PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN BELANJA KESE
PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN, BELANJA KESEHATAN DAN BELANJA
INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH 2010-2015
BENY ISMAIL ANHAR
Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, FEB, Universitas Airlangga
Kampus B Unair, Jln. Airlangga No.4 Surabaya – Indonesia
E-mail: beny.ismail@gmail.com
Di bawah Bimbingan Dr. Achmad Solihin, S.E., M.Si.
PENDAHULUAN
Negara berkembang seperti negara Indonesia, merupakan negara dengan
potensi sumber daya yang besar. Keberagaman dan melimpahnya sumber daya
tersebut
dapat
dimanfaatkan
dengan
tujuan
meningkatkan
pertumbuhan
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu sasaran
kebijakan ekonomi suatu negara dalam terwujudnya stabilitas ekonomi dan
pemerataan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perekonomian maka semakin
tinggi pula suatu negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakanya, sehingga
akan mewujudkan kesejahteraan di masyarakat.
Mangkoesoebroto (2010) menyatakan dalam perekonomian modern, peranan
pemerintah dapat diklasifkasikan menjadi 3 bagian, yaitu : peranan alokasi,
penanan
distribusi
dan
peranan
stabilisasi.
Salah
satu
indikator
dalam
pertumbuhan perekonomian daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB)
terendah
di
Pulau
Sumatera,
hal
ini
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dalam kurun waktu
2010-2015. Rendahnya pertumbuhan provinsi aceh juga berimbas dengan
rendahnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, distribusi
pendapatan wilayah di kabupaten/kota Provinsi Aceh yang tidak maksimal oleh
pemerintah daerah provinsi Aceh menjadi salah satu penyebab rendahnya
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
Sumber : Badan Pusat Statistik, Seri 2010 (data diolah)
Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sumatera dalam Persen
Tahun 2010-2015
Selain itu, Fungsi pemerintah menurut
Dumairy (1996) adalah alokatif,
distributif, stabilitatif dan dinamissatif pemerintah harus dapat menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah akan melakukan pengeluaran belanja
pembangunan sebagai langkah untuk menjalankan fungsi-fungsinya tersebut.
Belanja pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan. Tujuan dari pembangunan salah satunya untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Kesejahteraan
masyarakat
dapat
diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan,
dan infrastruktur. Pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas akan mampu memberikan
kontribusi dalam kemajuan teknologi yang lebih mutakhir sehingga dapat
meningkatkan efsiensi produksi.
Menurut Mankiw (2008) pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan
dengan perbaikan kualitas modal manusia. Modal manusia dapat mengacu pada
pendidikan sebagai investasi yang mendorong ke arah populasi yang sehat yaitu
kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang
mendasar di suatu wilayah. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan
pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak.
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah
negara berkembang untuk menyerap
teknologi
modern
dan
untuk
mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan (Todaro, 2006).
Perbaikan kualitas modal manusia tergantung pada tersedianya infrastruktur
untuk menunjang investasi
pada sumber daya manusia.
Perumahan dan
transportasi merupakan barang publik yang dapat disediakan pemerintah dalam
rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan perumahan yang layak
akan membuat kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik karena dengan
rumah yang layak dapat mendukung kesehatan dan pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas sumber daya manusia.
Efek pembangunan pada ketiga sektor tersebut tidak dapat berdampak langsung
melainkan membutuhkan beberapa periode untuk dapat merasakan dampaknya.
Pengeluaran pemerintah merupakan suatu jenis kebijakan yang dapat dilakukan
pemerintah sebagai salah satu langkah untuk menyejahterakan masyarakatnya
dan menuju pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah terhadap sektor
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur merupakan bagian dari pengeluaran
pemerintah
yang
memacu
kesejahteraan
masyarakat
dan
pada
akhirnya
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pada pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota di Provinsi Aceh mengalami penurunan selama periode penelitian
yaitu tahun 2010-2015 sedangkan pertumbuhan anggaran belanja anggaran
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur semakin meningkat setiap tahun,
sehingga penelitian diperlukan untuk menganalisa pengaruh belanja anggaran
sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di
kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2015.
LANDASAN TEORI
Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan peningkatan output agregat atau
pendapatan riil. Kedua peningkatan tersebut biasanya dihitung per kapita atau
selama
jangka
waktu
yang
cukup
panjang
sebagai
akibat
peningkatan
penggunaan input. Berbeda pengertiannya dengan pembangunan ekonomi yang
memiliki pengertian pertumbuhan ekonomi yang lebih luas baik dari segi struktur
output, input, perubahan dalam tehnik produksi, sikap dan perilaku sosial serta
kerangka kelembagaan menuju kepada keadaan dan taraf hidup yang secara
menyeluruh lebih baik. Dengan demikian jelas terlihat bahwa pertumbuhan
ekonomi hanya merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi.
Model
yang
dikembangkan
oleh
Rostow
dan
Musgrave
(Todaro,2006)
mengemukakan hubungan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahaptahap
pembangunan
ekonomi
yang
dibedakan
antara
tahap
awal,
tahap
menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase
investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini
pemerintah
harus
kesehatan,
prasarana
pembangunan
menyediakan
prasarana,
transportasi
ekonomi,
investasi
dan
seperti
misalnya
sebagainya.
pemerintah
Tahap
tetap
pendidikan,
menengah
diperlukan
untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada
tahap
ini
peranan
investasi
swasta
sudah
semakin
membesar.
Peranan
pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang
semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan
pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih
banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan
ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit.
Musgrave
berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan,
investasi swasta dalam persentase terhadap Growth National Product (GNP)
semakin besar dan persentase investasi pemerintah dalam persentase terhadap
GNP akan semakin kecil, (Musgrave, 1989). Pada tingkat ekonomi lebih lanjut,
Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih
dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas social
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart
Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta
teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh
pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas
tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Teori yang
menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk
disebut dengan teori penduduk optimal.
Menurut
teori
ini,
pada
mulanya
pertambahan
penduduk
akan
menyebabkan kenaikan pendapatan per kapita. Namun jika jumlah penduduk
terus bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang
mempengaruhi
fungsi
produksi
yaitu
produksi
marginal
akan
akan
mengalami
penurunan dan menyebabkan keadaan
pendapatan
per kapita
sama dengan
produksi marginal.
Pada keadaan ini
pendapatan
perkapita
mencapai
nilai
yang
maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila
jumlah penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan
penduduk akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi (Ricardo
dalam Hariani, 2008)
Teori Pertumbuhan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Teori Pertumbuhan Jangka pendek
Teori ekonomi Keynesian merupakan teori dari total pengeluaran dalam
perekonomian (permintaan agregat) dan dampaknya pada output dan infasi.
Menurut teori Keynesian, perubahan permintaan gregat diantisipasi atau tak
terduga, dimana hal ini memiliki efek jangka pendek terbesar pada output riil dan
lapangan kerja. Teori ini percaya bahwa tentang jangka pendek tidak serta merta
disimpulkan dari apa yang harus terjadi dalam jangka panjang. Teori Keynesian
lebih menggenjot kinerja pemerintah dalam hal peningkatan permintaan agregat
sehingga agar bisa mempengaruhi full employment, sebab mekanisme otomatis
ke arah posisi full employment tidak bisa diandalkan secara otomatis.
Teori pertumbuhan jangka panjang
Teori ini dikembangkan hampir pada
waktu
yang
(1948) di Inggris dan Domar (1957) di Amerika
bersamaan
Serikat.
oleh Harrod
Teori tersebut
menunjukkan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang
sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut
teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya
dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod- Domar melihatnya dalam
jangka penjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Damar didasarkan pada asumsi :
1.
Perekonomian bersifat tertutup
2.
Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan
3.
Proses produksi memiliki koefsien tetap (constant return to scale).
4.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan
tingkat pertumbuhan penduduk.
Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1970) dan Swan
(1956). Model
Solow-Swan
menggunakan
unsur
pertumbuhan
penduduk,
akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling
berinteraksi.
Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya
unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow dan Swan
menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi
antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya
pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow Swan kurang restriktif yang
disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti
ada feksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.
Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal, mekanisme pasar dapat
menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak
mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya
sebatas kebijakan fskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari
tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan
peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan
teknik, sehingga produktivitas kapital meningkat. Dalam model tersebut, masalah
teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu. (Hariani ,2008)
Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi
yang
dilakukan
oleh
para
pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh
jiwa usaha (entrepreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang
dan berani mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha
yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia
lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap
tahunnya
Peran dan Campur Tangan Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah memiliki peran dalam kehidupan bernegara yang dapat
diklasifkasikan menjadi empat macam kelompok peran (Dumairy,1996hh.56)
yaitu:
1.
Peranan alokasi, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan
sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan
mendukung efsiensi produksi.
2.
Peranan distributif, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan
sumber daya, kesempatan dan hasilñhasil ekonomi secara adil dan wajar.
3.
Peran stabilitatif, yakni peran pemerintah dalam memelihara stabilitas
perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaaan disequlibrium
4.
Peran dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses
pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju
Keempat macam peranan pemerintah tadi potensial menimbulkan kesulitan
penyerasian atau bahkan pertentangan kebijaksanaan. Sebagai contoh dalam
kapasitas selaku stabilisator, pemerintah harus mengendalikan infasi. Apabila hal
itu ditempuh dengan cara mengurangi pengeluarannya, agar permintaan agregat
terkendali sehingga tidak menambah memicu kenaikan harga, maka porsi
pengeluaran pemerintah untuk lapisan masyarakat atau sektor yang harus dibantu
dapat turut dikurangi. Padahal justru dengan pengeluaran itulah pemerintah
menjalankan peran distributifnya
Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran
pemerintah
merupakan
bentuk
kegiatan
pemerintah
dalam
aktivitas belanja pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang
bertujuan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara. Pengeluaran
pemerintah juga bisa diartikan sebagai sebuah kebijakan pemerintah dalam
pengaturan konsumsi barang dan jasa. Pengeluran pemerintah dialokasikan dalam
anggaran yang disusun dalam APBN dan APBD untuk pemerintah daerah. Dalam
pengalokasian
anggaran
pemerintah
terdapat
komponen
penting
dalam
penyusunannya yakni dengan melalui pertimbangan kebijakan fscal. Menurut
William A. McEachern (2000) kebijakan fskal menggunakan belanja pemerintah,
pembayaran
transfer,
pajak
dan
pinjaman
untuk
mempengaruhi
variabel
makroekonomi seperi tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat GDP.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 butir 17
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Struktur
APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja
Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Struktur APBD tersebut diklasifkasikan menurut
urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan
urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Alokasi Biaya Pendidikan dan
Kesehatan
Sektor pendidikan merupakan sektor yang berperan besar dalam pembangunan
ekonomi suatu negara termasuk Indonesia. Sebagai wujud kepedulian terhadap
sektor ini, maka pemerintah meluncurkan Undang-Undang nomer 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu pasal menyebutkan tentang aspek
alokasi budgeting dalam sektor pendidikan yang menyatakan bahwa dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan harus dialokasikan
minimal 20% dari APBN dan APBD. Pengeluaran pemerintah telah terbukti
memiliki dampak yang besar (Malik, 2004).
Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal yang
pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga, keduanya
adalah hal yang fundamental untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih
luas yang berada pada inti makna pembangunan. Menurut WHO (1993),
kesehatan merupakan keadaan baik sepenuhnya secara fsik, mental, sosial.
