HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi

Disusun oleh : Zhaifa Kharisia Equata

G 0106018

Pembimbing :

1. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi

2. Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

ii

commit to user

iii

commit to user

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak pernah terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, Juli 2012

Zhaifa Kharisia Equata

commit to user

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al Insyirah : 5-6)

Banyak orang-orang mencapai sukses berkat banyaknya kesulitan dan kesukaran yang mesti mereka hadapi.

(Burn)

Percaya pada diri sendiri adalah rahasia utama untuk mencapai sukses. (Emerson)

commit to user

vi

Karya ini dipersembahkan kepada :

Papa Kangko B Prasetyo dan Mama Endang Tri Lestari selaku kedua orang tua tercinta serta adik-adik Gezha Icsvanditra dan Arinta Kamesjwara atas dukungan yang tiada habisnya

Semua yang telah memberikan pelajaran dalam hidup saya

Almamater saya

commit to user

vii

Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Butuh waktu yang tidak sebentar untuk dapat menyelesaikan karya ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, bimbingan dan dorongan semua pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama menempuh studi di UNS.

3. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi., selaku Koordinator Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M.Psi., selaku Pembimbing Utama dan Ibu Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si., selaku Pembimbing Pendamping, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, serta masukan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra. Suci Murti Karini, M.Si., selaku Penguji I dan Bapak H. Arista Adi Nugroho, S.Psi, M.M., selaku Penguji II yang telah bersedia memberikan saran dan kritik bagi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

commit to user

viii

telah memberikan banyak bekal dan ilmu pengalaman sangat berharga.

7. Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret yang telah membantu kelancaran studi penulis.

8. Sabuem Nim Ali, Sabeum Nim Bangun, Sabeum Nim Adit, Sabeum Nim Munif, selaku Pengurus dan Pelatih Taekwondo Kota Surakarta.

9. Atlet Taekwondo junior Kota Surakarta selaku subjek penelitian, yang telah bersedia membantu dalam pengumpulan data penelitian.

10. Sahabat-sahabatku di Psikologi : Sheila, Arfi, Rika, Indri, Rasty, Burhan, Pre, Wildan, Aminah, Ayu, Uwie, Nina, Aza, dan Vera, yang telah banyak membantu dalam diskusi serta memberikan keceriaan, dukungan, dan kebersamaan yang indah.

11. Keluarga UKM Taekwondo UNS dan Indonesian Dragon Taekwondo Demonstration Team .

12.

ahabat- sahabatku Mbak Ida, Mbak Dian, Mbak Andi’, Indah, Iras, Tya, Niar, Linda, Mas Ade, Mas Eko yang selalu memberi semangat dan mendoakanku.

Semoga Allah SWT memberikan karunia yang melimpah kepada kita semua dan semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

ix

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

Zhaifa Kharisia Equata

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih baik atau lebih efisien dari sebelumnya. Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan adalah penilaian, penafsiran dan pandangan atlet junior terhadap pelaksanaan pedoman latihan yang telah direncanakan oleh pelatih. Atlet junior yang pernah mengalami kegagalan saat bertanding, pada kejuaraan selanjutnya akan mengalami kondisi bahwa atlet takut gagal lagi. Adanya dukungan dari pengurus, pelatih serta teman-teman latihan akan menambah semangat serta motivasi atlet, maka ketakutan akan kegagalan berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi.

Penelitian ini menggunakan studi populasi pada atlet taekwondo junior Kota Surakarta dengan jumlah sampel 50 responden. Ciri-ciri populasi pada penelitian ini meliputi atlet junior usia 13-18tahun, merupakan atlet taekwondo Kota Surakarta, dan aktif mengikuti latihan. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan validitas 0,302 – 0,886 serta reliabilitas 0,949 dan Skala Motivasi Berprestasi dengan validitas 0,452 – 0,873 serta reliabilitas 0,962. Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment Pearson.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan uji Korelasi Product Moment, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,531; p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi pada atlet taekwondo junior. Semakin positif persepsi pada program latihan, maka akan semakin tinggi motivasi berprestasi pada atlet taekwondo junior. Kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasinya sebesar 28,2%.

Kata kunci: persepsi pada program latihan, motivasi berprestasi, atlet taekwondo junior

commit to user

THE RELATIONSHIP BETWEEN PERCEPTION OF JUNIOR TAEKWONDO ATHLETES IN TRAINING PROGRAM WITH ACHIEVEMENT MOTIVATION

Zhaifa Kharisia Equata

Psychology Department, Medical Faculty Sebelas Maret University

ABSTRACT

Achievement motivation is the drive to do something to get better or more efficiently than ever. The perception of junior taekwondo athletes in training program evaluation, interpretation and views on the implementation of junior athletes training manuals that have been planned by the coach. Junior athletes who have experienced failure during a match, the next championship will have a condition that athletes are afraid to fail again. The support of administrators, coaches and friends will add to the spirit of training and motivation of athletes, the fear of failure is reduced. The purpose of this research was to determine the connection between perception of junior taekwondo athletes in the training program with achievement motivation.

