PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGGUNAKAN METODE
ROLE PLAYING
PADA MATA
PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V
SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(Skripsi)
Oleh
VINDA MURYANINGRUM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(2)
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Vinda Muryaningrum
NPM
: 0813053012
Jurusan
: Ilmu Pendidikan
Program Studi
: S1 PGSD
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian yang berjudul
“
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode
Role Playing
Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V SD Negeri 4
Rukti Harjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012
”
tersebut adalah asli
hasil penelitian saya dan tidak plagiat kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk
dari sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya. Apabila di
kemudian hari ternyata tidak benar, saya bersedia dituntut berdasarkan
Undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, 1 Agustus 2012
Yang Membuat Pernyataan
Vinda Muryaningrum
NPM. 0813053012
(3)
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Yosodadi Kota Metro tanggal 06 Juli
1990, anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak
Moeryono dan Ibu Winarti.
Peneliti menempuh Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah Bustanul Athfal
Seputih Raman lulus tahun 1997, Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Rukti Harjo lulus
tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Seputih Raman
lulus pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1
Kota Gajah lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, peneliti terdaftar sebagai
mahasiswa S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
(4)
MOTTO
Berdoa kepada Tuhan,
percaya pada diri sendiri,
kalahkan, singkirkan, hancurkan
dan remukkan rintangan itu.
Terakhir tersenyumlah menuju kemenangan
(Orihara Ran)
(5)
i
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan kerendahan hati kupersembahkan
karya sederhana ini untuk
Ibunda dan ayahanda tercinta Winarti dan Moeryono
yang selalu memberikan doa dan kasih sayang setulus
hati dengan dukungan moril dan materil yang tak
pernah henti-hentinya untuk keberhasilan Ananda.
Kakak dan adikku tersayang Herwin Muryantoro dan
Syafiyah Murti Hidayah serta keluarga besarku yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat,
motivasi serta keceriaan untukku.
Untuk sahabat-sahabatku
yang selalu
menemani
memberikan motivasi, bantuan dan dukungannya, terima
kasih.
(6)
ii
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode
Role
Playing
Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V SD Negeri 4 Rukti
Harjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012
”
sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam
mengikuti pendidikan hingga terselesainya skripsi ini.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan dan
kemudahan
kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga
terselesainya skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD
Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan
kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesainya skripsi ini.
(7)
iii
4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S1 PGSD Metro
yang telah memberikan kemudahan dan arahan kepada peneliti hingga
terselesainya skripsi ini.
5. Bapak Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan Dosen Pembimbing II skripsi
yang dengan sabar dan senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan dan motivasi
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H., selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang
dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan,
masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah
memberikan masukan dan saran-saran yang bermanfaat.
8. Seluruh dosen dan Staf S1 PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu
dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
9. Ibu Yuniza Puspita, S.Pd.Sd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Rukti
Harjo Lampung Tengah, yang telah memberikan izin dan kemudahan
mendapatkan mendapatkan data penunjang penelitian skripsi ini.
10. Ibu Uswatun Hasanah, selaku guru di SD Negeri 4 Rukti Harjo yang telah
bersedia menjadi
teman sejawat dan membantu peneliti selama
melaksanakan penelitian.
11. Seluruh guru dan staf SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah yang telah
memberikan kemudahan dan masukan kepada peneliti.
(8)
iv
12. Teristimewa kedua orang tuaku, kakak dan adikku serta keluarga besarku
yang telah memberikan doa, motivasi, dan dukungan dalam menyelesaikan
studi ini.
13. Teman-teman terdekatku Ayu, Mardiana dan Eni terimakasih atas doa dan
dukungannya selama ini.
14. Teman-teman PGSD angkatan 2008 Ari, Asih, Adew, Veni, Edo, Icha,
Siska, Sunaili, Tere, Lisa, Agil, Alif, Anissa, Anggun, Anita, Citra, Depit,
Deviana, Dhers, Novi, Gustam, Fitri, Fitriana dan Wira terima kasih atas
kebersamaan dan keceriaan yang telah kalian berikan selama ini semoga kita
semua menjadi guru yang profesional.
15. Seluruh teman-teman PGSD, kakak dan adik tingkat terima kasih atas
kerjasamanya.
16. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua, dan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Metro, 1 Agustus 2012
Peneliti
(9)
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA
MENGGUNAKAN METODE
ROLE PLAYING
PADA MATA
PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V
SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
VINDA MURYANINGRUM
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SD N 4 Rukti Harjo
belum berlangsung seperti yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah guru
belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan jarang melibatkan
siswa secara langsung, pembelajaran terkesan berpusat pada guru (teacher center).
Hal tersebut berperan kepada rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode role playing.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(classroom action
research)
model siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi dan tes hasil belajar. Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan
analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode
role playing
dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan persentase aktivitas
siswa dapat dilihat dari siklus I 55,30% berkategori “cukup”, siklus II 63,33%
“aktif” dan siklus III 80,1% “sangat aktif”. Hasil rekapitulasi peningkatan
terhitung dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 7,92 % dan siklus II ke siklus
III sebesar 16,77%. Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya,
siklus I ketuntasan siswa mencapai 50% berkategori “sedang”, siklus II 66,67%
berkategori “tinggi” dan siklus III 91,67% berkategori “sangat tinggi” sehingga
terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 16,67% dan siklus II ke siklus III
peningkatan sebesar 25%.
(10)
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGGUNAKAN METODE
ROLE PLAYING
PADA MATA
PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V
SD NEGERI 4 RUKTI HARJO LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
VINDA MURYANINGRUM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
(11)
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Rekapitulasi persentase aktivitas siswa per-siklus ... 67
2. Rekapitulasi kinerja guru per-siklus ... 69
3. Rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa ... 70
4. Rekapitulasi nilai rata-rata hasil belajar per-siklus ... 71
(12)
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...
vii
DAFTAR GRAFIK ...
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...
ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Identifikasi Masalah ...
5
C.
Rumusan Masalah ...
6
D.
Tujuan Penelitian ...
6
E.
Manfaat Penelitian ...
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Metode Role Playing ...
8
1.Pengertian Metode Pembelajaran ...
8
2.Pengertian Metode Role Playing ...
9
3.Kelebihan dan Kelemahan Metode Role Playing ...
10
4.Langkah-langkah Metode Role Playing ...
13
B.
Aktivitas dan Hasil Belajar ...
15
1.Pengertian Belajar ...