Kesehatan jugabukanlah karena tidak ada penyakit atau kelemahan dan bukan
pula sekedar soal medis semata, melainkan menyangkut keadaan sosial di
masyarakat. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang juga dapat diukur dari
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu
secara ekonomi.
Pengeluaran masyarakat terhadap pemenuhan kesehatan mencapai 80% dari
total pengeluaran untuk kesehatan. Alokasi pengeluaran pemerintah terhadap
akses kesehatan masyarakat diperkirakan mencapai 20%. Jumlah ini merupakan
jumlah yang sedikit dibandingkan dengan negara yang sedang berkembang
lainnya. Pendistribusian pengeluaran pemerintah dalam hal kesehatan ini juga
kurang merata. Pada tahun 2002 (Malik, 2004), 20% kelompok penduduk
termiskin hanya menikmati delapan persen dari keseluruhan belanja kesehatan
masyaraka, sedangkan 20% kelompok penduduk terkaya menikmati 39% dari
belanja kesehatan masyarakat.
Peranan Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi
Menurut Todaro (2006:366), kesehatan dan pendidikan berkaitan sangat erat
dengan pembangunan ekonomi, di satu sisi, modal kesehatan yang lebih baik
dapat meningkatkan pengembalian investasi yang dialokasikan untuk pendidikan
karena kesehatan merupakan faktor penting agar seseorang bisa hadir di sekolah
dan dalam proses pembelajaran formal seorang anak. Harapan hidup seseorang
yang lebih panjang dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam
pendidikan, sementara kesehatan yang lebih baik akan menyebabkan rendahnya
tingkat depresiasi modal pendidikan.
Hubungan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
berpotensi
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonominya
jika
memenuhi beberapa syarat, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia,
perbaikan kuantitas dan kualitas infrastruktur, terintegrasinya ekonomi nasional
dengan perekonomian global, birokrasi yang berkualitas, serta peningkatan
pendapatan masyarakat, terutama di pedesaan. Ketidaktersediaan infrastruktur
sering dianggap sebagai salah satu penyebab utama kemiskinan. Pembangunan
sarana prasarana dan pelayanan publik sangat diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas. Kesetaraan akses
terhadap layanan infrastruktur penting untuk meningkatkan nilai aset penduduk
miskin.
Infrastruktur
dapat
menciptakan
kesempatan,
memfasilitasi
pemberdayaan, dan mengurangi resiko serta kesenjangan pada rumah tangga
(household) maupun pada tingkat komunitas. Salah satu kendala utama bagi
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan adalah ketersediaan
infrastruktur yang mempengaruhi iklim investasi.
Pembangunan infrastruktur memerlukan modal yang besar dengan waktu
pengembalian
yang
lama
dan
beresiko
tinggi,
sehingga
pembangunan
infrastruktur lebih banyak dilakukan oleh pemerintah. Pengeluaran pemerintah
untuk pembangunan infrastruktur termasuk dalam belanja modal. Manfaat yang
didapatkan dengan adanya infrastruktur adalah berupa pelayanan publik yang
dapat digunakan lebih dari satu tahun periode. Tingkat produktivitas tiap
infrastruktur dicerminkan oleh nilai elastisitas dari ketersediaan infrastruktur
terhadap perekonomian. Semakin besar nilai elastisitas menunjukkan infrastruktur
tersebut semakin produktif meningkatkan perekonomian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode estimasi regresi data panel yang terdiri dari
tiga metode yaitu PLS (Pooled Least Square), FEM (Fixed Efect Model), dan REM
(Random Efect Model). Dari ketiga pendekatan tersebut akan dipilih pendekatan
yang tepat. Sehingga dilakukan dua pengujian yaitu uji F dan uji Hausman. Uji F
digunakan untuk memilih antara model PLS (Pooled Least Square). Menurut
Gujarati (2010:239) model dari teknik regresi data panel dengan pendekatan Pool
Least Square (PLS) adalah sebagai berikut:
Yit = β1 + β2 + β3X3it +.......+ βnXnit + uit ….
Pendekatan PLS secara sederhana melakukan regresi data panel hanya dengan
menggabungkan data time series atau cross section tanpa melihat perbedaan
antar waktu dan individu. Pendekatan ini diasumsikan bahwa intercept dan slope
dari persamaan regresi dianggap konstan.
1.
Fixed Efect
Pendekatan Fixed Efect (FE) memperhitungkan adanya variabel-variabel yang
tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept
sehingga dapat berubah bentuk setiap individu dan waktu. Pendekatan ini
merupakan teknik estimasi data panel dengan menambahkan variabel dummy
sebagai variabel bebas untuk mendapatkan perbedaan intercept antar cross
section. Model regresi data panel dengan pendekatan fixed efect adalah sebagai
berikut (Gujarati,2010)
Yit = ɑ1 + ɑ2D2 +....+ ɑnDn + β2X2it +....+βnXnit + uit
2.
3.4
Random Efect
Pada pendekatan Random Efect menjelaskan bahwa variabel gangguan saling
berhubungan baik antar waktu maupun antar individu. Pendekatan random efect
merupakan variasi dari estimasi general least square. Model regresi data panel
dengan pendekatan Random Efect adalah sebagai berikut (Gujarati, 2010).
Yit = β1 + β2X2it + .... + βnXnit + Ɛit + uit
3.5
Langkah yang dilakukan dalam estimasi model dengan data panel adalah dengan
melakukan uji yang bertujuan untuk memilih teknik estimas dan hasil dari pengujian
tersebut untuk menentukan metode yang paling baik dalam mengestimasi regresi data
panel. Untuk menentukan model antara PLS atau fixed efect, digunakan uji statistik F
atau uji Chow. Sedangkan untuk memilih antara model fixed efect atau random efet
menggunakan uji hausman.
1.
Uji Sigifikansi Fixed Efeec
Uji signifkansi fixed efect bertujuan untuk mengambil keputusan apakah sebaiknya
menambahkan variabel dummy atau tidak, uji tersebut dapat dilakukan dengan uji F
staistik. Uji F yang dimaksud adalah uji perbedaan dua regresi, antara data panel
dengan fixed efect apakah lebih baik dari model regresi data panel dengan tanpa
variabel dummy atau metode PLS, dengan melihat Residual Sum Square (RSS). Uji
statistik tersebut dapat diformasikan sebagai berikut (Gujarati,2010)
3.6
Dimana :
R2r
: R2 model PLS
R2ur : R2model FEM
M
: Jumlah restricted model n
: Jumlah observasi
k
: Jumlah variabel penjelas Hipotesis dalam uji F atau uji Chow adalah
Ho = PLS
H1 = Fixed Efect
Pada persamaan 3.7 jika diperhatikan hasil niai F hitung > Ftabel pada tingkat
keyakinan (α) tertentu maka hipotesis nol (Hο) yang menyatakan metode PLS ditolak,
sehingga H diterima, yang menyatakan menggunakan Fixed Efect Model untuk
estimasi. Sedangkan uji Chow dilakukan dengan command. Dengan melihat probabilitas
untuk cross section F. Jika probabilitas kurang dari tingkat keyakinan (α) maka Ho
ditolak yang menyatakan bahwa model Fixed Efect yang digunakan.
2.
Uji Signifikansi Random Efeec
Uji Hausman digunakan untuk memilih antara metode Fixed Efect atau Random
Efect
(Widjonarko,2007).
Uji
Hausman
diperoleh
melalui
command
dengan
menggunakan uji Correlated Random Efect Hausman Test, sehingga akan diperoleh
Chi-Sq kemudian membandingkan dengan tingkat keyakinan (α). Hipotesis untuk uji
Hausman adalah :
Ho = Random Efect
H1 = Fixed Efect
Jika nilai probabilitas Chi-Sq < tingkat keyakinan (α) maka Ho ditolak dan menerima
H1 yang menyatakan bahwa model Fixed Efect yang digunakan.
3.6.4 Simulasi Time Lag
Simulasi time lag digunakan dari suatu variabel penjelas apabila kita
mengharapkan bahwa suatu variabel X berpengaruh terhadap Y setelah satu periode
waktu tertentu (Sarwoko, 2005:181). Dalam penelitian belanja pendidikan, belanja
kesehatan, dan belanja infrastruktur dapat memberikan pengaruh terhadap risiko fskal
pada jarak waktu tertentu. Jadi, pada lag pertama belanja
pendidikan, belanja
kesehatan, dan belanja infrastruktur tersebut dapat merespon pertumbuhan ekonomi.
Penguunaan
lag
sesuai
dengan
pernyataan
(Gujarati,
2012:270)
yang
menyatakan bahwa perekonomian terdapat variabel tergantung (Y) yang tidak dapat
langsung merespon variabel bebas (X), variabel terikat membutuhkan jarak waktu
untuk merespon variabel bebas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan
simulasi time lag untuk melihat periode waktu yang dibutuhkan oleh belanja
pendidikan, belanja kesehatan, dan belanja infrastruktur untuk dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
3.6.5
Uji Statistik
Uji statistik digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis sehingga dapat diketahui
besarnya koefsien dari masing-masing variabel bebas. Terdapat dua jenis uji hipotesis
terhadap koefsien regresi yang dapat dilakukan, yang disebut dengan Uji-F dan Uji-t. Uji
F digunakan untuk menguji koefsen (slope) regresi secara bersama-sama, sedangkan
Uji-t untuk menguji koefsien regresi termasuk intercept secara terpisah. Selanjutnya,
analisis koefsien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur besarnya variasi variabel
bebas terhadap variasi dalam variabel terikat. Penjelasan lebih lanjut mengenai Uji-F,
Uji–t, dan koefsien determinasi (R2) adalah sebagai berikut :
1.
Uji-t (Koefisien Regresi Parsial)
Uji-t digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial atau secara terpisah, secara umum hipotesisnya
dituliskan sebagai berikut :
Ho :β1 = 0 artinya tidak adanya hubungan secara individu antara variabel bebas
dan terikat.
H1 : β1 ≠ 0 artinya adanya hubungan secara individu antara variabel bebas dan
Terikat.
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan t-statistik pada
hasil regresi dengan t-tabel. Jika nilai t-statistik > tabel pada tingkat keyakinan tertentu
(α), maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat hubungan antara
variabel terikat dan variabel bebas.
2.
Uji- F
Uji-F digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan atau secara bersama-sama dan hipotesis yang didapat
sebagai berikut.
H0 = β1 =β2 = β3 ....βk = 0
H1 = Paling tidak ada salah satu koefsien (β) yang ≠ 0
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas F-statistik
dengan nilai α. Jika nilai probabilitas F-statistik < nilai α maka Ho ditolak dengan kata
lain variabel bebas secara bersama-sama mampu menerangkan secara signifkan
variabel terikatnya. Sedangkan jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar daripada nilai
α maka Ho diterima yang berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak mampu
menerangkan variabel terikatnya.
3.
Analisis Koefsien Determinasi (R2 )
Koefsien determinasi (Goodness of Fit) yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu
ukuran yang penting dalam regresi karena dapat menginformasikan baik tidaknya
model regresi yang terestimasi. Menurut Gujarati (2010:201) R 2 menurut proporsi atau
presentase total variasi dalam terikat yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R 2
mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh
variabel bebas. Jika nilai R2 = 0 artinya variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh
variabel bebas sama sekali. Jika R2=1 artinya variabel terikat secara keseluruhan dapat
diterangkan oleh variabel bebas. Sedangkan baik buruknya suatu persamaan regresi
ditentukan oleh yang mempunyai nilai antara 0 dan 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB harga konstan tertinggi di tiap tahun
periode penelitian pada tahun 2010 sampai dengan 2015 adalah Kabupaten Aceh
Utara untuk wilayah kabupaten dan untuk wilayah kota adalah Kota Banda Aceh dan
pertumbuhan perekonomian terendah selama periode penelitian yakni Kabupaten
Simeulue untuk wilayah Kabupaten dan untuk wilayah kota adalah Kota Sabang.
