PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MEMERANKAN DRAMA PADA SISWA KELAS V A MI AL-ITTIHAD JOMBANG.

(1)

MATERI MEMERANKAN DRAMA

PADA SISWA KELAS V A MI AL-ITTIHAD JOMBANG

SKRIPSI

Oleh :

Ahmad Zulal Thuhroni

NIM : D07211035

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

2016


(2)

PADA SISWA KELAS V A MI AL-ITTIHAD JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada :

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah

Oleh :

Ahmad Zulal Thuhroni

NIM : D07211035

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

2016


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

vii

ABSTRAK

Ahmad Zulal Thuhroni. 2016. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Metode Image Streaming Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Memerankan Drama Pada Siswa Kelas V A Mi Al-Ittihad Jombang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing: Taufik M.Pd.I

Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Indonesia, Metode Image Streaming

Latar belakang dikarenakan oleh rendahnya keterampilan berbicara siswa nilai rata-rata kelas hanya 45 karena siswa malas dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan dapat berdampak pada keterampilan siswa untuk berbicara menjadi sangat terbatas karena siswa mengalami kesulitan, serta rendahnya nilai keterampilan berbicara siswa yang masih dibawah KKM.

Rumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Bagaimana penerapan metode image streaming pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V A MI Al-Ittihad Jombang? (2) Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara melalui penerapan metode image streaming pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama pada siswa kelas V A MI Al-Ittihad Jombang?

Model PTK ini menggunakan model Kurt Lewin yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan/pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V A MI Al-Ittihad Jombang tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 26 terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Hasil penelitian ini yaitu: 1) Penerapan metode image streaming dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi memerankan drama berjalan dengan baik melalui perbaikan pada tiap refleksi. Penjelasan ini dapat dilihat dari nilai aktivitas guru meningkat dari 69 pada siklus I menjadi 87 pada siklus II. Begitu pula pada aktivitas siswa meningkat dari 51 pada siklus I menjadi 90 pada siklus II. 2) Peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan diterapkannya metode

image streaming terlihat dari nilai rata-rata siswa siklus I sebesar 65,84 dan siklus II sebesar 82,80. Prosentase ketuntasan siswa meningkat terlihat dari prosentase ketuntasan pada siklus I sebesar 57% dan siklus II sebesar 80%.


(8)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tindakan yang Dipilih ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Bicara ... 10

1. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 10

2. Tujuan Keterampilan Bicara ... 12


(9)

xi

B. Metode Pembelajaran Metode Image Streaming ... 22

1. Pengertian Metode Image Streaming ... 22

2. Sejarah Metode Image Streaming ... 27

3. Langkah-langkah Metode Image Streaming ... 29

4. Kelebihan dan kelemahan Metode Image Streaming ... 33

C. Materi Drama ... 35

1. Pengertian Drama ... 35

2. Jenis-Jenis Drama ... 35

3. Tujuan Pemeranan Tokoh Drama ... 36

4. Langkah-langkah Memerankan Drama ... 37

5. Teknik Memerankan Drama... 37

6. Hakikat Memerankan Tokoh Drama ... 37

7. Menghayati Watak Tokoh yang akan Diperankan ... 38

8. Pembelajaran Memerankan Tokoh Drama Di SD ... 38

D. Penelitian Yang Relevan ... 39

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 41

B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian ... 47

C. Variabel yang diteliti ... 49

D. Rencana Tindakan ... 49

E. Data dan cara Pengumpulan ... 59

F. Indikator Kinerja ... 61


(10)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian ... 62

B. Hasil Penelitian Siklus I ... 62

a. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 67

b. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 71

c. Paparan Hasil keterampilan berbicara siklus I ... 75

d. Refleksi Peneliti tentang Hasil Penelitian ... 78

C. Hasil Penelitian Siklus II ... 80

a. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 90

b. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 95

c. Paparan Hasil keterampilan berbicara siklus II ... 99

d. Refleksi Peneliti tentang Hasil Penelitian ... 102

D. Pembahasan ... 104

1. Deskripsi Perubahan Aktivitas Guru ... 104

2. Deskripsi Perubahan Aktivitas Siswa ... 106

3. Deskripsi Hasil Keterampilan Berbicara ... 107

e. Refleksi Pelaksanaan Tindakan dalam Pembelajaran ... 109

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 111

B. Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP


(11)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama-Nama Siswa Kelas V ... 48