This study uses a population study in junior taekwondo athlete Surakarta with a sample of 50 respondents. Characteristic feature of the population in this study included junior athletes aged 13-18 years, the city of Surakarta taekwondo

athlete and active training. Data collection tool used is the scale on the perception of junior taekwondo athlete training program in 0302 to 0.886 validity and reliability of 0.949 and the validity of the achievement motivation scale from 0.452 to 0.873 and 0.962 reliabilities. Analysis of data using correlation technique product moment Pearson.

Based on data analysis by Product Moment Correlation test, value of the correlation coefficient (r) of 0.531:p = 0.000 (p <0.05) means that there is a significant positive relationship between the perception of junior taekwondo athletes in training program with achievement motivation in junior taekwondo athletes. The more positive perception in training program, so will be higher the achievement motivation in junior taekwondo athletes. Contribution perception junior taekwondo athletes in training program their achievement motivation by 28.2%.

Keywords: Perception in training programs, motivation achievement, junior taekwondo athletes.

commit to user

xiii

C. Analisis Data ……………………………………………………... 62

1. Uji Asumsi Dasar ……………………………………………… 62

a. Uji Normalitas …………………………………………….. 62

b. Uji Linieritas ………………………………………………. 63

2. Uji Hipotesis …………………………………………………... 64

3. Kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasi ………………………

65

4. Analisis Deskriptif ……………………………………………. 66

D. Pembahasan ……………………………………………………… 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 77

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 77

B. Saran ……………………………………………………………... 78 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….... 79 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 83

commit to user

xiv

Tabel 1. Aspek Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan..... 35 Tabel 2.

Penilaian Pernyataan Favourable dan Pertanyaan Unfavourable.. 46

Tabel 3. Blueprint Skala Motivasi Berprestasi ............................................. 47 Tabel 4. Blueprint Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada

Program Latihan ...............................................................................

48

Tabel 5. Nama dojang (tempat latihan Taekwondo) di Surakarta………... 53 Tabel 6.

Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi yang Valid dan Gugur ……………………………………………………………

57

Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan yang Valid dan Gugur ………………………...

58

Tabel 8. Distribusi Ulang Aitem Skala Motivasi Berprestasi …………… 59 Tabel 9.

Distribusi Ulang Aitem Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan …………………………………………

60

Tabel 10. Hasil Uj i Normalitas ……………………………………………. 62 Tabel 11. Hasil Uji Linieritas ……………………………………………… 64 Tabel 12. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson Correlations ……….. 64 Tabel 13. Kontribusi Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program

Latihan terhadap Motivasi Berprestasi ………………………..

66

Tabel 14. Hasil Analisis Deskriptif ………………………………………... 66 Tabel 15. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian …………… 67 Tabel 16. Deskripsi Subjek Berdasar Jenis Kelamin ……………………..

69

Tabel 17. Deskripsi Subjek Berda sar Usia ………………………………… 70

commit to user

xv

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Persepsi Atlet

Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi ..............................................................................

40

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Alat Ukur Penelitian.………………………………………….

1. Alat Ukur Penelitian Sebelum Uji Coba……………………

2. Alat ukur Penelitian Setelah Uji Coba..………...…………..

Lampiran B Data Uji Coba dan Peneli tian Alat Ukur Penelitian…………..

1. Data Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi…………………

2. Data Uji Coba Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan …………………………………………..

3. Data Penelitian Skala Motivasi Berprestasi ……………….. 101

4. Data Penelitian Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan ……………………………………..

Lampiran C Uji Daya Beda dan Reliabilitas Aitem.………………………

1. Skala Motivasi Berprestasi…………………………………. 106

2. Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan……………………………………………………..

Lampiran D Analisis Data Penelitian.……………………………………… 110

1. Hasil Uji Normalitas …….....……………………..……….. 111

2. Hasil Uji Linieritas….……………………………………… 111

3. Hasil Deskripsi Statistik ……....……………………………. 111

4. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson ……………..….. 112

5. Hasil Analisis Koefisien Determinan (R square )………….. 112

6. Kategorisasi Nilai Berdasar Skor Skala

Penelitian….……

7. Hasil Deskripsi Subjek Berdasar Jenis

Kelamin dan Usia…

Lampiran E Surat Ijin dan Keterangan Penelitian………………………….. 119 Lampiran F Dokumentasi Penelitan dan Piagam Penghargaan Atlet…….... 121

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Taekwondo merupakan olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea, olahraga bela diri ini berasal dari Korea. Taekwondo berarti seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni bela diri dengan menggunakan teknik kaki dan tangan kosong. Selain sebagai olahraga seni bela diri, Taekwondo juga menjadi olahraga prestasi yang resmi dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON XI) 1985, Olmpyc Games 1992, Asian Games, SEA Games, dan Olimpiade Sydney 2000 (Suryadi, 2002).