Kabupaten Aceh Utara menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada
kabupaten/kota. Tingkat perekonomian yang tinggi dikarenakan Kabupaten Aceh Utara
menjadi salah satu daerah dengan industri terbesar di luar pulau Jawa. Industri
pertambangan
dan
pertanian
menjadi
komoditi
utama
dalam
peningkatan
perekonomian di Kabupaten Aceh Utara. Sehingga Kabupaten Aceh Utara menjadi
daerang tingkat II yang potensial dalam pemenuhan kebutuhan perekonomian negara
dan daerah.
Perekonomian tertinggi di wilayah kota adalah Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh
menjadi kota dengan pertumbuhan ekonomi dikarenakan Kota Banda Aceh adalah ibu
kota Provinsi Aceh, dengan menjadikan Kota Banda Aceh menjadi pusat pemerintahan
provinsi perekonomian Kota Banda Aceh menjadi meningkat. Industri-industri yang
berkembang pesat dan kehidupan sosial politik yang tinggi menjadikan pertumbuhan
perekonomian Kota Banda Aceh selalu meningkat setiap tahunnya.
Perkembangan Belanja Sektor Pendidikan di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh
Pengeluaran pemerintah tertinggi sektor pendidikan atau belanja pendidikan
pada wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Utara dan pada wilayah kota
adalah Kota Banda Aceh, adapun pengeluaran sektor pendidikan terendah pada
wilayah kabupaten adalah Kabupaten Gayo Lues dan pada wilayah kota dengan
pengeluaran terendah adalah Kota Sabang.
Kabupaten Aceh Utara memiliki anggaran pendidikan tertinggi di wilayah
kabupaten maupun kota karena Kabupaten Aceh Utara memasukkan pendidikan
sebagai rencana pembangunan jangka menengah. Sedangkan untuk wilayah kota,
Kota Banda Aceh menjadi kota dengan anggaran wilayah tertinggi dikarenakan
Kota Banda Aceh adalah ibukota provinsi dengan penduduk paling padat di
Provinsi
Aceh
sehingga
membutuhkan
dana
untuk
memenuhi
kebutuhan
pendidikan di Kota Banda Aceh
Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Kesehatan di Kabupaten/Kota
Provinsi Aceh
Perkembangan anggaran sektor kesehatan di Provinsi Aceh pada umumnya lebih
mengedepankan
pada
pengadaan
obat,
peralatan
kesehatan,
pelayanan
kesehatan masyarakat, dan pengembangan bidang kesehatan, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan sektor kesehatan agar kesehatan bisa dinikmati untuk semua
masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Aceh.
Anggaran pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tertinggi di tiap tahun
periode penelitian untuk wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Pidie dan untuk
wilayah kota adalah Kota Langsa, sedangkan pengeluaran terendah sektor
kesehatan pada tiap tahun periode untuk wilayah kabupaten adalah Kabupaten
Gayo Lues dan untuk wilayah kota adalah Kota Subulussalam.
Kabupaten
Aceh
Pidie
merupakan
Kabupaten
dengan
anggaran
belanja
kesehatan tertinggi karena Kabupaten Aceh Pidie meningkatkan pelayanan
kesehatan berupa peningkatan kinerja dan profesionalisme pegawai kesehatan
mengingat Kabupaten Aceh Pidie masih kurang optimal, sehingga dengan
meningkatnya anggaran kesehatan maka diharapkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat akan menjadi optimal. Kota Langsa merupakan Kota dengan
anggaran belanja kesehatan tertinggi disebabkan pemerintah Kota Langsa
berfokus pada peningkatan pelayanan berupa peningkatan sarana dan prasarana
kesehatan di setiap daerah Kota Langsa baik puskesmas dan rumah sakit.
Perkembangan
Anggaran
Belanja
Sektor
Infrastruktur
di
Kabupaten/Kota Provinsi Aceh Tahun 2010-2015
Pada tahun 2015 perkembangan anggaran sektor infrastruktur tertinggi pada
wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Utara dengan anggaran belanja sektor
infrastruktur sebesar Rp 271.058.955.231, sedangkan perkembangan anggaran
belanja sektor infrastruktur pada wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Jaya
dengan anggaran belanja sebesar Rp 93.897.023.889. Pada wilayah kota
perkembangan anggaran tertinggi belanja sektor infrastruktur adalah Kota Banda
Aceh dengan anggaran belanja sebesar Rp 140.244.025.922 dan perkembangan
anggaran belanja sektor infrastruktur terendah adalah Kota Lhoksumawe dengan
anggaran belanja sebesar Rp 81.034.963.290.
Pengeluaran pemerintah tertinggi pada sektor infrastruktur di tiap tahun
periode adalah Kabupaten Aceh Utara dan untuk wilayah kota adalah Kota
Lhoksumawe. Pengeluaran pemerintah terendah pada sektor infrastruktur pada
wilayah Kabupaten tahun adalah Kabupaten Aceh Singkil sendangkan untuk
wilayah kota adalah Kota Langsa.
Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yakni belanja pemerintah
daerah bidang pendidikan (EDU), kesehatan (HEALTH) dan infrastruktur (INFRAS)
yang mempengaruhi satu variabel dependen yakni pertumbuhan ekonomi daerah.
Penggunaan keempat variabel tersebut bertujuan untuk menganalisis dampak
belanja pemerintah daerah sektor pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada
periode penelitian tahun 2010-2015.
Metode yang
digunakan berupa metode regresi data panel. Metode ini
digunakan karena data dalam penelitian ini merupakan gabungan dari data time
series yakni dengan periode penelitian tahun 2010-2015 dan data cross section
dengan data penelitian 23 daerah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang sudah
diubah menggunakan Logaritma Natural. Tahap awal
yakni pengolahan data
adalah dengan melakukan regresi data panel terhadap persamaan berikut :
Proses dalam melakukan regresi data panel melalui 3 jenis model
pendekatan yakni PLS (Pooled Least Square), FEM (Fixed Efect Model), REM
(Random Efect Model). Simulasi time lag
dengan ketiga model tersebut mulai
dari lag 0 sampai lag 3 hal ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pemilihan model terbaik menggunakan
uji restrichted F-Test dan Hausman Test. Restrichted Test digunakan untuk
menemukan model yang terbaik antara PLS dan FEM, setelah itu dilanjutkan
dengan uji Hausman untuk menentukan model terbaik antara FEM dan REM.
Hasil pengujian pemilihan model diketahui pendekatan dengan metode
REM adalah model terbaik dalam menganalisis dampak belanja pemerintah
sekktor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah di Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini berupa pengaruh belanja pemerintah
sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan sektor infrastruktur di Kabupaten/Kota
Provinsi Aceh, agar dapat menjadi acuan kebijakan dalam pengelolaan anggaran
daerah.
Hasil Estimasi Secara Keseluruhan Penelitian
Model
yang
digunakan
dalam
menganalisis
pengaruh
variabel-variabel
independen yakni belanja sektor kesehatan, sektor pendidikan, dan sektor
infrastruktur
terhadap
variabel
pertumbuhan
ekonomi
daerah
pada
kabupaten/kota di Provinsi Aceh dengan periode penelitian tahun 2010-2015
adalah menggunakan model Fixed Efect Model (FEM) dengan simulasi time lag.
Tujuan time lag adalah bahwa variabel tergantung (Y) tidak dapat langsung
merespon
variabel
bebas
(X),
hal
ini
dikarenakan
variabel
tergantung
membutuhkan jarak dan waktu agar dapat merespon variabel bebas
Hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan lag satu, lag dua, lag
tiga dan lag empat. Berdasarkan pengujian time lag tersebut, lag empat memiliki
nilai signifkan berdasarkan nilai probabilitas yang sesuai dengan hasil estimasi
regresi data panel tersebut. Pemilihan ini dikarenakan bahwa hasil estimasi lag
empat tahun sudah sesuai dengan teori, dimana pengeluaran pemerintah bidang
pendidikan
dan
pengeluaran
bidang
kesehatan
tidak
signifkan
terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan pengeluaran bidang infrastruktur berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai R 2 sebesar 0.859162 dan nilai
probabilitas f-statistik sebesar 0.000308.
Pada Tabel 4.5 dengan time lag empat dengan model FEM terdapat variabel
yang tidak signifkan, variabel belanja sektor pendidikan mempunyai nilai
probabilitas sebesar 0,2866. Variabel belanja sektor kesehatan mempunyai nilai
proabilitas sebesar 0,7139 dan variabel belanja sektor infrastruktur mempunyai
nilai probabilitas sebesar 0.0415. Jika dilihat dari level of significance (α=0,1)
maka variabel sektor kesehatan dan pendidikan tidak berpengaruh secara
signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel infrastruktur
mempunyai level of significance kurang dari 10 persen sehingga variabel
infrastruktur berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi
Tabel 4.5
Hasil Estimasi dengan Estimasi Time Lag 4
Variabel terikat : GROWTH
Constanta (c)
LN_EDU (-4)
LN_HEALTH (-4)
LN_INFRAS (-4)
Coefficient
t-Statistic
Prob
Coefficient
t-Statistic
Prob
Coefficient
t-Statistic
Prob
Coefficient
PLS
58.38674
1.374301
0.1766
-3.627053
-1.334974
0.1891
2.746159
0.813197
0.4207
-1.233777
Model Regresi
FEM
16.29438
1.081759
0.2922
-0.810617
-1.094765
0.2866
-0.262926
-0.371861
0.7139
0.553853
REM
45.49508
0.998696
0.3237
-3.270073
-1.262211
0.2138
1.210987
0.375196
0.7094
0.464458
Cross
Section
Kabupaten/Kota
t-Statistic
Prob
=
23
-0.890592
0.3782
Prob (F-stat) :
0.220888
R2 0.098485
2.179043
0.0415
Prob (F-stat) :
0.000308
R2 0.859162
0.426414
0.6720
Prob (F-stat) :
0.424542
R2 0.063631
Oleh karena itu, berdasarkan hasil probabiltias didapatkan bahwa pertumbuhan
ekonomi pemerintah dipengaruhi secara signifkan oleh belanja infrastruktur
sedangkan belanja pendidikan dan kesehatan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Analisis Model dan Pengajuan Hipotesis
Tabel 4.6
Redundant Fixed Efect Test
Efect Test
Cross-section F
Statistic
6.376218
Probabilitas
0.0000
Hasil Redundant fixed Efect Test pada tabel 4.6 diperoleh nilai F hitung sebesar
6.376218 dan p-value sebesar 0,0000. Dengan hasil nilai probabilitas sebesar
0,0000 yang lebih kecil dari tingkat kepercayaan (α) yang ditentukan sebear 10
persen (α=0,1), menunjukkan bahwa hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Hal
tersbeut menunjukkan model estimasi yang digunakan adalah Fixed Efect Model
(FEM). Kemudian dilakukan uji Hausman untuk menentukan model yang tepat
antara fixed efect model atau random efect model. Pemilihan model estimasi
dengan uji hausman melalui hipotesis sebagai berikut :
HO = Random Efect Model
H1 = Fixed Efect Model
Tabel 4.7
Hausman Test
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
6.457971
Prob
0.0913
Hasil uji Hausman pada tabel 4.7 dengan menggunakan softwere eviews 8 pada
correlated random efect diperoleh nilai chisquare sebesar 6.457971. Pada nilai
probabilitas sebesar 0.0913 yang lebih kecil dari nilai probabilitas (α) yang telah
ditentukan sebesar 10 persen (α=0,1) menunjukkan hipotesis H 0 ditolak dan H1
diterima, bahwa hal tersebut mengartikan model yang lebih diutamakan adalah
model regresi fixed efect model (FEM).
