PERAN DAN OPTIMALISASI DPRD KOTA MALANG

“PERAN DAN OPTIMALISASI DPRD KOTA MALANG DALAM
PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI MEMBENTUK PERATURAN
DAERAH DAN MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BAIK”

Diajukan Untuk Mememnuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu:
Miftahus Sholehuddin, M.HI

Oleh:
Nur Afifah
15230066

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016

A. Latar Belakang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan

rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah di (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia. Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum. Pemilihan
umum untuk memilih anggota DPR dilaksanakan dengan sistim proporsional
dengan daftar calon terbuka. Anggota DPR diresmikan dengan keputusan
presiden.1
Dalam pelaksanaannya DPRD memiliki tiga fungsi yaitu fungsi legislasi,
anggaran dan pengawasan2. Tiga fungsi DPRD ini tercantum dalam pasal 41.
Adapun tugas dan wewenang DPRD diatur dalam pasal 42 UU Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2004. Sebelum amandemen tugas dari DPR menurut
pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa Presiden memegang kekuasaan membentuk
undang-undang dengan persetujuan DPR. Aturan ini diubah hingga hanya
memberi hak kepada presiden untuk mengajukan rancangan undang-undang
kepada DPR. Menurut pasal 20 ayat (1) menegaskan bahwa DPR memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang. Walaupun secara prosedural harus
mendapat persetujuan bersama antara DPR dengan Presiden (Pasal 20 ayat (2), (3)
dan (4)). Tugas dan wewenang DPRD yaitu membentuk Peraturan Daerah yang
dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama, membahas
dan menyetujui rancangan Peraturan Daerah tentang APBD bersama dengan
Kepala Daerah, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan

Peraturan Perundang-undangan lain-nya, peraturan kepala daerah, APBD,
kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan
kerjasama internasional di daerah, dll.
Fungsi legislasi DPRD merupakan fungsi untuk membentuk undangundang yang dibahas dengan presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.
Pelaksanaan fungsi legislasi diwujudkan dengan membentuk peraturan daerah.
1 Sirajuddin dan Winardi, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara, (Malang: Setara
Press, 2015) hal 104
2 Sirajuddin dan Winardi, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara, (Malang: Setara
Press, 2015) hal 105

Secara eksplisit fungsi legislasi DPRD merupakan manifestasi dari teori mengenai
pemisahan maupun pembagian kekuasaan, salah satunya teori yang dikemukakan
oleh John Locke dalam buku “Two Treaties of Civil Government”. John Locke
membagi kekuasaan dalam sebuah negara menjadi tiga cabang kekuasaan, yakni
kekuasaan legislatif (legislative power), kekuasaan eksekutif (executive power),
dan kekuasaan federatif (federative power).3 Dari ketiga cabang kekuasaan itu,
legislatif adalah kekuasaan membentuk undang-undang, eksekutif adalah
kekuasaan melaksanakan undang-undang, dan federatif adalah kekuasaan untuk
melakukan hubungan internasional dengan negara-negara lain. Prinsipnya dalam
menyelenggarakan fungsi negara, lembaga legislatif merupakan lembaga

perwakilan rakyat yang ditugaskan serta difungsikan untuk membentuk,
membahas serta mengesahkan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD di kota Malang masa periode 20092014 belum maksimal. Pada periode tersebut DPRD kota Malang dinilai lemah
dan tidak transparan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Surat Nomer
170/1350/35.73.204/2013 tentang jawaban atas data yang dibutuhkan MCW,
bahwa sampai Desember 2013, DPRD Kota Malang baru merealisasikan 2 Perda
dari 14 Prolegda (9 usulan DPRD dan 5 dari pemkot). Program Legislasi Daerah
(Prolegda) Kota Malang dan realisasinya dalam bentuk peraturan daerah juga
masih sulit diakses oleh masyarakat.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana peran DPRD
kota Malang dalam pelaksanaan fungsi legislasi membentuk Peraturan Daerah
yang baik dan juga optimalisasi fungsi DPRD kota Malang dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran DPRD kota Malang dalam pelaksanaan fungsi legislasi
membentuk Peraturan Daerah yang baik?

3 Markus Gunawan, Buku Pintar Calon Anggota & Legislatif (DPR, DPRD, &

DPD), (Jakarta Selatan: Visimedia, 2008) hal 61

2. Bagaimana upaya dan optimalisasi fungsi DPRD kota Malang dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik ?
2. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan, serta agar lebih
terarah, tefokus dan tidak meluas, dalam hal ini penulis merasa perlu
memberikan batasan terhadap penelitian ini. Adapaun untuk meneliti penulis
memberikan batasan pada perananan fungsi legislasi, upaya dan optimalisasi
fungsi DPRD.
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembahasan ini, yakni:
1. Memaparkan dan menganalisis peran DPRD kota Malang dalam
pelaksanaan fungsi legislasi membentuk Peraturan Daerah yang baik
tentang Peraturan Perundang-undangan.
2. Menganalisis upaya dan optimalisasi fungsi DPRD kota Malang dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik.
4. Manfaat Penelitian
Secara teoritis:
1. Hasil temuan dalam pembahasan


ini diharapkan bisa memberikan

pemahaman baru terkait peran DPRD dalam pelaksanaan fungsi legislasi
2. Memberikan gambaran yang lebih jelas terkait upaya dan optimalisasi
fungsi DPRD dalam mewujudkan pemerintahan yang baik.
Secara praktis:
1. Hasil temuan dalam pembahasan ini dapat dijadikan manual rujukan
dalam memahami dan mengritisi terkait peranan DPRD,
2. Mengetahui permasalahan yang timbul serta memberikan sumbangan
pemikiran mengenai upaya dan optimalisasi fungsi DPRD.
1)