Tabel 4.1 Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 67

Tabel 4.2 Kriteria Nilai ... 69

Tabel 4.3 Observasi Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 72

Tabel 4.4 Kriteria Nilai ... 74

Tabel 4.5 Daftar Nilai Keterampilan Siswa Siklus I ... 75

Tabel. 4.6 Paparan Hasil Keterampilan Siswa Siklus I ... 77

Tabel 4.7 Nama-nama Kelompok Siklus II ... 87

Tabel 4.8 Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 90

Tabel 4.9 Kriteria Nilai ... 92

Tabel 4.10 Observasi Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 95

Tabel 4.11 Kriteria Nilai ... 97

Tabel 4.12 Daftar Nilai Keterampilan Siswa Siklus II ... 99


(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Kurt Lewin ... 45

Gambar 4.1 Guru mengarahkan dalam memerankan drama ... 64

Gambar 4.2 dan 4.3 Siswa Memerankan Drama Siklus I ... 65

Gambar 4.4 Kegiatan Awal Pembelajaran ... 81

Gambar 4.5 dan 4.6 Siswa Diajak Bermain Melatih Konsentrasi... 82

Gambar 4.7 dan 4.8 Kegiatan Mengondisikan Siswa ... 83

Gambar 4.9 - 4.12 Siswa Diputarkan Film ... 84

Gambar 4.13 Guru Membacakan Cerita ... 85

Gambar 4.14 Perwakilan Siswa Membacakan Cerita ... 85

Gambar 4.15 - 4.17 Pembagian Tokoh yang Akan Diperankan Siswa ... 86


(13)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Wawancara Guru dan Siswa

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan II 3. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I dan II 4. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I dan II 5. Surat-Surat Penelitian


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis

(writing skills).1 Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang erat dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pemikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan.

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Berbicara

1

Djago Tarigan dkk, Pendidikan Keterampilan Berbahasa,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), 1.1


(15)

berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Memang setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar. Kemampuan berkomunikasi, berbicara dan berbahasa dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja. Mulai dari lingkungan keluarga kecil, keluarga besar, lingkungan sekitar tempat tinggal, dan sekolah. Dengan kata lain, dalam kehidupan sehari-hari siswa selalu melakukan dan dihadapkan pada kegiatan berbicara. Namun pada kenyataannya pembelajaran berbicara di sekolah-sekolah belum bisa dikatakan maksimal, sehingga keterampilan siswa dalam berbicara pun masih rendah.

Menurut hasil wawancara pada hari Kamis, tanggal 24 September 2015 antara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V A MI Al-ittihad bernama Bapak Mustakhibur Rikham, S.Ag, Berdasarkan hasil wawancara tersebut ternyata keterampilan peserta didik dalam berbicara masih cenderung belum terasah,Dari jumlah peserta didik 26, hanya 6 peserta didik yang tuntas mendapatkan nilai di atas KKM atau sekitar 23%. Peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM atau belum tuntas sebanyak 20 atau sekitar 77% dengan nilai rata-rata 45. Dengan demikian tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi dari guru pengampu, hal utama yang menjadi kendala siswa dalam bercerita adalah motivasi dalam pembelajaran yang kurang.2 Siswa tidak begitu termotivasi

2

Wawancara dan observasi dengan bapak Mustakhibur Rikham, S.Ag, (pada hari Kamis, tanggal 24 September 2015)


(16)

dengan cara atau metode ajar yang guru terapkan, dalam hal ini sepertinya guru melupakan betapa pentingnya menggunakan metode yang tepat dan media yang sesuai. Lebih ringkasnya, siswa pasif dan guru aktif, bahkan siswa merasa malu untuk bertanya ketika ia menghadapi kesulitan dalam tulisannya. Guru masih terpaku dengan gaya mengajar yang dominan terhadap perannya, bukannya menggerakkan siswa agar lebih aktif dalam mengutarakan pikiran serta ide-ide kreatif nya. Dalam hal ini pembelajaran masih bersifat satu arah. Merujuk pada realita berbagai permasalahan yang terjadi, pada akhirnya bisa dianalogikan seperti benang kusut yang sulit diuraikan. Diperlukan adanya sistem ataupun metode pembelajaran yang memang sesuai untuk mengasah keterampilan berbicara peserta didik, bukannya dengan metode yang justru tidak jelas siswa mau diarahkan ke mana. Pengembangan tersebut bisa dilakukan melalui pengembangan dari segi metode, media, teknik, maupun strategi pembelajaran.