Ringkasan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan
regresi data panel lag empat dengan menggunakan fixed efect model disajikan
pada tabel 4.5 menunjukkan variabel belanja pendidikan dan belanja kesehatan
tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
sedangkan
belanja
infrastruktur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini dapat dilihat
pada nilai probabilitas yang sebesar 0.0415 dengan tingkat alpha sebesar 10
persen. Variabel belanja sektor infrastruktur memiliki koefsiensi regresi sebesar
0.553853 yang menunjukkan adanya hubungan positif antara variabel belanja
sektor infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Pengertian positif bahwa
apabila belanja sektor infrastruktur naik sebesar satu persen, maka variabel
pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0.553853 persen.
Hasil regresi yang terdapat pada tabel 4.5 dengan menggunakan lag empat
maka nilai koefsiensi determinasi (R2) pada model regresi yang diestimasi
memiliki nilai sebesar 85 persen. Hal tersebut mengartikan bahwa variasi dari
variabel belanja sektor pendidikan, belanja sektor kesehatan, dan belanja sektor
infrastruktur dapat menjelaskan 85 persen variabel pertumbuhan ekonomi.
Analisis Koefisiensi Secara Bersama-sama (Uji F-Statistik)
Analisis koefsiensi secara bersama-sama menggunakan uji F-statistik bertujuan
untuk membuktikan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara bersamasama terhadapa variabel terikat. Dalam pengajuan hipotesis menggunakan uji Fstatistik dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel,
cara selanjutnyauntuk uji F dapat dilakukan dengan membandingkan p-value, Fstatistik dengan level of significance (Gujarati: 2012)
Pengujian regresi dengan menggunakan lag empat yang tersaji pada tabel
4.5 menunjukkan probabilitas F-statistik sebesar 0.000308 lebih kecil dari level of
significance (α=0,1) sehingga menyebabkan menolak H 0 dan menerima H1.
Artinya
bersama-sama
variabel
belanja
sektor
pendidikan,
belanja
sektor
kesehatan dan belanja sektor infrastruktur berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada tahun 2010-2015.
Analisis Koefisisensi Secara Parsial (Uji t-statistik)
Belanja sektor infrastruktur mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0415. Nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan level of significance sebesar 10 persen
(α=0,1) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil nilai probabilitas menunjukkan
bahwa secara parsial variabel belanja sektor infrastruktur memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Provinsi Aceh pada tahun
2010-2015.
Pengujian Hipotesis Berdasarkan Hasil Analisis
Perhitungan metode fixed efect model pada lag keempat menunjukkan bahwa
variabel
belanja
sektor
pendidikan
dan
belanja
sektor
kesehatan
tidak
berpengaruh dan negatif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi, sedangkan
belanja sektor infrastruktur berpengaruh signifkan positif terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh dan dapat menjadi
acuan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan atau strategi-strategi yang
akan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota
di provinsi Aceh.
Pengaruh Belanja Sektor Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil regresi dengan data panel menunjukkan bahwa belanja sektor pendidikan
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi
Aceh selama kurun waktu 2010-2015 hal tersebut didasarkan pada hasil regresi
data panel yang menunjukkan bahwa probabilitas t-statistic variabel belanja
sektor pendidikan sebesar 0.2866 lebih besar dari level of significance sebesar 10
persen (α=0,1).
Menurut teori human capital bahwa pengeluaran pemerintah atas pendidikan
dapat
meningkatkan
kualitas
penduduk
sehingga
akan
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran
pemerintah atas pendidikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
sehingga tidak meningkatkan perekonomian kabupaten/kota Provinsi Aceh. Hal ini
dapat disebabkan belanja pendidikan bersifat investasi yang tidak dapat langsung
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota
Provinsi Aceh secara langsung sehingga membutuhkan jangka waktu untuk
menunjukkan hasil yang signifkan.
Pengaruh Belanja sektor Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil regresi dengan data panel pada variabel pengeluaran sektor kesehatan
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provnsi
Aceh selama tahun penelitian 2010-2015, hal tersebut sesuai dengan hasil regresi
data panel yang menunjukkan tingkat probabilitas variabel belanja sektor
kesehatan sebesar 0.7139 dimana lebih besar dari level of significance sebesar 10
persen (α=0,1).
Pengeluaran pemerintah atas kesejahteraan atau dalam kaitannya dengan
kesehatan berpengaruh negatif dan tidak signifkan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal ini disebabkan karena negara miskin dan sedang berkembang sifat
pengeluaran pemerintah atas sektor publik bersifat konsumtif bukan investasi
sehingga dalam jangka panjang pengeluaran pemerintah atas kesehatan tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Belanja Sektor Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil analisis regresi dengan data panel menunjukkan hasil bahwa belanja sektor
infrastruktur berpengaruh positif dan signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi
kabupaten dan kota di Provinsi Aceh selama kurun waktu 2010-2015, hal tersebut
didasarkan pada hasil regresi data panel yang menunjukkan bahwa probabilitas tstatistic variabel belanja sektor infrastruktur sebesar 0.0415 lebih rendah dari
level of significance sebesar 10 persen (α=0,1).
Hasil regresi data panel dengan hasil belanja sektor infrastruktur berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
menunjukkan
bahwa
keberhasilan
pemerintah daerah dalam memajukan sektor infrastruktur terutama pelayanan
infrastruktur
berupa
fasilitas
umum
dan
perumahan
untuk
memajukan
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah daerah provinsi
Aceh berupaya dalam meningkatkan pembangunan infrastrukur sesuai dengan
arahan
pemerintah
pusat
dalam
meningkatkan
pembangunan
fasilitas
masyarakat.
KESIMPULAN
Variabel pengeluran sektor pendidikan tidak berpengaruh signifkan terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2015.
Sedangkan Variabel pengeluaran sektor kesehatan tidak berpengaruh signifkan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
kabupaten/kota
di
Provinsi
Aceh
tahun
2010/2015. Variabel pengeluran sektor infrastruktur berpengaruh signifkan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
kabupaten/kota
di
Provinsi
Aceh
tahun
2010/2015.
REFERENSI
Adi Widodo, 2010. “Analisis Pengaruh Sektor Publik di Kabupaten/Kota Pada
Provinsi
Jawa Tengah Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui
Peningkatan Pembangunan Manusia”. Universitas Diponegoro
Ahmad, Coki Syahwier. 2005. Belanja Publik dan Isu Pemerataan. Jakarta:
Pikiran Rakyat.
Alexion, C. (2009). Government Spending and Economics Growth :Economteric
Evidence from The South Easten Europe (SEE). Journal of Economic adn
Social Research 11(1), 1-16
A. McEachern, William. 2000, Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer.
Jakarta: Salemba Empat.
Arsyad, Licolin. 2004.
Media
Ekonomi
Pembangunan. Edisi 4. Yogyakarta : Aditya
Atmawikarta, Arum. 2009. Investasi Kesehatan untuk Pembangunan
Ekonomi.http://www.bappenas.go.id. Diakses pada 20 November 2010
Aurangzeb. 2003, “Relationship between Health Expenditure and GDP in an
Augmented Solow Growth Model for Pakistan: An Application of Cointegration and Error-Correction Modelling”, The Lahore Journal of
Economics, Vol.8, No.2.
Badan
Pusat Statistik. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Konstan 2010 Menurut Provinsi (Miliar Rupiah). Jakarta : BPS
Badan Pusat Statistik. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Konstan
2010 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh (Miliar Rupiah). Aceh :BPS
Basar, S and Serkan K. 2015 The Efects of Public Expenditures on Economic
Growth: An Empirical Analysis for Turkey. International Journal of
Business and Social Science, 6(4): 151-161
Baum, Donald N and Shuanglin LIN. (1993). The Diferent Efects on Economic
Growth of Government Expenditure on Education, Welfare, and Defense.
Journal of Economic Development, Vol 18 No1 h.175-185
Boetti . 2009. Fiscal Decentralization and Spending Efficiency of Local
Governments. An Empirical Investigation On.
Devarajan, S. and R. Reinikka. (2002). Making Services Work for Poor People.
(online),http://siteresources.worldbank.org/INTWDR2004/Resources/1797
6, diakses 24 Februari 2018)
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. 2017. Anggaran Belanja Menurut
Urusan Provinsi Aceh. Retrieved from http://djpk.kemenkeu.go.id diakses
pada 30 Desember 2017
Dumary. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakkarta Erlangga
Eka Agustina, Eny Rochaida, Yana Ulfah. 2016. Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto Srta Indeks Pembangunan Manusia di Klimantan
Timu. INOVASI : Jurnal Eonomi Keuangan, dan Managemen, Volume 12,
(2)
Elmi, Zahra M and Sadeghi S. 2012. Health Care and Economic Growth in
Developing Countries: Panel Co-Integration and Causality, Middle-East
Journal of Scientific Research, 12(1), 88-91
Fauzami Zamzami. 2014. Analisis Pengaruh Infrastruktur Terhadap PDRB Jawa
Tengah Tahun 2008-2012. Skripsi. Fakultas Ekonomi Bisnis. Universitas
Diponegoro Semarang
Grigg, N. 1988, Infrastructure Engineering and Management, John Wiley & Sons.
Gujarati, Damodar. 2012. Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Guritno, Mangkoesoebroto, 1997. Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta
ICW and Koalisi Pendidikan. 2007. Penyiasatan Anggaran Pendidikan 20%.
Resume Eksaminasi Publik. http://www.antikorupsi .org. Diakses pada 30
Desember 2017
Jamzoni Sodik, 2007. Pengelluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi
Regional: Studi Kasus Dta Panel Indonesia. Junal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 12, No. 1, h.27-36 Universitas Islam Indonesia
Jhinghan, M.L. 2004.
Ekonomi Pembangunan
Kesepuluh. Jakarta: Raja Grafndo Persada
dan
Perencanaan.
Edisi
Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Landau, D. (1997), “Government and Economic Growth in Less Developed
Countries: An empirical study”,Economic Development and Culture
Change 35, 35-75.
Larasati, Ratih Budhi. 2014. Analisis Efisiensi Belanja Pemerintah Sektor
Infrastruktur di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.
Mankiw, N. Gregory. 2008. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat. Jakarta :
Erlangga
Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi
Delapan. Jakarta: Erlangga
Musgrave, Richard A., and Peggy B. Musgrave, 1989, Public Finance in Theory
and Practice, 5th edition, McGraw Hill Inc.
Sukino, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari
Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafndo Persada
Suparmoko. 1996. Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Syafrizal, 1997, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat, Majalah Prisma . No.3, Maret 1997:27-38, LP3ES
Todaro, dan Smith. 2006. Pembangunan
Kedelapan. Jakarta Erlangga
Ekonomi
Dunia Ketiga. Edisi
Wahyuni, K. T. 2009. Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial
Terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia.