15
2.Pengertian Aktivitas Belajar ... 16
3.Pengertian Hasil Belajar ... 17
C.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ...
18
1.Pengertian IPS ...
18
2.Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) ...
19
3.Tujuan Pembelajaran IPS ...
20
D.
Hipotesis Tindakan ...
21
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Metode Penelitian ...
23
B.
Setting Penelitian ...
23
C.
Alat Pengumpulan Data ...
24
D.
Teknik Pengumpulan Data ...
24
(13)
vi
F.
Urutan Proses Penelitian Tindakan Kelas ...
28
G.
Keterangan Urutan Penelitian Tindakan Kelas ...
28
H.
Indikator Keberhasilan Belajar ...
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian ...
35
1.
Deskripsi Awal ...
35
2.
Refleksi Awal ...
35
3.
Persiapan Awal ...
36
B.
Temuan Kegiatan Pembelajaran Siklus I, II, III ...
36
1.
Siklus I ...
36
2.
Siklus II ...
46
3.
Siklus III ...
54
4.
Temuan Penelitian ...
62
C.
Pembahasan ...
64
1.
Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ...
64
2.
Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran ...
68
3.
Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran ...
69
4.
Aktivitas dan Hasil Belajar per Siswa Dalam Proses
Pembelajaran ...
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...
75
B. Saran ...
76
DAFTAR PUSTAKA ...
78
(14)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Surat Keterangan Penelitian ... 82
2.
Surat Penelitian Pendahuluan ... 83
3.
Surat Izin Penelitian ... 84
4.
Surat Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 85
5.
Surat Peryataan Teman Sejawat ... 86
6.
Pemetaan ... 87
7.
Silabus ... 92
8.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 97
9.
Lembar Soal
Pre Test
dan
Post Test
Siklus I ... 102
10. Naskah Drama ... 107
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 109
12. Lembar Soal
Pre Test
dan
Post Test
Siklus II ... 115
13. Naskah Drama ... 119
14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 121
15. Lembar Soal
Pre Test
dan
Post Test
Siklus III ... 127
16. Naskah Drama ... 132
17. Bahan Ajar ... 134
18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan 1 .... 145
19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan 2 ... 147
20. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan 1 .. 149
21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan 2 .. 151
22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III Pertemuan 1 153
23. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III Pertemuan 2 155
24. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 1 ... 157
25. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 2 ... 159
26. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan 1 ... 161
27. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan 2 ... 163
28. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus III Pertemuan 1 .... 165
29. Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus III Pertemuan 2 .... 167
30. Daftar Nilai
Pre Test
dan
Post Test
Persiklus ... 169
31. Lembar Hasil Belajar Siklus I ... 170
32. Lembar Hasil Belajar Siklus ... 174
33. Lembar Hasil Belajar Siklus III ... 178
34. Foto Kegiatan Pembelajaran ... 182
(15)
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kualifikasi persentase skor hasil observasi keaktifan belajar siswa ... 25
2. Kualifikasi persentase skor hasil observasi kinerja guru ... 26
3. Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam % ... 27
4. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 ... 40
5. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 2 ... 41
6. Hasil observasi kinerja guru pada siklus I ... 42
7. Hasil belajar siswa siklus I ... 44
8. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 ... 49
9. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 2 ... 50
10. Hasil observasi kinerja guru pada siklus II ... 51
11. Hasil belajar siswa siklus II ... 53
12. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III pertemuan 1 ... 58
13. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III pertemuan 2 ... 59
14. Hasil observasi kinerja guru pada siklus III ... 60
15. Hasil belajar siswa siklus III ... 61
16. Rekapitulasi aktivitas siswa dalam pembelajaran ... 65
17. Rekapitulasi kinerja guru per siklus ... 68
18. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa per siklus ... 69
19. Rekapitulasi hasil belajar siswa per-siklus ... 71
(16)
MENGESAHKAN
1.
Tim Penguji
Pembimbing I
: Drs. A. Sudirman, M.H
...
Pembimbing II : Drs. Kojat Sudiatmaja,M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Supriyadi, M.Pd
...
2.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003
(17)
Judul Skripsi
: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNA-KAN METODE ROLE PLAYING PADA
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL KELAS V SD NEGERI 4 RUKTI
HARJO LAMPUNG TENGAH TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa
: Vinda Muryaningrum
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053012
Jurusan
: Ilmu Pendidikan
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi
: S1 PGSD
MENYETUJUI,
1.
Komisi Pembimbing
Drs. A. Sudirman, M.H.
NIP 19540505 198303 1 003
Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd
NIP 19540501 197703 1 002
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd.
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Apalagi pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (Depdiknas, 2003: 1).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Bab II pasal 3 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merumuskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
(19)
2 Pendidikan merupakan dasar dari segala bidang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Menurut Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (Puskur Depdiknas) 2003 (dalam Suwarjo, 2008: 27) penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar (SD), memiliki tujuan yaitu
(1) menanamkan dasar-dasar perilaku berbudi pekerti dan berakhlak mulia, (2) menumbuhkan sikap-sikap kemahiran membaca, menulis, dan berhitung, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif, (4) menumbuhkan kemahiran membaca, menulis dan berhitung, sikap toleransi, tanggung jawab, kemandirian dan kecakapan emosional, (5) memberikan dasar-dasar keterampilan hidup, kewirausahawan, etos kerja dan (6) menumbuhkan rasa cinta bangsa dan tanah air Indonesia.
