13 Indentitas, yaitu tingkat sejauh mana para anggota teridentifikasi
dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian professional.
14 Sistem imbalan, yaitu tingkat sejauh mana alokasi imbalan
kenaikangaji, promosi didasarkan atas criteria prestasi pegawai sebagaikebalikan dari senioritas, pilih kasih, dan sebagainya.
15 Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauh mana para
pegawaidiberikan kebebasan untuk mengemukakan masalah yang ada danmemberikan kritik secara terbuka.
16 Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauh mana komunikasi
organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
C. Fungsi-fungsi Budaya Organisasi
Menurut Siagian 2002 : 199-200 Dari sisi fungsi, budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi.
1. Penentu batas-batas berprilaku. Budaya organisasi berperan dalam
menentukan perilaku seyogianya ditampilkan, dan perilaku yang harus dielakkan. Dengan kata lain, menetukan apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dilakukan, kriteria yang pantas dan yang tidak pantas, pengertian apa yang benar dan apa yang salah, norma-norma moral dan
etika mana yang dominan, dan mana yang bersifat sekunder, kriteria loyalitas, etos kerja yang harus ditaati, serta disiplin organisasi yang harus
dipegang teguh. Singkatnya, menegaskan cara-cara berperilaku yang sesuai dengan tuntutan budaya organisasi.
2. Menumbuhkan kesadaran tentang identitas sebagai anggota organisasi.
Budaya organisasi menutut agar para anggotanya merasa bangga mengidentifikasi dirinya dengan organisasi. Hal itu hanya akan timbul
apabila semua anggota organisasi merasa memiliki organisasi tersebut. Rasa memiliki yang mendalam akan mencegah para anggota organisasi
melakukan hal-hal yang dapat merusak citra organisasi yang bersangkutan. 3.
Penumbuhan komitmen. Sebagai konsekuenitas logis dari rasa memiliki organisasi, para anggota organisasi akan bersedia membuat komitmen
termasuk memberi pengornbanan sedemikian rupa, sehingga mereka akan ikhlas bekerja demi keberhasilan organisasi. Kesediaan tersebut hanya
akan tumbuh dan berkembang apabila para anggota organisasi yakin, bahwa keberhasilan organisasi akan melicinkan jalan bagi mereka untuk
mencapai cita-cita, harapan, keinginan, dan kepentingan pribadinya. 4.
Pemeliharaan stabilitas organisasional. Kiranya mudah untuk memahami, bahwa keberhasilan akan lebih mudah diraih, masalah lebih mudah
terpecahkan, dan iklim kerja sama dapat dipelihara apabila terapat suasana stabil dalam organisasi. Artinya, jika organisasi selalu atau sering
menghadapi goncangan apalagi kalau ditimbulkan oleh faktor-faktor internal seperti persaigan yang tidak sehat serta menonjolkan kepentingan
pribadi, dan keterbatasan yang kronis, sukar ,mengharapkan terwujudnya stabilitas organisasi. Sulit pulalah kiranya untuk mengharapkan organisasi
yang tidak stabil menjadi organisasi yang tidak stabil menjadi organisasi yang produktif. Pentingnya persatuan harus selalu ditekankan.
5. Mekanisme pengawasan. Jika budaya organisasi dihayati dan dilaksanakan
oleh para anggota organisasi, budaya tersebut juga berfungsi sebagai instrument pengawasan sehingga pengawasan sebagai fungsi manajemen
tidak memainkan peranan yang dominan lagi. Kelima fungsi tersebut menunjukkkan bahwa budaya organisasi dapat
membentuk perilaku dan tindakan karyawan dalam menjalankan aktivitasnya di dalam organisasi, sehingga nilai-nilai yang ada dalam budaya organisasi perlu
ditanamkan sejak dini pada setiap organisasi individu atau karyawan.
D. Kecocokan Individu Karyawan dan Budaya Organisasi