Yanuar, R. 2006. Kaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output
serta Dampaknya terhadap Kesenjangan di Indonesia. Doctoral
Dissertation, Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana IPB
INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH 2010-2015
BENY ISMAIL ANHAR
Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, FEB, Universitas Airlangga
Kampus B Unair, Jln. Airlangga No.4 Surabaya – Indonesia
E-mail: beny.ismail@gmail.com
Di bawah Bimbingan Dr. Achmad Solihin, S.E., M.Si.
PENDAHULUAN
Negara berkembang seperti negara Indonesia, merupakan negara dengan
potensi sumber daya yang besar. Keberagaman dan melimpahnya sumber daya
tersebut
dapat
dimanfaatkan
dengan
tujuan
meningkatkan
pertumbuhan
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu sasaran
kebijakan ekonomi suatu negara dalam terwujudnya stabilitas ekonomi dan
pemerataan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perekonomian maka semakin
tinggi pula suatu negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakanya, sehingga
akan mewujudkan kesejahteraan di masyarakat.
Mangkoesoebroto (2010) menyatakan dalam perekonomian modern, peranan
pemerintah dapat diklasifkasikan menjadi 3 bagian, yaitu : peranan alokasi,
penanan
distribusi
dan
peranan
stabilisasi.
Salah
satu
indikator
dalam
pertumbuhan perekonomian daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB)
terendah
di
Pulau
Sumatera,
hal
ini
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dalam kurun waktu
2010-2015. Rendahnya pertumbuhan provinsi aceh juga berimbas dengan
rendahnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, distribusi
pendapatan wilayah di kabupaten/kota Provinsi Aceh yang tidak maksimal oleh
pemerintah daerah provinsi Aceh menjadi salah satu penyebab rendahnya
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
Sumber : Badan Pusat Statistik, Seri 2010 (data diolah)
Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sumatera dalam Persen
Tahun 2010-2015
Selain itu, Fungsi pemerintah menurut
Dumairy (1996) adalah alokatif,
distributif, stabilitatif dan dinamissatif pemerintah harus dapat menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah akan melakukan pengeluaran belanja
pembangunan sebagai langkah untuk menjalankan fungsi-fungsinya tersebut.
Belanja pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan. Tujuan dari pembangunan salah satunya untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Kesejahteraan
masyarakat
dapat
diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan,
dan infrastruktur. Pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas akan mampu memberikan
kontribusi dalam kemajuan teknologi yang lebih mutakhir sehingga dapat
meningkatkan efsiensi produksi.
Menurut Mankiw (2008) pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan
dengan perbaikan kualitas modal manusia. Modal manusia dapat mengacu pada
pendidikan sebagai investasi yang mendorong ke arah populasi yang sehat yaitu
kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang
mendasar di suatu wilayah. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan
pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak.
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah
negara berkembang untuk menyerap
teknologi
modern
dan
untuk
mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan (Todaro, 2006).
Perbaikan kualitas modal manusia tergantung pada tersedianya infrastruktur
untuk menunjang investasi
pada sumber daya manusia.
Perumahan dan
transportasi merupakan barang publik yang dapat disediakan pemerintah dalam
rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan perumahan yang layak
akan membuat kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik karena dengan
rumah yang layak dapat mendukung kesehatan dan pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas sumber daya manusia.
Efek pembangunan pada ketiga sektor tersebut tidak dapat berdampak langsung
melainkan membutuhkan beberapa periode untuk dapat merasakan dampaknya.
Pengeluaran pemerintah merupakan suatu jenis kebijakan yang dapat dilakukan
pemerintah sebagai salah satu langkah untuk menyejahterakan masyarakatnya
dan menuju pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah terhadap sektor
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur merupakan bagian dari pengeluaran
pemerintah
yang
memacu
kesejahteraan
masyarakat
dan
pada
akhirnya
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pada pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota di Provinsi Aceh mengalami penurunan selama periode penelitian
yaitu tahun 2010-2015 sedangkan pertumbuhan anggaran belanja anggaran
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur semakin meningkat setiap tahun,
sehingga penelitian diperlukan untuk menganalisa pengaruh belanja anggaran
sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di
kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2015.
LANDASAN TEORI
Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan peningkatan output agregat atau
pendapatan riil. Kedua peningkatan tersebut biasanya dihitung per kapita atau
selama
jangka
waktu
yang
cukup
panjang
sebagai
akibat
peningkatan
penggunaan input. Berbeda pengertiannya dengan pembangunan ekonomi yang
memiliki pengertian pertumbuhan ekonomi yang lebih luas baik dari segi struktur
output, input, perubahan dalam tehnik produksi, sikap dan perilaku sosial serta
kerangka kelembagaan menuju kepada keadaan dan taraf hidup yang secara
menyeluruh lebih baik. Dengan demikian jelas terlihat bahwa pertumbuhan
ekonomi hanya merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi.
Model
yang
dikembangkan
oleh
Rostow
dan
Musgrave
(Todaro,2006)
mengemukakan hubungan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahaptahap
pembangunan
ekonomi
yang
dibedakan
antara
tahap
awal,
tahap
menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase
investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini
pemerintah
harus
kesehatan,
prasarana
pembangunan
menyediakan
prasarana,
transportasi
ekonomi,
investasi
dan
seperti
misalnya
sebagainya.
pemerintah
Tahap
tetap
pendidikan,
menengah
diperlukan
untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada
tahap
ini
peranan
investasi
swasta
sudah
semakin
membesar.
Peranan
pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang
semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan
pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih
banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan
ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit.
Musgrave
berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan,
investasi swasta dalam persentase terhadap Growth National Product (GNP)
semakin besar dan persentase investasi pemerintah dalam persentase terhadap
GNP akan semakin kecil, (Musgrave, 1989). Pada tingkat ekonomi lebih lanjut,
Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih
dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas social
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart
Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta
teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh
pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas
tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Teori yang
menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk
disebut dengan teori penduduk optimal.
Menurut
teori
ini,
pada
mulanya
pertambahan
penduduk
akan
menyebabkan kenaikan pendapatan per kapita. Namun jika jumlah penduduk
terus bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang
mempengaruhi
fungsi
produksi
yaitu
produksi
marginal
akan
akan
mengalami
penurunan dan menyebabkan keadaan
pendapatan
per kapita
sama dengan
produksi marginal.
Pada keadaan ini
pendapatan
perkapita
mencapai
nilai
yang
maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila
jumlah penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan
penduduk akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi (Ricardo
dalam Hariani, 2008)
Teori Pertumbuhan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Teori Pertumbuhan Jangka pendek
Teori ekonomi Keynesian merupakan teori dari total pengeluaran dalam
perekonomian (permintaan agregat) dan dampaknya pada output dan infasi.
Menurut teori Keynesian, perubahan permintaan gregat diantisipasi atau tak
terduga, dimana hal ini memiliki efek jangka pendek terbesar pada output riil dan
lapangan kerja. Teori ini percaya bahwa tentang jangka pendek tidak serta merta
disimpulkan dari apa yang harus terjadi dalam jangka panjang. Teori Keynesian
lebih menggenjot kinerja pemerintah dalam hal peningkatan permintaan agregat
sehingga agar bisa mempengaruhi full employment, sebab mekanisme otomatis
ke arah posisi full employment tidak bisa diandalkan secara otomatis.
Teori pertumbuhan jangka panjang
Teori ini dikembangkan hampir pada
waktu
yang
(1948) di Inggris dan Domar (1957) di Amerika
bersamaan
Serikat.
oleh Harrod
Teori tersebut
menunjukkan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang
sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut
teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya
dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod- Domar melihatnya dalam
jangka penjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Damar didasarkan pada asumsi :
1.
Perekonomian bersifat tertutup
2.
Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan
3.
Proses produksi memiliki koefsien tetap (constant return to scale).
4.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan
tingkat pertumbuhan penduduk.
Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1970) dan Swan
(1956). Model
Solow-Swan
menggunakan
unsur
pertumbuhan
penduduk,
akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling
berinteraksi.
Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya
unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow dan Swan
menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi
antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya
pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow Swan kurang restriktif yang
disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti
ada feksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.
Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal, mekanisme pasar dapat
menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak
mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya
sebatas kebijakan fskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari
tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan
peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan
teknik, sehingga produktivitas kapital meningkat. Dalam model tersebut, masalah
teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu. (Hariani ,2008)
Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi
yang
dilakukan
oleh
para
pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh
jiwa usaha (entrepreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang
dan berani mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha
yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia
lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap
tahunnya
Peran dan Campur Tangan Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah memiliki peran dalam kehidupan bernegara yang dapat
diklasifkasikan menjadi empat macam kelompok peran (Dumairy,1996hh.56)
yaitu:
1.
Peranan alokasi, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan
sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan
mendukung efsiensi produksi.
2.
Peranan distributif, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan
sumber daya, kesempatan dan hasilñhasil ekonomi secara adil dan wajar.
3.
Peran stabilitatif, yakni peran pemerintah dalam memelihara stabilitas
perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaaan disequlibrium
4.
Peran dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses
pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju
Keempat macam peranan pemerintah tadi potensial menimbulkan kesulitan
penyerasian atau bahkan pertentangan kebijaksanaan. Sebagai contoh dalam
kapasitas selaku stabilisator, pemerintah harus mengendalikan infasi. Apabila hal
itu ditempuh dengan cara mengurangi pengeluarannya, agar permintaan agregat
terkendali sehingga tidak menambah memicu kenaikan harga, maka porsi
pengeluaran pemerintah untuk lapisan masyarakat atau sektor yang harus dibantu
dapat turut dikurangi. Padahal justru dengan pengeluaran itulah pemerintah
menjalankan peran distributifnya
Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran
pemerintah
merupakan
bentuk
kegiatan
pemerintah
dalam
aktivitas belanja pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang
bertujuan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara. Pengeluaran
pemerintah juga bisa diartikan sebagai sebuah kebijakan pemerintah dalam
pengaturan konsumsi barang dan jasa. Pengeluran pemerintah dialokasikan dalam
anggaran yang disusun dalam APBN dan APBD untuk pemerintah daerah. Dalam
pengalokasian
anggaran
pemerintah
terdapat
komponen
penting
dalam
penyusunannya yakni dengan melalui pertimbangan kebijakan fscal. Menurut
William A. McEachern (2000) kebijakan fskal menggunakan belanja pemerintah,
pembayaran
transfer,
pajak
dan
pinjaman
untuk
mempengaruhi
variabel
makroekonomi seperi tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat GDP.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 butir 17
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Struktur
APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja
Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Struktur APBD tersebut diklasifkasikan menurut
urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan
urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Alokasi Biaya Pendidikan dan
Kesehatan
Sektor pendidikan merupakan sektor yang berperan besar dalam pembangunan
ekonomi suatu negara termasuk Indonesia. Sebagai wujud kepedulian terhadap
sektor ini, maka pemerintah meluncurkan Undang-Undang nomer 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu pasal menyebutkan tentang aspek
alokasi budgeting dalam sektor pendidikan yang menyatakan bahwa dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan harus dialokasikan
minimal 20% dari APBN dan APBD. Pengeluaran pemerintah telah terbukti
memiliki dampak yang besar (Malik, 2004).
Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal yang
pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga, keduanya
adalah hal yang fundamental untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih
luas yang berada pada inti makna pembangunan. Menurut WHO (1993),
kesehatan merupakan keadaan baik sepenuhnya secara fsik, mental, sosial.