Tujuan-tujuan tersebut salah satunya dapat dicapai melalui proses belajar mengajar. Mengajar menurut konsep modern adalah hal yang menyebabkan siswa belajar dan memperoleh pengetahuan yang diharapkannya, keterampilan, dan juga cara-cara yang baik dalam hidup bermasyarakat (Wahab, 2007: 3). Mengajar dimanifestasikan dalam berbagai tindakan yang dilakukan sesuai dengan yang dilaksanakan guru pada tingkat prinsip dan profesional tertentu. Oleh karenanya guru harus memiliki seperangkat prinsip yang dapat membantu keahlian dalam profesinya. Seperangkat prinsip tersebut adalah prinsip dalam mengajar dan prinsip yang bersifat psikologik yang pada dasarnya telah diwujudkan dalam bentuk pendekatan dalam pengorganisasian bahan dan pembelajaran untuk semua mata pelajaran tak terkecuali pada mata pelajaran
(20)
3 Ilmu Pendidikan Sosial (IPS). Kesemuanya itu tentu dapat dijadikan sebagai pegangan para guru di dalam mengajar IPS.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial (Depdiknas, 2006: 575). Kurikulum IPS di SD dalam pelaksanaannya, selain menuntut para guru memiliki wawasan pengetahuan yang luas dalam mengembangkan materi, juga mampu menentukan teknik dan strategi pembelajaran yang beragam sehingga pembelajaran lebih bermakna dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Merujuk pada muatan materi IPS di SD yang ditata secara terpadu dan terintergrasi antara pokok bahasan satu dengan yang lainnya dengan melibatkan bahan kajian Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara dan Sejarah, IPS di SD merupakan pelajaran yang telah disederhanakan dari bagian-bagian pengetahuan (knowledge) atau konsep-konsep ilmu-ilmu sosial (social science), dimana tingkat kesukarannya telah disesuaikan dengan tingkat kecerdasan, minat, dan pertumbuhan serta usia perkembangan siswa SD (Sapriya, 2007: 24). Karenanya topik IPS di SD harus disesuaikan dengan minat anak dan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Melibatkan siswa secara penuh dengan serangkaian aktivitas dan pengalaman belajar, diharapkan mampu memberikan kesempatan yang luas bagi mereka untuk terlibat dalam proses pemecahan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Schuncke (Sapriya, 2007: 24) menekankan bahwa program pembelajaran
(21)
4 IPS harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang berorientasi pada aktivitas belajar siswa (activity oriented learning experiences). Pemberian pengalaman belajar tersebut dapat berupa pemberian pengalaman lingkungan, melakukan sesuatu, pengalaman dramatisasi maupun dalam bentuk pemberian pengalaman mengkaji sesuatu hal atau peristiwa. Pembelajaran IPS guru diharapkan mampu mandiri, mau menentukan sendiri dalam pemilihan metode pembelajaran, penilaian dan sarana pembelajaran dengan melihat kebutuhan dan kondisi yang diharapkan. Untuk memberikan pengalaman-pengalaman pembelajaran yang bermakna kepada siswa guru harus mampu memilih salah satu bagian penting dalam belajar mengajar yaitu pemilihan metode pembelajaran. Hasan (Supriatna, dkk., 2007: 126) memaparkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa dalam belajar. Seorang guru tentu mempunyai metode yang digunakan dalam pembelajaran sebab seperti sudah sering dikatakan bahwa tidak ada satu metode pun yang baik untuk semua mata pelajaran. Guru harus mengetahui bukan hanya bahan atau materi pelajaran akan tetapi juga masalah-masalah siswa, sebab melalui metode mengajar guru harus mampu memberikan kemudahan belajar kepada siswa dalam proses belajar. Metode yang baik juga harus menghubungkan dirinya dengan pengalaman siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan awal yang telah dilakukan oleh peneliti di SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah khususnya pada kelas V diketahui bahwa dalam proses pembelajaran IPS guru belum menggunakan metode
(22)
5 pembelajaran yang bervariasi dan lebih sering menggunakan metode pembelajaran yang bersifat klasikal. Guru jarang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran IPS seperti membuat kesimpulan bersama mengenai materi yang telah dipelajari. Pembelajaran menjadi terkesan berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa menjadi penerima materi saja dan tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Berdasarkan studi dokumentasi ulangan semester hasil belajar terlihat masih terdapat siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah sebesar 67, dan hanya 5 orang siswa dari 12 orang siswa yang mencapai nilai KKM tersebut dengan persentase 41,67%. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dikembangkan untuk dapat membantu pemberian pengalaman belajar yang aktif dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya adalah dengan menggunakan metode bermain peran atau role playing. Metode role playing adalah suatu cara mengajar dengan cara mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sudjana, 2009: 89).
Menurut Zuhaerini (2000: 18) metode pembelajaran ini dapat digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:
(1) menerangkan suatu peristiwa yang didalamnya menyangkut orang dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada dicerita karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak. (2) melatih anak agar mereka lebih mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial psikologis, dan (3) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
(23)
6 Keberhasilan dari penggunaan metode role playing pada mata pelajaran IPS telah dibuktikan oleh Fitria Prasasti tahun 2010, seorang mahasiswi dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang telah berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Pancasila Kecamatan Lembang hingga mencapai ketuntasan belajar 91,89%.
Berdasarkan pertimbangan keberhasilan penelitian di atas, peneliti berkolaborasi dengan seorang guru kelas akan mengadakan PTK dengan judul: ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Role Playing Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diidentifikasikan permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Guru belum bervariasi dalam menggunakan metode pembelajaran dan lebih sering menggunakan metode pembelajaran yang bersifat klasikal. 2. Guru jarang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran IPS seperti membuat kesimpulan bersama mengenai materi yang telah dipelajari. Pembelajaran menjadi terkesan berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa menjadi penerima materi saja dan tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
3. Belum digunakannya metode role playing dalam pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah
(24)
7 4. Masih rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V
SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah.
5. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti serta pemecahan masalahnya. Adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah?
2. Bagaimanakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah?
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini perlu dilakukan suatu tindakan, yaitu dengan menggunakan metode role playing secara tepat agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah dalam pembelajaran IPS dapat meningkat.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah pada pembelajaran IPS melalui metode role playing.
(25)
8 2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo
Lampung Tengah pada pembelajaran IPS melalui metode role playing. E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Siswa
Dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendorong keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelasnya, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam menerapkan metode role playing.
3. Bagi SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah
Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikannya sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dan kompetitif.
4. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman pada saat proses pembelajaran sehingga di masa yang akan datang mampu menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
(26)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Metode Role Playing
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Salah satu aspek pokok dalam pendidikan dan merupakan masalah sentral dalam mengajar adalah metode pembelajaran. Hasan (Supriatna, dkk., 2007: 126) memaparkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa dalam belajar. Selanjutnya menurut Wahab (2007: 83), metode pembelajaran dapat diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar pada siswa.
Supriatna, dkk., (2007: 126) menyebutkan ada beberapa macam metode dalam pembelajaran IPS, antara lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi atau musyawarah, metode penugasan, metode kerja kelompok, metode demonstrasi, karyawisata, metode simulasi, metode inquiri dan discovery, bermain peran, dan sosial drama.
Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru. Memilih dan menggunakan metode pembelajaran adalah merupakan kiat guru berdasarkan pengetahuan metodologisnya serta pengalaman mengajarnya yang sebenarnya. Metode pembelajaran memiliki ciri tertentu yang bila
(27)
10 dikaji melalui tujuannya akan membawa guru kepada upaya pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran secara tepat. Wesley dan Wronski (Wahab, 2007: 86) mengemukakan beberapa pertimbangan yang mencoba mengemukakan ciri-ciri sebuah metode yang baik. Diantara ciri metode yang baik itu adalah:
a. Teliti, cermat, tepat dan tulus hati (sungguh-sungguh), dengan melibatkan kejujuran guru dan siswa.
b. Harus artistik, dalam arti guru benar-benar dapat merasakan hal mana yang relevan dan yang tidak, juga tidak sama dengan kebenaran. Melalui metode itu guru menafsirkan dan mengsintesa. c. Harus bersifat pribadi, yaitu sesuatu yang telah mempribadi pada
diri guru, tidak bersifat formalisme atau sesuatu yang rutin belaka, sebab yang penting adalah aktualita melalui pengalaman.
d. Menghubungkan dirinya dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam proses belajar mengajar karena metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk memberi kesempatan belajar kepada siswanya.
2.Pengertian Metode Role Playing
Ada berbagai cara yang tepat digunakan guru untuk mengenali dengan baik siswanya salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran guna memberikan pengalaman belajar kepada siswa haruslah memperhatikan ciri-ciri yang ada. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yaitu metode bermain peran (role playing).
Metode role playing adalah berakting dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali
(28)
11 suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang, atau menggambarkan imaginer yang dapat terjadi di mana dan kapan saja (Wahab, 2007: 109).
Ahli lain menyatakan metode sosiodrama dan role playing dapat diartikan sama artinya dan dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Metode sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku seseorang dalam hubungan sosial antar manusia dan metode role playing pada dasarnya juga sama yakni siswa dapat berperan atau memainkan peranan dalam mendramatisasikan masalah sosial atau psikologis (Roestiyah, 2008: 90). Sapriya, dkk.,(2007: 98) mengungkapkan role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi berbagai peristiwa perubahan sosial budaya, mengkreasikan peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa yang akan datang. Seperti yang dikemukakan Joyce and Weil (Sapriya, dkk., 2007: 98) tujuan dari penggunaan metode ini adalah:
a. mengeksplorasi perasaan para pelaku antropologi,
b. memperoleh gambaran tentang perilaku, nilai-nilai dan persepsi yang dikandung oleh para pelaku antropologi,
c. mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
d. mengeksplorasi materi pembelajaran dengan cara yang bervariasi. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode role playing merupakan metode pembelajaran yang
(29)
12 mengarahkan siswa untuk berakting mendramatisasikan perubahan sosial budaya atau psikologis untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Role Playing
Metode Role playing yang dilakukan dengan langkah-langkah tepat merupakan salah satu metode yang efektif dan ketepatgunaannya akan sangat berguna dalam pembelajaran IPS khususnya dalam pemberian pengalaman belajar.
Ada beberapa keuntungan penggunaan metode role playing ini di dalam kelas yang diuraikan oleh Hamalik (2001: 214), yaitu pada waktu dilaksanakannya bermain peran, siswa dapat bertindak dan mengekspesikan perasaan dan pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi. Siswa dapat pula mengurangi dan mendiskusikan isu-isu yang bersifat manusiawi dan pribadi tanpa ada kecemasan. Bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut merupakan cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Dengan cara ini, siswa dilengkapi dengan cara yang aman dan kontrol untuk meneliti dan mempertunjukkan masalah-masalah di antara kelompok atau individu-individu.
Komalasari (2011: 80) metode role playing memiliki kelebihan yaitu melibatkan seluruh siswa di mana siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.
(30)
13 a) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh. b) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat
digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
c) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
d) Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Sedangkan Roestiyah (2008: 93) mengemukakan kelebihan atau keunggulan yang terdapat dalam metode role playing ini yakni dengan metode ini, siswa lebih tertarik pada pelajarannya. Bagi siswa dengan berperan seperti orang lain, maka siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain. Siswa dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi, cinta kasih, akhirnya siswa dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup. Disamping itu penontonpun tidak pasif tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.
Walaupun metode ini banyak memberi keuntungan dalam penggunaannya namun sebagaimana juga metode-metode mengajar lainnya metode ini mengandung beberapa kelemahan (Wahab, 2007: 111) diantaranya:
a. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh.
b. Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
c. Bermain peran tidak selamanya menuju kearah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkan.
d. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankan.
e. Bermain memakan waktu yang banyak.
f. Untuk berjalan baiknya sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerjasama dengan baik. Sebagai strategi belajar
(31)
14 mengajar bermain peran harus dipersiapkan dengan baik sebagai pemeran maupun yang menyaksikan peran itu dapat memetik pelajaran dari kegiatan yang dilakukan secara bermain peran tersebut.
Agar penggunaan metode dapat berjalan dengan baik maka perlu juga diketahui masalah-masalah sosial yang dapat dijajagi dengan metode bermain peran. Wahab (2007: 111) mengemukakan masalah-masalah sosial yang dapat dipelajari dengan metode ini diantaranya adalah:
a. Pertentangan antar pribadi-pribadi (interpersonal conflicts) 1) Mengungkapkan perasaan yang bertentangan.
2) Menemukan cara-cara pemecahannya.
b. Hubungan antar kelompok (intergroup relations)
1) Mengungkapkan hubungan suku, bangsa, kepercayaan dan sebagainya.
2) Mengungkapkan masalah yang sering merupakan konflik yang tidak nyata. Penggunaan role playing (bermain peran) dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan prasangka dan mendorong toleransi.
c. Kemelut pribadi (individual dilemmas)
1) Kemelut timbul jika seseorang berada pada dua nilai atau kepentingan yang berbeda.
2) Jika sulit memecahkan permasalahannya karena penilaian yang bersifat egosentris.
d. Dengan berorientasi pada masalah lampau dan kini (historical or contemporary problems). Menunjukkan misalnya betapa sulitnya permasalahan yang dihadapi pada masa lampau dan juga masa kini khususnya bagi para pejabat pemerintahan atau pimpinan politik dalam menghadapi berbagai permasalahan yang menuntut pengambilan keputusan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa metode role playing memiliki kelemahan dan kelebihan. Dengan memperhatikan kelemahan dan kelebihan yang ada diharapkan dalam menerapkan metode ini dapat berjalan dengan baik.