B. Kajian Kepustakaan
1. Tinjauan tentang Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD)
Pada pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Pengertian Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembagaa perwakilan rakyat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga

perwakilan

rakyat

daerah

yang

berkedudukan

sebagai

unsur

penyelenggara pemerintahan daerah di (Provinsi/Kabupaten/Kota) di
Indonesia. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terdiri atas anggota partai
politik peserta pemilihan umum. Pemilihan umum untuk memilih anggota
DPR dilaksanakan dengan sistim proporsional dengan daftar calon
terbuka. Anggota DPR diresmikan dengan keputusan presiden
Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menegaskan
bahwa Dewan Perwakilan Rakyar Daerah, selanjutnya disingkat DPRD,
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam menjalankan tugasnya anggota DPRD mempunyai hak-hak4
yang mesti dilaksanakannya diantaranya adalah Hak Interpelasi, hak
interpelasi ini merupakan hak DPRD untuk meminta keterangan kepada
kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan
strategis, serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan
negara.
Mengenai hal ini sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota dapat
mengajukan usul kepada DPRD untuk menggunakan hak interpelasi
tentang kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara.
Usul yang akan diajukan kepada pimpinan DPRD disampaikan
secara tertulis, singkat, dan jelas. Selanjutnya disampaikan dalam forum
panitia musyawarah untuk dibicarakan dalam rapat paripurna. Presiden
mencabut pemberhentian sementara dan merehabilitasi nama baik kepala
4 Markus Gunawan, Buku Pintar Calon Anggota & Legislatif (DPR, DPRD, &

DPD), (Jakarta Selatan: Visimedia, 2008) hal 165-169

daerah. DPRD berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah
daerah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan
keterangan tentang hal-hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah,
bangsa dan negara.
Selain mempunyai hak Interpelasi DPRD juga mempunyai hak
menyatakan pendapat. Dimana hak ini diberikan kepada DPRD untuk
menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala daerah mengenai
kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi
penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi
dan hak angket
Adapun dalam merealisasikan hak menyatakan pendapat ini
terdapat beberapa kriteria yaitu sekurang-kurangnya 5 (lima) orang
anggota dapat mengajukan usul pernyataan pendapat terhadap kebijakan
kepada daerah atau mengenai kejadian luar biasa di daerah, Usul tersebut
disusun secara singkat dan jelas, serta disampaikan secara tertulis kepada
pimpinan DPRD yang selanjutnya disampaikan dalam forum panitia
musyawarah untuk dibicarakan dalam rapat paripurna, setelah itu
pimpinan DPRD menyampaikan usul tersebut dalam rapat paripurna

setelah mendapat pertimbangan penitia musyawarah, dalam rapat
paripurna, pengusul diberikan kesempatan menyampaikan penjelasan,
pembicaraan mengenai usul pernyataan pendapat dilakukan dengan
memberikan

kesempatan

kepada

anggota

DPRD

lainnya

untuk

memberikan pendapat dan pengusul memberikan jawaban atas pandangan
dan pendapat tersebut, selama usul pernyataan pendapat belum
diputuskan, pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik

usulnya kembalim, rapat paripurna memutuskan untuk menerima atau
menolak usul tersebutm dan yang terakhir adalah anggota DPRD
menerima usul pernyataan pendapat, keputusan DPRD dapat berupa
pernyataan pendapat, saran penyelesaiannya, atau peringatan.
Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai
anggota DPRD5 adalah mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala
5 Sirajuddin dan Winardi, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara, (Malang: Setara
Press, 2015) hal 104

peraturan perundang-undangan, melaksanakan kehidupan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan, mempertahankan dan memelihara
kerukunan nasional dan keutuhan negara-negara kesatuan Republik
Indonesia, memerhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat,
menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat, mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan
pribadi, kelompok dan golongan, menaati kode etik dan Peraturan Tata
Tertib DPR dan menjaga etika norma dalam hubungan kerja dengan
lembaga yang terkait.
Kedudukan DPRD terdapat pada pasal 40 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menegaskan bahwa

DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat dan berkedudukan sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dewan perwakilan Rakyat
memegang kekuasaan membentuk undang-undang pada pasal 20,
rumusan pasal 20 berbunyi6:
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
undang-undang
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan
bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah
disetujui bersama untuk menjadi undang-undang
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tuga puluh hari
semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.
Sedangakan fungsi DPRD terdapat pada pasal 41 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 menegaskan bahwa DPRD memiliki fungsi
legislasi, anggaran dan pengawasan. Adapun Dewan Perwakilam Rakyat
merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
6 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007) hal 167

lembaga negara. DPRD memiliki tiga fungsi yaitu legislasi, anggaran,
dan pengawasan.
Adapun yang dimaksud fungsi legislasi disini adalah fungsi
membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama, fungsi anggaran adalah fungsi
menyusun dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara
bersama presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD, dan fungsi
pengawasan adalah fungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undangundang dan peraturan pelaksanaanya.
Tugas dan Wewenang DPRD di dalam undang-undang terdapat
pada pasal 42 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan terdapat pada pasal 344 Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Secara lebih rinci tugas dan wewenang DPR meliputi 7 membentuk
undang-undang

yang

dibahas

dengan

presiden

untuk

mendapat

persetujuan bersama, membahas dan memberikan persetujuan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang, menerima dan membahas usulan
rancangan undang-undang yang diajukan DPD yang berkaitan dengan
bidang tertentu dan mengikutsertakan dalam pembahasan, memperhatikan
pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, menetapkan APBN bersama
presiden dengan memerhatikan pertimbangan DPD, melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang anggaran pendapatan
dan belanja negara, serta kebijakan pemerintah, membahas dan
menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan
dan agama, memilih anggota Badan Pemeriksaan Keuangan dengan
memerhatikan pertimbangan DPD, membahas dan menindaklanjuti hasil
7 Sirajuddin dan Winardi, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara, (Malang: Setara
Press, 2015) hal 106

pemeriksaan

atas

pertanggungjawaban

keuangan

negara

yang

disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, memberikan persetujuan
kepada presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi
Yudisial, emberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan
Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden,
memberikan pertimbangan kepada presiden untuk mengangkat duta,
menerima penempatan duta besar negara lain, dan memberikan
pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi, memberikan
persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat perjanjian
internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar
bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara
dan/atau

pembentukan

undang-undang,

menyerap,

menghimpun,

menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan melaksanakan
tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam undang-undang.
Peran DPRD dalam mekanisme legislasi daerah meliputi tahap
perencanaan

raperda,

perancangan

reperda,

pengajuan

raperda,

penyebarluasan reperda, pembahasan raperda, Penetapan raperda,
perundangan, dan penyebarluasan perda.
Adapun di dalam tahap perencanaan atau persiapan ini dimulai dari
lahirnya prakarsa atau inisiatif, kemudian dilakukan pembicaraan atau
negoisasi antara pihak pemrakarsa dan pihak-pihak lain yang terkait dan
berkompeten. Jika diperlukan, bisa melakukan penelitian (sekurangkurangnya penelitian dokumenter) yang diikuti dengan pembahasan baik
intern maupun antar instansi terkait, dapat juga dilakukan dengan
melakukan seminar untuk memperoleh masukan dari masyarakat luas.8
Pada tahap perancangan, penyusunan rancangan harus disertai
dengan academic draft (naskah akademik), selanjutnya diajukan kepada
pejabat yang berwenang untuk ditindaklanjuti. Rancangan UndangUndang (RUU) atau Rancangan Peraturan daerah (Raperda) disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (daerah) untuk dibahas dalam sidang
DPRD. Adapun

rancangan

peraturan

perundang-undangan

selain

8 Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga Negara
yang Demokratis, (Bandung:Grafindo Media Pratama, 2007) hal 87-88

RUU/Raperda harus disampaikan kepada pejabat yang berwenang untuk
ditetapkan. Selain datang dari pemerintah, rancangan undang-undang juga
bisa datang dari pihak legislatif (DPR, DPRD, dan DPD). Jika RUU
datang dari pihak legislatif maka akan dibahas di panitia Ad Hoc,
dirumuskan menjadi RUU, dan dimasukkan dalam agenda pembahasan
pihak legislatif.
Selanjutnya, pada tahap pembahasan atau pembicaraan ini sangat
penting dilakukan karena jenis perundang-undangan (RUU atau Raperda)
harus mendapat persetujuan dari badan perwakilan rakyat. RUU yang
diajukan ke DPR atau Raperda yang diajukan ke DPRD, akan dibahas
dalam rapat DPR atau DPRD. Di dalam pembahasan terdapat empat
tahapan

yang

perlu

dilakukan

lagi

yang

meliputi

DPR/DPRD

menyelenggarakan sidang pleno untuk membahas RUU atau Raperda,
pembahasan RUU atau Raperda yang dilakukan oleh komisi atau fraksi di
DPR/DPRD, yang selanjutnya yaitu melakukan hearing atau dengar
pendapat, pada tahap ini DPR/DPRD menerima aspirasi, pendapat, dan
masukan dari masyarakat. Para pakar, dan ahli untuk kesempurnaan dan
perbaikan RUU/Raperda. Pada tahap terakhir pembahasan yaitu adanya
sidang pleno untuk mengambil keputusan menerima atau menolak
RUU/Raperda menjadi UU atau Perda. Jika RUU atau Raperda tidak
mendapat persetujuan dari DPR/DPRD, maka tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan DPR/DPRD masa itu.
Tahap penetapan atau pengesahan ini dilakukan setelah RUU
disetujui oleh DPR/DPRD, RUU disahkan oleh presiden menjadi UU, lalu
oleh menteri sekretaris negara UU tersebut dicatat dalam lembaran negara
tentang berlakunya UU tersebut. Adapun untuk daerah, setelah Perda itu
disahkan oleh kepala daerah, lalu dicatat oleh sekretaris daerah dalam
lembaran daerah. Contohnya, lembaran kota tentang berlakunya Perda
tersebut.
Adapun untuk selanjutnya, peraturan perundang-undangan tersebut
perlu dipublikasikan agar diketahui oleh umum dan memperoleh kekuatan
mengikat.

