Penetapan Kadar Pb dan Cu pada Garam yang Beredar dipasaran Secara Spektrofotometri Serapan Atom

(1)

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA

(Cu) PADA GARAM YANG BEREDAR DIPASARAN

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH:

MARISA

NIM 060804033

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA

(Cu) PADA GARAM YANG BEREDAR DIPASARAN

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MARISA

NIM 060804033

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA

(Cu) PADA GARAM YANG BEREDAR DIPASARAN

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

MARISA

NIM 060804033

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Juni 2012 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. Drs.Chairul A.Dalimunthe,M.Sc., Apt NIP 195101311976031003 NIP 194907061980021001

Pembimbing II, Drs. Maralaut Batubara, M.Phill, Apt NIP 195101311976031003

Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.

NIP 195006221980021001 Drs. Immanuel S. Meliala M.Si., Apt NIP 195001261983031002

Dra. Sudarmi M.Si., Apt NIP 195409101983032001

Medan, Juni 2012 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul:“Penetapan Kadar Pb dan Cu pada garam yang beredar dipasaran Secara Spektrofotometri Serapan Atom”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Mustafrin dan Ibunda Masniar, Mertua Ayahanda Alm. Mawardi Wahab dan Ibunda Nurmala yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi. Suami tercinta Tahta Amrullah, S.Stp, yang telah setia mendampingi penulis, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang dan doa yang tulus serta selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., dan bapak Drs. Maralaut Batubara M.Phil., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt., selaku Dekan, staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan membantu kemudahan administrasi. Ibu Dra. Masfria, M.Si., Apt., selaku penasihat


(6)

akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan dan selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

Kakanda (Geri, Rikki, ilma, rina, dan ita) dan anak-anakku tercinta (Nurmawaddah Permaisuri dan Haura Nahda Athifah), serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

Spesial untuk sahabat-sahabat ku (Fika, Mimil, Siti, Jack, Siti, Cici, Rico), k.ira, winda, Tika, Uti, Vytra, Ika, Noni dan seluruh teman-teman angkatan 2006, terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2012 Penulis,


(7)

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) PADA GARAM DAPUR YANG BEREDAR DIPASARAN SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ABSTRAK

Garam yang beredar dipasaran merupakan garam yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat, baik yang dikonsumsi maupun yang digunakan untuk keperluan industri. Pada proses pembuatan garam dari air laut kemungkinan telah mengandung timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar timbal (Pb) dan tembaga (Cu) dalam berbagai macam garam yang beredar dipasaran.

Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom tanpa nyala. Analisis kuantitatif dilakukan pada logam timbal (Pb) pada panjang gelombang 283 nm dan logam tembaga (Cu) pada panjang gelombang 324 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Cu pada garam dolina108,5135 ± 8,4845 ppb, garam tradisional adalah 355,7413 ± 33,9138 ppb, garam ikan adalah 192,9603 ± 10,8610 ppb, dan garam A1 adalah 229,5659 ± 33,9138 ppb. Kadar Pb pada garam dolina adalah 603,6946 ± 71,8142 ppb, garam tradisional seadalah 765,6632 ± 90,0570 ppb, garam ikan adalah 678,4345 ± 232,4502 ppb, dan garam A1 adalah 634,0952 ± 195,3195 ppb.

Hasil uji beda berdasarkan uji statistik menunjukkan kandungan Cu dan Pb pada garam tradisional ternyata berbeda signifikan dengan garam dolina, garam ikan dan garam A1.

Kadar logam Timbal dan tembaga didalam keempat garam yg di periksa tidak melebihi batas maksimum SNI No.01- 3556- 1994. Dari keempat jenis garam didapat bahwa garam tradisional memiliki kandungan Cu dan Pb yang lebih besar dibandingkan garam dolina, garam ikan dan garam A1.

Kata kunci : Logam Pb dan Cu pada garam yang beredar dipasaran secara spektrofotometer serapan atom.


(8)

THE STANDART DETERMINATION OF TIMBAL (Pb) AND THE COPPER (Cu) FOR THE CIRCULATION SALT IN THE MARKET

IN ATOM ABSORPTION SPEKTROFOTOMETRI ABSTRACT

Circulating salt in the market, was used everyday by the community, both that was consumed by their self or used for the need of the industry. In the process of the production of salt from water sea possibility contained the plumbum (Pb) and copper (Cu). The aim of this research was to know the level of plumbum (Pb) and copper (Cu) in various circulating salt sorts in the market.

The determination the level of was carried out with used spektrofotometer the absorption of the atom without the flame. The quantitative analysis was used to plumbum metal (Pb) in long the wave 283 nm and copper metal (Cu) in long the wave 324 nm.

Results of the research showed that the level of Cu to dolina’s salt was 108.5135 ± 8.4845 ppb, traditional salt was 355.7413 ± 33.9138 ppb, fish salt was 192.9603 ± 10.8610 ppb , and salt A1 was 229.5659 ± 33.9138 ppb. The level of Pb to dolina’s salt was 603.6946 ± 71.8142 ppb, traditional salt was 765.6632 ± 90.0570 ppb, fish salt was 678.4345 ± 232.4502 ppb, and salt A1 was 634.0952 ± 195.3195 ppb.

Result of the difference test of being based on the statistical test showed the Cu content and the Pb to traditional salt evidently different significant with dolina’s salt, fish salt and salt A1.

The level of plumbum metal and copper in the four salts which checked, did not exceed the maximum limit of SNI No.01-3556-1994. From the four salt, was gotten that traditional salt had the Cu content and the Pb that were bigger compared with dolina salt, fish salt and salt A1.

The key word: Pb Metal and Cu to circulating salt in the market in a spektrofotometer absorption of the atom


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...

i

LEMBAR JUDUL ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN ...

iii

KATA PENGANTAR ...

iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ...

vii

DAFTAR ISI ...

viii

DAFTAR TABEL ...

xi

DAFTAR GAMBAR ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Garam ... 4

2.2 Teknologi Pembuatan Garam dan Persyaratan Faktor Sumber Daya Alam Dominan yang Berpengaruh Dalam Proses Pembuatan Garam di Indonesia ... 4


(10)

2.3 Kegunaan dan Jenis Garam ... 6

2.4 Kegunaan Timbal ... 7

2.4.1 Toksisitas timbal ... 8

2.5 Kegunaan Tembaga ... 9

2.5.1 Toksisitas tembaga ... 9

2.6 Pencemaran Logam Berat ... 9

2.7 Logam dalam Tubuh Makhluk Hidup ... 11

2.8 Spektrofotometri Serapan Atom ... 12

2.8.1 Prinsip dasar spektrofotometri serapan atom ... 12

2.8.2 Bahan bakar dan bahan pengoksidasi ... 16

2.9 Validasi Metode Analisis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

2.2 Bahan – bahan ... 20

2.2.1 Sampel ... 20

2.3 Alat-alat ... 20

2.4 Pembuatan pereaksi ... 21

2.4.1 Larutan HNO3 5N ... 21

2.5 Prosedur Penelitian ... 21

2.5.1. Pengambilan sampel ... 21

2.5.2 Proses destruksi ... 21

2.5.3 Pembuatan larutan sampel ... 21

2.6 Pemeriksaan Kuantitatif ... 22


(11)

2.6.2 Pembuatan kurva kalibrasi tembaga ... 22

2.7 Penetapan Kadar Dalam Sampel ... 22

2.7.1 Penetapan kadar timbal ... 22

2.7.2 Penetapan kadar tembaga ... 23

2.7.3 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi ... 23

2.7.4 Uji akurasi dengan persen perolehan kembali ... 24

2 .8 Analisis Data Secara Statistik ... 24

2.8.1 Penolakan hasil pengamatan ... 24

2.8.2 Pengujian beda nilai rata-rata ... 25

2.8.3 Simpangan baku relatif ... 26

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

3.1 Kurva Kalibrasi Pb dan Cu ... 27

3.1.1 Kurva kalibrasi tembaga (Cu) dengan panjang gelombang 324 nm ... 27

3.1.2 Kurva kalibrasi timbal (Pb) dengan panjang gelombang 283 nm ... 28

3.2 Kadar Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) pada Garam ... 28

3.3 Uji Validasi ... 32

3.3.1 Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 32

3.3.2 Uji perolehan kembali ... 32

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

4.1 Kesimpulan ... 34

4.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) ... 25

Tabel 2. Data Kadar Cu ... 29 Tabel 3. Data Kadar Pb ... 29 Tabel 4. Uji Beda Nilai Rata – rata Kadar Tembaga (Cu) dalam

Garam ... 30 Tabel 5. Uji Beda Nilai Rata – rata Kadar Timbal (Pb) dalam Garam .. 31


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tembaga ... 27 Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Timbal ... 28


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan alir proses destruksi ... 36

Lampiran 2. Bagan alir pembuatan sampel ... 37

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Timbal (Pb), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Pb ... 38

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Cu ... 40

Lampiran 5. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Pb ... 42

Lampiran 6. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Cu ... 43

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Pb Dalam Garam Dolina ... 44

Lampiran 8. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi dan Kadar Logam Pb Dengan 6 Kali Replikasi ... 46

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Cu Dalam Garam Dolina ... 48

Lampiran 10. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi dan Kadar Logam Cu Dengan 6 kali replikasi ... 49

Lampiran 11. Perhitungan Kadar Timbal (Pb) Dan Tembaga (Cu) ... 51

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Kadar Pb pada Sampel ... 65

Lampiran 13. Perhitungan Statistik Kadar Cu pada Sampel ... 71

Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Timbal Dalam Keempat Sampel ... 77

Lampiran 15. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Tembaga Dalam Keempat Sampel ... 88 Lampiran 16. Perhitungan Kadar Logam Tembaga (Cu) dalam Sampel


(15)

garam Dolina untuk Recovery ...

... 99

Lampiran 17. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Untuk Pb ... . 101

Lampiran 18. Data % Recovery Cu ... . 102

Lampiran 19. Perhitungan Kadar Logam Pb dalam Sampel untuk Recovery ... ... 103

Lampiran 20. Perhitungan Uji Perolehan Kembali untuk Pb ... 105

Lampiran 21. Data % Recovery Pb ... 106

Lampiran 22. Tabel Nilai Kritik Distribusi t ... 107

Lampiran 23. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom ... 108

Lampiran 24. Gambar sampel ... 109


(16)

PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) PADA GARAM DAPUR YANG BEREDAR DIPASARAN SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ABSTRAK

Garam yang beredar dipasaran merupakan garam yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat, baik yang dikonsumsi maupun yang digunakan untuk keperluan industri. Pada proses pembuatan garam dari air laut kemungkinan telah mengandung timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar timbal (Pb) dan tembaga (Cu) dalam berbagai macam garam yang beredar dipasaran.

Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom tanpa nyala. Analisis kuantitatif dilakukan pada logam timbal (Pb) pada panjang gelombang 283 nm dan logam tembaga (Cu) pada panjang gelombang 324 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Cu pada garam dolina108,5135 ± 8,4845 ppb, garam tradisional adalah 355,7413 ± 33,9138 ppb, garam ikan adalah 192,9603 ± 10,8610 ppb, dan garam A1 adalah 229,5659 ± 33,9138 ppb. Kadar Pb pada garam dolina adalah 603,6946 ± 71,8142 ppb, garam tradisional seadalah 765,6632 ± 90,0570 ppb, garam ikan adalah 678,4345 ± 232,4502 ppb, dan garam A1 adalah 634,0952 ± 195,3195 ppb.

Hasil uji beda berdasarkan uji statistik menunjukkan kandungan Cu dan Pb pada garam tradisional ternyata berbeda signifikan dengan garam dolina, garam ikan dan garam A1.

Kadar logam Timbal dan tembaga didalam keempat garam yg di periksa tidak melebihi batas maksimum SNI No.01- 3556- 1994. Dari keempat jenis garam didapat bahwa garam tradisional memiliki kandungan Cu dan Pb yang lebih besar dibandingkan garam dolina, garam ikan dan garam A1.

Kata kunci : Logam Pb dan Cu pada garam yang beredar dipasaran secara spektrofotometer serapan atom.


(17)

THE STANDART DETERMINATION OF TIMBAL (Pb) AND THE COPPER (Cu) FOR THE CIRCULATION SALT IN THE MARKET

IN ATOM ABSORPTION SPEKTROFOTOMETRI ABSTRACT

Circulating salt in the market, was used everyday by the community, both that was consumed by their self or used for the need of the industry. In the process of the production of salt from water sea possibility contained the plumbum (Pb) and copper (Cu). The aim of this research was to know the level of plumbum (Pb) and copper (Cu) in various circulating salt sorts in the market.

The determination the level of was carried out with used spektrofotometer the absorption of the atom without the flame. The quantitative analysis was used to plumbum metal (Pb) in long the wave 283 nm and copper metal (Cu) in long the wave 324 nm.

Results of the research showed that the level of Cu to dolina’s salt was 108.5135 ± 8.4845 ppb, traditional salt was 355.7413 ± 33.9138 ppb, fish salt was 192.9603 ± 10.8610 ppb , and salt A1 was 229.5659 ± 33.9138 ppb. The level of Pb to dolina’s salt was 603.6946 ± 71.8142 ppb, traditional salt was 765.6632 ± 90.0570 ppb, fish salt was 678.4345 ± 232.4502 ppb, and salt A1 was 634.0952 ± 195.3195 ppb.

Result of the difference test of being based on the statistical test showed the Cu content and the Pb to traditional salt evidently different significant with dolina’s salt, fish salt and salt A1.

The level of plumbum metal and copper in the four salts which checked, did not exceed the maximum limit of SNI No.01-3556-1994. From the four salt, was gotten that traditional salt had the Cu content and the Pb that were bigger compared with dolina salt, fish salt and salt A1.

The key word: Pb Metal and Cu to circulating salt in the market in a spektrofotometer absorption of the atom


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Garam merupakan salah satu komoditi strategis karena selain merupakan kebutuhan manusia, juga digunakan sebagai bahan baku industri. Untuk kebutuhan garam konsumsi manusia, garam telah dijadikan sarana fortifikasi zat yodium menjadi garam konsumsi beryodium dalam rangka penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Garam merupakan salah satu sumber sodium dan klorida dimana kedua unsur tersebut diperlukan untuk metabolisme manusia (Burhanuddin, 2001).

Garam beryodium mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01 – 3556 – 1994, dimana pada cemaran logam untuk logam Timbal (Pb) persyaratan kualitas maks 10.000 ppb dan untuk logam Tembaga (Cu) persyaratan kualitas maks 10.000 ppb (Burhanuddin, 2001).

Kehidupan manusia dibumi sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia di muka bumi ini. Di lain pihak, lautan merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi oleh manusia (Darmono, 2001).

Di laut banyak terdapat pencemaran dimana salah satu nya minyak pembuangan dari kapal – kapal nelayan. Minyak merupakan bahan bakar (energi) yang terbentuk dari fosil biologi. Bahan bakar tersebut banyak digunakan dalam pembangkit tenaga listrik, minyak untuk kendaraan, bahan bakar untuk mesin pabrik dan lain-lain. Disamping harganya yang relatif murah, bahan bakar itu juga


(19)

mudah didapatkan karena diproduksi secara besar-besaran. Tetapi dilain pihak, limbahnya cukup berbahaya untuk makhluk hidup dan sekitar nya, karena biasanya limbah tersebut mengandung logam arsen (As), Kadmium (Cd), timah hitam (Pb), dan Merkuri (Hg) (Darmono, 1995).

Walaupun logam berbahaya tersebut kandungannya sangat kecil dalam bahan bakar minyak, tetapi kekuatan untuk menyebabkan keracunan sangat besar. Logam tersebut biasanya terikat dalam bentuk bahan organik dan fraksi mineral (Darmono, 1995).

Berbagai literatur telah mencantumkan beberapa metode untuk penetapan kadar tembaga dan timbal, antara lain Kompleksometri, Spektrofotometri visible, dan Spektrofotometri Serapan Atom. Pada penelitian ini digunakan metode spektrofotometri serapan atom karena memiliki keuntungan antara lain kecepatan analisisnya, ketelitiannya dan dapat menentukan konsentrasi dalam jumlah yang sangat kecil dan spesifik untuk setiap unsur tanpa diperlukan pemisahan (Khopkar, 1990).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti kandungan Pb dan Cu yang terdapat dalam garam dapur. Pemilihan ini didasarkan karena garam dapur umumnya dikonsumsi oleh masyarakat.

1.1Perumusan Masalah

1. Apakah garam dapur mengandung Pb dan Cu?

2. Berapa kadar Pb dan Cu yang diperoleh di dalam garam dapur tersebut?


(20)

1. Garam dapur mengandung Pb dan Cu.

2. Pada garam dapur mengandung Pb dan Cu dalam jumlah tertentu.

1.3Tujuan Penelitian

1. Menetapkan adanya kandungan Pb dan Cu dalam garam dapur.

2. Menentukan kadar Pb dan Cu dalam garam dapur tersebut dengan Spektrofotometri serapan atom.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dipublikasikan kepada masyarakat sebagai informasi dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai besarnya kandungan Pb dan Cu dalam garam dapur.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80 %) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida dan lain-lain. Garam mempunyai sifat/karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 – 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801oC (Burhanuddin, 2001).

Pembuatan garam di Indonesia adalah dengan sistem penguapan air laut menggunakan sinar matahari (solar energy) diatas lahan tanah, namun ada beberapa daerah memproduksi garam dengan cara memasak karena kondisi tanah yang berpori yaitu propinsi Aceh dan Bali (Burhanuddin, 2001).

Penggunaan garam secara garis besar dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu (Burhanuddin, 2001) :

1. Garam untuk konsumsi manusia. 2. Garam untuk pengasinan aneka pangan 3. Garam untuk industri

2.2Teknologi Pembuatan Garam dan Persyaratan Faktor Sumber Daya Alam Dominan yang Berpengaruh Dalam Proses Pembuatan Garam di Indonesia

Hampir keseluruhan garam di Indonesia diperoleh dengan Teknologi Penguapan air laut dengan Tenaga Sinar Matahari (Solar Evaporation). Dalam


(22)

jumlah yang sangat kecil diperoleh dari sumber air dalam tanah (bleng) seperti yang terdapat di Purwodadi – Grobongan, Jawa Tengah (Burhanuddin, 2001).

Dalam proses pembuatan garam yang berasal dari air laut, maka faktor sumber daya alam dominan, yang berpengaruh baik kualitas maupun kuantitas garam yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Air Laut

- Kandungan garam relatif tinggi dan tidak tercampur aliran muara sungai tawar.

- Jernih, tidak tercampur dengan lumpur, sampah (limbah buangan lainnya). - Mudah masuk kedalam areal/lading garam (pasang surut mencapai

areal/daratan pembikinan garam).

Faktor lokasi berpengaruh secara langsung terhadap kualitas maupun kuantitas penyediaan air laut. Lokasi yang sangat bagus untuk dipilih adalah yang jauh dari air tawar atau muara sungai besar. Tempat yang berdekatan dengan muara-muara sungai akan memberikan air laut dengan mutu rendah (konsentrasi rendah). Adapun lokasi di teluk yang tertutup akan memberikan air laut dengan mutu yang relatif baik (konsentrasi tinggi) (Burhanuddin, 2001).

Guna menjamin kontinuitas ketersediaan bahan baku sebaiknya dipilih lokasi yang aliran lautnya tidak terganggu oleh selat sempit, sehingga pasang surut air laut berjalan dengan normal. Pasang surut air laut bagi lahan- lahan penggaraman, untuk antisipasi dapat dibuat waduk-waduk penampungan air laut tersebut (Burhanuddin, 2001).


(23)

a. Topografi Tanah

Kondisi topografi tanah sangat berpengaruh terhadap pengaturan pengeluaran maupun sirkulasi air di penggaraman. Topografi tanah yang ideal adalah yang permukaannya landai dengan tingkat kemiringan yang kecil. Ketinggian tanah maksimal 3 meter diatas permukaan air laut dengan luas minimal 1 Ha.

b. Sifat fisis Tanah

Tanah harus kedap air sehingga air yang ditampung tidak bocor kedalam tanah. Tanah liat memiliki tingkat permeabilitas yang kecil tetapi pada kondisi tingkat kelembapan yang rendah akan mudah retak/pecah sehingga tingkat kebocorannya tinggi.

c. Kehidupan

Lahan/areal yang digunakan sebagai penggaraman sebaiknya tak terdapat kehidupan. Terdapatnya binatang yang hidup ditanah akan merusak penggaraman, sedangkan tumbuh-tumbuhan akan menghalangi sinar matahari. Dengan demikian kedua hal tersebut sangat mempengaruhi produktifitas areal (Burhanuddin, 2001).

2.3Kegunaan dan Jenis Garam

Pengelompokkan tersebut khususnya di Indonesia dengan spesifikasi sebagai berikut :

A. Garam konsumsi

Garam dengan kadar NaCl = 97% atas dasar persen berat kering (dry basis), kandungan impuritis (Sulfat, Magnesium dan Kalsium) = 2%, dan kotoran lainnya (lumpur, pasir) = 1% serta kadar air maksimal = 7%. Kelompok


(24)

kebutuhan Garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan dan pengawetan ikan. B. Garam Industri

Garam dengan kadar NaCl = 97,5 % dengan kandungan impuritis (Sulfat, Magnesium dan Kalsium serta kotoran lainnya) yang sangat kecil.

Kelompok kebutuhan Garam industri antara lain untuk : a) Industri perminyakan, tekstil dan penyamakan kulit.

NaCl 97,5%

Sulfat maksimal 0,5% kalsium maksimal 0,2% Magnesium maksimal 0,3% Kadar air maksimal 3 – 5%

b) CAP (Chlor Alkali Plant) Industri garam yang digunakan untuk proses kimia dasar pembuatan soda dan chlor.

NaCL 98,5% (dry basis)

Sulfat maksimal 0,2% kalsium maksimal 0,1% Magnesium maksimal 0,06% c) Garam dibidang farmasi

NaCL 99,5% (dry basis)

Impur itis mendekati 0 (Burhanuddin, 2001).


(25)

Timbal merupakan salah satu logam yang populer dan banyak dikenal oleh orang awam. Hal ini dikarenakan timbal banyak digunakan dipabrik-pabrik baik dalam bentuk murni maupun dalam bentuk campurannya dengan logam lain (Darmono, 1995).

2.4.1 Toksisitas Timbal

Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi melalui selaput atau lapisan kulit (Palar, 2004).

Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini disebabkan karena Timbal (Pb) adalah logam toksik yang bersifat kumulatif dan bentuk senyawanya dapat memberikan efek racun terhadap fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Suharto, 2005). Gejala yang khas dari keracunan Pb antara lain (Darmono, 1995) :

1. Anemia: Pb dapat menghambat pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga

menyebabkan anemia. Selain itu, lebih dari 95% Pb yang terbawa dalam aliran darah dapat berikatan dengan eritrosit yang menyebabkan mudah pecahnya eritrosit tersebut.

2. Aminociduria: terjadinya kelebihan asam amino dalam urin disebabkan

ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah lalu menuju ke sistem urinaria (ginjal) yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal.

3. Gastroenteritis: keadaan ini disebabkan reaksi rangsangan garam Pb pada mukosa saluran pencernaan, sehingga menyebabkan pembengkakan, gerak


(26)

kontraksi saluran lumen dan usus terhenti, peristaltik menurun sehingga terjadi konstipasi.

2.5Kegunaan Tembaga

Beberapa jenis enzim yang sangat bergantung pada Cu seperti seruplasmin, superoksid-dismutase dan sitokrom-C-oksidase. Dari saluran pencernaan, Cu diabsorpsi dan diangkut melalui darah (berikatan dengan protein albumin dan transkuperin) kedalam hati lewat sistem darah porta hepatis (Darmono, 1995).

Dalam hati, hampir semua Cu berikatan dengan enzim, terutama enzim seruloplasmin yang mengandung 90-94% Cu dari total Cu dalam tubuh. Nama kimia dari seruplasmin adalah alfa2-glikoprotein yang mengandung 6 atom Cu dan terikat dengan erat. Pada janin biasanya Cu disimpan didalam hati, kemudian digunakan lagi pada waktu akan dilahirkan (Darmono, 1995).

2.5.1 Toksisitas Tembaga

Pemberian Cu dalam waktu yang lama walaupun dalam dosis rendah, dapat merusak kemampuan sel kebal untuk berpoliferasi (memperbanyak diri) baik sel T ataupun sel B poliklonal mitogen. (Darmono, 2001).

2.6 Pencemaran Logam Berat

Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang bermacam-macam dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara, tanah/daratan, dan air/lautan. Pencemaran udara oleh logam berat sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat logam itu sendiri. Pencemaran udara biasanya


(27)

terjadi pada proses-proses industri yang menggunakan suhu tinggi, sedangkan logam seperti As, Cd, Hg dan Pb, adalah logam yang biasanya relatif mudah menguap (Darmono, 1995).

Pencemaran daratan dan air (air sungai/laut) biasanya terjadi karena pembuangan limbah dari industri penggunaan logam yang bersangkutan secara tidak terkontrol(pabrik aki/baterai) atau penggunaan bahan yang mengandung logam itu sendiri (pestisida dan insektisida) (Darmono, 1995).

Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam dalam tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kandungan logam yang kurang atau berlebihan dalam jaringan tanaman akan mencerminkan kandungan logam dalam tanah. Tetapi ada kekecualian, yaitu dengan adanya suatu interaksi di antara logam itu sendiri, sehingga terjadi suatu hambatan penyerapan kandungan logam tersebut dalam tanaman (Darmono, 1995)

Dalam menyimpulkan dan menginterpretasikan suatu hasil analisis kandungan logam tersebut dalam sampel, perlu diketahui kandungan normal dari logam tersebut. Konsentrasi logam dalam alam lingkungan (tanah, air dan udara) adalah sangat rendah, sehingga kenaikan kadar logam dalam alam lingkungan tersebut perlu dicurigai adanya suatu pencemaran. Dalam sistem jaringan biologi, kandungan logam juga mempunyai konsentrasi tertentu, baik logam esensial maupun nonesensial (Darmono,1995).

Jika diketahui kandungan yang sangat rendah pada logam esensial, maka perlu dicurigai adanya suatu gejala defisiensi. Pada logam nonesensial, kandungannya yang melebihi normal perlu dicurigai adanya gejala toksisitas. Kandungan logam tersebut biasanya bervariasi menurut lokasi, sehingga didapat


(28)

nilai ambang batas konsentrasi menjadi relatif sangat berbeda untuk keperluannya (Darmono, 1995).

2.7 Logam dalam Tubuh Makhluk Hidup

Pada tubuh makhluk hidup termasuk manusia logam dan mineral mengalami proses biokimiawi dalam membantu proses fisiologis atau sebaliknya menyebabkan toksisitas. Dalam sistem fisiologis manusia, unsur tersebut juga dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen, yang ditemukan dalam jumlah relatif besar (lebih dari 0,005% dari berat badan) dan mikroelemen yang ditemukan dalam jumlah relatif kecil (kurang dari 0,005% dari berat badan) (Darmono, 2001).

Pada manusia jumlah makroelemen dari yang terbesar ke terkecil berturut-turut adalah: kalsium (Ca), fosfor (P), potassium/ kalium (K), sulfur/ belerang (S), sodium/natrium (Na), klor (Cl) dan magnesium (Mg). Sedangkan yang mikroelemen berturut-turut: besi (Fe), iodium (I), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), dan kobal (Co) (Darmono, 2001).

Logam atau mineral tersebut ada yang berikatan dengan protein dan ada yang bersifat katalisator dalam cairan jaringan seperti menjaga pH darah maupun membantu transfer sistem saraf motorik. Beberapa mineral yang sangat sedikit terlibat dalam ikatan protein ialah: ion Na+, K+, Mg dan Co. Di lain pihak, logam berbahaya (Cd, Pb, Hg, As) yang dapat menyebabkan toksik biasanya terikat dengan protein sebagai metalotionein (Darmono, 2001).

Proses biokimiawi dalam tubuh makhluk hidup hampir selalu melibatkan unsur-unsur logam di dalamnya. Pada suatu proses fisiologi yang normal, ion


(29)

logam esensial sangat berperan aktivitasnya, baik dalam ikatannya dengan protein, enzim maupun dalam bentuk lainnya (Darmono, 2001).

Manusia yang sehat dalam jaringan tubuhnya selalu ditemukan ion logam yang normal. Sedangkan ion logam yang ditemukan terlalu rendah pada jaringan tertentu, misalnya darah (Fe), hati (Cu), dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya kelainan pada orang yang bersangkutan, yang kemungkinan menderita defisiensi atau penyakit lainnya (Darmono, 2001).

2.8 Spektrofotometri Serapan Atom

2.8.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam dalam sampel (Bender, 1987).

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut (Rohman, 2007).

Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaan relatif sederhana, dan interferensi sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam bentuk gas. Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan metode spektrofotometri


(30)

serapan atom dengan cara absorbsi yaitu penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom-atom tersebut menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut (Rohman, 2007).

Sebagai contoh Timbal menyerap radiasi pada panjang gelombang 283 nm, dan Tembaga menyerap radiasi pada panjang gelombang 324 nm. Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan menjadi ke tingkat eksitasi. Secara eksperimental akan diperoleh puncak-puncak serapan sinar oleh atom-atom yang dianalisis (Rohman, 2007).

Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan sinar yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaaan azas ke salah satu tingkat energi yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (Resonance line). Garis-garis ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout. Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Rohman, 2007).

Kelemahan spektrofotometri serapan atom adalah sampel harus dalam bentuk larutan dan tidak mudah menguap dan satu lampu katoda hanya digunakan untuk satu unsur saja (Fifield, 1983).

Adapun instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:


(31)

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan logam tertentu (Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Rohman, 2007).

2. Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Rohman, 2007).


(32)

Mesin AAS model ini sangat sensitif untuk mendeteksi logam-logam dalam konsentrasi yang sangat kecil dalam sampel (ppb). Biasanya larutan yang diperlukan hanya 1-100 uL dan dengan temperatur pembakaran dapat mencapai 3000oC (pembakaran secara elektrik) (Darmono, 1995).

Proses atomisasi dengan temperatur tinggi tersebut dapat menyempurnakan proses pengatoman dari suatu larutan sampel. Logam yang dapat dideteksi dengan mesin ini ialah Cd, Cu, Co, Zn, Pb, Mn, yang jumlahnya relatif sedikit dalam jaringan biologi (Darmono, 1995).

Sistem kerja dari mesin ini melalui tiga tahap, yaitu pengeringan, pengabuan, dan pembakaran cairan sampel, yaitu masing-masing dengan temperature 500, 700, dan 3000oC. Tetapi temperatur dari tiga proses tahapan tersebut dapat diatur dan disesuaikan dengan logam yang diukur secara komputerisasi. Semua proses tahapan tersebut berjalan secara elektrik dan otomatik yang dikontrol dengan komputer (Darmono,1995)

3. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Rohman, 2007).

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Rohman, 2007).


(33)

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007).

6. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan biasa dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom 2.8.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi

Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah hidrogen, asetilen, dan propan, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, dan NO2.

Gangguan-gangguan dapat terjadi pada saat dilakukan analisis dengan alat spektrofotometer serapan atom, gangguan itu antara lain adalah:

a. Gangguan oleh penyerapan non-atomik

Gangguan ini terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non-atomic dapat disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel pengganggu yang berada di dalam nyala. Cara mengatasi penyerapan non-atomik ini adalah bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar (Rohman, 2007).


(34)

b. Gangguan spektrum

Gangguan spektrum dalam spektrofotometer serapan atom timbul akibat terjadinya tumpang tindih antara frekuensi-frekuensi garis resonansi unsur yang dianalisis dengan garis-garis yang dipancarkan oleh unsur lain. Hal ini disebabkan karena rendahnya resolusi monokromator (Mulja, 1995).

c. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom di dalam nyala.

Pembentukan atom-atom netral dalam keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu:

● Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna disebabkan terbentuknya senyawa refraktorik (sukar diuraikan dalam api), sehingga akan mengurangi jumlah atom netral yang ada di dalam nyala.

● Ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu yang digunakan terlalu tinggi. Prinsip analisis dengan spektrofotometer serapan atom adalah mengukur absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan azas. Jika terbentuk ion maka akan mengganggu pengukuran absorbansi atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama dengan spektrum atom dalam keadaan netral (Rohman, 2007).

2.9 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:


(35)

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:

• Metode Simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

• Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

Menurut Miller (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai

recoverynya antara 80-120%. Recovery dapat ditentukan dengan menggunakan metode standar adisi.


(36)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang dapat menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan adanya keseksamaan metode yang dilakukan (Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

BAB III


(37)

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan Juli 2011-Februari 2012.

2.2Bahan–bahan

Bahan yang digunakan semua pro analisis keluaran E.Merck, kecuali disebutkan lain yaitu asam nitrat 65%, aquabidest, larutan baku Pb dan Cu masing-masing dengan konsentrasi 10.000 ng/ml untuk Pb dan konsentrasi 10,000ng/ml untuk Cu.

2.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah garam yang beredar dipasaran sebanyak 4 macam yaitu garam dolina (A), garam tradisional (B), garam ikan (C), garam A1 (D).

2.3 Alat – alat

Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan lampu katoda tembaga dan timbal alat–alat gelas (Pyrex), hot plate, kertas saring Whatman no. 42, neraca analitik, pisau stainless stell, dan spatula.

2.4 Pembuatan Pereaksi 2.4.1 Larutan HNO3 5N


(38)

Larutan HNO3 5N dibuat dengan mengencerkan 340 ml HNO3 65% dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

2.5 Prosedur Penelitian 2.5.1 Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel untuk garam tradisional dan garam ikan dilakukan dengan cara acak, dan untuk garam dolina dan garam A-1 dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi (Sudjana, 2002).

2.5.2 Proses Destruksi

Sampel ditimbang sebanyak 20 gram dalam erlenmeyer, ditambahkan 15 ml HNO3 (e), didiamkan selama 24 jam, lalu dipanaskan hingga larutan berubah menjadi jernih pada suhu 80oC selama kurang lebih 4 jam, didinginkan (Friel, dengan modifikasi, 1986).

2.5.3 Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu tentukur 250 ml dan diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, 10 ml filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol. Larutan ini digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif.

2.6 Pemeriksaan Kuantitatif


(39)

Larutan baku Timbal (10.000 ppb) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 1000 ppb). Larutan untuk kurva kalibrasi logam Timbal dibuat dengan memipet larutan sebanyak 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, 2,5 ml, dilarutkan dalam labu 25 ml sehingga didapatkan kosentrasi berturut-turut 20 ppb; 40 ppb; 60 ppb; 80 ppb; 100 ppb dan diukur pada panjang gelombang 283 nm dengan menggunakan tipe nyala argon (Haswell, 1991).

2.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga

Larutan baku Tembaga (10000 ppb) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 1000 ppb). Lalu diambil larutan untuk kurva kalibrasi logam tembaga dibuat dengan memipet larutan sebanyak 0,6 ml, 1,2 ml, 1,8 ml, 2,4 ml, 3 ml, dilarutkan dalam labu 10 ml sehingga didapatkan kosentrasi berturut-turut 60 ppb; 120 ppb; 180 ppb; 240 ppb; 300 ppb dan diukur pada panjang gelombang 324 nm dengan menggunakan tipe nyala argon (Haswell, 1991).

2.7 Penetapan Kadar dalam Sampel 2.7.1 Penetapan Kadar Timbal

Larutan sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku Timbal. Konsentrasi Timbal dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.


(40)

Larutan sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 324 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku tembaga. Konsentrasi tembaga dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Kadar logam Timbal dan logam Tembaga dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

(g) Sampel Berat

(ml) Volume x

(ng/ml) i

Konsentras (ng/g)

Logam

Kadar =

2.7.3 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004):

Simpangan Baku =

(

)

2

2

− −

n Yi Y

Batas deteksi (LOD) =

slope SB x

3

Batas kuantitasi (LOQ) =

slope SB x

10

2.7.4 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar


(41)

logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu. Garam yang telah diketahui kadarnya ditimbang sebanyak 20 gram, lalu ditambahkan larutan baku tembaga 5000 ppb dan baku Timbal 4000 ppb, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (Harmita, 2004):

= 100%

an ditambahak yang

baku jumlah

awal sampel dalam

logam jumlah sampel

dalam logam al

jumlah tot − ×

2.8 Analisis Data Secara Statistik 2.8.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar Tembaga dan Timbal yang diperoleh dari hasil pengukuran masing- masing ke enam larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q (Rohman, 2009):

Q =

terendah Nilai

tertinggi Nilai

terdekat yang

Nilai dicurigai

yang Nilai

− −

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q apabila Q>Qkritis maka data tersebut ditolak.

Tabel 1 Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95% (Rohman, 2007) Banyak data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570


(42)

Untuk menentukan kadar timbal dan tembaga di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n-1, dapat digunakan rumus (Wibisono, 2005) :

µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / )

Keterangan :

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1) α = interval kepercayaan

n = jumlah pengulangan 2.8.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga

dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2)

atau berbeda (σ1≠ σ2) dengan menggunakan rumus:

Fo = 2

2 2 1 S S

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus:

(X1 – X2) to =

Sp √1/n1 + 1/n2

dan jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus : (X1 – X2)

to =

S12/n1 + S22/n2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya (Sabri dan Hastono, 2006).


(43)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.

Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah (Harmita, 2004):

Keterangan :

RSD = Relatif Standar Deviasi SD = Standar Deviasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kurva Kalibrasi Tembaga (Cu) dan Pb (Timbal)

Kurva kalibrasi logam Pb dan Cu diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar Pb dan Cu pada panjang gelombang masing-masing 283nm dan 324nm. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk Pb dan Cu diperoleh persamaan garis regresi yaitu y = 0,00288x – 0,0155 untuk logam Cu, y = 0,00177x + 0,00499 untuk logam Pb.

Kurva kalibrasi larutan standar Pb dan Cu dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.


(44)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tembaga

3.1.2 Kurva kalibrasi Timbal (Pb) dengan panjang gelombang 283 nm

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Timbal

Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) untuk Cu sebesar 0,9983 dan untuk Pb sebesar 0,9983. Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan bukti adanya korelasi linear yang menyatakan adanya hubungan antara X dan Y (Shargel dan

y = 0,00288x - 0,0155 R² = 0,9965

r=0,9983

-0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

0 50 100 150 200 250 300 350

A

bs

o

rba

ns

i

Konsentrasi (ppb)

Kurva Kalibrasi Cu

Series1 Linear (Series1)

y = 0,00177x + 0,00499 R² = 0,9966

r=0,9996

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 0,2

0 20 40 60 80 100 120

A

b

so

rb

a

n

si

Konsentrasi (ppb)

Kurva Kalibrasi Pb

Series1 Linear (Series1)


(45)

Andrew, 1999). Data hasil pengukuran absorbansi dan perhitungan persamaan garis regresi larutan standar Cu dan Pb dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 38 sampai denganLampiran 4, halaman 40.

3.2 Kadar Tembaga (Cu) timbal (Pb) pada Garam

Penetapan kadar Cu dan Pb dilakukan secara spektrofotometri serapan atom terhadap sampel garam dengan kode A, kode B, kode C, dan kode D yang didestruksi basah dengan HNO3 sampai di peroleh larutan jernih, kemudian didiamkan selama 24 jam, dilarutkan dengan aquabidest hingga 250 ml, dan diukur pada spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 324 nm untuk Cu dan 283 nm untuk Pb.

Kadar Cu dan Pb dalam garam dengan kode A, kode B, kode C, dan kode D diperoleh dari persamaan garis regresi larutan standarnya. Hasil analisis kuantitatif Cu dan Pb dalam dalam garam dengan kode A, kode B, kode C dan kode D dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3

Tabel 2. Data kadar Cu (ppb) dalam garam berbagai merek

No Sampel Kadar Cu (ppb)

1 A 108,5135 ± 8,4845

2 B 355,7413 ± 33,9138

3 C 192,9603 ± 10,8610

4 D 229,5659 ± 86,2763

Keterangan : Hasil yang diperoleh merupakan rata-rata dari 6 kali ulangan A = Garam Dolina

B = Garam Tradisional C = Garam Ikan D = Garam A1

Tabel 3. Data kadar Pb (ppb) dalam berbagai merek

No Sampel Kadar Pb (ppb)

1 A 603,6946 ± 71,8142


(46)

3 C 678,4345 ± 232,4502

4 D 634,0952 ± 195,3195

Keterangan : Hasil yang diperoleh merupakan rata-rata dari 6 kali ulangan A = Garam Dolina

B = Garam Tradisional C = Garam Ikan D = Garam A1

Setelah itu dilakukan Uji beda nilai rata-rata kadar Cu dan Pb dalam garam dolina, garam tradisional, garam ikan dan garam A1. Berdasarkan hasil uji beda nilai rata–rata, terdapat perbedaan yang signifikan kadar rata–rata Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) dalam garam kode A, kode B, kode C dan kode D.

Tabel 4. Uji beda nilai rata - rata kadar Tembaga (Cu) dalam Garam

Jenis garam A B C D A - b b b B b - a a C b a - a D b a b -

Keterangan : a = Terdapat perbedaan yang signifikan b = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan A = Garam Dolina

B = Garam Tradisional C = Garam Ikan D = Garam A1

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa kandungan Cu pada garam dengan kode A tetapi terdapat perbedaan yang signifikan dengan garam kode A, kode B dan kode C. Kandungan Cu pada garam dengan kode B tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan garam kode A, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan terhadap garam kode C, dan kode D. Kandungan Cu pada garam dengan kode C terdapat perbedaan yang signifikan dengan garam kode B tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan garam kode A dan kode D. Kandungan Cu


(47)

pada garam dengan kode D terdapat perbedaan yang signifikan dengan garam kode B tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan garam kode A dan kode C. Hasil uji beda nilai rata-rata Tembaga (Cu) dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 5. Uji beda nilai rata kadar Timbal (Pb) dalam Garam

Jenis garam A B C D A - a b b B a - b b C b b - b D b b b -

Keterangan : a = Terdapat perbedaan yang signifikan b = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan A = Garam Dolina

B = Garam Tradisional C = Garam Ikan

D = Garam A1

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kandungan Pb pada garam dengan kode A terdapat perbedaan yang signifikan dengan garam kode B tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap garam kode C dan garam kode D. Kandungan Pb pada garam kode B terdapat perbedaan yang signifikan terhadap garam kode A tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap garam kode C dan garam kode D. Kandungan Pb pada garam kode C tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kode A, kode B dan kode D. Kandungan Pb pada garam kode D tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap garam kode A, garam kode B dan garam kode C. Hasil uji beda nilai rata-rata kadar timbal dapat dilihat pada Lampiran 12.


(48)

3.2 Uji Validasi

3.2.1 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Hasil pengujian sampel untuk pemeriksaan Cu diperoleh LOD 22,1600 ppb dengan LOQ 81,6991 ppb dan Pb diperoleh LOD 7,35 ppb dengan LOQ 24,46 ppb. Hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Sehingga penetapan kadar Cu dan Pb memenuhi persyaratan. Hasil pengujian batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 22 sampai dengan Lampiran 4, halaman 23.

3.2.2 Uji Perolehan Kembali.

Hasil yang didapat dari uji perolehan kembali menunjukkan bahwa metode ini memberikan ketepatan yang memuaskan, di mana didapat % uji perolehan kembali untuk Cu adalah 81,39% dan Pb adalah 95,07%. Suatu metode dikatakan teliti jika nilai recovery-nya antara 80-120% (Ermer dan Miller, 2005).

Berdasarkan hasil analisis di atas maka proses penetapan kadar Cu dan Pb didalam keempat jenis garam tersebut telah memenuhi syarat uji validasi. Data hasil dari uji perolehan kembali dari Tembaga dan Timbal dapat dilihat pada


(49)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Kadar Cu pada garam dolina adalah 108,5135 ± 8,4845 ppb, garam tradisional adalah 355,7413 ± 33,9138 ppb, garam ikan adalah 192,9603 ± 10,8610 ppb, dan garam A1 adalah 229,5659 ± 33,9138 ppb.

2. Kadar Pb pada garam dolina adalah 603,6946 ± 71,8142 ppb, garam tradisional seadalah 765,6632 ± 90,0570 ppb, garam ikan adalah 678,4345 ± 232,4502 ppb, dan garam A1 adalah 634,0952 ± 195,3195 ppb.

3. Dari keempat jenis garam didapat bahwa garam tradisional memiliki kandungan Cu dan Pb yang lebih besar dibandingkan garam dolina, garam ikan dan garam A1.

4.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar memeriksa adanya kemungkinan logam berbahaya lain yang terdapat dalam garam.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Bender, G.T. (1987). Principal of Chemical Instrumentation. Philadelphia: W.B.Sounders Company. Halaman 98.

Burhanuddin, S. (2001). Forum Pasar Garam Indonesia. Jakarta: Departemen Kelautan dan Periklanan. Halaman 15-29.

Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 124.

Darmono. (2001). Lingkungan hidupdan Pencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 47, 109.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi ke-empat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1067.

Ermer, J., dan Miller, J.H.M. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. A Giude to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH. Halaman 89. Fifield, F.W. (1983). Principles and Practice of Analytical Chemistry. Edisi

Kedua. London: International Textbook Company Limited. Halaman. 10, 277.

Harmita. (2004). Majalah Ilmu Kefarmasian . Review Artikel. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara Perhitungannya. Halaman 119, 130, 131.

Haswell, S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Amsterdam: Elsevier. Halaman 202, 207, 208.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: A. Saptorahardjo. Jakarta: UI Press. Halaman 283.

Mulja, M. (1995). Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Bandung: Penerbit Universitas Gajah Mada. Halaman. 87.

Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Hal. 24, 76-84.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 22.

Shargel, L., dan Andrew, B. C. (1999). Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. USA: Prentice-Hall International, INC. Halaman 15. Sabri, L., dan Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. Halaman 112-118.


(51)

Hal.93, 168- 169.

Suharto. (2005). Dampak Pencemaran Logam Timbal (Pb) terhadap Kesehatan Masyarakat.

http://pusdiknakes.or.id/pusatdata/?show=detailnews&kode=880&tbl= kesling

Wibisono, Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan Pertama.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 451-452.


(52)

Lampiran 2. Bagan alir pembuatan larutan sampel Garam

Didinginkan

Hasil

Ditimbang 20 gram

Ditambahkan 15ml HNO3 5N

Dipanaskan pada suhu 80 C selama 4 jam Didiamkan selama 24


(53)

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Timbal(Pb), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

dari Data Kalibrasi Pb.

1. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar Pb

Dimasukkan dalam labu tentukur 250ml

Dicukupkan volumenya dengan aquabidest sampai garis tanda

Disaring dengan kertas whatmann no.42 dengan membuang 10 ml larutan pertama

Larutan digunakan untuk uji kuantitatif Sampel hasil

destruksi


(54)

No Konsentrasi (ppb) Absorbansi

1 0 0,0003

2 20 0,0433

3 40 0,0796

4 60 0,1138

5 80 0,1418

6 100 0,1822

2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

No X Y X2 Y2 XY

1 0 0,0003 0 9.10-8 0

2 20 0,0433 400 1,874.10-3 0,866

3 40 0,0796 1600 6,336.10-3 3,184

4 60 0,1138 3600 0,0129 6,828

5 80 0,1418 6400 0,0201 11,344

6 100 0,1822 10000 0,0331 18,22

∑X = 300

∑Y = 0,561 ∑X2 = 22000 ∑Y2=0,0743 XY = 40,442

X = 50 Y= 0,0935

a =

( )( )

( )

n x x

n y x -xy

2

2

a =

6 300 220000

6 ) 561 , 0 )( 300 ( 40,422

2

− −

a = 1,7702.10-3 b = y- ax

= 0,0935 – (1,7702.10-3)(50) = 4,99.10-3


(55)

r =

( )( )

(

) ( )

(

) ( )

        −         −

n y y n x x n y x -xy 2 2 2 2

(

) ( )



(

) (

)

   − = 6 561 , 0 0743 , 0 6 300 22000 6 ) 561 , 0 )( 300 ( 442 , 40 r 2 2

r = 0,9983

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Cu

1. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Cu No Konsentrasi (ppb) Absorbansi

1 0 0,0014

2 60 0,1285

3 120 0,3256

4 180 0,5164

5 240 0,6940

6 300 0,8340

2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

No X Y X2 Y2 XY

1 0 0,0014 0 0,00001 0

2 60 0,1285 3600 0,0165 7,7100

3 120 0,3256 14400 0,1060 39,0720

4 180 0,5164 32400 0,2666 92,9520

5 240 0,6940 57600 0,4816 166,5600

6 300 0,8340 90000 0,6956 250,2000

∑X = 900 ∑Y = 2,4999 ∑X2 = 198000 ∑Y2

=1,5663 XY = 566,4940

X =

150


(56)

a =

( )( )

( )

n x x n y x -xy 2 2

− a = 6 (900) 198000 6 ) 4999 , 2 )( 900 ( 566,4940 2 − −

a = 2,881.10-3 b = y- ax

= 0,4166 – (2,881.10-3)(150) = -0,0155

Persamaan Regresinya adalah y = 2,881.10-3x – 0,0155

r =

( )( )

(

) ( )

(

) ( )

        −         −

n y y n x x n y x -xy 2 2 2 2

(

) ( )



(

) (

)

     − = 6 4999 , 2 5663 , 1 6 900 198000 6 ) 4999 , 2 )( 900 ( 494 , 556 r 2 2

r = 0,9996

Lampiran 5. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Pb Persamaan garis regresi : Y = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3

No

Konsentrasi (X)

Absorbansi

(Y) Yi Y – Yi

(. 10 -3)

(Y – Yi)2 .

10 -5

1 0 0.0003 0,0049 -4,69 2,199

2 20 0.0433 0,0404 3 0,9


(57)

4 60 0.1138 0,1112 2,6 0,676

5 80 0.1418 0,1466 -4,8 2,304

6 100 0.1822 0,1820 0,2 0,004

n = 6 (Y – Yi)2

= 7,523 x 10-5

SD =

(

)

2 -n

Yi 2

Y

=

4

0,00007523

= 4,336 x 10-3

LOD = Slope SD x 3 LOD = 0,0018 0,004336 x 3

= 7,35 ppb

LOQ = Slope SD x 10 LOQ = 0,0018 0,004336 x 10

= 24,46 ppb

Lampiran 6. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Cu Persamaan garis regresi : Y = 2,881.10-3 x - 0,0155 No

Konsentrasi (X)

Absorbansi

(Y) Yi Y – Yi (Y – Yi)2 .

10 -4

1 0 0.0014 -0,0155 0,0169 2,8561

2 60 0.1285 0,1574 -0,0280 7,84

3 120 0.3256 0,3302 0,0046 0,2116

4 180 0.5164 0,5031 0,0132 1,7424

5 240 0.694 0,6759 0,0181 3,2761

6 300 0.834 0,8488 0,0148 2,19

n = 6 ∑(Y – Yi)2

= 18,11 x 10-4

SD =

(

)

2 -n

Yi 2

Y

= 4 0,001811 = 0,021 LOD = Slope SD x 3


(58)

LOD =

0,002881 0,021 x 3

= 22,16 ppb

LOQ =

Slope SD x 10

LOQ =

0,002881 0,021 x 10

= 81,6991 ppb

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Pb dalam Garam Dolina Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi Pb dalam sampel yang beratnya 20,012 g dan absorbansi 0,0858.

X = Konsentrasi sampel Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah Y = 1,7702.10-3 X + 4,99.10-3

X =

00177 , 0

00499 , 0 0858 ,

0 −

X = 45,6554 ppb

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 45,6554 ppb

Kadar =

W CxV

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (ppb) V = Volume larutan sampel (ml) Fp = Faktor Pengenceran


(59)

Kadar =

g ml ppbx

012 . 20

250 6554

, 45

= 0,5703 ppb

Maka kadar Pb yang terkandung dalam sampel adalah 0,5703 ppb.

Lampiran 8. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Logam Pb dalam dengan 6 kali Replikasi

Garam Dolina

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (ppb)

Kadar (ppb) 1 Garam

Dolina

20,012 0,0858 45,6554 570,3503 20,023 0,0909 48,5367 606,0118 20,014 0,0861 45,8249 572,4106 20,034 0,0968 51,8700 647,4867 20,046 0,1059 57,0114 711,0072 20,000 0,0779 41,1921 514,9013

Garam Tradisional

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (ppb)

Kadar (ppb)


(60)

2 Garam Tradisional

20,032 0,1293 70,2316 876,4926 20,012 0,1208 65,4294 817,3771 20,022 0,1223 66,2768 827,5496 20,000 0,0992 53,2259 665,3237 20,002 0,1030 55,3729 692,0920 20,009 0,1063 57,2373 715,1444

Garam Ikan

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (ppb)

Kadar (ppb) 3 Garam Ikan 20,040 0,1118 60,3446 752,8019

20,008 0,0895 47,7457 596,5826 20,005 0,0783 41,4181 517,5968 20,010 0,0875 46,6158 582,4063 20,005 0,0755 39,8361 497,8268 20,055 0,1645 90,1186 1123,3931

Garam A1

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (ppb)

Kadar (ppb) 4 Garam A1 20,001 0,0750 39,5537 494,3965

20,011 0,0773 40,8531 510,3830 20,023 0,1107 59,7232 745,6825 20,057 0,1335 72,6045 904,9771 20,020 0,1078 58,0847 725,3334 20,000 0,0650 33,9039 423,7987

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Cu dalam Garam Dolina Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi


(61)

Contoh perhitungan konsentrasi Cu dalam sampel yang beratnya 20,008 g dan absorbansi 0,0089.

X = Konsentrasi sampel Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah Y = 2,881.10-3 x – 0,0155

X =

002881 ,

0

0155 , 0 0089 ,

0 +

X = 8,4722 ppb

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 8,4722 ppb

Kadar =

W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (ppb) V = Volume larutan sampel (ml) Fp = Faktor pengenceran

W = Berat Sampel (g)

Kadar =

g ml ppbx

008 , 20

250 4722

, 8

= 0,1059 ppb

Maka kadar Cu yang terkandung dalam sampel adalah 0,1059 ppb.

Lampiran 10. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Logam Cu dalam dengan 6 kali Replikasi

Garam Dolina

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (ppb)

Kadar (ppb) 1 Garam

Dolina

20,008 0,0089 8,4722 105,8601 20,019 0,0104 8,9931 112,3070


(62)

20,006 0,0088 8,4375 105,4310 20,011 0,0095 8,6806 108,4478 20,017 0,0102 8,9236 111,4503 Garam Tradisional

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (ppb)

Kadar (ppb) 2 Garam

Tradisional

20,000 0,1293 70,2316 296,4400 20,055 0,1208 65,4294 388,2548 20,032 0,1223 66,2768 366,6009 20,021 0,0992 53,2259 362,0336 20,015 0,1030 55,3729 345,6607 20,045 0,1063 57,2373 375,4577

Garam Ikan

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (ppb)

Kadar (ppb) 3 Garam Ikan 20,055 0,0558 24,7569 308,6126

20,010 0,0275 14,9306 186,5392 20,009 0,0252 14,1319 176,5693 20,035 0,0313 16,2500 202,7701 20,030 0,0294 15,5903 194,5868 20,035 0,0318 16,4236 204,9364

Garam A1

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (ppb)

Kadar (ppb) 4 Garam A1 20,003 0,0358 17,8125 222,6228

20,002 0,0345 17,3611 216,9921 20,010 0,0372 18,2986 228,6182 20,015 0,0398 19,2014 239,8376 20,012 0,0375 18,4028 229,8971 20,013 0,0397 19,1667 239,4281


(63)

Lampiran 11. Perhitungan Kadar timbal (Pb), dan tembaga (Cu) 1. Timbal (Pb)

Garam dolina A. Konsentrasi

y = 1.7702.10-3 x+ 4,99.10-3 y = absorbansi, x = konsentrasi 1) 0,0858= 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3

x = 45,6554 ppb

2) 0,0909 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 48,5367 ppb

3) 0,0861 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 45,8249 ppb

4) 0,0968 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 51,8700 ppb

5) 0,1059 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 57,0114 ppb

6) 0,0779 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 41,1921 ppb

B. Kadar

Kadar (ppb) =

W Fp x V x C


(64)

V = Volume labu kerja (ml) Fp = Faktor pengenceran

W = Berat penimbangan sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 20,012 ml 250 x ppb 45,6554

= 570,3503 ppb

2) Kadar 2 =

20,023g ml 250 x ppb 48,5367

= 606,0118 ppb

3) Kadar 3 =

g 20,014 ml 250 x ppb 45,8249

= 572,4106 ppb

4) Kadar 4 =

g 20,034 ml 250 x ppb 0,0968

= 647,4867 ppb

5) Kadar 5 =

g 20,046 ml 250 x ppb 0,1059

= 711,0072 ppb

6) Kadar 6 =

g 20,000 ml 250 x ppb 0,0779

= 514,9013 ppb

Garam tradisional A. Konsentrasi

y = 1.7702.10-3 x+ 4,99.10-3 y = absorbansi, x = konsentrasi 1) 0,1293= 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3

x = 70,2316 ppb

2) 0,1208= 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 65,4294 ppb

3) 0,1223 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 65,4294 ppb


(65)

4) 0,0992 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 53,2259 ppb

5) 0,1030 = 1,7702.10 -3x + 4,99.10-3 x = 55,3729 ppb

6) 0,1063 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 57,2373 ppb

B. Kadar

Kadar (ppb) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (ppb) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat penimbangan sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 20,032 ml 250 x ppb 70,2316

= 876,4926 ppb

2) Kadar 2 =

g 20,012 ml 250 x ppb 65,4294

= 817,3771 ppb

3) Kadar 3 =

g 20,022 ml 250 x ppb 66,2768

= 827,5496 ppb

4) Kadar 4 =

g 20,000 ml 250 x ppb 53,2259

= 665,3237 ppb

5) Kadar 5 =

g 20,002 ml 250 x ppb 55,3729

= 692,0920 ppb

6) Kadar 6 =

g 20,009 ml 250 x ppb 57,2373

= 715,1444 ppb


(66)

A. Konsentrasi

y = 1.7702.10-3 x+ 4,99.10-3 y = absorbansi, x = konsentrasi 1) 0,1118= 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3

x = 60,3446 ppb

2) 0,0895= 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 47,7457 ppb

3) 0,0783 = 1,7702.10 -3x + 4,99.10-3 x = 41,4181 ppb

4) 0,0875 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 46,6158 ppb

5) 0,0755 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 39,8361 ppb

6) 0,1645 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 90,1186 ppb

B. Kadar

Kadar (ppb) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (ppb) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat penimbangan sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 20,040

ml 250 x ppb 60,3446


(67)

2) Kadar 2 =

g 20,008

ml 250 x ppb 47,7457

= 596,5826 ppb

3) Kadar 3 =

g 20,005

ml 250 x ppb 41,4181

= 517,5968 ppb

4) Kadar 4 =

g 20,010

ml 250 x ppb 46,6158

= 582,4063 ppb

5) Kadar 5 =

g 20,005

ml 250 x ppb 39,8361

= 497,8268 ppb

6) Kadar 6 =

g 20,055

ml 250 x ppb 90,1186

= 1123,3931 ppb

Garam A1 A. Konsentrasi

y = 1.7702.10-3 x+ 4,99.10-3 y = absorbansi, x = konsentrasi

1) 0,0705= 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 39,5537 ppb

2) 0,0773= 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 40,8531 ppb

3) 0,1107 = 1,7702.10 -3x + 4,99.10-3 x = 59,7232 ppb

4) 0,1335 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 72,6045 ppb


(68)

6) 0,0650 = 1,7702.10-3 x + 4,99.10-3 x = 33,9039 ppb

B. Kadar

Kadar (ppb) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (ppb) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat penimbangan sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 20,001 ml 250 x ppb 39,5537

= 494,3965 ppb

2) Kadar 2 =

g 20,011 ml 250 x ppb 40,8531

= 510,3830 ppb

3) Kadar 3 =

g 20,023 ml 250 x ppb 59,7232

= 745,6825 ppb

4) Kadar 4 =

g 20,057 ml 250 x ppb 72,6045

= 904,9771 ppb

5) Kadar 5 =

g 20,020 ml 250 x ppb 58,0847

= 725,3334 ppb

6) Kadar 6 =

g 20,000 ml 250 x ppb 33,9039

= 423,7987 ppb

2. Tembaga (Cu) Garam dolina A. Konsentrasi

y = 2,881.10-3 x - 0,0155 y = absorbansi, x = konsentrasi


(69)

1) 0.0089= 2,881.10-3 x - 0,0155 x = 8,4722 ppb 2) 0,0104= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 8,9931 ppb 3) 0,0093= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 8,6111 ppb 4) 0,0088 = 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 8,4375 ppb 5) 0,0095= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 8,6806 ppb 6) 0,0102= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 8,9236 ppb B. Kadar

Kadar (ppb) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (ppb) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 20,008

ml 250 x ppb 8,4722

= 105,8601 ppb

2) Kadar 2 =

g 20,019

ml 250 x ppb 8,9931

= 112,3070 ppb

3) Kadar 3 =

g 20,010

250ml x ppb 8,6111


(70)

4) Kadar 4 =

g 20,006

ml 250 x ppb 8,4375

= 105,4310 ppb

5) Kadar 5 =

g 20,011

ml 250 x ppb 8,6806

= 108,4478 ppb

6) Kadar 6 =

g 20,017

ml 250 x ppb 8,9236

= 111,4503 ppb

Garam tradisional

y = 2,881.10-3 x - 0,0155 y = absorbansi, x = konsentrasi 1) 0,0528= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 23,7152 ppb 2) 0,0742= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 31,1458 ppb 3) 0,0691= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 29.3750 ppb 4) 0,0680 = 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 28,9931 ppb 5) 0,0642= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 27,6736 ppb 6) 0,0712= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 27,6736 ppb B. Kadar

Kadar (ppb) =

W Fp x V x C


(71)

V = Volume labu kerja (ml) Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 20,000 ml 250 x ppb 23,7152

= 296,4400 ppb

2) Kadar 2 =

g 20,055 ml 250 x ppb 31,1458

= 388,2548 ppb

3) Kadar 3 =

g 20,032 250ml x ppb 29,3750

= 366,6005 ppb

4) Kadar 4 =

g 20,021 ml 250 x ppb 28,9931

= 362,0336 ppb

5) Kadar 5 =

g 20,015 ml 250 x ppb 27,6736

= 345,6607 ppb

6) Kadar 6 =

g 20,045 ml 250 x ppb 30,1042

= 375,4577 ppb

Garam ikan

y = 2,881.10-3 x - 0,0155 y = absorbansi, x = konsentrasi 1) 0.0558= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 24,7569 ppb 2) 0,0275= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 14,1319 ppb 3) 0,0252= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 14,1319 ppb 4) 0,0313 = 2,881.10-3 x - 0,0155


(72)

5) 0,0294= 2,881.10-3 x - 0,0155 x = 15,5903 ppb 6) 0,0318= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 16,4236 ppb B. Kadar

Kadar (ppb) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (ppb) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 20,055 ml 250 x ppb 24,7569

= 308,6126 ppb

2) Kadar 2 =

g 20,010 ml 250 x ppb 14,9306

= 186,5392 ppb

3) Kadar 3 =

g 20,009 250ml x ppb 14,1319

= 176,5693 ppb

4) Kadar 4 =

g 20,035 ml 250 x ppb 16,2500

= 202,7701 ppb

5) Kadar 5 =

g 20,030 ml 250 x ppb 15,5903

= 194,5868 ppb

6) Kadar 6 =

g 20,035 ml 250 x ppb 16,4236

= 204,9364 ppb

Garam A1


(73)

y = absorbansi, x = konsentrasi 1) 0.0358= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 17,8125 ppb 2) 0,0345= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 17,3611 ppb 3) 0,0372= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 18,2986 ppb 4) 0,0398 = 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 19,2014 ppb 5) 0,0375= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 18,4028 ppb 6) 0,0397= 2,881.10-3 x - 0,0155

x = 19,1667 ppb B. Kadar

Kadar (ppb) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (ppb) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 20,003

ml 250 x ppb 17,8125

= 222,6228 ppb

2) Kadar 2 =

g 20,002

ml 250 x ppb 17,3611


(1)

x = 22,9514 ppb 6) 0,0571 = 0,00288x - 0,0155

x = 25,2083 ppb

Maka :

1) Kadar 1 =

20,045g

ml 250 x 26,5625ppb

= 331,2858 ppb

2) Kadar 2 =

20,040g ml 250 x 25,6597ppb

= 320,1060 ppb

3) Kadar 3 =

20,040g

ml 250 x 25,7292ppb

= 320,9730 ppb

4) Kadar 4 =

20,015g

ml 250 x 23,7847ppb

= 297,0859 ppb

5) Kadar 5 =

20,005g

ml 250 x ppb 22,9514

= 286,8208 ppb

6) Kadar 6 =

20,000g

ml 250 x ppb 25,2083

= 315,1038 ppb

331,2858+320,1060+320,9730+286,8207+315,1037 Kadar rata-rata =

6 = 311,8958 ppb


(2)

Kadar larutan baku yang ditambahkan

= Volume larutan baku yang ditambahkan x Konsentrasi larutan baku = 0,5 ml x 10000 ppb

= 5000 ppb

kadar logam standar yang ditambahkan

5000 ppb =

20,010 g = 0,249 ppb

% Recovery = 311,8958-108,5135

249,8750

x 100

= 81,39%

Lampiran 18. Data % Recovery Cu N

o

Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentasi (ppb)

Kadar Awal (KA) (ppb)

Kadar Total (KT) (ppb)

%

Recovery

1 20,045 0,0610 26,5625 105,8601 331,2858

81,39 % 2 20,040 0,0584 25,6597 112,3070 320,1060

3 20,040 0,0586 25,7292 107,5849 320,9730 4 20,015 0,0530 23,7847 105,4371 297,0859 5 20,005 0,0506 22,9514 108,4478 286,8208 6 20,000 0,0571 25,2083 111,4503 315,1037

X = 20,010

∑ =

651,0872

=

1871,3752 KA =

108,5145 KT


(3)

Lampiran 19. Perhitungan Kadar Timbal (Pb) Dalam Sampel Garam Dolina Untuk Recovery

Kadar = W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (ppb) V = Volume larutan sampel (ml) Fp = Faktor pengenceran

W = Berat Sampel (g) A. Konsentrasi

Persamaan garis regresi y = 0,00177+0,00499 y = absorbansi, x = konsentrasi

1) 0,1193 = 0,00177+0,00499 x = 64,5819 ppb 2) 0,1158 = 0,00177+0,00499

x = 62,6045 ppb 3) 0,1146 = 0,00177+0,00499

x = 61,9265 ppb 4) 0,1087 = 0,00177+0,00499

x = 58,5932 ppb 5) 0,1349 = 0,00177+0,00499

x = 73,3955 ppb 6) 0,1119 = 0,00177+0,00499

x = 60,4011 ppb Maka :

1) Kadar 1 =

20,045g

ml 250 x ppb 64,5819

= 805,4615 ppb

2) Kadar 2 =

20,035g ml 250 x ppb 62,6045

= 781,1892 ppb

3) Kadar 3 =

20,020g

ml 250 x 61,9265ppb


(4)

4) Kadar 4 =

20,005g

ml 250 x ppb 58,5932

= 732,2319 ppb

5) Kadar 5 =

20,055g

ml 250 x ppb 73,3955

= 914,9277 ppb

6) Kadar 6 =

20,020g

ml 250 x ppb 60,4011

= 754,2595 ppb

805,4615+781,1892+773,3079+732,2319+914,9277+754,2595 Kadar rata-rata =

6 = 793,5629 ppb

Lampiran 20. Perhitungan Uji Perolehan Kembali untuk Pb

Kadar larutan baku yang ditambahkan

= Volume larutan baku yang ditambahkan x Konsentrasi larutan baku = 0,4 ml x 10000 ppb

= 4000 ppb

kadar logam standar yang ditambahkan

4000 ppb =

20,030 g = 199,7004 ppb


(5)

199,7004 = 95,07%

Lampiran 21. Data % Recovery Pb N

o

Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentasi (ppb)

Kadar Awal (KA) (ppb)

Kadar Total (KT) (ppb)

%

Recovery

1 20,045 0,1193 64,5819 570,3503 805,4615

95,09 % 2 20,035 0,1158 62,6045 606,0118 781,1892

3 20,020 0,1146 61,9265 572,4106 773,3079 4 20,005 0,1087 58,5932 647,4867 732,2319 5 20,055 0,1349 73,3955 711,0072 914,9277 6 20,020 0,1119 60,4011 514,9013 754,2595

X = 20,030

∑ =

3622,167 9

=

4761,3777 KA =

603,6946

KT= 793,5629


(6)