Setiap kejuaraan dunia yang diikuti kemampuan para atlet tidak diragukan lagi, meskipun dari berbagai negara memberikan perlawanan sengit terhadap atlet Korea. Atlet-atlet taekwondo dari negara ginseng Korea menjadi juara umum dalam Kejuaraan 10 th World University Championship Taekwondo 2008 di Beograd, Serbia (Wongso, 2009). Sedangkan di Indonesia, selain PON (Pekan Olahraga Nasional), kejuaraan nasional dan kejuaraan daerah resmi dipertandingkan. Beberapa waktu lalu diadakan seleksi atlet untuk bisa lolos PON di Riau 2012. Kejuaraan PRA PON XVIII di Pekanbaru, Riau bulan Desember 2011, menunjukkan persaingan antar atlet dari berbagai propinsi sangat ketat (Hidayat, 2011). Kemampuan para atlet merata, namun propinsi Jawa Barat meraih emas terbanyak di ajang tersebut, disusul DKI Jakarta menempati urutan kedua dan Jawa Tengah di urutan ketiga. Kemudian di ajang Kejuaraan Nasional

commit to user commit to user

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 21 Ayat 5, pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi . Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, berupaya melakukan pembinaan olahraga secara

berjenjang. Pembinaan Taekwondo dilakukan dengan suatu kompetisi atau

kejuaraan di Indonesia yang merupakan tolok ukur dari keberhasilan atlet Taekwondo. Kyorugi sebagai teknik serangan dan bertahan dari lawan tanding yang digunakan saat kompetisi atau kejuaraan.

Penjaringan bibit-bibit atlet dimulai sejak dini, dalam olahraga Taekwondo di setiap kejuaraan atau kompetisi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun), junior (kelompok usia 13-18 tahun), dan senior (kelompok usia diatas 18 tahun) (Suryadi, 2002). Atlet-atlet kelompok junior nantinya akan menggantikan posisi atlet senior. Nurjaya (2009) menambahkan, atlet-atlet junior pada umumnya memiliki karakteristik masa pubertas, mudah goyah, dan meninggalkan olahraga untuk pindah ke bidang lain. Adanya karakteristik tersebut, atlet junior nantinya dibina secara terus menerus oleh pelatih.

Keinginan atlet junior bersumber pada kebutuhan masing-masing atlet. Masing-masing atlet junior meletakkan titik berat yang berlainan mengenai

commit to user commit to user

McClelland (1987), menggunakan istilah n-Ach (need for achievement) atau motivasi berprestasi yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi. Motivasi berprestasi ditemukan pada pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu yang baik, lebih baik dari sebelumnya dan lebih efisisien. Adanya motivasi berprestasi yang dimiliki oleh kebanyakan orang, khususnya atlet junior, dapat menunjang keberhasilan atlet junior di setiap performa saat bertanding.

Gill (dalam Satiadarma, 2000) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah orientasi seorang atlet untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin dengan dasar kemampuan tetap bertahan sekalipun gagal, dan berupaya menyelesaikan tugas sebaik-baiknya karena merasa bangga mampu menyelesaikan tugas. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Murray (dalam Satiadarma, 2000) bahwa motivasi adalah upaya seseorang untuk menguasai tugas, mencapai hasil maksimum, mengatasi rintangan memiliki kinerja lebih baik dari orang lain, dan bangga terhadap kemampuan yang dimiliki.

Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri individu (Walgito, 2003). Karakteristik atlet junior yang dinilai mudah goyah, akan merasa mudah puas dengan hasil yang telah dicapai, mudah putus asa, akan terlihat asal-asalan dalam

commit to user commit to user

Jumlah atlet taekwondo di Indonesia 10% hingga 15% dari jumlah seluruh masyarakat yang mengikuti taekwondo (Suryadi, 2002). Perbandingan jumlah atlet dari tiap daerah atau cabang tidak terlalu jauh, misal antara atlet cabang Kota Surakarta dengan cabang Kabupaten Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, dan Klaten. Jumlah atlet yang mengikuti kompetisi atau kejuaraan taekwondo junior dan pra junior di UNS Surakarta lalu, total atlet dari cabang Kota Surakarta berjumlah 126 atlet, Sukoharjo 77 atlet, Karanganyar 52 atlet, Boyolali 21 atlet, dan Klaten 10 atlet (Hidayat, 2011).

Diharapkan semua atlet junior di setiap dojang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Hal ini karena motivasi berprestasi dapat berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kemajuan dan pengembangan atlet maupun dojang atau klub. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh McClelland (1987), motivasi berprestasi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai (1) energizer, yakni motor penggerak yang mendorong individu untuk berbuat sesuatu, (2) directedness , yakni menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin dicapai, (3) patterning, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan secara serasi guna mencapai tujuan.

commit to user commit to user

Harapan untuk memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak semua terlaksana dengan baik, hal ini karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Dapat dikatakan dalam olahraga tidak hanya ditanamkan aspek fisik dan psikis saja, tetapi juga sikap mental. Ini berarti bahwa faktor tersebut akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap segala respon dan perilaku yang ditampilkan (Maksum, 2007).