Jika suatu peraturan perundang-undangan telah

telah

diundangkan, maka secra hukum setiap orang dianggap telah mengetahui

suatu peraturan dan sifatnya menjadi mengikat. Pengundangan atau
pengumuman dilakukan bagi peraturan perundang-undangan tertentu
karena tidak semua peraturan perundang-undangan harus diundangkan.
Tempat pengundangan atau pengumuman adalah Lembaran Negara,
Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara, Lembaran Daerah, dan
tambahan Lembaran Derah.
2. Tinjauan tentang Pemerintahan yang baik
Menurut bahasa Good Governance berasal dari dua kata yang
diambil dari bahasa Inggris yaitu Good yang berarti baik dan Governance
yang berarti tata pemerintahan.

Dari

pengertian

tersebut

Good

Governance dapat diartikan sebagai tata pemerintahan yang baik, atau
pengelolaan/penyelenggaraan kepemerintahan yang baik.9
Teori pemerintahan yang baik (Good Governance) menurut
dokumen United Nation Development Program (UNDP: 2004), Tata kelola
pemerintahan yang baik adalah “Penggunaan wewenang ekonomi politik
dan administrasi untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap
tingkatannya dan merupakan instrumen kebijakan negara untuk
mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan integritas, dan kohesivitas
sosial dalam masyarakat”.
Good governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan
administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan
tersebut dapat dikatakan baik (good atau sound) jika dilakukan dengan
efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana
demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsip-prinsip tersebut tidak
hanya terbatas dilakukan di kalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga di
sektor swasta dan lembaga-lembaga pemerintah10.
Kurang optimalnya fungsi DPRD sering kali mendapat sorotan
para pengamat. Sorotan tersebut memang wajar, karena optimal atau
tidaknya peran DPRD apat dijadikan salah satu tolok ukur dalam menilai
berjalan atau tidaknya proses demokratisasi yang dicanangkan selama ini.
9 Sarinah,dkk, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Yogyakarta:
Deepublish, 2016) hal 115
10 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010) hal 211

Optimal atau tidaknya peranan DPRD harus dikembalikan kepada tugas
dan wewenang DPRD yang telah diatur dalam dalam UUD 1945. Tugas
dan wewenang tersebut antara lain membuat undang-undang, menetapkan
APBN, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang oleh
pemerrintah serta meratifikasi perjanjian internasional yang dibuat oleh
pemerintah dengan negara lain.11
Optimalisasi fungsi DPRD dalam mewujudkan pemerintahan yang
baik (good governance) dapat dipahami dari prinsip-prinsip yang terdapat
dalam good governance. Baik-buruknya suatu pemerintahan bisa dinilai
apabila telah bersinggungan dengan semua unsur yang terdapat dalam
prinsip-prinsip good governance.
Good governance memiliki sembilan prinsip 12 yang pertama yaitu
adanya partisipasi Masyarakat. Jadi semua warga masyarakat mempunyai
suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka.
Partisipasi secara menyeluruh dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul
dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif. Yang selanjutnya adalah tegaknya Supremasi Hukum,
tegaknya supremasi hukum disini adalah kerangka dari hukum itu harus
adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukumhukum yang menyangkut hak asasi manusia,
Adanya transparansi merupakan prinsip ke tiga dari good
governance, transparansi ini dibangun atas dasar arus informasi yang
bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi
perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi
yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Peduli
pada Stakeholder, jadi lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan
harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan tanpa pandang
bulu, yang selanjunya adalah berorientasi pada Konsensus, maksudnya
disini adalah tata pemerintahan yang baik itu menjembatani kepentingankepentingan

yang

berbeda

demi

terbangunnya

suatu

konsensus

11 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tatanegara Indonesia, (Jakarta: GEMA
INSANI PRESS, 1996) hal 141
12 Jazim Hamidi, Meneropong Legislasi di Daerah, (Malang: UM PRESS, 2008)
hal 104

menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok
masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan
dan prosedur-prosedur.
Adapun prinsip good governance yang selanjutnya adalah
kesetaraan dimana semua warga masyarakat mempunyai kesempatan
memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan masyarakat. Efektifitas
dan Efisiensi dalam good governance disini yaitu proses-proses
pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan
warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-seumber daya yang
ada seoptimal mungkin. Akuntabilitas, jadi maksud akuntabilitas disini
yaitu para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi

masyarakat

bertanggung

jawab

baik

kepada

mastarakat maupum kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya
tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan, dan yang terakhir yaitu
visi strategis, para pemimpin dan masyarakat harus memiliki perspektif
yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan
untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu merekajuga harus
memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial
yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
Dilihat dari kacamata pandangan konstitusi good governance
paling tidak harus berorientasi pada orientasi ideal, dimana negara itu
harus diarahkan pada pencapaian tujuan negara, pemerintahan juga harus
berfungsi secara ideal yaitu dalam upaya mencapai tujuan negara harus
dilakukan secara efektif dan efisien, menerapkan konsep partisipasi dalam
proses pengambilan keputusan, dan pengawasan.13
Pemerintahan yang baik (Good Governance) ini dapat terwujud
karena terselenggaranya prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas dan
adanya keterlibatan seluruh elemen yang ada dalam masyarakat, yang bisa
diwujudkan ketika pemerintah didekatkan dengan yang diperintah,
pemerintah yang didekatkan dengan yang diperintah maksudnya disini
13 Dahlan Thaib, Ketatanegaraan Indonesia, (Yogyakarta: Total Media, 2009)
hal 96

adalah desentralisasi dan otonomi daerah. Pemerintahan yang baik juga
membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki kejelasan visi, model
perencanaan strategis, model pengukuran kinerja serta laporan kinerja
(performance report) yang akan dimanfaatkan baik bagi eksternal
organisasi maupun internal organisasi untuk perbaikan kinerja organisasi
secara berkelanjutan.14 Pemerintah yang didekatkan dengan yang
diperintah (rakyat) akan dapat mengenali apa yang menjadi kebutuhan,
permasalahan, keinginan, dan kepentingan serta aspirasi rakyat secara baik
dan benar. Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat bisa mencerminkan apa
yang menjadi kepentingan dan aspirasi rakyat.15
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian gabungan (aplied
scientific research)16 antara penelitian kepustakaan (library research) dan
penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan (library
research)

yaitu

penelitian

yang

dilaksanakan

dengan

dengan

menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, jurnal, catatan,
maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu. Sedangkan,
penelitian lapangan (field research) yaitu melakukan penelitian secara
langsung terjun ke lapangan atau pada responden untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan melalui wawancara langsung dan mendalam dengan
anggota DPRD Kota Malang.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan masalah yang dilakukan pada penelitian ini dengan
menggunakan gabungan antara dua pendekatan yaitu pendekatan
normatif dan pendekatan empiris17.
a. Pendekataan normatif
14 Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education: Antara Realitas Politik dan
Implementasi Hukumnya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010) hal 58
15 Nasruddin Anshoriy, Dekonstruksi Kekuasaan Konsolidasi Semangat
Kebangsaan, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2008) hal 33-34
16 Bungaran Antonius simanjuntak dan Soedjito Sosrodiharjo, Metode
Penelitian Sosial, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014) hal 12-13
17 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar
Maju, 2008) hal 88

Pendekatan Normatif adalah penelitian yang dilakukan
dengan melihat dan mempelajari kaedah-kaedah, asas-asas hukam
yang berlaku, buku-buku dan literatur serta bahan-bahan lain yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas, atau dilakukan dengan
penelitian kepustakaan.
b. Pendekatan Empiris
Pendekatan Empiris adalah penelitian yang dilakukan
dengan melihat cara kerja dilapangan seperti wawancara, guna
mendapatkan data yang ada hubungannya dengan masalah yang
akan dibahas.

3. Sumber Data
Terdapat dua jenis sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder18.
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan yaitu dengan melakukan wawancara dengan anggota DPRD
Kota Malang Komisi B khususnya mereka yang berkaitan mengenai
peran pelaksanaan fungsi legislasi membentuk Peraturan Daerah yang
baik dan juga upaya dan optimalisasi fungsi DPRD kota Malang dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik.

2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang di dapat dengan cara penelitian
study kepustakaan (library research). Data Sekunder yang di
pergunakan berupa peraturan-peraturan perundang-undangan yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang di bahas, mempelajari bukubuku, literatur-literatur dan juga data-data yang ada kaitannya dengan
pokok permasalahan, karya-karya ilmiah dan hasil teori-teori
18 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta:
Kencana, 2013) hal 129

penelitian-penelitian para pakar sesuai dengan objek permasalahan
penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode wawancara
terstruktur19 dengan anggota DPRD Kota Malang. Informan tersebut
adalah anggota DPRD Kota Malang Komisi B. informan yang
berwenang memberikan jawaban yang lebih jelas yang berkaitan dengan
masalah yang akan dibahas. Wawancara dilakukan dengan cara tanya
jawab secara langsung diamana semua pertanyaan disusun secara
sistematik, jelas, dan terarah yang telah disiapkan sebelumnya.
Wawancara yang dilakukan meliputi peran DPRD kota Malang
dalam pelaksanaan fungsi legislasi membentuk Peraturan Daerah yang
baik dan juga upaya dan optimalisasi fungsi DPRD kota Malang dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik.
Sedangkan Pengumpulan data sekunder dikumpulkan melalui
study kepustakaan yaitu dengan mempelajari, membaca, mengutip,
membuat, intisari baik dari literatur, peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan peran DPRD kota Malang dalam pelaksanaan
fungsi legislasi membentuk Peraturan Daerah yang baik dan juga upaya
dan optimalisasi fungsi DPRD kota Malang dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik.
5. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari wawancara dan study kepustakaan diolah
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Seleksi data adalah memilah data yang sesuai dengan permasalahan
yang akan dibahas, melengkapi data jika dirasa kurang lengkap, dan
membuang data jika dirasa tidak diperlukan.
b. Klasifikasi data adalah mengelompokan data yang telah diseleksi
dengam mempertimbangkan jenis dan hubungan dengan data yang
diperlukan guna mengetahui tempat masing-masing data.
19 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2000) hal 120-121

c. Sistematisasi adalah menempatkan data pada posisi pokok bahasan
atau permasalahan dengan susunan sistematis.
D. Paparan dan Analisis
1. Gambaran tentang informan
Informan dalam penelitian ini orang yang dianggap mampu dan
mengetahui secara benar tentang peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Malang. Imforman merupakan salah satu anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kota Malang bagian Komisi B, anggota Badan Kehormatan
dan anggota Badan Anggaran.

