Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Model Analisis Data Deskripsi Data Penelitian

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut bersumber dari Jakarta Stock Exchange Monthly, JSX Statistic, dan Indonesian Capital Market Directory 2002-2006 yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta, yang memuat laporan keuangan tahunan dari setiap emiten, serta dari situs resmi Bursa Efek Jakarta http:www.jsx.co.id . Data yang digunakan merupakan gabungan data antar perusahaan properti cross section dan data antar waktu time series, yang disebut juga dengan pooling data.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Jakarta dan Bank Indonesia, serta dokumen berupa buletin khusus yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta.

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 1. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : a. Variabel terikat Y Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan properti. b. Variabel bebas X Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor fundamental perusahaan yang terdiri dari rasio-rasio : Return on Assets ROA, Return on Equity ROE, Debt to Equity Ratio DER, Price Earning Ratio PER, Earning Per Share EPS, Book Value BV dan risiko sistematik Beta.

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasikan, maka definisi operasional variabel adalah sebagai berikut : a. Harga Saham Y Harga saham merupakan realisasi harga saham tertinggi ditambah dengan harga saham terendah, kemudian dibagi dua setiap tahunnya, sebagaimana yang dilaporkan oleh Bursa Efek Jakarta. b. Faktor Fundamental X 1 perusahaan yang terdiri dari rasio-rasio keuangan, yaitu : 1. Return on Assets ROA X 1.1 Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva assets yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin baik dalam memberikan pengembalian kepada penanam modal. 2. Return on Equity ROE X 1.2 Return on Equity mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. 3. Debt to Equity Ratio DER X 1.3 Debt to Equity Ratio merupakan salah satu financial leverage yang dipertimbangkan sebagai variabel keuangan dalam penelitian ini karena secara teoritis menunjukkan risiko suatu perusahaan yang berdampak pada ketidakpastian harga saham suatu perusahaan. DER menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan ekuitas yang dimilikinya. 4. Price Earning Ratio PER X 1.4 Merupakan rasio nilai pasar yang mengukur perbandingan antara harga saham di pasar perdana dengan pendapatan yang diterima. 5. Earning Per Share EPS X 1.5 Earning Per Share EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba. 6. Book Value BV X 1.6 Book Value merupakan nilai buku saham yang menggambarkan perbandingan total modal equity terhadap jumlah saham. BV digunakan juga untuk melihat harga suatu securitas apakah overpriced atau underpriced. c. Risiko Sistematik X 2 yaitu : 1. Beta X 2.1 Variabel beta digunakan untuk menggambarkan risiko sistematik yang dimasukkan dalam model analisis. Semakin tinggi tingkat beta, maka semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Variabel Indikator Definisi Skala Variabel Terikat Harga Saham Y Closing Price Harga saham merupakan realisasi harga saham tertinggi ditambah dengan harga saham terendah, kemudian dibagi dua setiap tahunnya Rasio Variabel Bebas Faktor Fundamental X 1 ROA X 1.1 Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasil- kan laba dengan menggunakan aktiva assets yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ROE X 1.2 Mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham Rasio DER X 1.3 Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan ekuitas yang dimilikinya Rasio PER X 1.4 Merupakan rasio nilai pasar yang mengukur perbandingan antara harga saham di pasar perdana dengan pendapatan yang diterima. Rasio EPS X 1.5 Merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba Rasio BV X 1.6 Merupakan nilai buku saham yang menggambarkan perbandingan total modal equity terhadap jumlah saham Rasio Risiko Sistematik X 2 Beta X 2.1 Menggambarkan risiko pasar yang dimasukkan dalam model analisis Rasio

3.7. Model Analisis Data

Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linier Berganda. Sebelum melakukan estimasi yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji BLUE, yaitu pengujian antar variabel bebas supaya tidak terjadi multikolinieritas, heteroskedastisitas, normalitas, dan autokorelasi. Bentuk model yang digunakan adalah : Y = a + B 1 X 1.1 + B 2 X 1.2 + B 3 X 1.3 + B 4 X 1.4 + B 5 X 1.5 + B 6 X 1.6 + B 7 X 2.1 + e Dimana: Y = Harga Saham X 1.5 = Earning Per Share EPS a = Konstanta X 1.6 = Book Value BV X 1.1 = Return on Assets ROA X 2.1 = Beta X 1.2 = Return on Equity ROE e = Variabel pengganggu X 1.3 = Debt to Equity Ratio DER B 1-7 = Koefisien Regresi X 1.4 = Price Earning Ratio PER Analisis data dilakukan dengan bantuan Statistical Package for Social Sciences SPSS versi 13,0 dengan menggunakan tingkat kepercayaan convidence interval sebesar 95 dan tingkat toleransi kesalahan alpha 5.