Seperti yang dikatakan oleh Fishbein dan Ajzen (dalam Sarwono&Meinarno, 2009) bahwa sikap mempengaruhi perilaku seseorang, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku. Persepsi kontrol perilaku menunjukkan cara pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu yang nantinya berpengaruh pada niat maupun perilaku tersebut. Atlet selalu ingin meraih keberhasilan di setiap kompetisi yang diikuti. Keberhasilan memiliki nilai yang dihargai tinggi oleh atlet, dan nilai tersebut dikehendaki oleh keluarga, teman-teman serta pelatih. Akan tetapi prediksi mengenai keberhasilan dapat mengalami kekeliruan jika persepsi atlet mengenai kemampuan atlet tersebut tidak diperhatikan. Oleh sebab itu, pihak pelatih menerapkan program latihan yang

commit to user

kemampuan saat bertanding. Menurut Mulyasa (2007), salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah faktor psikologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi psikis individu. Seorang atlet mempersepsikan program latihan dipengaruhi oleh pemahaman tentang program latihan. Suranto (dalam Suharnan, 2005) menambahkan persepsi antara atlet junior satu dengan yang lain menjadi berbeda walaupun dalam kejadian atau kondisi maupun situasi sama, disebabkan karena beberapa faktor antara lain luasnya pengetahuan, tingkat pendidikan, dan pengalaman atlet junior itu sendiri.

Program latihan yang akan diberikan seorang pelatih akan dipersepsi oleh atlet. Menurut Maclin dan Solso (2007), persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan (tersimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan

menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. Definisi lain dikemukakan oleh Walgito (1989) bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat reseptornya. Rakhmat (2009) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Melalui berbagai pengalaman dan peristiwa yang dialami atlet, maka atlet dapat memaknai dan memahami bagaimana program latihan yang diberikan oleh pelatih bermanfaat baginya. Begitu pula atlet taekwondo junior, dari pengalaman berlatih antara pelatih satu dengan lainnya

commit to user

Adanya peningkatan mengenai perkembangan dan metode baru setiap tahunnya dalam program latihan taekwondo serta membekali atlet dengan pengetahuan- pengetahuan olahraga sangat bermanfaat untuk atlet, sebab atlet dapat memperbaiki kesalahannya secara bertahap.

Marro (dalam Wijanarko, 2009) menjelaskan program latihan merupakan suatu pedoman mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan. Melalui persepsi ini atlet akan memberikan pemaknaan tersendiri terhadap program latihan dari pelatih, pemaknaan tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Sama halnya dengan seorang siswa atau pelajar yang memiliki persepsi mengenai program belajar mengajar oleh guru. Seorang atlet dapat dikatakan juga seorang siswa, perbedaan antara keduanya adalah atlet berprestasi di dunia olahraga yang bersifat non akademik, sedangkan siswa berprestasi di dunia pendidikan atau bersifat akademik.

Pada penelitian Nugrahani (2010) menyebutkan persepsi siswa terhadap tugas akademik mempengaruhi motivasi belajar siswa. Tugas akan dirasa berharga bagi siswa dan dinilai positif ketika tugas tersebut dapat mendukung kesuksesan yang ingin diraihnya. Demikian juga dalam taekwondo, seorang pelatih memberikan tugas kepada atlet berupa latihan strategi saat menghadapi lawan sparing maupun bertanding mempengaruhi motivasi atlet. Strategi tersebut penting dan berharga untuk atlet di setiap performanya, sebab dengan strategi yang diterima dari pelatih, atlet dapat meraih kesuksesan.

commit to user commit to user

Dari berbagai harapan dan fakta diatas atlet diharapkan dapat memiliki persepsi yang positif terhadap program latihan dan menambah motivasi untuk berprestasi, sehingga memiliki komitmen serta semangat juang dalam merealisasikan tekadnya menjadi atlet, kedepannya pun atlet dapat mencapai hasil prestasi secara optimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang “Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diuraikan perumusan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan antara persepsi atlet taekwondo

junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi.

commit to user

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas dunia ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu psikologi. Khususnya psikologi sosial dan psikologi olahraga.

b. Penelitian ini memperkaya bukti empirik tentang hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pelatih Penelitian ini memberikan gambaran psikologis dan bahan tambahan dalam mengetahui persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi atlet.

b. Bagi Atlet Memberikan pemahaman mengenai kondisi atlet junior terkait hal-hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi, sehingga motivasi berprestasi dapat ditingkatkan.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

McClelland (1987), menggunakan istilah n-Ach (need for achievment) atau motivasi berprestasi yaitu dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih baik atau lebih efisien dari sebelumnya. Oleh sebab itu, motivasi berprestasi akan mendorong seseorang untuk mengembangkan dan mengerahkan segenap kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi semaksimal mungkin. Keberhasilan menjadi tujuan seseorang, agar kemampuan yang telah dikerahkan dalam mengerjakan sesuatu tidak mengalami kegagalan.

Santrock (dalam Sobur, 2003) merumuskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk menyempurnakan sesuatu, untuk mencapai sebuah standar keunggulan dan mencurahkan usaha atau upaya untuk mengungguli. Individu seperti ini menyenangi tugas-tugas yang menantang tanggung jawab secara pribadi dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif produktifnya. Individu yang menyukai tugas-tugas menantang membawa diri individu untuk menjadi dewasa, sebab individu tersebut memiliki tanggung jawab besar pada tugas-tugas.

