2.1.2. Pengertian Konselor
Kata konselor menegaskan petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini telah berkembang, yaitu dari tenaga penyuluh, tenaga BP,
guru BPBK, guru pembimbing, dan sekarang menjadi konselor. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang konselor jika berlatar belakang pendidikan minimal
sarjana strata 1 S1 dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan PPB, Bimbingan Konseling BK, atau Bimbingan Penyuluhan BP
http:wikipedia.org. “Konselor adalah seorang ahli dalam bidang konseling, yang memiliki
kewenangan dan mandat secara profesional untuk melaksanakan kegiatan pelayanan konseling” Prayitno, 2004: 6. Dijelaskan juga bahwa “konselor
sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan Bimbingan
dan Konseling” Winkel, 2005: 167. Dari beberapa pengertian konselor yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan bahwa konselor adalah seseorang yang mempelajari konseling dan secara profesional dapat melaksanakan pelayanan konseling dengan berlatar
belakang pendidikan minimal S1 Jurusan BK. Pelayanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor, salah satunya adalah layanan konsultasi BK. Dalam
layanan konsultasi BK, seorang konselor harus mampu mengembangkan WPKNS wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap konsulti.
2.1.3. Kualitas Pribadi Konselor
Pelayanan bimbingan dan konseling diminati oleh orang yang menghendaki kondisi hidup yang membahagiakan. Pelayanan ini dikatakan profesional apabila
dilakukan oleh seorang konselor yang berkualitas. Kualitas seorang konselor salah satunya dapat dinilai dari pribadinya. Kualitas pribadi konselor adalah kriteria
yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia
peroleh.
Beberapa ahli mengungkapkan karakteristik konselor yang menunjang kualitas pribadi konselor. Menne dalam Willis, 2004: 80 menyebutkan ’kualitas
pribadi konselor yaitu: 1 memahami dan melaksanakan etika profesional, 2 mempunyai rasa kesadaran diri mengenai kompetensi, nilai, dan sikap, 3
memiliki karakteristik diri yaitu respek terhadap orang lain, kematangan pribadi, memiliki kemampuan intuitif, fleksibel dalam pandangan dan emosional stabil, 4
kemampuan dan kesabaran untuk mendengarkan orang lain dan kemampuan berkomunikasi’.
Belkin dalam Winkel, 2005: 184 menyajikan sejumlah ’kualitas kepribadian konselor yaitu 1 mengenal diri sendiri knowing oneself, 2
memahami orang lain understanding others, 3 kemampuan berkomunikasi dengan orang lain relating to others’. Mengenal diri sendiri berarti konselor
menyadari keunikan diri sendiri, mengetahui kelemahan dan kelebihannya, dan usaha apa yang dilakukan agar dia dapat berhasil. Memahami orang lain menuntut
keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir kaku dari konselor. Untuk
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain mengharuskan seorang konselor dapat memahami dan menghargai orang lain.
2.1.4. Sikap dan Keterampilan Konselor