(32)
15
4. Langkah-langkah Metode Role Playing
Penggunaan metode role playing tentunya memiliki keuntungan dan kelemahan. Guna mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut harus diperhatikan langkah-langkah metode ini dengan tepat. Bagaimana metode
role playing (bermain peran) dapat dilaksanakan dalam pembelajaran IPS perlu dilalui beberapa fase dan kegiatan (Wahab, 2007: 112):
1) Langkah pertama yaitu tahap persiapan. Pada tahap ini ada empat langkah yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
a) Persiapan untuk bermain peran:
(1) Memilih permasalahan yang mengandung
pandangan-pandangan yang berbeda dan kemungkinan pemecahannya. (2) Mengarahkan siswa pada situasi dan masalah yang akan
dihadapi. b) Memilih pemain
(1) Pilih secara sukarela, jangan dipaksa.
(2) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya.
(3) Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa.
(4) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran sekaligus.
(5) Setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang.
(6) Hindari siswa membawakan peran yang dekat dengan kehidupan sebenarnya.
c) Mempersiapkan penonton
(1) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dan tujuan bermain peran.
(2) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berperilaku. d) Persiapan para pemain
(1) Biarkan siswa mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru.
(2) Sebelum bermain setiap pemain harus memahami betul apa yang dilakukannya.
(3) Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembukaan, tetapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain.
(4) Siapkan tempat dengan baik.
(5) Kadang-kadang “kelompok kecil bermain peran”
merupakan cara yang baik untuk bermain peran. 2) Langkah kedua yaitu tahap pelaksanaan.
a) Upayakan agar singkat, bagi pemula lima menit sudah cukup, dan bermain sampai habis, jangan diinterupsi.
(33)
16 c) Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain.
d) Biarkan siswa bermain bebas dari angka dan tingkatan. e) Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya:
(1) Dibimbing dengan pertanyaan. (2) Mencari orang lain untuk peran itu.
(3) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut. f) Jika pemain tersesat lakukan:
(1) Rumuskan kembali keadaan dan masalah. (2) Simpulkan apa yang sudah dilakukan. (3) Hentikan dan arahkan kembali.
(4) Mulai kembali setelah ada penjelasan singkat. g) Jika siswa mengganggu:
(1) Tugasi dengan peran khusus. (2) Jangan pedulikan dia
h) Jangan bolehkan pemirsa menganggu.
Jika tidak setuju dengan cara temannya memerankan beri ia kesempatan untuk memerankannya.
3) Langkah ketiga yaitu tahap tindak lanjut. Tahap ini terdiri dari dua kegiatan yaitu:
a) Diskusi
(1) Diskusi tindak lanjut yang dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan siswa.
(2) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, memberi jalan keluar atau mengekreasi
(3) Di dalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telah dipelajari b) Melakukan bermain peran, kadang-kadang memainkan kembali
dapat memberi pemahaman yang lebih baik.
Sedangkan menurut Hamalik (2001: 215) menjelaskan langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Persiapan dan instruksi
a) Guru memiliki situasi atau dilema bermain peran. Situasi-situasi masalah yang dipilih harus menitikberatkan pada jenis peran, masalah dan situasi familier serta pentingnya bagi siswa.
b) Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan, latihan-latihan diikuti oleh semua siswa, baik sebagai partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif.
c) Guru memberikan instruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas.
d) Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta memberikan instruksi-instruksiyang bertalian dengan masing-masing peran kepada audience.
(34)
17 2. Tindakan dramatik dan diskusi
a) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran, sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada pemeran.
b) Bermain peran harus berhenti pada titik-titik penting atau apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut.
c) Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran.
3. Evaluasi bermain peran
a) Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran.
b) Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran.
c) Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah dinilai tersebut dalam sebuah jurnal sekolah (kalau ada), atau pada buku catatan guru.
Berdasarkan dua pendapat di atas, secara garis besar peneliti dapat menyimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode role playing adalah sebagai berikut:
a) Guru menjelaskan secara garis besar masalah atau topik yang akan dimainkan.
b) Guru melakukan instruksi dalam memilih pemain, mempersiapkan penonton dan persiapan tempat.
c) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempersiapkan diri. d) Pelaksanaan bermain peran.
e) Evaluasi atau tindak lanjut yang dapat berupa diskusi dan tanya jawab.
B.Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar
Hidup manusia dari bayi sampai dewasa selalu mengalami berbagai perubahan. Untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam hidupnya manusia selalu berusaha untuk belajar dalam mempertahankan hidupnya.
(35)
18 Setiap manusia akan belajar. Namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, mempertinggi kemampuannya atau mengubah kelakuannya. Belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk menghasilkan perubahan.
Belajar dalam pandangan teori konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan pengetahuan harus dilakukan oleh si pebelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari (Budiningsih, 2004: 58). Teori ini memandang belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik dan belajar bukan sekedar menghafal akan tetapi lebih mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman (Bambang, 2010). Gredler (Winataputra, dkk., 2008: 1. 5) menguraikan belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Sejalan dengan pendapat di atas Dimyati dan Mudjiono (2006: 18) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Gagne (Komalasari, 2011: 2) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja (performance). Sedangkan menurut Sunaryo (Komalasari, 2011: 2) belajar merupakan suatu kegiatan di mana
(36)
19 seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Berdasarkan para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk membentuk pengetahuan melalui berbagai kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Pengertian Aktivitas Belajar
Ketika belajar sangat diperlukan suatu aktivitas. Karena keberhasilan dalam belajar tergantung kepada aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Jadi, tanpa aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi (Juliantara, 2010). Sedangkan Meyer (2002: 90) menyatakan aktivitas belajar sebagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah perilakunya melalui pengalaman yang diperoleh secara langsung dalam proses belajar dan pembelajaran.
Sardiman (2010: 100) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Seorang ahli
(37)
20 Dierich (Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan atau aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu (1) kegiatan - kegiatan visual, (2) kegiatan - kegiatan lisan (oral), (3) kegiatan - kegiatan mendengarkan, (4) kegiatan - kegiatan menulis, (5) kegiatan - kegiatan menggambar, (6) kegiatan – kegiatan metrik, (7) kegiatan-kegiatan mental dan (8) kegiatan-kegiatan emosional. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan fisik maupun psikis yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar untuk membentuk pengetahuannya kearah yang lebih baik melalui pengalaman.
3. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Dengan hasil belajar tujuan pendidikan dan pembelajaran yang diinginkan dapat diukur apakah sudah tercapai atau belum.
Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) menguraikan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2002: 20) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Suprijono (2009: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan.