Dwivedi dan Herbert (dalam Asnawi, 2002) mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan pada ukuran keunggulan dibanding standard diri sendiri maupun orang lain. Motivasi berprestasi

commit to user commit to user

Gill (dalam Satiadarma, 2000) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah orientasi seorang atlet untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin dengan dasar kemampuan tetap bertahan sekalipun gagal, dan berupaya menyelesaikan tugas sebaik-baiknya karena merasa bangga mampu menyelesaikan tugas.

Seseorang yang memiliki kebutuhan atau n-Ach dapat meningkatkan performance , sehingga dengan demikian akan terlihat tentang kemampuan berprestasinya (Walgito, 2003).

Berdasarkan uraian diatas motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih baik atau lebih efisien dari sebelumnya.

2. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempunyai n- achievement tinggi akan mempunyai performance yang lebih baik apabila dibandingkan dengan orang yang mempunyai n-achievement rendah (Walgito, 2003). Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sebagai berikut:

commit to user commit to user

c. Menyukai balikan yang cepat dan efisien.

d. Bertanggung jawab dalam memecahkan masalah

e. Efektif dan efisien dalam usahanya mencapai tujuan

f. Memilih tugas yang ada tantangan dan menurut kemampuannya.

Mc. Clelland (1987) menyebutkan ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan dengan hasil yang sebaik-baiknya

b. Memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang besar, mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan menentukan masa depannya, sehingga apa yang dicita-citakan berhasil dicapai

c. Mempergunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif guna mencapai prestasi, kegagalan-kegagalan yang dialami tidak membuatnya putus asa, melainkan sebagai pelajaran untuk berhasil

d. Cenderung mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya

e. Cenderung bertindak secara kreatif dan inovatif

f. Menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah mempunyai perasaan kuat untuk mencapai tujuan, memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang besar, mempergunakan umpan

commit to user

“sedang”, cenderung bertindak secara kreatif dan inovatif, serta menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan.

3. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

Aspek merupakan unsur yang digunakan untuk mengukur dan menentukan

intensitas perilaku seseorang. Dengan kata lain, bagaimana unsur-unsur di dalam motivasi berprestasi dapat diukur berdasarkan pengamatan terhadap perilaku atau penampilan orang tersebut. Menurut Asnawi (2002) terdapat empat aspek utama dalam membedakan tingkat motivasi berprestasi individu, antara lain:

a. Mengambil tanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi merasa dirinya bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan. Seseorang akan berusaha menyelesaikan setiap tugas yang dilaksanakan.

b. Memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi, sangat menyukai pemberian umpan balik atas usaha yang dilakukan dan berusaha melakukan perbaikan hasil kerja dimasa yang akan datang.

c. Mempertimbangkan risiko. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi sebelum memulai pekerjaan. Individu dengen motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memilih tugas dengan derajat

commit to user commit to user

d. Kreatif-inovatif. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif,dan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin.

Kemudian McClelland (1987) menggambarkan beberapa aspek dari motivasi berprestasi, yaitu :

a. Kreatif dan inovatif Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bosan dengan rutinitas dan berusaha menghasilkan sesuatu yang baru atau original, terlibat dalam kegiatan inovasi, mampu berdaya cipta dan penuh semangat. Individu lebih suka perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang dimiliki. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung mencari cara baru atau ide baru untuk menghasilkan produk.

b. Ukuran atas hasil dan umpan balik Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung membutuhkan umpan balik untuk mengetahui hasil atas tindakan yang dilakukan. Umpan balik diartikan sebagai reward bisa dalam bentuk keuntungan, masukan dari orang lain, dan penghargaan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung senang menyelesaikan tugas dengan tuntas dan setiap tugas akan diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang sudah ditentukan dan ukuran yang jelas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu ingin mengetahui hasil nyata dari tindakannya, agar segera dapat memperbaiki kesalahannya.

commit to user

Umpan balik diartikan sebagai reward bisa dalam bentuk keuntungan, masukan dari orang lain, dan penghargaan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung senang menyelesaikan tugas dengan tuntas dan setiap tugas akan diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang sudah ditentukan dan ukuran yang jelas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu ingin mengetahui hasil nyata dari tindakannya, agar segera dapat memperbaiki kesalahanya.

d. Pemilihan tugas Menurut McClelland (1987), terdapat tiga jenis pemilihan tugas, yakni :

1) Tugas-tugas yang menantang Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi senang dengan tugas- tugas yang dapat menguji kemampuan yang dimilikinya.

2) Tugas-tugas yang memperlihatkan keunggulan Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan tertarik dan memilih tugas yang melibatkan persaingan.

