Perilaku Anak Jalanan pengamen di Kawasan Simpang Lima kota Semarang

67 Hal tersebut menegaskan bahwa anak jalanan pengamen di kawasan Simpang Lima Semarang selain didorong oleh orang tua juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar khususnya teman sebaya .

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Perilaku Anak Jalanan pengamen di Kawasan Simpang Lima kota Semarang

Anak jalanan didefinisikan sebagai individu yang memiliki batas usia sampai 18 tahun, dan menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan, baik untuk bermain maupun untuk mencari nafkah. Realitas pengalaman yang dihadapi tersebut, akan membangun skema kognitif yang unik dari anak jalanan tentang lingkungan dengan perilakunya. Realitas yang dimaksud adalah bagaimana mereka mendapatkan perlakuan dari lingkungan dan bagaimana peran yang harus dipilih role taking ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan. Dalam keadaan seperti itu, tidak berlebihan jika anak jalanan selalu berada dalam situasi rentan dalam segi perkembangan fisik, mental, sosial bahkan nyawa mereka. Melalui simulasi tindakan kekerasan terus menerus, terbentuk sebuah nilai-nilai baru dalam perilaku yang cenderung mengedepankan kekerasan sebagai cara untuk mempertahankan hidup. Ketika memasuki usia dewasa, kemungkinan mereka akan menjadi salah satu pelaku kekerasan dan eksplotasi terhadap anak-anak jalanan lainnya. 68 Anak jalanan dengan keunikan kerangka budayanya memiliki tindak komunikasi yang berbeda dengan anak yang normal. Komunikasi intrabudaya anak jalanan dapat menjelaskan tentang proses, pola, perilaku, gaya, dan bahasa yang digunakan oleh mereka. Aspek-aspek tersebut tampak manakala berkomunikasi dengan sesama, keluarga, petugas keamanan dan ketertiban, pengurus rumah singgah, dan lembaga pemerintah. Anak jalanan yang sudah terbiasa dalam lingkungan rumah singgah dan anak jalanan yang ”liar”, memiliki perilaku dan gaya komunikasi yang berbeda. Anak jalanan memaknai peran diri dalam keluarga dan masyarakat, sebagai inidividu yang mandiri tanggung jawab pada diri dan keluarga, otonom berusaha melepasakan ketergantungan, dan individu yang berusaha memiliki relasi sosial dalam konteks di jalanan. Konstruksi makna peran diri itu sendiri dibangun secara kreatif dan dinamis di dalam interaksi sosial anak dengan orang-orang dalam lingkungan jalanan. Perilaku komunikasi interpersonal pada anak jalanan berlangsung secara dominan dengan orang-orang disekitar jalanan. Perilaku komunikasi interpersonal sendiri berlangsung dalam situasi; memaksa, otoritatif, konflik, mengganggu teasing, membiarkan bebas, sukarela, dan rayuan www.Sekitarkita.com200806perlindungananak.Html. Komunikasi interpersonal melalui pesan verbal dan nonverbal, secara spesifik disesuaikan dengan kepentingan dalam menjalankan aktivitas di jalanan. Pesan verbal mayoritas berupa istilahkata yang 69 berhubungan dengan kekerasankonflik, panggilan khas sebutan kepada orang atau konteks jalanan, aktivitas jalanan dan pekerjaan. Pesan nonverbal yang disampaikan berbentuk: gestural, intonasi suara, mimik muka facial, artifaktual, isyarat bunyi, pakaian fashion, panataan pakaianasesoris grooming dan penampilan manner.

4.3.2 Eksploitasi Anak Jalanan Pengamen di kawasan Simpang Lima Kota Semarang