Bentuk dan susunan Visum et Repertum

6. KEPENTINGAN PERADILAN, berarti bukan untuk kepentingan- kepentingan lain seperti misalnya asuransi.

2.1.2. Bentuk dan susunan Visum et Repertum

Setiap visum et repertum mempunyai bentuk dan harus dibuat memenuhi ketentuan-ketentuan umum sebagai berikut : a. Ditulis di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa. b. Bernomor dan bertanggal. a. Mencantumkan kata Pro justitia di bagian atas kiri atau tengah c. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar d. Tidak menggunakan singkatan - terutama pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan e. Tidak menggunakan istilah asing. Bila tak dapat dihindari maka berikan pula penjelasannya dalam bahasa Indonesia. f. Ditandatangani dan diberi nama jelas. g. Berstempel instansi pemeriksa tersebut Susunan Visum et Repertum adalah : 1. Bagian Projustitia Yang menerangkan bahwa kertas yang berisi Visum Et Repertum itu mempunyai kekuatan hukum dan digunakan untuk peradilan dan merupakan pengganti materai 2. 2. Bagian Pendahuluan. Bagian ini sebenarnya tidak diberi judul Pendahuluan, melainkan langsung merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa beserta Universitas Sumatera Utara instansi dokter pemeriksa tersebut, instansi peminta visum et repertum berikut nomor dan tanggal suratnya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas yang diperiksa sesuai dengan yang tercantum di dalam surat permintaan visum et repertum tersebut. Nomor registrasi korban di rumah sakit sebaiknya dicantumkan pula. 3. Bagian Hasil Pemeriksaan Pemberitaan. Bagian ini diberi judul Hasil Pemeriksaan, memuat semua hasil pemeriksaan terhadap barang bukti yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Untuk itu teknik penggambaran atau pendeskripsian temuan harus dibuat panjang lebar, dengan memberikan uraian letak anatomis yang lengkap, tidak melupakan kiri atau kanan bagian anatomis tersebut, serta bila perlu menggunakan ukuran yang tepat. Pencatatan tentang perlukaan atau cedera dilakukan dengan sistematis mulai dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu, yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat, jenis lukacedera, karakteristiknya serta ukurannya. Pada pemeriksaan korban hidup, bagian ini terdiri dari : Hasil Pemeriksaan, yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik anamnesis yang penting, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada Universitas Sumatera Utara korban mati, yaitu hanya uraian tentang keadaan umum dan perlukaan atau cederanya serta hal-hal lain yang berkaitan dengan tindak pidananya status lokalis. Korban hidup tidak harus diperiksa pakaiannya lapis demi lapis dan dideskripsi bagian-bagian tubuhnya satu persatu. Namun demikian anamnesis yang ketat atau pemeriksaan fisik umum yang lengkap tetap diperlukan untuk menghindari terlewatkannya suatu kelainan atau perlukaan. Keadaan akhir korban. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan termasuk indera merupakan hal penting guna pembuatan kesimpulan, sehingga harus diuraikan dengan jelas. Pemeriksaan korban kejahatan seksual juga memuat hal-hal seperti pada korban perlukaan, namun dengan materi pemeriksaan yang berbeda. 4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini diberi judul Kesimpulan dan memuat kesimpulan dokter pemeriksa atas seluruh hasil pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuan atau keahliannya. Pada visum et repertum korban perlukaan, setidaknya disebutkan jenis perlukaan cedera, jenis kekerasan penyebabnya, dan kualifikasi luka derajat lukanya. Kualifikasi luka diformulasikan dengan kata-kata yang sesuai dengan bunyi ketentuan perundang- undangannya, misalnya : - tidak menimbulkan sakit dan atau halangan dalam melakukan pekerjaannya. - mengakibatkan sakit yang membutuhkan perawatan jalan selama beberapa hari. Universitas Sumatera Utara - mengakibatkan sakit dan halangan dalam melakukan pekerjaannya selama .......hari atau untuk sementara waktu. - mengakibatkan ancaman bahaya maut baginya. - mengakibatkan kehilangan panca indera. 5. Bagian Penutup. Bagian ini merupakan kalimat penutup yang menyatakan bahwa visum et repertum tersebut dibuat dengan sebenar-benarnya, berdasarkan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah dan sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP. Visum et repertum diakhiri dengan tandatangan dokter pemeriksa atau pembuat visum et repertum dan nama jelasnya. Jangan dilupakan pembubuhan stempel instansi dokter pemeriksa tersebut dan nomor induk pegawai atau nomor registrasi prajurit atau nomor surat penugasan.

2.1.3. Peranan dan Fungsi Visum et Repertum