9
itu, proses penanganan limbah menjadi bagian yang sangat penting dalam industri. Keberadaan unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas,
akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan. Cu termasuk ke dalam kelompok logam essensial, dimana dalam kadar yang rendah dibutuhkan
oleh organisme sebagai koenzim dalam proses metabolisme tubuh, sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi Rochayatun, 2003.
Menurut Palar 1994, kebutuhan manusia terhadap tembaga cukup tinggi, pada dewasa membutuhkan Cu 30 μgkg berat tubuh, pada anak-anak jumlah Cu
yang dibutuhkan 40 μgkg berat tubuh, sedangkan pada bayi dibutuhkan 80 μgkg berat tubuh.
Pada manusia logam Cu dibutuhkan untuk sistem enzim oksidatif seperti enzim askorbat oksidase, sistikrom C oksidase, polyfenol oksidase, amino
oksidase dan lain-lain. Logam Cu juga dibutuhkan manusia sebagai komplek Cu protein yang mempunyai fungsi dalam pembentukan haemoglobin, kolagen,
pembuluh darah dan myelin otak Palar, 1994. Menurut Linder 2006, penyerapan tembaga terutama pemindahannya
dari mukosa intestin ke dalam plasma darah adalah proses yang diatur dalam tubuh. Dalam plasma darah, tembaga mula - mula diikat pada albumin dan suatu
protein baru transcuprein dan dibawa ke hati dimana akan mencapai proses diinkorporasikan ke dalam seruloplasmin dan proteinenzim hati yang spesifik
kemudian hilang melalui empedu.
2.2.2 Toksisitas Cu
10
Logam esensial dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil oleh makhluk hidup. Sebaliknya dalam jumlah yang berlebih, sekalipun kecil akan berubah
menjadi bahan yang bersifat toksik Tourmaa, 1995.
Tembaga Cu merupakan mineral mikro karena keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di alam, Cu
ditemukan dalam bentuk senyawa Sulfida CuS. Walaupun dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu kesehatan atau
mengakibatkan keracunan Arifin, 2008. Toksisitas Cu baru akan kelihatan bila logam tersebut masuk ke dalam
tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai ambang batas NAB. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa racun Cu mampu membunuh biota
perairan. Pada hewan seperti kerang, bila dalam tubuhnya telah terakumulasi Cu dalam jumlah tinggi, maka bagian otot tubuhnya akan berwarna kehijauan. Hal ini
dijadikan petunjuk apakah kerang yang hidup di suatu perairan masih layak untuk dikonsumsi atau tidak. Cu termasuk dalam logam essensial, dimana dalam kadar
yang rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai Koenzim dalam proses metabolisme tubuh, sifatnya racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi.
Konsentrasi Cu terlarut dalam air laut sebesar 0,01 ppm dapat mengakibatkan kematian fitoplankton, sedangkan kadar Cu sebesar 2,5-3,0 ppm dalam badan
perairan telah dapat membunuh ikan-ikan Muhajirin, 2004.
2.2.3 Penyerapan Logam dalam Tanah
Menurut Darmono 2008, ada dua faktor penting yang berhubungan erat dengan penyerapan logam dalam jaringan tanaman, yaitu pH tanah dan
konsentrasi logam dalam tanah. pH adalah faktor penting yang menentukan
11
transformasi logam. Konsentrasi logam dalam jaringan tanaman menurun apabila pH tanah naik, dan semakin tinggi konsentrasi logam dalam tanah akan semakin
tinggi pula konsentrasi logam dalam jaringan tanaman. Penggunaan pupuk secara berlebihan, tidak menguntungkan bagi
kelestarian lahan dan lingkungan diakibatkan tingginya residu pupuk di lahan. Pemupukan terus menerus tidak saja menyebabkan tingginya residu pupuk di
dalam tanah, tetapi juga meningkatkan kandungan logam berat timbal dan kadmium Widianingrum, 2007.
2.3 Dekstruksi Logam
2.3.1 Dekstruksi Basah
Tehnik dekstruksi basah adalah dengan memanaskan sampel organik dengan penambahan asam mineral pengoksidasi atau campuran asam-asam
mineral tersebut. Penambahan asam mineral pengoksidasi dan pemanasan yang cukup dalam beberapa menit dapat mengoksidasi sampel secara sempurna,
sehingga menghasilkan ion logam dalam larutan asam sebagai sampel anorganik untuk dianalisis selanjutnya. Dekstruksi basah biasanya menggunakan H
2
SO
4
, HNO
3
dan HclO
4
atau campuran dari ketiga asam mineral tersebut Anderson, 1987.
2.3.2 Dekstruksi Kering
Dekstruksi kering merupakan tehnik yang umum digunakan untuk mendekomposisi bahan organik. Sampel diletakkan di dalam krusibel dan
dipanaskan sampai semua materi organik terurai dan meninggalkan residu organik yang tidak menguap dalam logam oksida. Temperatur yang paling umum