2. Paparan dan Analisis Hasil Penelitian
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan
rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah di (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia. Dewan Perwakilam
Rakyat merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Peran DPRD disini memiliki tiga fungsi yaitu legislasi,
anggaran, dan pengawasan.
Adapun yang dimaksud fungsi legislasi disini adalah fungsi membentuk
undang-undang

yang

dibahas

dengan

presiden

untuk

mendapatkan

persetujuan bersama, fungsi anggaran adalah fungsi menyusun dan
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara bersama presiden
dengan memperhatikan pertimbangan DPD, dan fungsi pengawasan adalah
fungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang dan peraturan
pelaksanaanya. Pada saat wawancara ibu Asia Iriani mengungkapkan bahwa:
“Peran DPRD kota Malang dalam pelaksanaan fungsi legislasi adalah
sebagai pembentuk, pembuat, penyusun dan menerima usulan dari
eksekutif atau pemerintah kota”20.
Hasil penelitian yang telah dideskripsikan
peran

pada sub fokus mengenai

dan optimalisasi DPRD kota Malang dalam pelaksanaan fungsi

20 Wawancara dengan Ibu Asia Iriani, Bagian Komisi B, Hari Senin, pukul 07.45 WIB, 28
November 2016, Bertempat di Rumah informan JL. Kanjuruhan asri block A/28

legislasi membentuk peraturan daerah secara umum dapat dikatakan belum
optimal, dibutuhkan adanya usulan dari masyarakat.
Menurut pandangan Ibu Asia Iriani dikatakan bahwa:
“Peran DPRD dalam pelaksanaan fungsi legislasi kalau dinilai 100%
tentunya belum mencapai tetapi untuk mencapai titik optimal selalu
diupayakan menuju hal tersebut. Disini juga dibutuhkan usulan dari
masyarakat”21.
Peran DPRD dalam mekanisme legislasi daerah meliputi tahap
perencanaan
penyebarluasan

raperda,
reperda,

perancangan
pembahasan

reperda,
raperda,

pengajuan

raperda,

Penetapan

raperda,

perundangan, dan penyebarluasan perda.
Peran DPRD dalam tahap penyusunan Raperda adalah menampung
usulan-usulan komisi mengenai permasalahan yang mereka telah himpun
sesuai bidangnya masing-masing. Adapun peran DPRD pada tahap
perencanaan raperda dinilai kurang. Dikatakan oleh Ibu Asia Iriani bahwa:
“Usulan-usulan antara legislatif dan eksekutif memiliki perbandingan
50:50. Tetapi usulan-usulan tersebut lebih banyak dari eksekutifnya”22.
Didalam tahap perancangaan raperda disini peran DPRD sudah sesuai
tetapi lebih didominasi oleh lembaga eksekutif. Adapun dalam tahap
pengajuan raperda peran DPRD dapat dikatakan cukup baik meskipun dalam
pengajuan draft sedikit lambat. Pada tahap penyebarluasan raperda peran
DPRD Kota Malang ikut serta menelaah raperda yang berasal dari
pemerintah.
Tahap Pembahasan

Raperda

pembahasan

raperda

sudah

sesuai

diantaranya yang berasal dari insiatif DPRD dan inisiatif eksekutif. Tahap
penetapan raperda peran DPRD dalam tahap penetapan perda sudah sesuai.
Tahap Perundangan DPRD tidak mempunyai kewenangan dalam tahap
pengundangan. Tahapan ini adalam domain dari pemerintah daerah. Tahap
penyebarluasan peraturan daerah peran DPRD dalam penyebarluasan Perda

21 Wawancara dengan Ibu Asia Iriani, Bagian Komisi B, Hari Senin, pukul 07.45 WIB, 28
November 2016, Bertempat di Rumah informan JL. Kanjuruhan asri block A/28
22 Wawancara dengan Ibu Asia Iriani, Bagian Komisi B, Hari Senin, pukul 07.45 WIB, 28
November 2016, Bertempat di Rumah informan JL. Kanjuruhan asri block A/28