(38)
21 Dick dan Reiser (Sumarno, 2011) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari empat jenis, yaitu: pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motor dan sikap. Menurut Hamalik (2001: 33) hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, siswa dapat mentransferkan hasil belajar ke dalam situasi-situasi sesungguhnya di dalam masyarakat. Sementara itu Sudjana (Yasa, 2011) mengemukakan bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan (2) pengetahuan dan pengertian dan (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari belajar mengajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor dalam pembentukan pengetahuan yang dapat di manfaatkan kedalam kehidupan sehari-hari.
C.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa jenjang pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Pembelajaran IPS, diharapkan siswa mampu bertindak dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya.
(39)
22 IPS menurut Sapriya, dkk., (2007: 5) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah dan menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Soemantri (Massofa, 2010) mengemukakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Menurut Sardiyo, dkk., (2009: 1.27) IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah bidang studi pada setiap jenjang pendidikan yang mengkaji, menelaah, dan menganalisis gejala yang berkaitan dengan isu sosial di masyarakat sehingga dapat mengembangkan kehidupan yang baik dan mampu mengatasi masalah yang di hadapi.
2. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)
IPS di SD berusaha mengintegrasikan bahan/materi dari cabang-cabang ilmu sosial dengan menampilkan permasalah sehari-hari masyarakat sekeliling dengan tujuan untuk mengembangkan human knowledge melalui penelitian, penemuan, eksperimen dll. Menurut Sapriya, dkk., (2007: 53) prinsip pembelajaran IPS di SD yang harus dikembangkan untuk mengembangkan tujuan yang dimaksud, diantaranya:
a. memberi kesempatan pada siswa untuk belajar dan mempelajari sendiri peristiwa-peristiwa sosial dan gejala alam melalui penelitian para ilmuwan/pemecahan masalah;
b. pembelajaran secara efektif dengan cara membangun kontruksi pemikiran melalui pengalaman belajar siswa;
(40)
23 c. membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu atau sikap perasaan dan cara berfikir objektif, kritis, analistis, baik secara individual maupun secara kelompok;
d. buku-buku sumber, film, gambar, peta/ globe, tujuannya untuk membantu siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah. Prinsip pembelajaran IPS di SD dikembangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada satuan kompetensi yang harus dicapai dalam wujud pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran IPS di SD/MI adalah:
a. memiliki identitas diri berdasarkan pemahaman terhadap masa lalu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara;
b. memahami cara hidup bermasyarakat dan memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar;
c. mengidentifikasi sumber-sumber alam Indonesia dan
memanfaatkannya bagi kehidupan masa kini dan yang akan datang. (Sapriya,dkk., 2007: 11).
Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) no. 22 tahun 2006 meliputi aspek – aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya dan (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran IPS di SD memiliki prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan mengembangkan human knowledge melalui prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan.
3. Tujuan Pembelajaran IPS
Salah satu dasar pertimbangan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar dalam pembelajaran IPS adalah tujuan-tujuan yang hendak
(41)
24 dicapai. Selain itu tujuan-tujuan tersebut akan menjadi dasar menentukan materi pembelajaran yang akan diajarkan.
Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tujuan pembelajaran IPS ditingkat SD/MI adalah sebagai berikut:
a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,
b. memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Menurut Martorella (Sapriya, dkk., 2007: 8) tujuan utama dari pembelajaran IPS di SD adalah untuk mengembangkan pribadi “warga negara yang baik” (good citizen). Sedangkan Hasan (Supriatna, dkk., 2007: 5) mengelompokkan ke dalam tiga kategori tujuan pembelajaran IPS yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi.
Tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:
a. membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat,
b. membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat,
c. membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian,
(42)
25 d. membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisahkan, dan
e. membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi (Massofa, 2010).
Berdasarkan penjabaran tujuan IPS di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk membekali peserta didik dalam hal konsep, kebutuhan dasar, dan nilai-nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Melihat betapa pentingnya pembelajaran IPS di SD, seorang guru harus mampu menciptakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran IPS sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
D.HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut. “ Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan metode
role playing dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah”.
(43)
26
BAB III
METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (Wardhani, 2007: 1.3). PTK dapat diartikan
sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2010: 26). Peneliti menggunakan PTK model siklus karena model ini lebih menonjolkan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap peneliti misalnya guru dalam setiap kali putaran. Setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok yang dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan merefleksi (Wardhani, 2007: 2.4). Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan seorang guru kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah Lampung Tengah.
B. Setting Penelitian
a. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti dengan seorang guru kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo
(44)
27 Lampung Tengah. Adapun jumlah siswa kelas V sebanyak 12 orang siswa yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 3 orang siswa perempuan. b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah yang terletak di dusun 1 Kampung Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
c. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012 .
C. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat pengumpulan data, antara lain:
1.Instrumen pengumpulan data kualitatif, yaitu:
Lembar observasi ialah suatu alat yang digunakan untuk mengamati obyek tertentu, dalam hal ini aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran dan kinerja guru dalam menjalankan pembelajaran.
2.Instrumen pengumpulan data kuantitatif, yaitu:
Soal tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini pengumpulan data yang akan dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan.
(45)
28 a.Observasi, dilaksanakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru
selama proses pembelajaran berlangsung.
b.Tes hasil belajar, dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa atau hasil belajar dalam pembelajaran yang menggunakan metode role playing.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data guna menjaring data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Data aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung diperoleh dari hasil observasi dan dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100% = Bilangan tetap
(46)
29
Tabel 1. Kualifikasi persentase skor hasil observasi keaktifan belajar siswa
Rentang Skor Kualifikasi
80,01% - 100% Sangat aktif
60,01% - 80% Aktif
40,01% - 60,00% Cukup
21,01% - 40,00% Kurang
0 – 20% Sangat Kurang
(adaptasi Triyani, 2009)
Sedangkan nilai kinerja guru dari hasil observasi dan dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
N = Nilai mentah yang diperoleh guru SM = Skor maksimal
100 = Bilangan tetap (sumber dari Sowiyah (2010)
Tabel 2 Kualifikasi skor hasil observasi kinerja guru
Rentang Skor Kualifikasi
80,01 – 100 Sangat baik
60,01 – 80 Baik
40,01 - 60,00 Cukup
21,01 - 40,00 Kurang
0 – 20 Sangat Kurang
(47)
30
2. Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas V SD N 4 Rukti Harjo pada mata pelajaran IPS. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:
Keterangan:
= nilai rata-rata yang dicari
∑ x = jumlah nilai
n = Jumlah aspek yang dinilai
Diadopsi dari Muncarno (2009: 15)
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus:
Analisis ini akan dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran.
Tabel 3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Tingkat Keberhasilan (%) Arti
> 80 Sangat tinggi
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah
<20 Sangat rendah
(48)
31
F. Urutan Proses Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang dibagi kedalam tiga siklus dengan empat langkah utama dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan di kelas V. Berikut tahapan daur siklus dalam penelitian tindakan kelas.
Gambar 1. Tahapan daur siklus PTK (modifikasi Wardhani, 2004: 2.4)
G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I
a. Perencanaan
Prosedur penelitian ini diawali dengan menetapkan pokok bahasan untuk pertemuan 1 dan 2 yaitu “pertemuan di Dalat dan menanggapi berita kekalahan Jepang”, membuat perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
SIKLUS I
Pengamatan I Perencanaan II
SIKLUS II
Pengamatan II
Pelaksanaan I Refleksi I
Pelaksanaan II Refleksi II
dst Perencanaan I
(49)
32 secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti dengan menggunakan metode role playing, kemudian menyiapkan media pembelajaran yang berupa gambar tokoh perjuangan, mendesain dan menyusun skenario naskah drama, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta menyiapkan lembar evaluasi tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
Pada siklus pertama ini materi pembelajarannya adalah “pertemuan di Dalat dan menanggapi berita kekalahan Jepang”. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan keadaan kelas sebelum memulai pembelajaran.
2) Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Siswa diberikan pre test
Kegiatan Inti
1) Guru memasang media gambar tokoh perjuangan dan siswa mencoba menjawab siapa tokoh tersebut dan apa peranannya. 2) Guru melibatkan siswa mencari informasi mengenai peristiwa
menjelang proklamasi yaitu pertemuan di Dalat dan menanggapi berita kekalahan Jepang.
(50)
33 3) Guru menjelaskan secara garis besar mengenai peristiwa
menanggapi berita kekalahan Jepang yang akan dimainkan. 4) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok.
5) Memberikan naskah drama untuk dipelajari oleh setiap kelompok. 6) Setiap kelompok melakukan persiapan bermain peran.
7) Setiap kelompok menampilkan drama secara bergilir dan kelompok yang lain mencatat hal-hal penting.
8) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.
9) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman dan memberikan penguatan.
10) Siswa mengerjakan soal post test mengenai materi yang sudah dipelajari.
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru melakukan refleksi (membuat penegasan atau kesimpulan mengenai pembahasan).
2) Guru menyampaikan pesan penguatan kepada siswa.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi tentang kinerja guru dalam pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa.
(51)
34 Lembar observasi kinerja guru mencakup berbagai aspek yaitu dari segi kompetensi guru menyampaikan materi, ketepatan penggunaan media, serta kemampuan guru dalam memicu dan memelihara keterlibatan siswa. Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa mencakup beberapa aspek seperti memperhatikan penjelasan guru, keaktifan bermain peran, kerja sama, keceriaan serta ketepatan mengumpulkan tugas.
Kemudian data yang diperoleh diolah, dianalisis dan dimaknai agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus selanjutnya.
d. Refleksi
Hasil yang didapat pada tahap observasi yaitu hasil pengamatan kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian peneliti mendiskusikan langkah selanjutnya dari data yang telah diperoleh dan memperbaiki kembali perangkat pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis tindakan sebelumnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Prosedur penelitian ini diawali dengan menetapkan pokok bahasan untuk pertemuan 1 dan 2 yaitu “Peristiwa Rengasdengklok”,
(52)
35 memperbaiki perangkat pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti dengan menggunakan metode role playing, kemudian menyiapkan media pembelajaran yang berupa gambar tokoh perjuangan, mendesain dan menyusun skenario naskah drama, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta menyiapkan lembar evaluasi tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
Kegiatan Awal
1) Guru mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
2) Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
Kegiatan Inti
1) Guru melibatkan siswa mencari informasi mengenai peristiwa Rengasdengklok.
2) Guru meminta siswa memasang media gambar tokoh perjuangan dan siswa mencoba menjawab siapa tokoh tersebut dan apa peranannya.
3) Guru menjelaskan secara garis besar mengenai peristiwa Rengasdengklok yang akan dimainkan.
4) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok.
5) Memberikan naskah drama untuk dipelajari oleh setiap kelompok. 6) Setiap kelompok melakukan persiapan dalam bermain peran.
(53)
36 7) Setiap kelompok menampilkan drama secara bergilir dan kelompok
yang lain mencatat hal-hal penting.
8) Setiap kelompok berdiskusi mengenai hal-hal penting mengenai drama yang ditampilkan.
9) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.
10) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan.
11) Siswa mengerjakan soal post test mengenai materi yang sudah dipelajari.
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama guru melakukan refleksi (membuat penegasan atau kesimpulan mengenai pembahasan).
2) Guru menyampaikan pesan penguatan kepada siswa.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian data pada lembar observasi diolah, dianalisis dan dimaknai agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus selanjutnya.
(54)
37
d. Refleksi
Hasil yang didapat pada tahap observasi yaitu hasil pengamatan kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian peneliti mendiskusikan langkah selanjutnya dari data yang telah diperoleh dan memperbaiki kembali perangkat pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis tindakan sebelumnya.
3. Siklus III
a. Perencanaan
Prosedur penelitian ini diawali dengan menetapkan pokok bahasan untuk setiap pertemuan pada siklus III yaitu “Perumusan Teks Proklamasi dan Detik-Detik Proklamasi”, memperbaiki perangkat pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti dengan menggunakan metode role playing, kemudian menyiapkan media pembelajaran yang berupa gambar tokoh perjuangan, mendesain dan menyusun skenario naskah drama, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta menyiapkan lembar evaluasi tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas sebelum memulai proses pembelajaran.
(55)
38 2) Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan yaitu dengan bertanya
mengenai materi pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti
1)Guru melibatkan siswa mencari informasi mengenai perumusan teks proklamasi dan detik-detik proklamasi.
2)Guru meminta siswa untuk memasang media gambar tokoh perjuangan dan siswa mencoba menjawab siapa tokoh tersebut dan apa peranannya.
3)Guru menjelaskan secara garis besar mengenai perumusan teks proklamasi dan detik-detik proklamasi yang akan dimainkan. 4)Siswa dibentuk menjadi 2 kelompok untuk memainkan peran
mengenai materi perumusan teks proklamasi.
