Pemenuhan Spiritual pada Lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Hubungan dengan Diri Sendiri

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Alam n=31 Pernyataan Frekuensi Persentase TP n KK n SR n SL n Berjalan-jalan dan rekreasi Merasa nyaman bila lingkungan disekitar bersih Senang memelihara hewan peliharaan Menanam bunga maupun bercocok tanam Pekarangan rumah bersih dan rapi 1032.3 412.9 825.8 1238.7 - 722.6 619.4 1445.2 1038.7 26.5 1032.3 1548.4 412.9 412.9 1445.2 4 12.9 6 19.4 516.1 516.1 1545.2

5.2 Pembahasan Hasil dari penelitian yang diperoleh, pembahasan akan dilakukan untuk menjawab

pertanyaan penelitian tentang gambaran pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia.

5.2.1 Pemenuhan Spiritual pada Lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia

Hasil pengolahan data didapat bahwa pemenuhan Spiritual lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia termasuk dalam kategori cukup baik dengan Universitas Sumatera Utara frekuensi 19 dengan persentase 61,3 hal ini disebabkan karena lebih dari setengah responden 61 berada pada rentang usia 60-69 tahun dan pada usia tersebut sudah mengalami penurunan kemampuan untuk hidup secara produktif disertai keterbatasan yang mereka miliki serta sudah ditinggal pasangan hidup atau anak-anaknya. Disamping itu mayoritas 55 responden juga memiliki latar belakang pendidikan SD dan tidak memiliki pendidikan sehingga kemampuan dan pola berpikir mereka dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah masih terbatas. Hal ini sesuai dengan penelitian Swayana 2009 tentang pemenuhan spirituaalitas di kelurahan Mangga Jawa Barat termasuk dalam kategori cukup 58 dari 31 sampel dan hal tersebut dipengaruhi oleh lansia sudah tinggal sendiri dan lansia memiliki penyakit kronis.

5.2.2 Hubungan dengan Diri Sendiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiriritualitas dengan karakteristik hubungan dengan diri-sendiri yaitu sebanyak 16 responden 51.6 menyatakan sering mempercayai hari tua menjadi bahagia walaupun anak-anak tidak tinggal bersama, 14 responden 45.2 menyatakan sering mengetahui kekurangan yang ada dalam dirinya dan percaya serta meyakini hikmah darikejadian yang pernah dirasakan, 13 responden 22,6 menyatakan selalu menyadari bahwa masih bisa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah sendiri, 10 responden 41,9 menyatakan kadang-kadang menyediakan waktu untuk menenangkan diri dan selalu mengetahui kekurangan yang ada dalam diri. Hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan Fowler dan keen 1985 kepercayaan bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan Universitas Sumatera Utara kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.

5.2.3 Hubungan dengan Orang Lain