merupakan domain pemerintah daerah. kalaupun ada maka hal ini dilakukan
secara individual oleh anggota DPRD pada saat-saat tertentu.
Kedudukan DPRD sebagai mitra pemerintah daerah dalam pemerintahan
di daerah, membawa konsekuensi bahwa DPRD harus menunjukkan prestasi
yang optimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dalam pelaksanaan
fungsi legislasi, DPRD bersama dengan pemerintah daerah membuat
peraturan yang aspiratif sesuai dengan kehendak rakyat. Salah satu kendala
yang terjadi dalam penyusunan raperda yaitu DPRD didampingi Kemenhum
HAM dan harus ada konsultasi dengan Kemenhum HAM. Jadi dikatakan oleh
ibu Asia Iriani bahwa:
“Dari tahap pengusulan sampai dengan pembahasan harus ada
pendampingan dari Kemenhum HAM, sedangkan tenaga pendamping dari
Kemenhum hanya berjumlah 13 orang se-Jawa Timur yang melibatkan
akademisi dalam pembuatan naskah akademik dan masyarakat”23.
Dikatakan oleh ibu Asia Iriani juga bahwasannya:
“Peran DPRD dalam membina hubungan politik dengan pemerintah
daerah saling bersinergi karena dalam penyelenggaraan pemerintahan
tidak dapat lepas dari unsur politik”24.
Adapun dalam pelaksanaannya bagaiman peran DPRD dalam
menghimpun partisipasi masyarakat, dikatakan oleh ibu Asia Iriani bahwa:
“Dalam menghimpun aspirasi masyarakat kami sebagai anggota DPRD
menggunakan cara reses yaitu masa dimana DPRD melakukan kegiatan
diluar masa sidang, terutama di luar gedung DPRD, misalnya untuk
melakukan kunjungan kerja, baik yang dilakukan secara perseorangan
maupun berkelompok, mengundang masyarakat untuk menyalurkan
aspirasi dari masyarakat ke anggota DPRD”25.
Demokratisasi dalam pemerintahan diwujudkan

melalui

adanya

desentralisasi pemerintahan yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah ini diatur bahwa DPRD dan pemerintah daerah
merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Masuknya DPRD
23 Wawancara dengan Ibu Asia Iriani, Bagian Komisi B, Hari Senin, pukul 07.45 WIB, 28
November 2016, Bertempat di Rumah informan JL. Kanjuruhan asri block A/28
24 Wawancara dengan Ibu Asia Iriani, Bagian Komisi B, Hari Senin, pukul 07.45 WIB, 28
November 2016, Bertempat di Rumah informan JL. Kanjuruhan asri block A/28
25 Wawancara dengan Ibu Asia Iriani, Bagian Komisi B, Hari Senin, pukul 07.45 WIB, 28
November 2016, Bertempat di Rumah informan JL. Kanjuruhan asri block A/28

dalam pemerintahan daerah dimaksudkan untuk meningkatkan adanya
keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya di
daerah, sehingga jalannya pemerintahan diharapkan lebih ideal yaitu dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Oleh karena itu perlu adanya
optimalisasi peran DPRD dalam menghimpun partisipasi politik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlunya optimalisasi peran
DPRD

dalam

menjalankan

fungsi

legislatif

karena

akan

sangat

mempengaruhui kinerja pemerintah daerah. Fungsi dan peran DPRD ini telah
ditetapkan dalam Undang-undang yaitu membentuk Perda yang dibahas
dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama. Peraturan Daerah
merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum diatasnya dan
menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan. Adapun
mekanisme dari legislasi di daerah, diatur bahwa Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota

dibuat

oleh

Dewan

Perwakilan

Rakyat

Daerah

Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota. Hal ini merupakan salah satu
sumber hukum di Indonesia sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tap
MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundangundangan serta UU No 10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan Pasal 7. Sebagaimana diatur juga dalam UU No 22
tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD
pasal 77 (a), bahwa fungsi pertama DPRD Kabupaten/Kota adalah legislasi,
dalam penjelasan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan legislasi adalah
yang merupakan fungsi DPRD Kabupaten/Kota untuk membentuk Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota.
Adapun kendala-kendala yang mempengaruhi kurang optimalnya peran
DPRD Kota Malang yang dikatakan oleh ibu Asia Iriani adalah:26
1. Adanya keterbatasan sumber daya manusia
2. Waktu menjabat hanya 5 tahun
3. Kurangnya usulan dari masyarakat
26 Wawancara dengan Ibu Asia Iriani, Bagian Komisi B, Hari Senin, pukul 07.45 WIB, 28
November 2016, Bertempat di Rumah informan JL. Kanjuruhan asri block A/28

Menurut pendapat dari informan yaitu Ibu Asia Iriani bahwa:
“Cara untuk mewujudkan pemerintahan yang baik yaitu lebih berpihak
pada masyarakat, memakmurkan masyarakat, dan menjalankan
pemerintahan yang baik dan bersih” 27.
Adapun prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik dalam teori pemerintahan yang baik (good
govenance) meliputi:
Partisipasi Masyarakat dimana partisipasi masyarakat disini yaitu
dibutuhkannnya usulan-usulan dari masyarakat dalam pelaksanaan
legislasi pembentukan perda oleh DPRD. Kurangnya usulan-usulan dari
masyarakat ini juga mempengaruhi kurang optimalnya peran DPRD,
sehingga dari kurangnya peran DPRD dalam pelaksanaan fungsi legislasi
ini berpengaruh juga terhadap sulitnya mewujudkan pemerintahanyang
baik (good governance), dan yang kedua Tegaknya Supremasi Hukum
jadi, Kerangka dari hukum itu harus adil. Usulan-usulan antara legislatif
dan eksekutif memiliki perbandingan 50:50. Tetapi usulan-usulan tersebut
lebih banyak dari eksekutifnya. Adapun usulan-usulan disini harusnya
lebih banyak dari legislatifnya karena merekalah yang memiliki tugas dan
wewenang dalam pelaksanaan fungsi legislasi.
Adanya transparansi, Transparansi disini dibangun atas dasar arus
informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga
dan informasi seperti halnya perda yang telah diundangkan dapat diakses
oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus
memadai agar dapat dimengerti dan dipantau oleh masyarakat , yang
selanjutnya Peduli pada Stakeholder yang mana Lembaga-lembaga
DPRD dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua
pihak yang berkepentingan tanpa pandang bulu sehingga tercipta
pemerintahan yang baik, adapun Berorientasi pada Konsensus yaitu
untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan menjembatani
kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu
konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompokkelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakankebijakan dan prosedur-prosedur yang diwujudkan dengan perda yang
aspiratif.
Kesetaraan, kesetaraan disini semua warga masyarakat mempunyai
kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan
27 Wawancara dengan Ibu Asia Iriani, Bagian Komisi B, Hari Senin, pukul 07.45 WIB, 28
November 2016, Bertempat di Rumah informan JL. Kanjuruhan asri block A/28

