Rumusan Masalah Ruang Lingkup Penelitian Konsep

4 Tanpa kita sadari faktor yang ditimbulkan dari anggapan masyarakat sekitar tersebut berpengaruh dan berdampak buruk pada psikologis penyandang autistik hiperaktif. Hal tersebut mengakibatkan orang tua sering merasa malu mempunyai anak penyandang autistik hiperaktif, padahal orang tua seharusnya memotivasi serta menjadi pembimbing bagi penderita. Akibatnya penderita semakin tertutup dan jarang berkomunikasi dengan orang lain dan juga berdampak kurangnya perkembangan dari segi perilaku yang baik juga kurangnya perkembangan bahasa yang diperolehnya. Penelitian mengenai tindak tutur ilokusi memang sudah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan anak autistik hiperaktif sebagai subjek penelitian. Hal inilah yang menjadi alasan bagi peneliti untuk meneliti lebih lanjut. Oleh karena itu, peneliti memilih judul Produksi Tindak Tutur Ilokusi Bahasa Indonesia pada Anak Autistik Hiperaktif, dan akan menganalisis berdasarkan aliran psikolinguistik genetik kognitif Chomsky. Penelitian ini berfokus pada penyandang autistik hiperaktif yang berusia 13 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: 1. Tindak tutur ilokusi bahasa Indonesia apa sajakah yang dapat diproduksi oleh anak autistik hiperaktif? 2. Bagaimanakah perkembangan pragmatik kognitifanak autistik hiperaktif ketika memproduksi tindak tutur ilokusi bahasa Indonesia? Universitas Sumatera Utara 5

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang terbatas, diantaranya yaitu: 1. Penelitian dibatasi pada anak autistik hiperaktif yang berada di Sekolah dan Klinik Khusus Autistik Yayasan Tali Kasih di Jalan Sei Alas No. 18, Telp. 061-4523643 Medan. 2. Fokus penelitian ini hanya pada tindak tutur ilokusi bahasa Indonesia. 3. Penyandang autistik hiperaktif yang akan diteliti berusia tiga belas tahun. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Menderskripsikan tindak tutur ilokusi bahasa Indonesia yang diproduksi oleh anak autistik hiperaktif. 2. Mendeskripsikan perkembangan pragmatikkognitif pada anak autistik hiperaktif ketika memproduksi tindak tutur ilokusi bahasa Indonesia. 1.4.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun teoretis.

1.4.2.1 Manfaat Teoretis

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini berdasarkan teoretis adalah: Universitas Sumatera Utara 6 1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam memahami hasil penelitian. 2. Sebagai referensi dalam bidang psikolinguistik sehingga dapat meningkatkan dan menambah wawasan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi penyandang autistik. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran tindak tutur ilokusi bahasa Indonesia yang dapat diproduksi oleh anak autistik hiperaktif.

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat dijadikan sebagai: 1. Sebagai referensi bagi para orang tua, khususnya para orang tua yang memiliki anak penyandang autistik hiperaktif. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi program studi di luar Sastra Indonesia mengenai produksi tindak tutur ilokusi bahasa Indonesia pada anak autistik hiperaktif. 3. Penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti selanjutnya tentang produksi tindak tutur ilokusi bahasa Indonesiapada anak autistik hiperaktif. Universitas Sumatera Utara 7 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Dalam penelitian ini, ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan topik penelitian yang pada intinya dibangun untuk menunjang teori yang diterapkan. Beberapa konsep yang mengacu pada judul dan topik penelitian, diantaranya:

2.1.1 Tindak Tutur

Istilah dan teori tindak tutur pertama kali diperkenalkan oleh J. L. Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard pada tahun 1955. Menurut Austin dalam Yule, 1966 tindak tutur dilangsungkan dengan tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, diantaranya tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Sementara itu Searledalam Leech, 1993: 163 membagi tindak tutur dalam lima kategori yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif, diantaranya: 1 Asertif representatif Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Misalnya mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan. 2 Direktif Merupakan tindak tutur yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur. Misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. 3 Komisif Universitas Sumatera Utara 8 Merupakan tindak tutur yang terikat pada suatu tindakan di masa depan. Misalnya menjanjikan, dan menawarkan. Tindak tutur ini tidak mengacu pada kepentingan penutur tetapi pada kepentingan petutur. 4Ekspresif Merupakan tindak tutur yang berfungsi mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, dan memuji. 5 Deklaratif Berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Misalnya mengundurkan diri, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, dan sebagainya.

2.1.2 Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Karena adanya bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa pendidikan. Ketika kita berada di daerah yang mayoritas menggunakan bahasa daerah maka kita dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat berkomunikasi. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang Universitas Sumatera Utara 9 memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah satu sama lainnya.

2.1.3 Autistik Hiperaktif

ADHDadalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Gangguan Perhatian dan Hiperaktivitas.ADHD pertama kali ditemukan pada tahun 1902 oleh seorang dokter Inggris, Profesor George F. Still. Autisme berbeda dengan ADHD Attention Deficit Hyperactivity Disorder, namun terdapat persamaan antara keduanya, diantaranya merupakan masalah gangguan kesehatan mental. Jika diperhatikan penyandang autistik hiperaktif seperti hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik hiperaktif menggunakan bahasa yang tidak normal pada umumnya, bahkan terkadang sama sekali tidak dimengerti oleh anak normal. Arga Paternotte dan Jan Buitelaar, 2010: 2 mengatakan ADHD adalah sebuah nama untuk gangguan perilaku dengan gejala-gejala: 1. Gangguan pemusatan perhatian dan konsentrasi 2. Implusivitas 3. Hiperaktivitas. Penyandang autistik hiperaktif kesulitan mempertahankan perhatiannya pada suatu tugas tertentu. Kesulitan ini disebabkan karena adanya rangsangan-rangsangan luar seperti segala sesuatu yang berkaitan dengan pancaindra yang mengganggu Universitas Sumatera Utara 10 mempertahankan perhatiannya. Dibutuhkan banyak energi bagi penyandang untuk duduk diam dan tenang dalam hal tersebut. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Psikolinguistik