3) Pengambilan risiko sedang Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk memilih risiko yang relatif sedang (moderat) supaya kesempatan berhasil lebih besar dari pada gagal.

e. Berorientasi sukses Berorientasi sukses artinya apabila individu dihadapkan pada situasi berprestasi maka akan merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan dalam

commit to user commit to user

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek motivasi berprestasi menurut Asnawi (2002) yaitu mengambil tanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya, memperhatikaan umpan balik tentang perbuatannya, mempertimbangkan risiko, kreatif inovatif. Kemudian aspek motivasi berprestasi menurut McClelland (1987) yaitu kreatif dan inovatif, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung jawab pribadi, pemilihan tugas (tugas yang menantang, tugas yang memperlihatkan keunggulan, pengambilan risiko sedang), berorientasi sukses. Aspek menurut kedua ahli terdapat kesamaan, semisal aspek mengambil tanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya sama seperti aspek tanggung jawab pribadi, aspek memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya sama seperti aspek ukuran atas hasil dan umpan balik, aspek mempertimbangkan risiko sama seperti aspek pemilihan tugas yakni pengambilan risiko sedang, kemudian aspek kreatif inovatif sama seperti aspek kreatif dan inovatif.

Pada penelitian ini aspek yang digunakan adalah aspek menurut McClelland (1987) yaitu kreatif dan inovatif, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung jawab pribadi, pemilihan tugas (tugas yang menantang, tugas yang memperlihatkan keunggulan, pengambilan risiko sedang), berorientasi sukses,

commit to user

Salah satu penelitian yang menggunakan aspek menurut McClelland (1987) yakni Fadhilah (2011).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Secara umum motivasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor (Walgito, 2003), yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, misalnya kebutuhan fisiologis, inteligensi, dan psikologis. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan dimana keadaan belajar individu dipengaruhi oleh faktor ini, misal, persepsi. Individu akan mencermati hal yang telah dipelajari.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar, misalnya sosiologis, sesuatu yang berhubungan dengan keadaan sosial.

Selanjutnya, Mulyasa (2007) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang yaitu :

a. Inteligensi Merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan tingkat motivasi yang dimiliki oleh seseorang untuk memiliki pengetahuan serta mempelajari sesuatu.

commit to user

Faktor dari dalam diri individu yang berhubungan dengan psikis. Faktor ini dapat mempengaruhi keadaan belajar individu, ketika seseorang memiliki psikis yang stabil, tidak terganggu.

c. Sosiologis Faktor yang timbul dari luar diri, terdiri dari faktor lingkungan. Lingkungan mencakup situasi, kondisi, interaksi individu satu dengan individu lain, selain itu lingkungan juga terkait masalah cuaca.

d. Fisiologis Faktor yang berkaitan dengan keadaan jasmani. Apabila jasmani seseorang terganggu, maka motivasinya akan terganggu.

Kemudian Monks, dkk (2002) mengemukakan dua faktor dasar yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu :

a. Penghargaan akan sukses, berarti apabila ada sesuatu yang baik, yang menyenangkan atau bernilai, maka orang juga mempunyai keinginan untuk mendapatkan atau mempunyainya.

b. Ketakutan akan gagal, berarti apabila ada sesuatu yang tidak enak, tidak menyenangkan atau sukar, maka orang akan cenderung menghindari.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang adalah adanya faktor internal (intelegensi, psikologis, fisiologis), faktor eksternal (fisiologis), penghargaan akan sukses dan ketakutan akan gagal yang dapat menjadi pendorong ataupun melemahkan keinginan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas tertentu.

commit to user

1. Pengertian Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan

a. Pengertian Persepsi

Persepsi dalam arti sempit berarti penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, dalam Sobur, 2003).

Rakhmat (2009) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Berdasarkan definisi ini, terjadinya proses persepsi yakni adanya pengalaman atau peristiwa yang kemudian diartikan, dimaknai, dikumpulkannya berbagai informasi terkait pengalaman tersebut, dan dipahami melalui pancaindera.

Definisi lain dikemukakan oleh Walgito (1989), menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Pada proses persepsi stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf yakni otak, dan terjadi proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dilihat serta didengar.

Menurut Matlin dan Solso (2007), persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan (tersimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. Singkatnya bahwa persepsi merupakan proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi diperoleh dari sistem alat indera manusia.

commit to user commit to user

terhadap rangsang yang diterima. Namun, proses tersebut tidak hanya sampai

pada pemberian arti saja, tetapi akan mempengaruhi perilaku yang dipilih sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.

Berdasarkan uraian diatas persepsi ialah hasil dari suatu proses didahului oleh penginderaan, di mana individu memberikan penilaian, penafsiran dan pandangan terhadap suatu obyek, terjadinya peristiwa atau fenomena melibatkan pengalaman-pengalaman berkaitan dengan obyek yang dipersepsi untuk memberikan makna kepada lingkungannya berdasarkan kesan yang ditangkap oleh panca indera.

b. Program Latihan

Olahraga atau latihan adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 1 Ayat 4). Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 1 Ayat 7, olahragawan atau atlet adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi. Pendidikan menurut Koesoema (2007) adalah proses pembimbingan agar kemampuan manusia keluar dari fisik kodrati yang dimilik dan mengacu pada hubungan atau relasional antara individu dengan

commit to user commit to user

Pada kejuaraan taekwondo terdapat tiga kelompok usia, yaitu pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun), junior (kelompok usia 13-18 tahun), dan senior (kelompok usia diatas 18 tahun) (Suryadi, 2002).

Nurjaya (2009) menjelaskan karakteristik atlet dan arah tujuan latihan. Pertama, atlet pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun) memiliki karakteristik anak senang bermain, berkembang jiwa sosialnya, perkembangan motorik, mudah mencontoh gerakan. Arah tujuan latihan yakni menumbuhkan rasa senang berolahraga, mengembangkan daya pikir atau kecerdasan, menanamkan sikap mental yang mendukung prestasi puncak.

Kedua, atlet junior (kelompok usia 13-18 tahun) memiliki karakteristik pubertas, mudah goyah, dan meninggalkan olahraga untuk pindah ke bidang yang lain. Arah tujuan latihan pada atlet junior yakni meningkatkan skill; mengembangkan kreativitas dan daya pikir; pembinaan berlanjut mengenai sikap, kepribadian, budi pekerti luhur, kejiwaan dan ketakwaan; melatih kematangan dan kekompakan bertanding; serta menanaman rasa percaya diri dan kemandirian yang tinggi.

commit to user commit to user

Atlet junior merupakan usia remaja yang masih memerlukan bimbingan agar pribadi remaja tersebut dapat teratasi dan tidak labil. Hurlock (2006) mengemukakan beberapa ciri-ciri masa remaja yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, sebagai periode peralihan, sebagai periode perubahan, sebagai usia bermasalah, sebagai masa pencarian identitas, sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, sebagai masa yang tidak realistik, dan sebagai ambang masa dewasa. Karakteristik pada atlet junior memiliki kesamaan dengan ciri-ciri masa remaja, sehingga remaja maupun atlet junior masih membutuhkan pembinaan dan bimbingan dari orang sekitar dalam menanamkan sikap serta pribadi yang lebih baik.

Bentuk latihan untuk atlet harus memiliki program latihan yang tersusun dan terencana dengan baik. Marro (dalam Wijanarko, 2009) menjelaskan program latihan merupakan suatu pedoman bersifat mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan. Menyusun program latihan bukanlah hal mudah, banyak dasar, prinsip serta kaidah yang harus diikuti dalam penyusunan program latihan. Menyusun program latihan merupakan kompetensi terpenting bagi seorang pelatih (Wijanarko, 2009).

commit to user commit to user

Fungsi ketiga, program latihan dapat mempertimbangkan mengenai variasi yang berhubungan dengan tingkat kejenuhan atau kejemuan atlet. Keempat, program latihan harus memberikan perhatian khusus pada faktor succes and failure , dari faktor ini ada keberhasilan maupun kegagalan, hal ini berkaitan erat dengan kondisi mitra latihan atau sparring partner. Banyak ahli mengatakan bahwa mitra latihan yang paling baik untuk memotivasi atlet adalah atlet lain yang memiliki tingkat kemampuan berada sedikit di atas atlet tersebut.

Fungsi terakhir yakni pengadaan catatan pribadi dalam bentuk personal data record . Catatan tersebut berisi mengenai prestasi atlet, apakah prestasinya meningkat atau bahkan mengalami penurunan. Oleh sebab itu, dengan adanya catatan pribadi atlet dapat melakukan analisis diri, dimaksudkan agar atlet dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu yang diperlukan untuk memperbaiki atau mengevaluasi performa atlet.

Komponen program latihan yang perlu diperhatikan dan dilatihkan secara seksama kepada atlet, yaitu :

commit to user

Komponen yang merupakan kombinasi dari berbagai gerakan berdasarkan pada jenis cabang olahraga. Komponen ini dipengaruhi oleh berbagai keterampilan dasar, baik bakat yang diperoleh ketika dilahirkan maupun hasil belajar.

b. Fisik Komponen yang disusun dan dilaksanakan secara teratur dan sistematis, sehingga latihan dapat membentuk kondisi siap untuk bertanding atau mengeluarkan penampilan sebaik-baiknya.

c. Mental / Psikis Komponen yang terdapat dalam diri atlet, meliputi strategi dan taktik bermain (Gunarsa, 2008).

Saat pelatih akan menyusun program latihan untuk atlet yang bertujuan meningkatkan kemampuan atlet itu sendiri dalam mencapai prestasi didasarkan pada pedoman penyusunan program latihan. Menurut Suliantoro (2009) beberapa pedoman penyusunan program latihan adalah sebagai berikut :

1) Latihan yang dilakukan dibawah 45 menit tidak bermanfaat untuk program

prestasi. Latihan harus dilaksanakan antara 45 s/d 120 menit.

2) Berapa kali latihan dalam seminggu (atau sering disebut sebagai “Frekuensi”)

harus berpedoman dengan kenyataan bahwa ketahanan otot adalah maksimal

48 jam setelah latihan untuk waktu untuk latihan berikutnya.

3) Latihan yang terlalu santai, begitu pula jika terlalu berat tidak akan

menghasilkan kemajuan penampilan apalagi prestasi.

commit to user commit to user

1) Kekhususan Latihan harus khusus. Untuk mahir dalam ketrampilan cabang olah raga tertentu, seseorang harus berlatih olah raga itu. Otot-otot yang sama digunakan dan dilatih sesuai dengan cabang olah raga tersebut.

