5. Kriteria eksklusi a.
Riwayat pernah menjalani operasi daerah sinus atau hidung. b.
Riwayat obstruksi mekanik massa tumor atau hidung. c.
Menderita penyakit sistemik.
E. Perkiraan Besar Penderita
Perhitungan penderita untuk penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan pada dua kelompok yang dilakukan dengan menggunakan program
perhitungan jumlah penderita. Penelitian merupakan cross sectional untuk menguji uji hipotesis dari suatu variabel sebagai independent dan nominal dikotom.
Berdasarkan rumus berikut: • Studi = studi cross sectional
,
pemilihan jumlah penderita akan mengikuti besar penderita untuk studi cross sectional 2 proprosi kelompok
• α = 0,05 = 0,β0 • Zα = derivat baku normal untuk α = 0,05 1 arah, adalah 1,96
• Z =
power
80, adalah 0,842 • P1 = proporsi penderita yang tes cukit kulit tinggi pada penderita dengan
gejala klinik yang rendah dari penelitian sebelumnya Ahmadiafshar, 2012 sebesar 0,1.
• P2 = proporsi penderita yang tes cukit kulit tinggi pada penderita dengan gejala klinik yang tinggi dari penelitian sebelumnya Ahmadiafshar, 2012
sebesar 0,7. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
• P = P1+P22 = 0,5 Rumus
Dikutip dari Casagrande,
et al
. 1978 Dari perhitungan besar penderita untuk tiap kelompok = 12 orang. Ditambah
antisipasi perkiraan drop out 10 maka jumlah penderita tiap kelompok adalah 14 orang.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Rinosinusitis kronik Definisi: Rinosinusitis kronik adalah inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal
dengan jangka waktu gejala 12 minggu yang ditandai oleh ≥β gejala yang salah
satunya berupa hidung tersumbatobstruksikongesti atau sekret nasal
anterior, posteriornasal drip
ditambah nyeri wajah spontan atau pada penekanan, atau berkurangnyakehilangan sensasi penghidu serta temuan endoskopi berupa polip atau
sekret mukopurulen yang berasal dari meatus media dan atau edemaobstruksi mukosa primer pada meatus media dan atau temuan
computed tomography
CT-
scan
berupa perubahan mukosa pada kompleks osteomeatal dan atau sinus paranasal Fokkens
et al,
2012. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Gejala klinik rinitis alergi dapat merupakan kelainan hidung yang disebabkan oleh proses inflamasi mukosa hidung yang diperantarai oleh reaksi hipersensitivitas alergi
tipe I dari Gell dan Comb setelah mukosa hidung terpapar alergen. Gejala klinik dari alergi dapat berupa hidung tersumbat, rhinorea, bersin-bersin dan gatal ARIA, 2007.
Alat ukur: Anamnesis dan kuesioner Cara ukur:Secara subjektif, anamnesis diperoleh dari keluhan penderita
Skala ukur: Kategorik-Nominal Hasil ukur: gejala yang dinilai meliputi :
1. Hidung tersumbat ada atau tidak
2. Sekret nasal anterior atau posterior ada atau tidak
3. Nyeri wajah spontan atau dengan penekanan ada atau tidak
4. Berkurangnya penciuman ada atau tidak
5. Bersin-bersin ada atau tidak
6. Gatal pada mata atau hidung ada atau tidak
7. Keluar air mata ada atau tidak
2. Tes cukit kulit Definisi: Tes cukit kulit adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang
banyak digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit kulit.Terikatnya IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya
histamin dan mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah akibatnya timbul
flare
atau kemerahan dan
wheal
atau perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
bentol pada kulit sesuai metode
The Standardization Committee of Northern Scandinavian Society of Allergology.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah ditegakan diagnosis rinosinusitis kronik. Alat ukur: besar bentol 3mmpositip 3.
Alat dan bahan : a. Alergen makanan dan alergen hirup dr Indrayana
b. Jarum
Marrow Brow
c. Pulpen Adapun ekstrak alergen yang dipakai adalah buatan dr Indrayana, sebagai berikut:
Alergen Hirup Alergen Ingestan
1. Debu rumah
house dust
1. Gandum
wheat flour
2. Campuran debu rumah
house dander
2. Coklat
chocolate
3. Tungau
mite culture
3. Kacang mete 4.
Serpihan kulit manusia
human dander
4. Kopi
coffee
5. Serbuk sari rumput
grass pollen
5. Teh
tea
6. Serbuk sari padi
rice pollen
6. Kedelai
soybean
7. Serbuk sari jagung
corn pollen
7. Terigu
wheat
8. Jamur
mixed fungi
8. Tomat
tomato
9. Kecoa
cockroach
9. Wortel
carrot
10. Bulu ayam
chicken feathers
10. Nanas
pineapple
11. Bulu anjing
dog dander
11. Kacang tanah
bean
12. Bulu kucing
cat dander
12. Susu sapi
milk
13. Putih telur perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
14. Kuning telur 15. Tongkol
16. Ayam 17. Cumi
18. Bandeng 19. Udang
shrimp
20. Kakap 21. Kepiting
crab
22. Kerang
cockle
Prosedur pemeriksaan tes cukit kulit 1. Tandai area yang akan kita tetesi ekstrak alergen dengan bolpoin.
2. Histamin dan kontrol negatif larutan
buffer
diteteskan pada daerah yang berseberangan. Kemudian teteskan ekstrak alergen lainnya
3. Tusuk kulit yang telah ditetesi histamin,
buffer
kontrol, dan ekstrak alergen dengan menggunakan jarum marrow brow. Tusukan dilakukan dengan pelan menembus
lapisan epidermis. 4. Ukur diameter bentol pada kulit yang ditetesi histamin dan larutan buffer harus
negatif. 5. Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan mengukur bentol yang timbul.
6. Mengukur setiap diameter lingkaran pada selotip. Dinyatakan +1 bila ukuran bentol lebih besar dari kontrol, +2 bila ukuran bentol 50 dari diameter histamin dan
+3 bila ukuran bentol sama besar dengan histamin, +4 bila ukuran bentol lebih besar dari histamin.
commit to user
Hasil ukur : dinyatakan positip bila bentol lebih dari atau sama dengan +3 atau +4 pada satu atau lebih alergen
Skala ukur: Kategorik-Nominal
G.Alur Penelitian
H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data