3.8. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov- Sminov, dimana jika angka signifikansi yang ditunjukkan dalam tabel lebih kecil dari alpha 5 maka dikatakan data tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan sebaliknya, jika angka signifikan di dalam tabel lebih besar dari alpha 5 maka data sudah memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2005.

2. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah ada ditemukan korelasi di antara variabel bebas independent variabel. Jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolonieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Gejala ini dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan nilai variance inflation factor VIF. Nilai Tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi VIF = 1Tolerance. Nilai cutoff atau batas yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95 Ghozali, 2005 : 92.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi apakah ada atau tidak gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat Grafik Plot, dan Uji Park. Park mengemukakan metode bahwa varians s 2 merupakan fungsi dari variabel-variabel bebas. Uji ini dilakukan dengan menguadratkankan nilai residual U 2 i dari model kemudian kuadrat nilai residual dilogaritmakan LnU 2 i. Kemudian nilai logaritma dari kuadrat residual dimasukkan sebagai variabel terikat dalam persamaan regresi yang baru. Jika angka signifikansi t yang diperoleh dari persamaan regresi yang baru lebih besar dari alpha 5, maka dikatakan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam data model. Sebaliknya, jika angka signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari alpha 5, maka dapat dikatakan terdapat heteroskedastisitas dalam data model Ghozali, 2005.

4. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbance yang masuk ke dalam fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4, dan juga memiliki batas bawah d L dan juga batas atas d U . Pedoman pengambilan keputusan untuk nilai d menurut Ghozali 2005 adalah sebagai berikut: a. Apabila d d L atau d 4 – d L berarti terdapat autokorelasi b. Apabila d terletak antara d U dan 4 – d U berarti tidak terdapat autokorelasi c. Apabila nilai d terletak antara d L dan d U d L d d U atau antara 4 – d U dan 4 – d L maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti No Decision. Pada nilai ini tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak terdapat autokorelasi.

5. Uji Linearitas Model

Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik Ghozali, 2005. Salah satu uji yang dipergunakan untuk linearitas adalah uji Lagrange Multiplier yang dilakukan dengan menghubungkan nilai residual model dengan nilai kuadrat variabel bebas ke dalam persamaan regresi yang baru. Nilai R 2 baru yang diperoleh dikalikan dengan n jumlah pengamatan observasi untuk mendapatkan c 2 hitung. Jika c 2 hitung lebih kecil dari c 2 tabel, maka dapat dikatakan spesifikasi model dalam bentuk linear.

3.9. Pengujian Hipotesis 1. Uji Serempak Uji F

Uji signifikansi serempak atau Uji F ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu B 1 , B 2 , B 3 , B 4 , B 5, B 6 , B 7 untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terikat Y. Uji F juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol. Hipotesis yang akan diuji ditulis sebagai berikut : H : B 1 , B 2 , B 3 , B 4 , B 5 , B 6 , B 7 = 0 Faktor fundamental yang terdiri dari : Return on Assets ROA, Return on Equity ROE, Debt to Equity Ratio DER, Price Earning Ratio PER, Earning Per Share EPS, Book Value BV dan risiko sistematik Beta secara serempak atau simultan tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. H a : Minimal satu B i ≠ 0, i = 1,2,3,4,5,6,7 Faktor fundamental yang terdiri dari : Return on Assets ROA, Return on Equity ROE, Debt to Equity Ratio DER, Price Earning Ratio PER, Earning Per Share EPS, Book Value BV dan risiko sistematik Beta secara serempak atau simultan memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel , dengan ketentuan jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel atau signifikansi F hitung lebih kecil dari alpha 5 maka H ditolak dan H a diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas independent variable dalam model mempengaruhi variabel terikat dependent variable. Demikian pula sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F tabel maka H diterima dan H a ditolak. Artinya bahwa variabel bebas dalam model secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel terikat.

2. Uji Parsial Uji t

Uji signifikansi parsial atau Uji t adalah untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap veriabel terikat. Pada regresi berganda Y = a + B 1 X 1.1 + B 2 X 1.2 + B 3 X 1.3 + B 4 X 1.4 + B 5 X 1.5 + B 6 X 1.6 + B 7 X 2.1 +e mungkin secara bersama-sama atau global pengaruh semua variabel bebas dari B 1 sampai B 7 nyata. Namun demikian belum tentu secara individu atau parsial seluruh variabel dari B 1 sampai B 7 berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya. Hipotesis yang akan diuji ditulis sebagai berikut: H : B i = 0 , Faktor fundamental yang terdiri dari : Return on Assets ROA, Return on Equity ROE, Debt to Equity Ratio DER, Price Earning Ratio PER, Earning Per Share EPS, Book Value BV dan risiko sistematik Beta secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. H a : B i ≠ 0 , Faktor fundamental yang terdiri dari : Return on Assets ROA, Return on Equity ROE, Debt to Equity Ratio DER, Price Earning Ratio PER, Earning Per Share EPS, Book Value BV dan risiko sistematik Beta secara parsial memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Untuk mengetahui apakah suatu variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak digunakan uji t atau t-student, dengan ketentuan jika t hitung lebih besar dari t tabel atau signifikansi t hitung lebih kecil dari alpha 5 maka H ditolak dan H a diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas independent variable dalam model secara parsial mempengaruhi variabel terikat dependent variable. Demikian pula sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka H diterima dan H a ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel bebas dalam model tidak mempengaruhi variabel terikat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data Penelitian