5)Siswa berdiskusi untuk mempelajari naskah yang diberikan.
6)Kelompok secara bergilir akan memerankan drama dan kelompok lain diminta menjadi penonton dan mencatat hal-hal yang penting. 7)Setiap kelompok berdiskusi mengenai hal-hal penting mengenai
drama yang ditampilkan.
8)Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.
9)Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan.
10) Siswa mengerjakan soal post test mengenai materi yang sudah dipelajari.
(56)
39
Kegiatan Akhir
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Guru menyampaikan pesan penguatan kepada siswa.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian data pada lembar observasi diolah, dianalisis dan dimaknai agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus selanjutnya.
d. Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dari siklus I, II, dan III untuk digunakan dalam penyusunan hasil penelitian tindakan kelas.
H. Indikator Keberhasilan Tindakan
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode role playing dikatakan berhasil jika:
a. persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya. b. adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya.
c. tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal ≥ nilai KKM sebesar 67 dan mencapai 75% ke atas, atau masuk kategori tinggi.
(57)
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada terhadap
siswa kelas V pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDN 4
Rukti Harjo Lampung Tengah diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1) Penggunaan metode
role playing
pada mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa hal tersebut sesuai dengan
pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa kelas V mulai dari
siklus I sampai siklus III. Pada siklus I nilai persentase rata-rata aktivitas
belajar siswa sebesar 55,41 %
dengan kategori “cukup aktif”
, siklus II
sebesar 63,33 %
kategori “aktif”
dan siklus III sebesar 80,01 % dengan
kategori “sangat aktif”
. Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I
ke siklus II sebesar 7,92 % dan siklus II ke siklus III sebesar 16,68 %.
2) Penggunaan metode
role playing
pada mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan ketuntasan siswa , hal tersebut
sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah dilakukan siswa pada setiap
siklus. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 69,08, siklus II sebesar
74,58 dan siklus III sebesar 80,33. Sedangkan persentase siswa yang
tuntas pada siklus I sebesar 50 %
dengan kategori “sedang”
, siklus II
(1)
d. Refleksi
Hasil yang didapat pada tahap observasi yaitu hasil pengamatan kinerja guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian peneliti mendiskusikan langkah selanjutnya dari data yang telah diperoleh dan memperbaiki kembali perangkat pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis tindakan sebelumnya.
3. Siklus III
a. Perencanaan
Prosedur penelitian ini diawali dengan menetapkan pokok bahasan untuk setiap pertemuan pada siklus III yaitu “Perumusan Teks Proklamasi dan Detik-Detik Proklamasi”, memperbaiki perangkat pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti dengan menggunakan metode role playing, kemudian menyiapkan media pembelajaran yang berupa gambar tokoh perjuangan, mendesain dan menyusun skenario naskah drama, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta menyiapkan lembar evaluasi tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas sebelum memulai proses pembelajaran.
(2)
2) Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan yaitu dengan bertanya mengenai materi pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti
1)Guru melibatkan siswa mencari informasi mengenai perumusan teks proklamasi dan detik-detik proklamasi.
2)Guru meminta siswa untuk memasang media gambar tokoh perjuangan dan siswa mencoba menjawab siapa tokoh tersebut dan apa peranannya.
3)Guru menjelaskan secara garis besar mengenai perumusan teks proklamasi dan detik-detik proklamasi yang akan dimainkan. 4)Siswa dibentuk menjadi 2 kelompok untuk memainkan peran
mengenai materi perumusan teks proklamasi.
5)Siswa berdiskusi untuk mempelajari naskah yang diberikan.
6)Kelompok secara bergilir akan memerankan drama dan kelompok lain diminta menjadi penonton dan mencatat hal-hal yang penting. 7)Setiap kelompok berdiskusi mengenai hal-hal penting mengenai
drama yang ditampilkan.
8)Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.
9)Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan.
10) Siswa mengerjakan soal post test mengenai materi yang sudah dipelajari.
(3)
Kegiatan Akhir
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Guru menyampaikan pesan penguatan kepada siswa.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian data pada lembar observasi diolah, dianalisis dan dimaknai agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus selanjutnya.
d. Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dari siklus I, II, dan III untuk digunakan dalam penyusunan hasil penelitian tindakan kelas.
H. Indikator Keberhasilan Tindakan
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode role playing dikatakan berhasil jika:
a. persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya. b. adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya.
c. tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal ≥ nilai KKM sebesar 67 dan mencapai 75% ke atas, atau masuk kategori tinggi.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada terhadap
siswa kelas V pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDN 4
Rukti Harjo Lampung Tengah diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1) Penggunaan metode
role playing
pada mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa hal tersebut sesuai dengan
pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa kelas V mulai dari
siklus I sampai siklus III. Pada siklus I nilai persentase rata-rata aktivitas
belajar siswa sebesar 55,41 %
dengan kategori “cukup aktif”
, siklus II
sebesar 63,33 %
kategori “aktif”
dan siklus III sebesar 80,01 % dengan
kategori “sangat aktif”
. Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I
ke siklus II sebesar 7,92 % dan siklus II ke siklus III sebesar 16,68 %.
2) Penggunaan metode
role playing
pada mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan ketuntasan siswa , hal tersebut
sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah dilakukan siswa pada setiap
siklus. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 69,08, siklus II sebesar
74,58 dan siklus III sebesar 80,33. Sedangkan persentase siswa yang
tuntas pada siklus I sebesar 50 %
dengan kategori “sedang”
, siklus II
(5)
sebesar 66,67 %
dengan kategori “tinggi”
dan siklus III sebesar 91,67 %
dengan kategori “sangat tinggi”
.
Dengan demikian penggunaan metode
role playing
dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) siswa kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah tahun
pelajaran 2011/2012.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, beberapa saran di bawah ini dapat
dipertimbangkan oleh guru maupun pihak sekolah dalam meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya di SD
Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah
1) Bagi siswa
Siswa harus senantiasa belajar lebih giat guna memperkaya ilmu
pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang baik
2) Bagi guru
a. Penelitian ini sebaiknya dapat dikembangkan lagi pada mata pelajaran
IPS oleh guru kelas V SD Negeri 4 Rukti Harjo Lampung Tengah
pada khususnya dan guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat
mencoba
dan
menggunakan
metode
role
playing
dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
b. Dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa, guru sebaiknya
mampu menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran
untuk mencapai hasil belajar siswa yang lebih maksimal.
(6)