juga ditemukan penderita kanker serviks terbesar pada suku batak sebesar 48,9%. Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005–2008 dilakukan penelitian tentang karakteristik individu penderita kanker serviks dengan hasil suku terbanyak yaitu suku Batak 66,7% (Handayani, 2009)

Hal ini bukan berarti bahwa suku Batak berisiko tinggi terhadap penyakit kanker serviks, tetapi kemungkinan disebabkan penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut lebih banyak masyarakat yang suku Batak.


(47)

5.2.4. Pendidikan Penderita Kanker Serviks

Persentasi pendidikan penderita kanker serviks yang terbesar adalah pendidikan dasar yaitu 44,5%, diikuti Penderita dengan Pendidikan menengah sebesar 34,6%, tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 13,6% dan pendidikan terkecil adalah pendidikan tinggi yaitu 6,3%.

Hal ini sejalan dengan penelitian Zai (2009) tentang Karakteristik individu penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa persentasi pendidikan penderita kanker serviks yang terbesar adalah pendidikan dasar yaitu 50,5%. Demikian juga hasil penelitian oleh Irianti (2003) ditemukan bahwa penderita kanker leher rahim di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1998–2002 yang terbesar adalah Sekolah Dasar (SD) sebesar 60,7% dan yang terkecil adalah Pendidikan Tinggi 3,6%. Di Indonesia khususnya daerah Sumatera Utara, mayoritas penduduknya masih berpendidikan rendah, data Badan Pusat Statistik (BPS) (2002) menunjukkan bahwa proporsi penduduk sumatera utara tahun 2001 yang berpendidikan rendah sebesar 38,59%.

Dari hal ini diasumsikan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi terhadap penyakit yang dialaminya, karena ia kurang mengetahui apa saja yang menjadi faktor risiko terhadap terjadinya kanker serviks dan juga kurangnya rasa ingin tahu tentang berbagai penyakit dikarenakan kurangnya tingkat pengetahuannya.

5.2.5. Pekerjaan Penderita Kanker Serviks

Pekerjaan penderita kanker serviks terbesar adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 64,2% diikuti dengan pekerjaan petani sebesar 14,2%, pegawai 11,9% dan terkecil adalah wiraswasta yaitu 9,7%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2008) tentang karakteristik penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2003–2007 dari 183 penderita kanker serviks 60,7% adalah sebagai ibu rumah tangga. Disamping itu penelitian Handayani (2009) di RS Santa Elisabeth menunjukkan persentasi tertinggi pekerjaan penderita kanker serviks adalah ibu rumah tangga sebesar 61,0%. Demikian juga


(48)

hasil penelitian Zai (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2003-2007, mendapatkan pekerjaan penderita kanker serviks yang terbanyak adalah pada kelompok pekerjaan ibu rumah tangga sebesar 78,2 %.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang wanita tergantung terhadap pasangannya baik dari segi ekonomi maupun sosial, seorang wanita tidak memiliki kekuatan dalam rumah tangga, dan banyaknya wanita yang menikah dengan seorang pria yang jauh lebih tua darinya, yang ia tidak mengetahui bagaimana prilaku seksual pria tersebut sebelumnya. Seorang wanita tidak berani menanyakan apakah pasangannya melakukan hubungan seksual dengan orang lain dengan alasan takut diceraikan, sehingga pada seorang wanita yang tergantung pada pasangannya sering mengalami penyakit menular seksual (UNAIDS/WHO,1999). Selain itu, peneliti juga melihat data yang tertera dari rekam medis bahwa perkerjaan suami yang melakukan pekerjaan sebagai supir memiliki bakat untuk terjadinya kanker serviks pada stadium lanjut.

5.2.6. Stadium Klinis

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker serviks berdsarkan stadium klinis adalah Stadium Lanjut (Stadium IIB-Stadium IVB) yaitu 73,4% yang merupakan persentase terbesar dan terkecil adalah Stadium Awal (Stadium 0-Stadium IIA) yaitu 25,6%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di rumah sakit Elisabeth Medan tentang karakteristik penderita kanker serviks dengan hasil panderita pada stadium lanjut sebesar 65,2%.

Pada stadium klinik awal sering tidak menimbulkan gejala dan umumnya penderita datang karena sudah terjadi perdarahan pervaginam sehingga pada stadium lanjut peroporsi penderita kanker serviks menjadi lebih tinggi. Data di RSCM tahun 1997-1998 pada umumnya penderita datang pada stadium lanjut 66,4% dan datang pada stadium awal hanya 28,6% (Yatim, 2005). Petugas kesehatan dalam hal ini memiliki peranan penting untuk mengetahui gejala klinisnya sehingga dapat memberitahukan kepada ibu-ibu apa yang menjadi risikonya. Penelitian yang dilakukan oleh Hisworo (2010) tentang Tingkat


(49)

Pengetahuan dan Sikap Bidan serta Perawat Terhadap Bahaya Kanker Serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan yaitu dari 33 responden diperoleh 18 orang memiliki pengetahuan baik dan 15 orang memiliki pengetahuan sedang.

5.2.7. Umur Berdasarkan stadium Klinis

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker dengan stadium awal, penderita dengan umur ≤41 tahun sebanyak 42,3 %, sedangkan umur >40 tahun sebanyak 22,7%. Untuk umur ≤41 tahun dari 131 penderita kanker stadium klinis lanjut sebanyak 52,7%, sedangkan pada umur >40 tahun sebanyak 77,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zai (2009) yang menyatakan bahwa proporsi kelompok umur terbesar berdasarkan stadium klinis kanker adalah kelompok umur >40 tahun dengan stadium berat (84,9%).

Hasil Uji chi-Square ditemukan nilai p<0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara umur berdasarkan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008-2009, dimana pada penderita kelompok umur ≤41 tahun ditemukan kanker serviks stadium awal, sedangkan penderita dengan kelompok umur >40 tahun lebih banyak ditemukan kanker yang stadium lanjut. Hal ini menunjukkan semakin tinggi umur penderita kanker serviks, semakin lama penderita mengidap penyakit tersebut sehingga stadium klinis kanker semakin berat. Penyakit neoplastik serviks biasanya berkembang dari displasia menjadi karsinoma in situ kemudian menjadi karsinoma invasif. Perkembangan dari awal hingga akhir memerlukan waktu 8-30 tahun (Rasjidi, 2008). Sehingga pada usia tua terdeteksinya kanker serviks yang telah masuk ke stadium lanjut.

Yatim (2005) menyebutkan bahwa stadium Ib, IIa dan IIb sering terdapat pada kelompok umur 34–44 tahun, sedangkan stadium III b sering terdapat pada kelompok umur 45–54 tahun. Berdasarkan patogenesis kanker serviks, dalam perjalanan pertumbuhan prakarsinoma sebagian besar regresi menjadi epitel dengan perubahan minimal sampai normal. Demikian juga karsinoma insitu sebagian kecil mengalami regresi menjadi displasia sedang maupun ringan. Akan


(50)

tetapi karsinoma invasif akan semakin meningkat ke stadium yang lebih berat jika tidak segera di obati (Bustan, 2000).

5.2.8. Paritas Berdasarkan Stadium Klinis

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker serviks dengan stadium awal, persentase penderita dengan paritas ≤4 orang sebanyak 47,4% dan >4 orang 9,0%. Sedangkan paritas dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut adalah ≤4 orang sebanyak 56,6% dan paritas >4 orang sebanyak 91,0%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menemukan penderita kanker serviks yang memiliki paritas > 4 orang berada pada stadium klinis berat yaitu 52,7% (Zai, 2009) .

Hasil uji chi-square ditemukan p<0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara paritas berdasarkan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana penderita dengan paritas ≤4 orang lebih banyak ditemukan kanker serviks stadium awal, sedangkan >4 orang lebih banyak ditemukan kanker stadium lanjut.

Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3–5 kali (Harjono, 1996). Menurut teori pada umumnya kanker serviks paling banyak dijumpai pada wanita yang sering melahirkan walaupun kategori sering melahirkan belum ada keseragaman para ahli kanker memberi batasan 3-5 kali melahirkan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan Melva (2008) di RSUP H. Adam Malik yang menyatakan bahwa penderita yang mengalamai kanker serviks lebih berat yaitu pada paritas ≤3 orang. Rasjidi (2008) juga menyebutkan bahwa seorang wanita yang memiliki paritas >4 orang memiliki risiko menderita kanker serviks dengan stadium yang lebih berat.

5.2.9. Riwayat Merokok Berdasarkan Stadium Klinis

Berdasarkan hasil dari penelitian, maka hasil uji chi square ditemukan p>0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok berdasarkan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009. Hal ini sejalan dengan penelitian yang


(51)

dilakukan oleh Melva (2008) tentang faktor risiko kejadian kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan yaitu pada stadium klinis berat 65 penderita merupakan bukan seorang perokok.

Penyebab dari kanker serviks adalah Human Pavilloma Virus (HPV), tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks yang lebih parah sehingga saat dilakukan pemeriksaan telah sampai pada stadium lanjut karena zat nikotin yang dikandung memudahkan virus masuk ke dalam serviks. Studi ini menunjukkan bahwa nikotin yang di dapat dari asap ditemukan pada mukus serviks perokok yang mungkin menyebabkan efek genotoxic atau imunosupresif (Hoskin, 2000). Tetapi teori yang ada tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

5.2.10.Riwayat Pernikahan berdasarkan stadium klinis

Berdasarkan Tabel 5.10 sebelumnya diketahui bahwa dari 45 penderita kanker serviks dengan stadium awal, jumlah penderita dengan riwayat pernikahan >1 kali sebanyak 11,4% dan riwayat pernikahan ≤1 sebanyak 29,1%. Sedangkan dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut adalah yang memiliki riwayat pernikahan >1 kali sebanyak 88,6% dan riwayat tidak pernah sebanyak 70,9% Hasil uji chi square ditemuka n p<0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat pernikahan berdasarkan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana dari 35 penderita yang memiliki pernikahan >1 kali lebih banyak ditemuka n pada stadium lanjut, sedangkan pada stadium awal sedikit.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilis (2002) tentang karakteristik karsinoma serviks di RS Dr. Sardjito Yogyakarta yang menyatakan bahwa penderita kanker serviks memiliki riwayat perkawinan 1 kali (94,8%). Jumlah pasangan seksual yang banyak (>4 orang) merupakan faktor yang berhubungan erat dengan kejadian kanker serviks dan hal ini juga dapat meningkatkan derajat keparahan dari pasien (Rasjidi, 2008). Penelitian Indriyani, risiko seseorang untuk terkena kanker serviks dengan perkawinan lebih dari 1 kali


(52)

adalah meningkat 2,55 kali lebih tinggi diabnding dengan wanita tanpa kanker serviks.

Dari hasil penelitian yang di laksanakan di RSUP H. Adam Malik ditemukan kelompok yang mempunyai riwayat pernikahan ≤1 orang merupakan kelompok terbesar yang berada di stadium lanjut. Tidak seperti yang disebutkan teori dan beberapa hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia khususnya perempuan yang sudah berumah tangga, masih memegang norma dan budaya yang tinggi dimana akan merasa tabu bila mempunyai pasangan lebih dari 1 orang, risiko kanker serviks juga meningkat apabila berhubungan dengan pria berisiko tinggi seperti pria yang memiliki pekerjaan seperti supir luar kota atau yang mengidap penyakit infeksi.

5.2.11.Usia Menikah Berdasarkan Stadium Klinis

Berdasarkan Hasil uji chi square ditemukan p<0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Usia menikah berdasarkan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana penderita dengan stadium lanjut banyak ditemukan pada usia menikah ≤20 tahun, sedangkan penderita dengan stadium awal lebih banyak pada usia menikah >20 tahun.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Zai (2009) tentang Karakteristik penderita kanker leher rahim yang dirawat inap di RSUP HAM yang menyatakan bahwa pada umur <21 tahun penderita kanker serviks berada pada stadium lanjut sebesar 77,4%. Menurut Aziz (2002), wanita menikah dibawah umur 16 tahun, biasanya 10-12 kali lebih besar kemungkinan terjadninya kanker serviks dari pada mereka yang menikah setalah usia diatas 20 tahun, dimana pada usia tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitif dan serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena proses metaplasia skuamosa yang aktif, sehingga faktor ini dapat mengakibatkan seorang penderita kanker serviks berada pada stadium lanjut pada usia terdeteksinya kanker.

Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat


(53)

hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat (Rasjidi, 2008)

5.2.12.Pekerjaan Suami Penderita Kanker Serviks

Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker serviks stadium awal pekerjaan suami yang tertinggi berupa lain-lain (wiraswasta,petani,tentara) yaitu 27,2% dan terendah sebagai supir 18,9% sedangkan pada stadium lanjut dari 131 penderita kanker serviks,pekerjaan suami tertinggi pada supir sebesar 81,1% dan terendah sebagai pegawai/pensiunan sebesar 65.0%. Hasil uji chi square ditemukan p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009.

Hasil penelitian ini diasumsikan bahwa pada pekerjaan suami sebagai supir luar kota memiliki risiko untuk seorang penderita berada pada stadium lanjut yaitu karena suami berada jauh dari istri sehingga mereka sering melakukan hubungan seksual selain dengan istri. Namun untuk memperkuat asumsi ini, belum didapatnya penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pekerjaan seorang suami yang sering melakukan pekerjaan luar kota memiliki risiko tinggi bagi istri untuk menderita kanker serviks pada stadium lanjut.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan stadium klinis penderita kanker serviks di RSUP HAM Medan 2008-2009 sebagai berikut:

1. Karakteristik penderita kanker serviks adalah kelompok umur >40 tahun 85,8%, Agama Islam 64,2%, Suku Batak 49,4%, Pendidikan Dasar sebesar 45,5%, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 64,2%, paritas >4 orang 56,8%, penderita tidak perokok 79,5%, riwayat pernikahan ≤1 kali 81,1%, umut saat pertama menikah ≤20 tahun 58,5%, dan penderita pada stadium lanjut 73,4%.

2. Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan stadium klinis (p=0,034), paritas dengan stadium klinis (p=0.000), riwayat pernikahan dengan stadium klinis (p=0.032), usia menikah dengan stadium klinis (p=0.026).

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok dengan stadium klinis (p=0.930), pekerjaan suami dengan stadium klinis (p=0.312)

6.2. Saran

1. Kepada setiap rumah sakit agar lebih memperlengkap status pada rekam medis, karena hal ini sangat berguna baik bagi para klinisi maupun untuk penelitian.

2. Kepada pemerintah khususnya yang bersangkutan dengan kesehatan agar lebih mensosialisasikan tentang pemeriksaan kanker serviks pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual,agar dapat mendeteksi penyakit lebih dini.


(55)

3. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat menanyakan langsung kepada pasien, tidak hanya melalui rekam medis saja, karena pada rekam medis terdapat keterbatasan informasi yang mendukung.

4. Kepada kaum wanita atau pembaca agar lebih memperhatikan tanda dan gejala serta faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks dan segera memeriksakan diri apabila timbul kelainan yang dialami pada alat reproduksi sehingga kanker serviks yang ditemukan dalam stadium dini dan dapat ditangani segera


(56)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2008. Cancer Prevention & Early Detection Facts & Figures 2008. Atlanta: American Cancer Society.

American Cancer Society. 2007. Cancer Facts & Figures 2007. Atlanta: American Cancer Society.