Perusahaan property, real estate dan building contruction yang memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang terdaftar sampai dengan tahun 2002 dan masih terdaftar hingga tahun 2006, memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2002-2006 dan aktif diperdagangkan di lantai bursa selama periode tersebut yaitu, minimal volume transaksi 1 dari jumlah lembar saham yang terdaftar di bursa listed shares. Perusahaan yang masuk dalam kriteria sampel yang dipilih adalah seperti yang terlihat dalam Tabel 4.1. berikut: Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Sampel NO KODE NAMA EMITEN Listing Sektor 1 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk 23 Okt 1995 Property, real estate 2 CTRA Ciputra Development Tbk 28 Mar 1994 Property, real estate 3 CTRS Ciputra Surya Tbk 15 Jan 1999 Property, real estate 4 DART Duta Anggada Realty Tbk 08 Mei 1990 Property, real estate 5 DILD Dharmala Intiland Tbk 04 Sep 1991 Property, real estate 6 DUTI Duta Pertiwi Tbk 02 Nov 1994 Property, real estate 7 JAKA Jaka Inti Realtindo Tbk. 02 Agt 2000 Property, real estate 8 JIHD Jakarta Intr. Hotel Dev. Tbk. 29 Feb 1984 Property, real estate 9 JRPT Jaya Real Property Tbk 29 Jun 1994 Property, real estate 10 KARK Karka Yasa Profilia Tbk. 25 Jul 2001 Property, real estate 11 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 10 Jan 1995 Property, real estate 12 MDLN Modernland Realty Ltd. Tbk. 18 Jan 1993 Property, real estate 13 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 19 Des 1997 Property, real estate 14 SMRA Summarecon Agung Tbk 07 Mei 1990 Property, real estate 15 SIIP Suryainti Permata Tbk 08 Jan 1998 Property, real estate 16 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 27 Mar 1997 Building Construction Sumber : Hasil Penelitian, 2007 data diolah Data yang diperoleh dari hasil analisa deskriptif, menunjukkan nilai tertinggi maximum, nilai terendah minimum, rata-rata mean dan standar deviasi dari setiap variabel yang diteliti, baik itu variabel bebas yaitu faktor fundamental yang terdiri dari ROA, ROE, DER, PER, EPS, BV dan risiko sistematik Beta, serta variabel terikat yaitu harga saham. Hasil analisa deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut : Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian Descriptive Statistics 80 -8.68 17.86 3.4390 5.68159 80 -1717.39 1840.92 29.6769 316.01310 80 -193.04 608.05 9.4968 81.54365 80 -65.40 3061.06 55.4883 343.80707 80 -154.63 524.25 48.9173 106.55289 80 -2403.18 2251.85 394.0653 669.50920 80 -298.57 900.31 51.5010 193.58615 80 15 1170 282.39 274.383 80 ROA ROE DER PER EPS BV BETA Harga Saham Valid N listwise N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Sumber : Hasil Penelitian, 2007 data diolah Berdasarkan Tabel 4.2. maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio return on assets ROA perusahaan sampel adalah 3,4390. Nilai ROA terendah selama tahun pengamatan adalah ROA emiten PT. Jakarta Int. Hotel Dev. Tbk JIHD pada tahun 2004 yaitu -8,68 dan nilai ROA tertinggi adalah ROA emiten PT. Suryainti Permata Tbk. SIIP pada tahun 2005 yaitu 17,86. Nilai standar deviasinya sebesar 5,6816 menunjukkan bahwa selama tahun pengamatan, kondisi ROA perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dan asetnya tinggi dan positif cukup jauh dengan rata- rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dan asetnya sangat rendah. ROA merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak net income after tax terhadap total assets. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total aset yang digunakan untuk operasional perusahaan Gitman, 2003. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Rata-rata rasio return on equity ROE perusahaan sampel adalah 29,6769. Nilai ROE terendah selama tahun pengamatan adalah ROE emiten PT. Dharmala Intiland Tbk. DILD pada tahun 2002 yaitu -1.717,39 dan tertinggi pada tahun 2006 yaitu 1.840,92. Nilai standar deviasinya sebesar 316,0131 menunjukkan bahwa selama tahun pengamatan, kondisi ROE perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dan modalnya tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dan modalnya sangat rendah. ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa atau mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Rumus yang dipakai adalah laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham dibagi dengan ekuitas saham. Rata-rata debt to equity ratio DER selama periode pengamatan adalah 9,4968, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya jika menggunakan modal sendiri. Rasio DER tertinggi dicapai oleh PT. Dharmala Intiland Tbk. DILD pada tahun 2003 yaitu sebesar 608,05, dimana pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2002 perusahaan tersebut mempunyai DER terendah selama periode pengamatan yaitu sebesar -193.04. Nilai standar deviasinya adalah sebesar 81,5437. Kondisi DER perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara hutang dengan modal yang tinggi cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara hutang dengan modal yang sangat rendah. Rasio nilai pasar perusahaan properti ditunjukkan oleh price earning ratio PER yang besarnya 55,4883 kali, yang artinya jika saham perusahaan diperdagangkan pada harga perdana, maka saham perusahaan ini akan terjual dengan kelipatan 55,4883 kali di bawah laba per sahamnya. Perbedaan nilai PER diantara perusahaan properti terlihat sangat besar, PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. RBMS pada tahun 2002 memiliki nilai PER terendah yaitu -65,40 kali, sementara itu PT. Suryainti Permata Tbk. SIIP pada tahun yang sama mencapai nilai PER tertinggi yaitu 3.061,06 kali. Nilai standar deviasinya adalah 343,8071 menunjukkan bahwa nilai PER perusahaan sampel selama periode pengamatan sangat berfluktuasi dan bervariasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara harga saham dengan laba yang tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara harga saham dengan laba yang rendah dan negatif. Berapa besar keuntungan yang diperoleh oleh investor per lembar saham yang diinvestasikannya dapat dilihat dari earning per share EPS yaitu rasio antara laba bersih dengan total saham. Rata-rata EPS perusahaan sampel selama periode pengamatan adalah sebesar Rp.48,9173. Rasio EPS tertinggi dicapai oleh PT. Duta Anggada Realty Tbk. DART yaitu sebesar Rp.524,25 pada tahun 2002, sedangkan EPS terendah terjadi pada emiten yang sama pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp.- 154,63. Nilai standar deviasinya sebesar 106,55 menunjukkan bahwa nilai EPS perusahaan sampel selama periode pengamatan sangat berfluktuasi dan bervariasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dengan jumlah saham yang tinggi dan positif cukup jauh dengan rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara laba dengan jumlah saham yang rendah dan negatif. Rata-rata rasio book value BV perusahaan sampel adalah Rp.394,0653. Nilai BV terendah dan tertinggi dimiliki oleh PT. Duta Anggada Realty Tbk. DART. Nilai BV terendah terjadi pada tahun 2002 dengan nilai Rp.-2.403,18 dan tertinggi pada tahun 2004 dengan nilai Rp.2.251,85. Nilai standar deviasinya sebesar 669,5092 menunjukkan bahwa selama tahun pengamatan, kondisi BV perusahaan sampel sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara total ekuitas dan jumlah sahamnya tinggi dan positif cukup jauh dengan rata- rata jarak antara perusahaan yang mempunyai rasio antara total ekuitas dan jumlah sahamnya sangat rendah. Rata-rata Beta perusahaan sampel adalah 51,5010. Nilai Beta terendah dimiliki oleh emiten PT. Jaka Inti Realtindo Tbk. JAKA yaitu sebesar -298,57 pada tahun 2003 dan pada tahun yang sama emiten PT. Ciputra Surya Tbk CTRS mempunyai beta tertinggi yaitu 900,31. Nilai standar deviasinya sebesar 193,5862 menunjukkan bahwa selama tahun pengamatan, beta saham sangat berfluktuasi, karena jarak antara beta terendah dan beta tertinggi cukup jauh. Hal ini menunjukkan besar kecilnya resiko yang akan ditanggung oleh investor apabila melakukan diversifikasi dengan memilih saham perusahaan yang bersangkutan. Apabila salah satu diversifikasinya memilih saham emiten PT. Ciputra Surya Tbk. CTRS, maka akan mempunyai resiko yang lebih besar, akan tetapi keuntungan yang diperoleh juga akan lebih besar. Rata-rata harga saham perusahaan sampel selama periode pengamatan adalah sebesar Rp.282,39. Harga saham terendah selama periode pengamatan dimiliki oleh emiten PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk. BIPP pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp.15. Sedangkan harga saham tertinggi selama periode pengamatan dimiliki oleh emiten PT. Summarecon Agung Tbk. SMRA pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp.1.170. Nilai standar deviasinya adalah 274,383 menunjukkan bahwa kondisi harga saham perusahaan sampel selama periode pengamatan sangat berfluktuasi, karena jarak harga saham terendah dan tertinggi cukup jauh.

4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas