Tinjauan Kesejahteraan Sosial Pengemis Penyandang Kusta di Kota Medan

(1)

2.1 Kesejahteraan Sosial

2.1.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial banyak dikemukakan oleh para ahli dan lembaga yang memperhatikan banyaknya masalah sosial yang timbul dalam masyarakat. Adapun para ahli atau lembaga yang memberikan pengertian kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut :

a. Walter A. Fridlander mendefenisikan Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan -kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat (Fauzik, 2007: 119).

Defenisi diatas menjelaskan bahwa: Pertama Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial. Kedua, Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang,pangan,papan,kesehatan dan relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. Ketiga tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan kemampuan individu baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.Kesejahteraan sosial sebagai lembaga yang memberikan pelayanan pertolongan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan, standar kehidupannya dan untuk


(2)

memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial baik pribadi maupun kelompok dimana kebutuhan keluarga dan kebutuhan masyarakat terpenuhi.

b. Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam Undang-undang No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal1 ayat 1 adalah sebagai berikut : “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya” (Adi, 2013: 23).

Mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan tersebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. Undang-undang No.11 Tahun 2009 bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang meliputi :

1) Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial

2) Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial

3) Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

4) Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial

5) Mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya


(3)

6) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber

7) Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial

8) Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan

9) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial 10) Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan

evaluasi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

11) Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

12) Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional; 13) Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan

sosial.

14) Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.

c. Menurut James Midgley dalam Kesejahteraan sosial sebagai kondisi dalam suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah “suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalisasikan. (Adi,2013 : 23)

d. Menurut Alfred J.KhanKesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan,


(4)

dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan-pelayanan maupun lembaga-lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Fauzik, 2007:106-107).

e. Menurut Harold L. Wilensky dan Charles N. LebeauxKesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuankemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Fauzik, 2007:118).

f. Arthur Dunham mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan terorganisir dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial (Fauzik, 2007:117).

g. Menurut PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), Kesejahteraan adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik fisik,mental maupun sosial, dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit sosial tertentu saja. Kemudian pengertian ini disempurnakan menjadi suatu kegiatan terorganisir dengan


(5)

tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka.

2.1.2 Tujuan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang No 11 Tahun 2009 pasal 3 bahwa tujuan penyelenggara kesejahateraan sosial sebagai berikut :

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian

c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial

d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggara kesejahetraan sosial

e. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggara kesejahteraan

Penjelasan yang pertama adalah tercukupinya kebutuhan dasar dalam menjalankan kelangsungan hidup seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan hak untuk berpartisipasi dilingkungan masyarakat. Penjelasan yang kedua adalah mengembalikan keberfungsian sosialnya di dalam masyarakat, dimana sebelumnya mempunyai masalah sosial. Penjelasan yang ketiga adalah menjaga dan mempertahankan kesejahteraan sosialnya pada saat mempunyai permasalahan dan masalah tersebut bisa dicegah dan ditangani. Penjelasan yang keempat adalah meningkatkan pengetahuan dan peduli kepada orang-orang yang mempunyai masalah sosial untuk ditangani. Penjelasan yang kelima adalah meningkatkan kualitas terlaksananya kesejahteraan bagi setiap masyarakat yang mempunyai masalah sosial.


(6)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, Usaha-Usaha Kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial. Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan yang secara konkret berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah-masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Beberapa contoh dari Usaha kesehjateraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah:

a. Beberapa tipe unit usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktifitas individu, kelompok ataupun masyarakat contohnya adalah pelayanan konseling pada generasi muda dan lain-lain.

b. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau meminimalisir hambatan (beban) yang dapat dihadapi oleh para pekerja ( yang masih produktif).

c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan masyarakat atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasi dan mengembangkan “pemimpin” dari suatu komunitas lokal.Beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial yaitu :

1. Menanggapi kebutuhan manusia.

2. Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas masyarakat perkotaan yang modern.


(7)

3. Kesejahteraan sosial mengarah ke spesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga menjadi tersepesialisasi.

4. Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas. 2.1.4 Fungsi-Fungsi Kesejahteraan Sosial

Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosio-ekonomi, mengindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial negative akbibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan sosial memiliki fungsi-fungsi antara lain ialah (Fahrudin, 2012:12-13). :

1. Fungsi Pencegahan (Preventive)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru.

2. Fungsi Penyembuhan (Curative)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik,emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat. Dalam fungsi ini mencakup juga fungsi pemulihan (rehabilitasi).

3. Fungsi Pengembangan (Development)

Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung maupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.


(8)

Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain.

2.1.5 Pelayanan Sosial

Kesejahteraan sosial mencakup pelayanan-pelayanan sosial yang terdapat di masyarakat sebagai upaya atau tindakan dalam membantu mengatasi permasalahan-permasalahan agar terjalin sebuah keberfungsian sosial (social functioning) seseorang baik secara individu maupun kelompok. Pelayanan sosial menurut Huraerah (2011: 45) adalah: “Kegiatan yang terorganisasi yang ditujukan untuk membantu warga negara yang mengalami permasalahan sebagai akibat ketidakmampuan keluarga melaksanakan fungsi-fungsinya. Kegiatan ini antara lain berupa pelayanan sosial bagi anak (termasuk balita dan remaja) serta lanjut usia terlantar atau mengalami berbagai bentuk kecacatan”.

Pelayanan Sosial adalah konteks kelembagaan yang sebagai terdiri atas program-program yang disediakan bedasarkan kriteria selain kriteria pasar untuk menjamin tingkatan dasar dari penyediaan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan, untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan keberfungsian individual, untuk memudahkan akses pada pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga pada umumnya, dan untuk membantu mereka yang berada dalam kesulitan dan kebutuhan.

Pelayanan sosial dapat dicapai dengan cara yang bersifat informasi, bimbingan dan pertolongan dapat dicapai dengan cara yang bersifat informasi, bimbingan dan pertolongan melalui berbagai bentuk kegiatan yang berkenaan dengan pemecahan masalahnya. Pelayanan sosial merupakan wujud aktifitas pekerja sosial dalam praktik profesionalnya. Pelayanan sosial merupakan jawaban


(9)

terhadap tuntutan kebutuhan dan masalah yang dialami masyrakat sebagai akibat perubahan yang dialami masyrakat itu sendiri. Dengan demikian bidang-bidang pelayanan sosial akan tergantung bagaimana Pekerja Soial memandang dan mengidentifikasikan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Jika cakupan maslah sosial telah mengalami perluasan dari masalah sosial-ekonomi kepada masalah sosial-psikologis, maka cakupan pelayanan sosial juga harus demikian.

2.2 Interaksi Sosial

2.2.1 Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang berkaitan dengan hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok sosial yang lain. Interaksi sosial terjadi ketika dua orang individu bertemu dengan saling menyapa, berjabat tangan, bercandaria atau mungkin berkelahi (Philipus, 2004:22).“Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” (Maryati, 2003:22).

Menurut Gillin interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia. Interaksi dapat terjadi apabila komunikasi terjalin dengan baik.Jika dua orang bertemu, interaksi sosial di mulai pada saat itu, mereka menegur, berjabat tangan, saling berbicara, bahkan mungkinn berkelahi. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang


(10)

menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

2.2.2 Macam-macam Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Maryati dan Suryawati (2003:23) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1. Interaksi Antara Individu dengan Individu

Ketika dua orang bertemu, saling menegur, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Saling bertemu muka tanpa berbicara pun juga disebut dengan interaksi sosial antara individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

2. Interaksi Antara Individu Dengan Kelompok

Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam – macam sesuai situasi dan kondisinya.

3. Interaksi Antara Kelompok Dengan Kelompok

Interaksi sosial kelompok dengan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.


(11)

Gillin dan Gillin dalam Philipus dan Nurul Aini (2004:23-28) mengadakan penggolongan yang luas tentang bentuk-bentuk interaksi sosial. Menurut mereka dua macam proses yang timbul akibat adanya interaksi sosial yaitu :

1. Proses Asosiatif (Processes of association) a. Kerja sama (Coorperation)

Kerja sama terjadi dalam kelompok masyarakat manapun di dunia ini. Masyarakat itu sendiri terbentuk karena adanya keinginan dari individu-individu untuk bekerja sama. Begitu pentingnya kerja sama dalam kehidupan masyarakat, sehingga banyak orang menganggap kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang penting dan utama. Walaupun pada kenyataannya kita tidak dapat menghindari adanya suasana pertentangan atau konflik dalam masyarakat

b. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu proses yang menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk menyelesaikan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

c. Asimilasi

Suatu usaha-usaha yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok untuk mengurangi perbedaan antara mereka.Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.


(12)

d. Akulturasi

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur – unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Proses Disasosiatif (Oppositional Process) a. Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang menjadi perhatian umum.

b. Kontravensi

Kontravensi merupakan suatu proses yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan, baik dalam bentuk sesuatu yang disembunyikan, maupun kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Dalam bentuk murni konversi merupakan kebencian terhadap seseorang atau kelompok orang walau tidak sampai pada sikap pertentangan atau pertikaian.

c. Pertentangan

Pertentangan terjadi karena menyadari adanya perbedaan-perbedaan tertentu antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok


(13)

masyarakat lain. Perbedaan itu meliputi perbedaan ciri-ciri badaniah,emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola perilaku, perbedaan dalam tingka ekonomi, perbedaan agama, dan perbedaan lainnya.

2.2.4 Syarat – syarat Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :

1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.

2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

2.3 Kebutuhan Hidup

Berdasarkan pengertian kesejahteraan sosial, dapat diketahui bahwa manusia membutuhkan kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Rusdiarti dan Kusmuriyanto (2012:3-6) kebutuhan tersebut mempunyai tingkatan-tingkatan, yakni :

1. Kebutuhan Berdasarkan Intensitasnya a. Kebutuhan Primer


(14)

Primer berarti pertama atau utama. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pertama atau utama yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Contohnya : kebutuhan akan makan, minum, pakaian, perumahan serta kesehatan.

b. Kebutuhan sekunder

Kebuthuan sekunder adalah jenis kebutuhan yang diperlukan setelah semua kebutuhan pokok primer telah semuanya terpenuhi dengan baik. Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang kebutuhan primer. Misalnya seperti makanan yang bergizi, pendidikan yang baik, pakaian yang baik, perumahan yang baik dan sebagainya yang belum masuk kedalam kategori mewah.

c. Kebutuhan Tersier / Mewah / Lux

Kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder. Contohnya adalah mobil, antena parabola, ipad iphone, komputer, apartemen, liburan keluar negeri, dan apartemen.

3. Kebutuhan Berdasarkan Sifat a. Kebutuhan Jasmani

Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani atau fisik. Kebutuhan tersebut ditujukan agar badan tetap sehat dan bugar. Contohnya seperti makanan, minuman, pakaian, sandal, serta istirahat yang teratur, dan lain sebagainya.


(15)

Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan jiwa. Contohnya seperti : siraman rohani, beribadah, menikmati hiburan, bersosialisasi, pendidikan, rekreasi, hiburan dan lain-lain.

4. Kebutuhan Berdasarkan Waktu a. Kebutuhan Sekarang

Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang pemenuhannya tidak bisa ditunda-tunda lagi/kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Contoh: makan, minum, sandang, tempat tinggal, dan obat – obatan.

b. Kebutuhan yang akan datang

Kebutuhan yang akan datang adalah kebutuhan yang pemenuhannya dapat ditunda, tetapi harus dipikirkan mulai sekarang. Contoh: tabungan 5. Kebutuhan Berdasarkan Subjeknya

a. Kebutuhan individu

Kebutuhan individu adalah kebutuhan yang hanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan seorang saja. Contoh: kebutuhan petani waktu bekerja berbeda dengan kebutuhan seorang dokter.

b. Kebutuhan sosial (kelompok)

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kepentingan bersama kelompok. Contoh: siskamling, gedung sekolah, rumah sakit, dan jembatan serta berbagai contoh yang lainnya.

2.4 Pengemis


(16)

Berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang dimaksud dengan pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.Gelandangan dan pengemis Menurut Departemen Sosial R.I (1992), adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum.

Pengemis menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Permasalahan pengemis, dan gepeng, sebenarnya hanyalah turunan dari permasalahan kemiskinan. Selama persoalan kemiskinan belum teratasi jumlah pengemis, dan gepeng tidak akan pernah berkurang malah jumlahnya akan semakin bertambah.

2.4.2 Kriteria Pengemis

Berdasarkan Permensos No.08 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, kriteria bahwa seseorang dikatakan sebagai pengemis adalah sebagai berikut:


(17)

a. mata pencariannya bergantung pada belas kasihan orang lain b. berpakaian kumuh dan compang - camping

c. berada di tempat-tempat ramai/strategis dan

d. memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain. 2.5 Penyakit

Penyakit adalah suatu keada menyebabkan ketidaknyamana dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang

Berdasarkan KBBI :

sabtu 04 Juli 2015 Pukul 11.36 WIB).

a. Sesuatu yg menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup

b. Gangguan kesehatan yg disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem faal atau jaringan pada organ tubuh (pada makhluk hidup).

Klasifikasi penyakit ada 3 yaitu:

a. Penyakit menular (Penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menyerang tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba, atau jamur)

b. Penyakit tidak menular (Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia)

c. Penyakit kronis (Penyakit yang berlangsung sangat lama). 2.6 Penyakit Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang saraf tepi,


(18)

selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut)saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial,mata, otot, tulang dan testis. Penyakit kusta ini dapat menyerang semua orang. Laki-laki lebih banyak terkena dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1, walaupun ada beberapa daerah yang menunjukan insidens ini hampir sama bahkan ada daerah yang menunjukan penderita wanita lebih banyak. Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Namun demikian, jarang dijumpai pada umur yang sangat muda.

Frekuensi terbanyak adalah pada umur 15-29 tahun, walaupun pernah didapatkan dipulau Nauru, pada keadaan epidemi, penyebaran hampir sama pada semua umur. Di Brasilia terdapat peninggian prevalensi pada usia muda, sedangkan pada penduduk imigran prevalensi meningkat di usia lanjut. Beberapa faktor lain yang dapat berperan dalam kejadian dan penyebaran kusta antara lain adalah iklim (cuaca panas dan lembab), diet, status gizi, status sosial ekonomi dan genetik ( Marwali, 2000:260-261).

2.6.1 Ciri-ciri Penyakit Kusta

1. Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi menjadi 'kusta tuberkuloid (Inggris : paucibacillary), kusta lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler (borderline leprosy). 2. Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, adalah tipe yang

sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan, bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan


(19)

kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.

3. Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik).

4. Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak, kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat. 5. Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada, penyakit ini tidak

menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada penderita AIDS.

2.6.2 Faktor-faktor Penularan Penyakit Kusta 1. Faktor Kuman kusta

Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).


(20)

2. Faktor Imunita

Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).

3. Keadaan Lingkungan

Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.

4. Faktor Umur

Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.

5. Faktor Jenis Kelamin

Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.


(21)

Kesejahteraaan sosial pengemis penyandang kusta dewasa ini sangat memprihatinkan,tak jarang kondisi kelayakan hidup mereka tergantung terhadap belas kasihan orang lain yang mana keberadaannya sering kita temui di persimpangan jalan raya kota. Keberadaan mereka di anggap mengganggu pengguna jalan dan mengurangi keindahan kota. Tindakan rehabilitasi medis yang memperbaiki fungsi tubuh dan mengurangi kecacatan penderita, tidak membuat penderita mampu berpartisipasi dan berintegrasi sosial sehingga kualitas hidup penderita disabilitas kusta belum meningkat.

Pemerintahtelah membuat kebijakan dalam hal penanggulangan PMKS penyandang kusta. Tetapi kesejahteraan sosial penyandang kusta masih belum terjamin. Masalah kesejahteraan sosial pengemis penyandang kusta dalam penelitian ini dapat di tinjau dari beberapa aspek yaitu kebutuhan material, kebutuhan spiritual, dan sosial. Melalui beberapa hal tersebutlah yang akan peneliti tinjau tentang pengemis penyandang kusta .

adapun kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut :

Bagan 1 Kerangka Pemikiran

Pengemis Penyandang Kusta


(22)

2.8 Defenisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian 2.8.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep ditujukan untuk mencapai

Kebutuhan Jasmani a. Makan

b. Minum c. Pakaian d. Rumah e. Istirahat f. Obat-obatan

Kebutuhan Rohani a. Pendidikan b. Beribadah c. Siraman Rohani d. Hiburan

Interaksi Sosial a. Penyandang Kusta

Dengan Sesama Penyandang Kusta b. Penyandang Kusta Dengan Keluarga c. Kelompok

Penyandang Kusta Dengan Masyarakat


(23)

keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti (Siagian, 2011:141). Konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2. Pengemis penyandang kusta adalah seseorang ataupun sekelompok orang yang memiliki riwayat terkena penyakit kusta. Hidup dengan memanfaatkan belas kasih dari orang-orang atau pengguna jalan atas ketidakberdayaannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya karena muncul stigma dan diskriminasi masyarakat lain yang disebabkan oleh penyakit kusta yang di derita dan mereka sandang.

2.8.2 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah terpenuhinya kebutuhan :

1. Kebutuhan Material

Kebutuhan material adalah kebutuhan berupa alat-alat yang dapat diraba, dilihat, dan mempunyai bentuk. Kebutuhan material berwujud nyata dan dapat dinikmati langsung.

a. Kebutuhan Jasmani

Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani atau fisik. Kebutuhan tersebut ditujukan agar badan tetap sehat dan bugar. seperti makanan, minuman, pakaian,rumah, serta istirahat yang teratur, dan lain sebagainya.


(24)

2. Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan yang dihubungkan dengan benda-benda tak berwujud. Kebutuhan ini tidak bisa diraba, dilihat, dan berbentuk tetapi bisa dirasakan dalam hati, Yaitu :

a. Kebutuhan Rohani

Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan jiwa. Seperti : siraman rohani, beribadah, menikmati hiburan, pendidikan, rekreasi, dan lain-lain.

3. Sosial

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan saling berinteraksi antara manusia yang satu dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Macam-macam interaksi sosial itu adalah:

a. Interaksi antara individu dengan individu

Interaksi antara penyandang kusta dengan penyandang kusta lainnya, saling menegur, saling berbicara, dan lain sebagainya.

b. Interaksi antara individu dengan kelompok

Interaksi antara penyandang kusta dengan keluarga yang tidak terkena penyakit kusta.

c. Interaksi antara kelompok dengan Kelompok

Interaksi antara kelompok penyandang kusta dengan kelompok masyarakat lain.


(1)

kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.

3. Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik).

4. Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak, kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat. 5. Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada, penyakit ini tidak

menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada penderita AIDS.

2.6.2 Faktor-faktor Penularan Penyakit Kusta

1. Faktor Kuman kusta

Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).


(2)

30

2. Faktor Imunita

Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).

3. Keadaan Lingkungan

Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.

4. Faktor Umur

Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.

5. Faktor Jenis Kelamin

Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.


(3)

Kesejahteraaan sosial pengemis penyandang kusta dewasa ini sangat memprihatinkan,tak jarang kondisi kelayakan hidup mereka tergantung terhadap belas kasihan orang lain yang mana keberadaannya sering kita temui di persimpangan jalan raya kota. Keberadaan mereka di anggap mengganggu pengguna jalan dan mengurangi keindahan kota. Tindakan rehabilitasi medis yang memperbaiki fungsi tubuh dan mengurangi kecacatan penderita, tidak membuat penderita mampu berpartisipasi dan berintegrasi sosial sehingga kualitas hidup penderita disabilitas kusta belum meningkat.

Pemerintahtelah membuat kebijakan dalam hal penanggulangan PMKS penyandang kusta. Tetapi kesejahteraan sosial penyandang kusta masih belum terjamin. Masalah kesejahteraan sosial pengemis penyandang kusta dalam penelitian ini dapat di tinjau dari beberapa aspek yaitu kebutuhan material, kebutuhan spiritual, dan sosial. Melalui beberapa hal tersebutlah yang akan peneliti tinjau tentang pengemis penyandang kusta .

adapun kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut :

Bagan 1 Kerangka Pemikiran

Pengemis Penyandang Kusta


(4)

32

2.8 Defenisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian 2.8.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep ditujukan untuk mencapai

Kebutuhan Jasmani a. Makan

b. Minum c. Pakaian d. Rumah e. Istirahat f. Obat-obatan

Kebutuhan Rohani a. Pendidikan b. Beribadah c. Siraman Rohani d. Hiburan

Interaksi Sosial a. Penyandang Kusta

Dengan Sesama Penyandang Kusta b. Penyandang Kusta Dengan Keluarga c. Kelompok

Penyandang Kusta Dengan Masyarakat


(5)

keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti (Siagian, 2011:141). Konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2. Pengemis penyandang kusta adalah seseorang ataupun sekelompok orang yang memiliki riwayat terkena penyakit kusta. Hidup dengan memanfaatkan belas kasih dari orang-orang atau pengguna jalan atas ketidakberdayaannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya karena muncul stigma dan diskriminasi masyarakat lain yang disebabkan oleh penyakit kusta yang di derita dan mereka sandang.

2.8.2 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah terpenuhinya kebutuhan :

1. Kebutuhan Material

Kebutuhan material adalah kebutuhan berupa alat-alat yang dapat diraba, dilihat, dan mempunyai bentuk. Kebutuhan material berwujud nyata dan dapat dinikmati langsung.

a. Kebutuhan Jasmani

Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani atau fisik. Kebutuhan tersebut ditujukan agar badan tetap sehat dan bugar. seperti makanan, minuman, pakaian,rumah, serta istirahat yang teratur, dan lain sebagainya.


(6)

34 2. Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan yang dihubungkan dengan benda-benda tak berwujud. Kebutuhan ini tidak bisa diraba, dilihat, dan berbentuk tetapi bisa dirasakan dalam hati, Yaitu :

a. Kebutuhan Rohani

Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan jiwa. Seperti : siraman rohani, beribadah, menikmati hiburan, pendidikan, rekreasi, dan lain-lain.

3. Sosial

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan saling berinteraksi antara manusia yang satu dengan manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Macam-macam interaksi sosial itu adalah:

a. Interaksi antara individu dengan individu

Interaksi antara penyandang kusta dengan penyandang kusta lainnya, saling menegur, saling berbicara, dan lain sebagainya.

b. Interaksi antara individu dengan kelompok

Interaksi antara penyandang kusta dengan keluarga yang tidak terkena penyakit kusta.

c. Interaksi antara kelompok dengan Kelompok

Interaksi antara kelompok penyandang kusta dengan kelompok masyarakat lain.