Kesehatan jugabukanlah karena tidak ada penyakit atau kelemahan dan bukan
pula sekedar soal medis semata, melainkan menyangkut keadaan sosial di
masyarakat. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang juga dapat diukur dari
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu
secara ekonomi.
Pengeluaran masyarakat terhadap pemenuhan kesehatan mencapai 80% dari
total pengeluaran untuk kesehatan. Alokasi pengeluaran pemerintah terhadap
akses kesehatan masyarakat diperkirakan mencapai 20%. Jumlah ini merupakan
jumlah yang sedikit dibandingkan dengan negara yang sedang berkembang
lainnya. Pendistribusian pengeluaran pemerintah dalam hal kesehatan ini juga
kurang merata. Pada tahun 2002 (Malik, 2004), 20% kelompok penduduk
termiskin hanya menikmati delapan persen dari keseluruhan belanja kesehatan
masyaraka, sedangkan 20% kelompok penduduk terkaya menikmati 39% dari
belanja kesehatan masyarakat.
Peranan Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi
Menurut Todaro (2006:366), kesehatan dan pendidikan berkaitan sangat erat
dengan pembangunan ekonomi, di satu sisi, modal kesehatan yang lebih baik
dapat meningkatkan pengembalian investasi yang dialokasikan untuk pendidikan
karena kesehatan merupakan faktor penting agar seseorang bisa hadir di sekolah
dan dalam proses pembelajaran formal seorang anak. Harapan hidup seseorang
yang lebih panjang dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam
pendidikan, sementara kesehatan yang lebih baik akan menyebabkan rendahnya
tingkat depresiasi modal pendidikan.
Hubungan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
berpotensi
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonominya
jika
memenuhi beberapa syarat, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia,
perbaikan kuantitas dan kualitas infrastruktur, terintegrasinya ekonomi nasional
dengan perekonomian global, birokrasi yang berkualitas, serta peningkatan
pendapatan masyarakat, terutama di pedesaan. Ketidaktersediaan infrastruktur
sering dianggap sebagai salah satu penyebab utama kemiskinan. Pembangunan
sarana prasarana dan pelayanan publik sangat diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas. Kesetaraan akses
terhadap layanan infrastruktur penting untuk meningkatkan nilai aset penduduk
miskin.
Infrastruktur
dapat
menciptakan
kesempatan,
memfasilitasi
pemberdayaan, dan mengurangi resiko serta kesenjangan pada rumah tangga
(household) maupun pada tingkat komunitas. Salah satu kendala utama bagi
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan adalah ketersediaan
infrastruktur yang mempengaruhi iklim investasi.
Pembangunan infrastruktur memerlukan modal yang besar dengan waktu
pengembalian
yang
lama
dan
beresiko
tinggi,
sehingga
pembangunan
infrastruktur lebih banyak dilakukan oleh pemerintah. Pengeluaran pemerintah
untuk pembangunan infrastruktur termasuk dalam belanja modal. Manfaat yang
didapatkan dengan adanya infrastruktur adalah berupa pelayanan publik yang
dapat digunakan lebih dari satu tahun periode. Tingkat produktivitas tiap
infrastruktur dicerminkan oleh nilai elastisitas dari ketersediaan infrastruktur
terhadap perekonomian. Semakin besar nilai elastisitas menunjukkan infrastruktur
tersebut semakin produktif meningkatkan perekonomian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode estimasi regresi data panel yang terdiri dari
tiga metode yaitu PLS (Pooled Least Square), FEM (Fixed Efect Model), dan REM
(Random Efect Model). Dari ketiga pendekatan tersebut akan dipilih pendekatan
yang tepat. Sehingga dilakukan dua pengujian yaitu uji F dan uji Hausman. Uji F
digunakan untuk memilih antara model PLS (Pooled Least Square). Menurut
Gujarati (2010:239) model dari teknik regresi data panel dengan pendekatan Pool
Least Square (PLS) adalah sebagai berikut:
Yit = β1 + β2 + β3X3it +.......+ βnXnit + uit ….
Pendekatan PLS secara sederhana melakukan regresi data panel hanya dengan
menggabungkan data time series atau cross section tanpa melihat perbedaan
antar waktu dan individu. Pendekatan ini diasumsikan bahwa intercept dan slope
dari persamaan regresi dianggap konstan.
1.
Fixed Efect
Pendekatan Fixed Efect (FE) memperhitungkan adanya variabel-variabel yang
tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept
sehingga dapat berubah bentuk setiap individu dan waktu. Pendekatan ini
merupakan teknik estimasi data panel dengan menambahkan variabel dummy
sebagai variabel bebas untuk mendapatkan perbedaan intercept antar cross
section. Model regresi data panel dengan pendekatan fixed efect adalah sebagai
berikut (Gujarati,2010)
Yit = ɑ1 + ɑ2D2 +....+ ɑnDn + β2X2it +....+βnXnit + uit
2.
3.4
Random Efect
Pada pendekatan Random Efect menjelaskan bahwa variabel gangguan saling
berhubungan baik antar waktu maupun antar individu. Pendekatan random efect
merupakan variasi dari estimasi general least square. Model regresi data panel
dengan pendekatan Random Efect adalah sebagai berikut (Gujarati, 2010).
Yit = β1 + β2X2it + .... + βnXnit + Ɛit + uit
3.5
Langkah yang dilakukan dalam estimasi model dengan data panel adalah dengan
melakukan uji yang bertujuan untuk memilih teknik estimas dan hasil dari pengujian
tersebut untuk menentukan metode yang paling baik dalam mengestimasi regresi data
panel. Untuk menentukan model antara PLS atau fixed efect, digunakan uji statistik F
atau uji Chow. Sedangkan untuk memilih antara model fixed efect atau random efet
menggunakan uji hausman.
1.
Uji Sigifikansi Fixed Efeec
Uji signifkansi fixed efect bertujuan untuk mengambil keputusan apakah sebaiknya
menambahkan variabel dummy atau tidak, uji tersebut dapat dilakukan dengan uji F
staistik. Uji F yang dimaksud adalah uji perbedaan dua regresi, antara data panel
dengan fixed efect apakah lebih baik dari model regresi data panel dengan tanpa
variabel dummy atau metode PLS, dengan melihat Residual Sum Square (RSS). Uji
statistik tersebut dapat diformasikan sebagai berikut (Gujarati,2010)
3.6
Dimana :
R2r
: R2 model PLS
R2ur : R2model FEM
M
: Jumlah restricted model n
: Jumlah observasi
k
: Jumlah variabel penjelas Hipotesis dalam uji F atau uji Chow adalah
Ho = PLS
H1 = Fixed Efect
Pada persamaan 3.7 jika diperhatikan hasil niai F hitung > Ftabel pada tingkat
keyakinan (α) tertentu maka hipotesis nol (Hο) yang menyatakan metode PLS ditolak,
sehingga H diterima, yang menyatakan menggunakan Fixed Efect Model untuk
estimasi. Sedangkan uji Chow dilakukan dengan command. Dengan melihat probabilitas
untuk cross section F. Jika probabilitas kurang dari tingkat keyakinan (α) maka Ho
ditolak yang menyatakan bahwa model Fixed Efect yang digunakan.
2.
Uji Signifikansi Random Efeec
Uji Hausman digunakan untuk memilih antara metode Fixed Efect atau Random
Efect
(Widjonarko,2007).
Uji
Hausman
diperoleh
melalui
command
dengan
menggunakan uji Correlated Random Efect Hausman Test, sehingga akan diperoleh
Chi-Sq kemudian membandingkan dengan tingkat keyakinan (α). Hipotesis untuk uji
Hausman adalah :
Ho = Random Efect
H1 = Fixed Efect
Jika nilai probabilitas Chi-Sq < tingkat keyakinan (α) maka Ho ditolak dan menerima
H1 yang menyatakan bahwa model Fixed Efect yang digunakan.
3.6.4 Simulasi Time Lag
Simulasi time lag digunakan dari suatu variabel penjelas apabila kita
mengharapkan bahwa suatu variabel X berpengaruh terhadap Y setelah satu periode
waktu tertentu (Sarwoko, 2005:181). Dalam penelitian belanja pendidikan, belanja
kesehatan, dan belanja infrastruktur dapat memberikan pengaruh terhadap risiko fskal
pada jarak waktu tertentu. Jadi, pada lag pertama belanja
pendidikan, belanja
kesehatan, dan belanja infrastruktur tersebut dapat merespon pertumbuhan ekonomi.
Penguunaan
lag
sesuai
dengan
pernyataan
(Gujarati,
2012:270)
yang
menyatakan bahwa perekonomian terdapat variabel tergantung (Y) yang tidak dapat
langsung merespon variabel bebas (X), variabel terikat membutuhkan jarak waktu
untuk merespon variabel bebas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan
simulasi time lag untuk melihat periode waktu yang dibutuhkan oleh belanja
pendidikan, belanja kesehatan, dan belanja infrastruktur untuk dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
3.6.5
Uji Statistik
Uji statistik digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis sehingga dapat diketahui
besarnya koefsien dari masing-masing variabel bebas. Terdapat dua jenis uji hipotesis
terhadap koefsien regresi yang dapat dilakukan, yang disebut dengan Uji-F dan Uji-t. Uji
F digunakan untuk menguji koefsen (slope) regresi secara bersama-sama, sedangkan
Uji-t untuk menguji koefsien regresi termasuk intercept secara terpisah. Selanjutnya,
analisis koefsien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur besarnya variasi variabel
bebas terhadap variasi dalam variabel terikat. Penjelasan lebih lanjut mengenai Uji-F,
Uji–t, dan koefsien determinasi (R2) adalah sebagai berikut :
1.
Uji-t (Koefisien Regresi Parsial)
Uji-t digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial atau secara terpisah, secara umum hipotesisnya
dituliskan sebagai berikut :
Ho :β1 = 0 artinya tidak adanya hubungan secara individu antara variabel bebas
dan terikat.
H1 : β1 ≠ 0 artinya adanya hubungan secara individu antara variabel bebas dan
Terikat.
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan t-statistik pada
hasil regresi dengan t-tabel. Jika nilai t-statistik > tabel pada tingkat keyakinan tertentu
(α), maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat hubungan antara
variabel terikat dan variabel bebas.
2.
Uji- F
Uji-F digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan atau secara bersama-sama dan hipotesis yang didapat
sebagai berikut.
H0 = β1 =β2 = β3 ....βk = 0
H1 = Paling tidak ada salah satu koefsien (β) yang ≠ 0
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas F-statistik
dengan nilai α. Jika nilai probabilitas F-statistik < nilai α maka Ho ditolak dengan kata
lain variabel bebas secara bersama-sama mampu menerangkan secara signifkan
variabel terikatnya. Sedangkan jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar daripada nilai
α maka Ho diterima yang berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak mampu
menerangkan variabel terikatnya.
3.
Analisis Koefsien Determinasi (R2 )
Koefsien determinasi (Goodness of Fit) yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu
ukuran yang penting dalam regresi karena dapat menginformasikan baik tidaknya
model regresi yang terestimasi. Menurut Gujarati (2010:201) R 2 menurut proporsi atau
presentase total variasi dalam terikat yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R 2
mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh
variabel bebas. Jika nilai R2 = 0 artinya variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh
variabel bebas sama sekali. Jika R2=1 artinya variabel terikat secara keseluruhan dapat
diterangkan oleh variabel bebas. Sedangkan baik buruknya suatu persamaan regresi
ditentukan oleh yang mempunyai nilai antara 0 dan 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB harga konstan tertinggi di tiap tahun
periode penelitian pada tahun 2010 sampai dengan 2015 adalah Kabupaten Aceh
Utara untuk wilayah kabupaten dan untuk wilayah kota adalah Kota Banda Aceh dan
pertumbuhan perekonomian terendah selama periode penelitian yakni Kabupaten
Simeulue untuk wilayah Kabupaten dan untuk wilayah kota adalah Kota Sabang.
