28
hasil pengujian di laboratorium dengan pelaksanaan di lapangan harus segera dilakukan secara efektif dan efisien.
H. Karakteristik Marshall
Karakteristik campuran panas agregat aspal dapat diukur dari sifat–sifat Marshall yang ditunjukkan pada nilai–nilai sebagai berikut :
1. Kerapatan density
Density merupakan tingkat kerapatan campuran setelah campuran dipadatkan.
2. Stabilitas stability
Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja diatasnya tanpa mengalami
perubahan bentuk tetap, seperti gelombang washboarding, alur rutting dan naiknya aspal ke permukaan bleeding
3. Void Mineral Agregat VMA
VMA adalah ronggga udara antar butir agregat dalam campuran agregat aspal padat, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif yang
dinyatakan dalam persen terhadap total volume. 4.
Void in The Mix VIM VIM merupakan prosentase rongga udara yang terdapat dalam total
campuran. 5.
Void Filled With Aspal VFMA VFMA merupakan prosentase rongga terisi aspal campuran setelah
mengalami proses pemadatan.
29
6. Kelelehan flow
Kelelehan adalah besarnya deformasi vertikal benda uji yang terjadi pada awal pembebanan sehingga stabilitas menurun, yang menunjukkan
besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang diterimanya.
7. Hasil bagi Marshall Marshall quotient
Hasil bagi Marshall merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan flow
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Materi Penelitian
Materi penelitian ini adalah mendapatkan data primer melalui praktek di laboratorium transportasi UNIVERSITAS DIPONEGORO dan data sekunder
yang diperoleh dari pihak-pihak yang berwenang, buku literatur, jurnal, maupun peraturan yang menyangkut masalah perkerasan
1. Data Primer
Merupakan data yang didapat dengan cara praktek di laboratorium transportasi UNIVERSITAS DIPONEGORO. Dari praktek yang
dilakukan dapat diperoleh data tentang perkerasan dan kondisi nyata dari lapis perkerasan. Adapun data-data primer yang dibutuhkan dalam
penyelesaian skripsi ini adalah : a.
Data pengujian aspal b.
Data pengujian agregat c.
Data kadar aspal optimum
2. Data Sekunder
Pengambilan data sekunder ini dilakukan dengan cara bekerja sama dengan instansi-instansi terkait, buku literatur, jurnal, maupun peraturan
yang menyangkut masalah perkerasan