2) Tambah beban (overload principle) Untuk tidak menimbulkan kerusakan dan untuk mencapai derajat kekuatan yang tinggi, beban dinaikkan secara teratur.

3) Hari berat dan santai

Latihan harus berat, tetapi diselingi oleh hari yang santai untuk pulih asal.

4) Latihan dan kelebihan latihan (overtraining) Saat latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai mencapai maksimum. Jangan berlatih melebihi kemampuan.

5) Latihan dasar dan pencapaian puncak Latihan harus dimulai dengan latihan dasar untuk mempersiapkan kondisi. Beban latihan harus ditingkatkan. Sebelum pertandingan dilaksanakan, sebaiknya dilakukan persiapan pencapaian puncak dengan mengurangi beban tetapi meningkatkan intensitas.

6) Kembali asal (reversibility) Setiap hasil latihan jika tidak dipelihara akan kembali ke keadaan semula. Oleh karena itu, setiap atlet harus berlatih terus untuk memelihara kondisinya.

commit to user commit to user

Suliantoro (2009) menjelaskan terdapat empat program latihan teknik untuk atlet berprestasi, yakni :

1) Aksi Reaksi

a) Berpasangan. Satu orang memegang dua target dan berikan target dengan pancingan. Lakukan sebanyak tiga set dengan lima repetisi. Variasi tendangan berupa dolyo chagi , cangkul, dan narai chagi dengan berbagai bentuk variasi (iddan, mat badak, penta chagi, dll). Lakukan secara bergantian.

b) Tiga Orang. Satu orang berada di tengah dan dua orang lainnya di depan serta belakang dengan memegang dua target. Lakukan tendangan dolyo kanan kiri sebanyak 10 set dengan bergantian (semakin cepat semakin baik).

2) Stamina

Latihan stamina akan sangat berguna saat atlet bertanding. Daya tahan berupa kekuatan fisik dan kekuatan nafas. Daya tahan fisik maupun pernapasan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Latihan stamina:

commit to user

Paralon yang dibuat seperti gawang dengan ketinggian 30 cm. Paralon bisa diganti dengan menggunakan tas. Stopwatch pelaksanaan: lompatan dengan kedua kaki, lompatan dengan satu kaki, lompatan dengan kaki membentuk lambang nazi.

b) Loncat balok peralatan: Menggunakan bangku panjang dengan ketinggian 30 cm. Stopwatch pelaksanaan: lompatan dengan kedua kaki, lompatan dengan satu kaki, lompatan dengan kedua kaki kemudian lompat sekali lagi diatas balok

c) Lompat kijang

d) Lari

Diawali dengan jalan kemudian jogging dan lari sprint.

3) Fight

a) Gunakan tekhnik yang benar-benar atlet kuasai.

b) Pengaturan jarak.

c) Pengaturan dan efektifitas serangan.

d) Ritme gerakan (jump) dan pancingan

e) Konsentrasi pada sasaran

commit to user

4) Latihan Kombinasi

a) Iddan dolyo chagi, mundur nare chagi, dolyo chagi

b) Step satu dolyo chagi (aba-aba dan reaksi)

c) Step mundur dolyo chagi (aba-aba dan reaksi)

d) Dolyo chagi, dwi chagi

e) Step mundur dolyo chagi, dwi chagi

f) Step mundur dolyo chagi, nare chagi, dwi chagi

Penyusunan program latihan tidak hanya memasukkan unsur tehnik saja. Selain unsur tehnik atlet membutuhkan fisik dan mental yang bagus saat bertanding. Setiap cabang olahraga memiliki tingkat latihan fisik yang berbeda- beda, berikut program latihan fisik untuk atlet taekwondo (Suliantoro, 2009) :

1) Pola makan Pola makan menentukan kebugaran para atlet. Jam makan harus tepat.

Makan malam tidak boleh lebih dari pukul 19.00 wib, karena akan menjadi lemak. Atlet boleh makan hingga lima kali dalam sehari, sebab semua kalori terbakar dengan menjalani olahraga teratur. Jangan lupa untuk mengkonsumsi Vitamin C, karena Vitamin C tidak diproduksi oleh tubuh.

commit to user

Latihan kelincahan sebaiknya dilakukan secara teratur. Waktu enam kali dalam seminggu. Program latihan menggunakan skipping dengan variasi gaya lompatan, standar seratus kali tanpa putus lalu istirahat sebentar kira-kira 30 detik, kemudian lanjutkan lagi.

3) Kecepatan Gerak dilatih dengan sprint 100 meter, dihitung time nya. Usahakan ada

peningkatan waktu tempuh. Bila di hari latihan mampu 17 detik, hari berikutnya harus mampu 16 detik, dan seterusnya. Latihan kecepatan akan menunjang speed atlet dalam menendang dan reflek.

4) Daya tahan otot Tujuan utama dalam berlatih adalah melatih daya tahan otot, bukan