Kabupaten Aceh Utara menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada
kabupaten/kota. Tingkat perekonomian yang tinggi dikarenakan Kabupaten Aceh Utara
menjadi salah satu daerah dengan industri terbesar di luar pulau Jawa. Industri
pertambangan
dan
pertanian
menjadi
komoditi
utama
dalam
peningkatan
perekonomian di Kabupaten Aceh Utara. Sehingga Kabupaten Aceh Utara menjadi
daerang tingkat II yang potensial dalam pemenuhan kebutuhan perekonomian negara
dan daerah.
Perekonomian tertinggi di wilayah kota adalah Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh
menjadi kota dengan pertumbuhan ekonomi dikarenakan Kota Banda Aceh adalah ibu
kota Provinsi Aceh, dengan menjadikan Kota Banda Aceh menjadi pusat pemerintahan
provinsi perekonomian Kota Banda Aceh menjadi meningkat. Industri-industri yang
berkembang pesat dan kehidupan sosial politik yang tinggi menjadikan pertumbuhan
perekonomian Kota Banda Aceh selalu meningkat setiap tahunnya.
Perkembangan Belanja Sektor Pendidikan di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh
Pengeluaran pemerintah tertinggi sektor pendidikan atau belanja pendidikan
pada wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Utara dan pada wilayah kota
adalah Kota Banda Aceh, adapun pengeluaran sektor pendidikan terendah pada
wilayah kabupaten adalah Kabupaten Gayo Lues dan pada wilayah kota dengan
pengeluaran terendah adalah Kota Sabang.
Kabupaten Aceh Utara memiliki anggaran pendidikan tertinggi di wilayah
kabupaten maupun kota karena Kabupaten Aceh Utara memasukkan pendidikan
sebagai rencana pembangunan jangka menengah. Sedangkan untuk wilayah kota,
Kota Banda Aceh menjadi kota dengan anggaran wilayah tertinggi dikarenakan
Kota Banda Aceh adalah ibukota provinsi dengan penduduk paling padat di
Provinsi
Aceh
sehingga
membutuhkan
dana
untuk
memenuhi
kebutuhan
pendidikan di Kota Banda Aceh
Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Kesehatan di Kabupaten/Kota
Provinsi Aceh
Perkembangan anggaran sektor kesehatan di Provinsi Aceh pada umumnya lebih
mengedepankan
pada
pengadaan
obat,
peralatan
kesehatan,
pelayanan
kesehatan masyarakat, dan pengembangan bidang kesehatan, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan sektor kesehatan agar kesehatan bisa dinikmati untuk semua
masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Aceh.
Anggaran pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tertinggi di tiap tahun
periode penelitian untuk wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Pidie dan untuk
wilayah kota adalah Kota Langsa, sedangkan pengeluaran terendah sektor
kesehatan pada tiap tahun periode untuk wilayah kabupaten adalah Kabupaten
Gayo Lues dan untuk wilayah kota adalah Kota Subulussalam.
Kabupaten
Aceh
Pidie
merupakan
Kabupaten
dengan
anggaran
belanja
kesehatan tertinggi karena Kabupaten Aceh Pidie meningkatkan pelayanan
kesehatan berupa peningkatan kinerja dan profesionalisme pegawai kesehatan
mengingat Kabupaten Aceh Pidie masih kurang optimal, sehingga dengan
meningkatnya anggaran kesehatan maka diharapkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat akan menjadi optimal. Kota Langsa merupakan Kota dengan
anggaran belanja kesehatan tertinggi disebabkan pemerintah Kota Langsa
berfokus pada peningkatan pelayanan berupa peningkatan sarana dan prasarana
kesehatan di setiap daerah Kota Langsa baik puskesmas dan rumah sakit.
Perkembangan
Anggaran
Belanja
Sektor
Infrastruktur
di
Kabupaten/Kota Provinsi Aceh Tahun 2010-2015
Pada tahun 2015 perkembangan anggaran sektor infrastruktur tertinggi pada
wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Utara dengan anggaran belanja sektor
infrastruktur sebesar Rp 271.058.955.231, sedangkan perkembangan anggaran
belanja sektor infrastruktur pada wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Jaya
dengan anggaran belanja sebesar Rp 93.897.023.889. Pada wilayah kota
perkembangan anggaran tertinggi belanja sektor infrastruktur adalah Kota Banda
Aceh dengan anggaran belanja sebesar Rp 140.244.025.922 dan perkembangan
anggaran belanja sektor infrastruktur terendah adalah Kota Lhoksumawe dengan
anggaran belanja sebesar Rp 81.034.963.290.
Pengeluaran pemerintah tertinggi pada sektor infrastruktur di tiap tahun
periode adalah Kabupaten Aceh Utara dan untuk wilayah kota adalah Kota
Lhoksumawe. Pengeluaran pemerintah terendah pada sektor infrastruktur pada
wilayah Kabupaten tahun adalah Kabupaten Aceh Singkil sendangkan untuk
wilayah kota adalah Kota Langsa.
Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yakni belanja pemerintah
daerah bidang pendidikan (EDU), kesehatan (HEALTH) dan infrastruktur (INFRAS)
yang mempengaruhi satu variabel dependen yakni pertumbuhan ekonomi daerah.
Penggunaan keempat variabel tersebut bertujuan untuk menganalisis dampak
belanja pemerintah daerah sektor pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada
periode penelitian tahun 2010-2015.
Metode yang
digunakan berupa metode regresi data panel. Metode ini
digunakan karena data dalam penelitian ini merupakan gabungan dari data time
series yakni dengan periode penelitian tahun 2010-2015 dan data cross section
dengan data penelitian 23 daerah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang sudah
diubah menggunakan Logaritma Natural. Tahap awal
yakni pengolahan data
adalah dengan melakukan regresi data panel terhadap persamaan berikut :
Proses dalam melakukan regresi data panel melalui 3 jenis model
pendekatan yakni PLS (Pooled Least Square), FEM (Fixed Efect Model), REM
(Random Efect Model). Simulasi time lag
dengan ketiga model tersebut mulai
dari lag 0 sampai lag 3 hal ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pemilihan model terbaik menggunakan
uji restrichted F-Test dan Hausman Test. Restrichted Test digunakan untuk
menemukan model yang terbaik antara PLS dan FEM, setelah itu dilanjutkan
dengan uji Hausman untuk menentukan model terbaik antara FEM dan REM.
Hasil pengujian pemilihan model diketahui pendekatan dengan metode
REM adalah model terbaik dalam menganalisis dampak belanja pemerintah
sekktor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah di Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini berupa pengaruh belanja pemerintah
sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan sektor infrastruktur di Kabupaten/Kota
Provinsi Aceh, agar dapat menjadi acuan kebijakan dalam pengelolaan anggaran
daerah.
Hasil Estimasi Secara Keseluruhan Penelitian
Model
yang
digunakan
dalam
menganalisis
pengaruh
variabel-variabel
independen yakni belanja sektor kesehatan, sektor pendidikan, dan sektor
infrastruktur
terhadap
variabel
pertumbuhan
ekonomi
daerah
pada
kabupaten/kota di Provinsi Aceh dengan periode penelitian tahun 2010-2015
adalah menggunakan model Fixed Efect Model (FEM) dengan simulasi time lag.
Tujuan time lag adalah bahwa variabel tergantung (Y) tidak dapat langsung
merespon
variabel
bebas
(X),
hal
ini
dikarenakan
variabel
tergantung
membutuhkan jarak dan waktu agar dapat merespon variabel bebas
Hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan lag satu, lag dua, lag
tiga dan lag empat. Berdasarkan pengujian time lag tersebut, lag empat memiliki
nilai signifkan berdasarkan nilai probabilitas yang sesuai dengan hasil estimasi
regresi data panel tersebut. Pemilihan ini dikarenakan bahwa hasil estimasi lag
empat tahun sudah sesuai dengan teori, dimana pengeluaran pemerintah bidang
pendidikan
dan
pengeluaran
bidang
kesehatan
tidak
signifkan
terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan pengeluaran bidang infrastruktur berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai R 2 sebesar 0.859162 dan nilai
probabilitas f-statistik sebesar 0.000308.
Pada Tabel 4.5 dengan time lag empat dengan model FEM terdapat variabel
yang tidak signifkan, variabel belanja sektor pendidikan mempunyai nilai
probabilitas sebesar 0,2866. Variabel belanja sektor kesehatan mempunyai nilai
proabilitas sebesar 0,7139 dan variabel belanja sektor infrastruktur mempunyai
nilai probabilitas sebesar 0.0415. Jika dilihat dari level of significance (α=0,1)
maka variabel sektor kesehatan dan pendidikan tidak berpengaruh secara
signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel infrastruktur
mempunyai level of significance kurang dari 10 persen sehingga variabel
infrastruktur berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi
Tabel 4.5
Hasil Estimasi dengan Estimasi Time Lag 4
Variabel terikat : GROWTH
Constanta (c)
LN_EDU (-4)
LN_HEALTH (-4)
LN_INFRAS (-4)
Coefficient
t-Statistic
Prob
Coefficient
t-Statistic
Prob
Coefficient
t-Statistic
Prob
Coefficient
PLS
58.38674
1.374301
0.1766
-3.627053
-1.334974
0.1891
2.746159
0.813197
0.4207
-1.233777
Model Regresi
FEM
16.29438
1.081759
0.2922
-0.810617
-1.094765
0.2866
-0.262926
-0.371861
0.7139
0.553853
REM
45.49508
0.998696
0.3237
-3.270073
-1.262211
0.2138
1.210987
0.375196
0.7094
0.464458
Cross
Section
Kabupaten/Kota
t-Statistic
Prob
=
23
-0.890592
0.3782
Prob (F-stat) :
0.220888
R2 0.098485
2.179043
0.0415
Prob (F-stat) :
0.000308
R2 0.859162
0.426414
0.6720
Prob (F-stat) :
0.424542
R2 0.063631
Oleh karena itu, berdasarkan hasil probabiltias didapatkan bahwa pertumbuhan
ekonomi pemerintah dipengaruhi secara signifkan oleh belanja infrastruktur
sedangkan belanja pendidikan dan kesehatan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Analisis Model dan Pengajuan Hipotesis
Tabel 4.6
Redundant Fixed Efect Test
Efect Test
Cross-section F
Statistic
6.376218
Probabilitas
0.0000
Hasil Redundant fixed Efect Test pada tabel 4.6 diperoleh nilai F hitung sebesar
6.376218 dan p-value sebesar 0,0000. Dengan hasil nilai probabilitas sebesar
0,0000 yang lebih kecil dari tingkat kepercayaan (α) yang ditentukan sebear 10
persen (α=0,1), menunjukkan bahwa hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Hal
tersbeut menunjukkan model estimasi yang digunakan adalah Fixed Efect Model
(FEM). Kemudian dilakukan uji Hausman untuk menentukan model yang tepat
antara fixed efect model atau random efect model. Pemilihan model estimasi
dengan uji hausman melalui hipotesis sebagai berikut :
HO = Random Efect Model
H1 = Fixed Efect Model
Tabel 4.7
Hausman Test
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
6.457971
Prob
0.0913
Hasil uji Hausman pada tabel 4.7 dengan menggunakan softwere eviews 8 pada
correlated random efect diperoleh nilai chisquare sebesar 6.457971. Pada nilai
probabilitas sebesar 0.0913 yang lebih kecil dari nilai probabilitas (α) yang telah
ditentukan sebesar 10 persen (α=0,1) menunjukkan hipotesis H 0 ditolak dan H1
diterima, bahwa hal tersebut mengartikan model yang lebih diutamakan adalah
model regresi fixed efect model (FEM).