masyarakatnya. Yang selanjutnya efektifitas dan efisiensi dimana
proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga dapat membuahkan
hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber-sumber daya manusia yang ada seoptimal mungkin diharapkan
dapat mewujudkan pemerintahan yang lebih baik lagi. Akuntabilitas,
Dalam pelaksanaan fungsi legislasi membentuk perda disini harus
bertanggung jawab dengan apa yang telah dibuatnya baik yang
bersangkutan dengan masyarakat maupun organisasi-organisasi terkait.
Memiliki visi strategis dimana DPRD seharusnya memiliki
perspektif yang luas dan jauh kedepan atas tata pemerintahan yang baik
dan pembangunan manusia melalui pelaksanaan fungsi legislasi
membentuk perda. Dengan kepekaan dan juga memiliki pemahaman atas
kompleksitas kesejarahan, budaya, dan sosial ini juga menjadi dasar bagi
perspektif yang luas dan jauh dalam mewujudkan pemerintahan yang baik
(good governance)
Jadi menurut hasil dan pembahasan diatas, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa peran

dan optimalisasi DPRD kota malang dalam

pelaksanaan fungsi legislasi membentuk perda di Kota Malang telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, yaitu UU No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan namun peran DPRD masih perlu ditingkatkan.

E. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu fungsi
legislasi DPRD adalah fungsi membentuk undang-undang yang dibahas
dengan presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama. Dalam
pelaksanaannya menunjukkan bahwa peran dan optimalisasi DPRD kota
malang dalam pelaksanaan fungsi legislasi membentuk perda di Kota
Malang telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu UU No
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan namun perlu ditingkatkan lagi, peran
dalam mekanisme legislasi daerah sudah cukup baik, meskipun pada
beberapa tahapan masih nampak lemah, dalam menghimpun aspirasi
masyarakat dengan cara reses, dan kendala yang mempengaruhi belum
optimalnya peran DPRD sehingga perlu ditingkatkan yaitu keterbatasan
sumber daya manusia, waktu menjabat hanya 5 tahun, dan kurangnya
usulan dari masyarakat.

2. Saran
Berdasarkan uraian diatas, penulis memberikan beberapa saran yaitu:
1. jika dilihat dari keterbatasan sumber daya manusia, maka hendaknya untuk
para anggota DPRD dapat meningkatkan kemampuan diri dan sumber
daya manusia melalui berbagai program peningkatan legislasi.
2. Untuk memperkuat kemampuan DPRD dalam melaksanakan tugas dan
fungsi legislasi, maka perlu dilakukan orientasi bagi anggota dewan secara
terarah dan berkesinambungan sampai mereka memahami tugas dan
fungsinya yang sesungguhnya, mengingat DPRD itu terdiri dari berbagai
individu dengan beragam latar belakang.
Daftar Pustaka
.

A. Ubaedillah & Abdul Rozak. 2010. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media Group.
Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga
Negara yang Demokratis. Bandung:Grafindo Media Pratama.
Anshoriy, Nasruddin. 2008. Dekonstruksi Kekuasaan Konsolidasi Semangat
Kebangsaan. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
Bungaran Antonius simanjuntak dan Soedjito Sosrodiharjo. 2014. Metode
Penelitian Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta:
Kencana.
Hamidi, Jazim. 2008. Meneropong Legislasi di Daerah. Malang: UM
PRESS.
Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Nasution, Bahder Johan. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung:
Mandar Maju.
Gunawan, Markus. 2008. Buku Pintar Calon Anggota & Legislatif (DPR,
DPRD, & DPD). Jakarta Selatan: Visimedia.
Huda, Ni’matul. 2007. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Ihza Mahendra, Yusril. 1996. Dinamika Tatanegara Indonesia. Jakarta:
GEMA INSANI PRESS.
Jazim Hamidi dan Mustafa LutfI. 2010. Civic Education: Antara Realitas
Politik dan Implementasi Hukumnya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sarinah,dkk. 2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Deepublish.
Sirajuddin dan Winardi. 2015. Dasar-Dasar Hukum Tata Negara. Malang:
Setara Press.
Thaib, Dahlan. 2009. Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: Total Media.