Aziz, M. Farid., 2009. Gynecological cancer in Indonesia. J Gynecol Oncol 20(1): 8–10. Available from:

[Accessed 27 Februari 2010]

Aziz, M. Farid., 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks in: Ramli Muchils, Umbas Rainy, Panigoro S. Sonar., ed. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: FK UI. 97-100

Bagnato, Anna et all., 2002. Growth Inhibition of Cervix Carcinoma Cells in Vivo by Endothelin A Receptor Blockade. American AssociationCancer

Research: (62) 6381-6384. Available from:

BPS., 2002. Karakteristik Penduduk Kota Medan Propinsi Sumatera Utara Hasil Sensus Penduduk 2000. Medan : Badan Pusat Statistik

Bustan, M. N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. Rineka Cipta


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 33.403a 1 .000

Continuity Correctionb 31.418 1 .000

Likelihood Ratio 34.454 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

33.214 1 .000

N of Valid Cases 176

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.43.

b. Computed only for a 2x2 table

Stadium Klinis Kanker Serviks * Riwayat merokok Pasien Crosstabulation Riwayat merokok

Pasien

Total Perokok

Tidak perokok

Stadium Klinis Kanker Serviks

Stadium Awal (stadium 0 - stadium IIA)

Count 9 36 45

% within Riwayat merokok Pasien

25.0% 25.7% 25.6%

Stadium Lanjut (Stadium IIB - Stadium IVB)

Count 27 104 131

% within Riwayat merokok Pasien

75.0% 74.3% 74.4%

Total Count 36 140 176

% within Riwayat merokok Pasien


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .008a 1 .930

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .008 1 .930

Fisher's Exact Test 1.000 .558

Linear-by-Linear Association

.008 1 .930

N of Valid Cases 176

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.20.

b. Computed only for a 2x2 table

Stadium Klinis Kanker Serviks * Riwayat Pernikahan Crosstabulation Riwayat Pernikahan

Total >1 orang ≤1 orang

Stadium Klinis Kanker Serviks

Stadium Awal (stadium 0 - stadium IIA)

Count 4 41 45

% within Riwayat Pernikahan

11.4% 29.1% 25.6%

Stadium Lanjut (Stadium IIB - Stadium IVB)

Count 31 100 131

% within Riwayat Pernikahan

88.6% 70.9% 74.4%

Total Count 35 141 176

% within Riwayat Pernikahan

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.590a 1 .032

Continuity Correctionb 3.709 1 .054


(3)

Fisher's Exact Test .032 .022 Linear-by-Linear

Association

4.564 1 .033

N of Valid Cases 176

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.95.

b. Computed only for a 2x2 table

Stadium Klinis Kanker Serviks * Usia Menikah Pasien Crosstabulation Usia Menikah Pasien

Total

≤20 Tahun >20 Tahun Stadium Klinis

Kanker Serviks

Stadium Awal (stadium 0 - stadium IIA)

Count 20 25 45

% within Usia Menikah Pasien

19.4% 34.2% 25.6%

Stadium Lanjut (Stadium IIB - Stadium IVB)

Count 83 48 131

% within Usia Menikah Pasien

80.6% 65.8% 74.4%

Total Count 103 73 176

% within Usia Menikah Pasien

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.936a 1 .026

Continuity Correctionb 4.188 1 .041

Likelihood Ratio 4.884 1 .027

Fisher's Exact Test .035 .021

Linear-by-Linear Association

4.908 1 .027

N of Valid Cases 176

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.66.


(4)

Stadium Klinis Kanker Serviks * Pekerjaan Suami Crosstabulation Pekerjaan Suami

Total Supir

Pegawai/p ensiunan

lain-lain(wiraswa sta,petani,te

ntara)

Stadium Klinis Kanker Serviks

Stadium Awal (stadium 0 - stadium IIA)

Count 10 7 28 45

% within

Pekerjaan Suami

18.9% 35.0% 27.2% 25.6%

Stadium Lanjut (Stadium IIB - Stadium IVB)

Count 43 13 75 131

% within

Pekerjaan Suami

81.1% 65.0% 72.8% 74.4%

Total Count 53 20 103 176

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.327a 2 .312

Likelihood Ratio 2.348 2 .309

Linear-by-Linear Association 1.002 1 .317

N of Valid Cases 176

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.11.


(5)

(6)