Ringkasan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan
regresi data panel lag empat dengan menggunakan fixed efect model disajikan
pada tabel 4.5 menunjukkan variabel belanja pendidikan dan belanja kesehatan
tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
sedangkan
belanja
infrastruktur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini dapat dilihat
pada nilai probabilitas yang sebesar 0.0415 dengan tingkat alpha sebesar 10
persen. Variabel belanja sektor infrastruktur memiliki koefsiensi regresi sebesar
0.553853 yang menunjukkan adanya hubungan positif antara variabel belanja
sektor infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Pengertian positif bahwa
apabila belanja sektor infrastruktur naik sebesar satu persen, maka variabel
pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0.553853 persen.
Hasil regresi yang terdapat pada tabel 4.5 dengan menggunakan lag empat
maka nilai koefsiensi determinasi (R2) pada model regresi yang diestimasi
memiliki nilai sebesar 85 persen. Hal tersebut mengartikan bahwa variasi dari
variabel belanja sektor pendidikan, belanja sektor kesehatan, dan belanja sektor
infrastruktur dapat menjelaskan 85 persen variabel pertumbuhan ekonomi.
Analisis Koefisiensi Secara Bersama-sama (Uji F-Statistik)
Analisis koefsiensi secara bersama-sama menggunakan uji F-statistik bertujuan
untuk membuktikan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara bersamasama terhadapa variabel terikat. Dalam pengajuan hipotesis menggunakan uji Fstatistik dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel,
cara selanjutnyauntuk uji F dapat dilakukan dengan membandingkan p-value, Fstatistik dengan level of significance (Gujarati: 2012)
Pengujian regresi dengan menggunakan lag empat yang tersaji pada tabel
4.5 menunjukkan probabilitas F-statistik sebesar 0.000308 lebih kecil dari level of
significance (α=0,1) sehingga menyebabkan menolak H 0 dan menerima H1.
Artinya
bersama-sama
variabel
belanja
sektor
pendidikan,
belanja
sektor
kesehatan dan belanja sektor infrastruktur berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada tahun 2010-2015.
Analisis Koefisisensi Secara Parsial (Uji t-statistik)
Belanja sektor infrastruktur mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0415. Nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan level of significance sebesar 10 persen
(α=0,1) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil nilai probabilitas menunjukkan
bahwa secara parsial variabel belanja sektor infrastruktur memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Provinsi Aceh pada tahun
2010-2015.
Pengujian Hipotesis Berdasarkan Hasil Analisis
Perhitungan metode fixed efect model pada lag keempat menunjukkan bahwa
variabel
belanja
sektor
pendidikan
dan
belanja
sektor
kesehatan
tidak
berpengaruh dan negatif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi, sedangkan
belanja sektor infrastruktur berpengaruh signifkan positif terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh dan dapat menjadi
acuan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan atau strategi-strategi yang
akan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota
di provinsi Aceh.
Pengaruh Belanja Sektor Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil regresi dengan data panel menunjukkan bahwa belanja sektor pendidikan
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi
Aceh selama kurun waktu 2010-2015 hal tersebut didasarkan pada hasil regresi
data panel yang menunjukkan bahwa probabilitas t-statistic variabel belanja
sektor pendidikan sebesar 0.2866 lebih besar dari level of significance sebesar 10
persen (α=0,1).
Menurut teori human capital bahwa pengeluaran pemerintah atas pendidikan
dapat
meningkatkan
kualitas
penduduk
sehingga
akan
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran
pemerintah atas pendidikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
sehingga tidak meningkatkan perekonomian kabupaten/kota Provinsi Aceh. Hal ini
dapat disebabkan belanja pendidikan bersifat investasi yang tidak dapat langsung
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota
Provinsi Aceh secara langsung sehingga membutuhkan jangka waktu untuk
menunjukkan hasil yang signifkan.
Pengaruh Belanja sektor Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil regresi dengan data panel pada variabel pengeluaran sektor kesehatan
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provnsi
Aceh selama tahun penelitian 2010-2015, hal tersebut sesuai dengan hasil regresi
data panel yang menunjukkan tingkat probabilitas variabel belanja sektor
kesehatan sebesar 0.7139 dimana lebih besar dari level of significance sebesar 10
persen (α=0,1).
Pengeluaran pemerintah atas kesejahteraan atau dalam kaitannya dengan
kesehatan berpengaruh negatif dan tidak signifkan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal ini disebabkan karena negara miskin dan sedang berkembang sifat
pengeluaran pemerintah atas sektor publik bersifat konsumtif bukan investasi
sehingga dalam jangka panjang pengeluaran pemerintah atas kesehatan tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Belanja Sektor Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil analisis regresi dengan data panel menunjukkan hasil bahwa belanja sektor
infrastruktur berpengaruh positif dan signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi
kabupaten dan kota di Provinsi Aceh selama kurun waktu 2010-2015, hal tersebut
didasarkan pada hasil regresi data panel yang menunjukkan bahwa probabilitas tstatistic variabel belanja sektor infrastruktur sebesar 0.0415 lebih rendah dari
level of significance sebesar 10 persen (α=0,1).
Hasil regresi data panel dengan hasil belanja sektor infrastruktur berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
menunjukkan
bahwa
keberhasilan
pemerintah daerah dalam memajukan sektor infrastruktur terutama pelayanan
infrastruktur
berupa
fasilitas
umum
dan
perumahan
untuk
memajukan
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah daerah provinsi
Aceh berupaya dalam meningkatkan pembangunan infrastrukur sesuai dengan
arahan
pemerintah
pusat
dalam
meningkatkan
pembangunan
fasilitas
masyarakat.
KESIMPULAN
Variabel pengeluran sektor pendidikan tidak berpengaruh signifkan terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2015.
Sedangkan Variabel pengeluaran sektor kesehatan tidak berpengaruh signifkan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
kabupaten/kota
di
Provinsi
Aceh
tahun
2010/2015. Variabel pengeluran sektor infrastruktur berpengaruh signifkan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
kabupaten/kota
di
Provinsi
Aceh
tahun
2010/2015.
REFERENSI
Adi Widodo, 2010. “Analisis Pengaruh Sektor Publik di Kabupaten/Kota Pada
Provinsi
Jawa Tengah Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui
Peningkatan Pembangunan Manusia”. Universitas Diponegoro
Ahmad, Coki Syahwier. 2005. Belanja Publik dan Isu Pemerataan. Jakarta:
Pikiran Rakyat.
Alexion, C. (2009). Government Spending and Economics Growth :Economteric
Evidence from The South Easten Europe (SEE). Journal of Economic adn
Social Research 11(1), 1-16
A. McEachern, William. 2000, Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer.
Jakarta: Salemba Empat.
Arsyad, Licolin. 2004.
Media
Ekonomi
Pembangunan. Edisi 4. Yogyakarta : Aditya
Atmawikarta, Arum. 2009. Investasi Kesehatan untuk Pembangunan
Ekonomi.http://www.bappenas.go.id. Diakses pada 20 November 2010
Aurangzeb. 2003, “Relationship between Health Expenditure and GDP in an
Augmented Solow Growth Model for Pakistan: An Application of Cointegration and Error-Correction Modelling”, The Lahore Journal of
Economics, Vol.8, No.2.
Badan
Pusat Statistik. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Konstan 2010 Menurut Provinsi (Miliar Rupiah). Jakarta : BPS
Badan Pusat Statistik. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Konstan
2010 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh (Miliar Rupiah). Aceh :BPS
Basar, S and Serkan K. 2015 The Efects of Public Expenditures on Economic
Growth: An Empirical Analysis for Turkey. International Journal of
Business and Social Science, 6(4): 151-161
Baum, Donald N and Shuanglin LIN. (1993). The Diferent Efects on Economic
Growth of Government Expenditure on Education, Welfare, and Defense.
Journal of Economic Development, Vol 18 No1 h.175-185
Boetti . 2009. Fiscal Decentralization and Spending Efficiency of Local
Governments. An Empirical Investigation On.
Devarajan, S. and R. Reinikka. (2002). Making Services Work for Poor People.
(online),http://siteresources.worldbank.org/INTWDR2004/Resources/1797
6, diakses 24 Februari 2018)
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. 2017. Anggaran Belanja Menurut
Urusan Provinsi Aceh. Retrieved from http://djpk.kemenkeu.go.id diakses
pada 30 Desember 2017
Dumary. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakkarta Erlangga
Eka Agustina, Eny Rochaida, Yana Ulfah. 2016. Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto Srta Indeks Pembangunan Manusia di Klimantan
Timu. INOVASI : Jurnal Eonomi Keuangan, dan Managemen, Volume 12,
(2)
Elmi, Zahra M and Sadeghi S. 2012. Health Care and Economic Growth in
Developing Countries: Panel Co-Integration and Causality, Middle-East
Journal of Scientific Research, 12(1), 88-91
Fauzami Zamzami. 2014. Analisis Pengaruh Infrastruktur Terhadap PDRB Jawa
Tengah Tahun 2008-2012. Skripsi. Fakultas Ekonomi Bisnis. Universitas
Diponegoro Semarang
Grigg, N. 1988, Infrastructure Engineering and Management, John Wiley & Sons.
Gujarati, Damodar. 2012. Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Guritno, Mangkoesoebroto, 1997. Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta
ICW and Koalisi Pendidikan. 2007. Penyiasatan Anggaran Pendidikan 20%.
Resume Eksaminasi Publik. http://www.antikorupsi .org. Diakses pada 30
Desember 2017
Jamzoni Sodik, 2007. Pengelluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi
Regional: Studi Kasus Dta Panel Indonesia. Junal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 12, No. 1, h.27-36 Universitas Islam Indonesia
Jhinghan, M.L. 2004.
Ekonomi Pembangunan
Kesepuluh. Jakarta: Raja Grafndo Persada
dan
Perencanaan.
Edisi
Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Landau, D. (1997), “Government and Economic Growth in Less Developed
Countries: An empirical study”,Economic Development and Culture
Change 35, 35-75.
Larasati, Ratih Budhi. 2014. Analisis Efisiensi Belanja Pemerintah Sektor
Infrastruktur di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.
Mankiw, N. Gregory. 2008. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat. Jakarta :
Erlangga
Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi
Delapan. Jakarta: Erlangga
Musgrave, Richard A., and Peggy B. Musgrave, 1989, Public Finance in Theory
and Practice, 5th edition, McGraw Hill Inc.
Sukino, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari
Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafndo Persada
Suparmoko. 1996. Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Syafrizal, 1997, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat, Majalah Prisma . No.3, Maret 1997:27-38, LP3ES
Todaro, dan Smith. 2006. Pembangunan
Kedelapan. Jakarta Erlangga
Ekonomi
Dunia Ketiga. Edisi
Wahyuni, K. T. 2009. Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial
Terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia.
Yanuar, R. 2006. Kaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output
serta Dampaknya terhadap Kesenjangan di Indonesia. Doctoral
Dissertation, Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana IPB