Hal ini didasarkan pada fakta di lapangan yang menyebutkan ada beberapa hal yang melatarbelakangi masalah tersebut. Pembelajaran ini tidak dilakukan secara serius dan beranggapan bahwa keterampilan berbicara merupakan bagian sepele yang sering dilakukan oleh siapa saja sejak usia balita. Padahal pada kenyataannya di lapangan, masih banyak siswa kurang mampu mengekspresikan diri melalui kegiatan berbicara. Ketika siswa diminta berbicara di depan kelas, siswa seringkali tidak mempunyai ide, malu, grogi sehingga kata yang diucapkan menjadi tersendat-sendat/diulang-ulang. Hal ini disebabkan oleh kesulitan peserta didik dalam praktik berbicara di antaranya karena faktor dalam diri siswa menjadi kurang jelas dan siswa kurang mampu mengorganisasikan perkataannya pada saat berbicara. Dengan


(17)

demikian, dapat diidentifikasi bahwa keterampilan berbicara peserta didik masih rendah. Keterampilan berbicara akan berhasil dan meningkat dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai. Kurangnya pemanfaatan metode dan media dalam pembelajaran membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif. Dalam pembelajaran sebaiknya guru memberdayakan media pembelajaran yang ada serta sesuai dengan metode pembelajaran yang diterapkan.

Berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI, khususnya standar kompetensi berbicara ada beberapa kompetensi dasar, yang salah satu di antaranya adalah memerankan drama. Dalam kompetensi ini, siswa diharapkan dapat memerankan drama dengan baik.

Salah satu metode pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbicara seharusnya adalah sebuah metode yang mampu mengajak siswa menyelami imajinasi terdalam mereka, dengan begitu siswa tidak harus merasa kesulitan untuk berbicara. Maka dari itu, metode image streaming

coba diaplikasikan dalam pembelajaran memerankan drama, dengan harapan siswa tidak lagi mengalami kesulitan-kesulitan tersebut.

penelitian ini belum pernah digunakan sebelumnya dalam pembelajaran memerankan drama, sehingga peneliti merasa yakin untuk menerapkannya dalam penelitiannya


(18)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana penerapan metode image streaming pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V A MI Al-Ittihad Jombang?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara melalui penerapan metode image streaming pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama pada siswa kelas V A MI Al-Ittihad Jombang?

C. Tindakan yang dipilih

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik kelas V A MI Al-ittihad dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi memerankan drama diatas yaitu metode pembelajaran image streaming. Dengan metode ini dapat meningkatkan ketrampilan berbicara peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama. Metode image streaming memberikan variasi baru pada proses pembelajaran peserta didik, dalam pelaksanaan metode tersebut peserta didik diharap bisa berpartisipasi aktif sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama.


(19)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan dari penelitian adalah:

1. Mendeskripsikan penerapan metode image streaming mata pelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama pada peserta didik kelas V A MI Al-ittihad Jombang.

2. Mendeskripsikan peningkatkan ketrampilan berbicara materi memerankan drama setelah menerapkan metode image streaming

pada peserta didik kelas V A MI Al-Ittihad Jombang.

E. Lingkup Penelitian

Supaya penelitian ini bisa fokus dengan objek, maka permasalahan tersebut akan kami batasi pada hal-hal tersebut dibawah ini:

1. Subjek penelitian adalah pada peserta didik kelas V A MI Al-ittihad Jombang, Semester genap tahun ajaran 2015 – 2016.

2. Materi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu, memerankan drama, mata pelajaran Bahasa Indonesia, kompetensi dasar: Memerankna drama dengan bahasa runtut, baik, dan benar.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru

a. Guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang dapat meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.


(20)

b. Guru mengetahui kelemahan dan kelebihan sistem pengajarannya sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan. 2. Bagi Peserta didik

a. Menanamkan sikap aktif pada kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran image streaming, dalam komitmen belajar.

b. Peserta didik lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran materi memerankan drama.

c. Keterampilan berbicara peserta didik pada materi memerankan drama dapat mengalami peningkatan.

3. Bagi Sekolah

a. Memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang bersangkutan

b. Meningkatkan kualitas sekolah 4. Bagi Penulis

a. Penulis dapat belajar secara langsung untuk mengembangkan potensi diri kepada lembaga pendidikan.


(21)

G. Definisi Operasional

1. Peningkatan

Peningkatan adalah upaya untuk menambah nilai ketrampilan berbicara peserta didik pada materi memerankan tokoh drama, Agar peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik, serta dapat berpartisipasi aktif mengikuti proses pembelajaran.

2. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.

3. Penerapan

Penerapan adalah tindakan yang dilakukan untuk menguji cobakan metode pembelajaran image streaming yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara materi memerankan drama pada peserta didik kelas V A MI Al-Ittihad Jombang.

4. Metode Pembelajaran Image Streaming

Metode Image streaming (mengalirkan bayangan) merupakan kegiatan membiarkan bayangan-bayangan hadir dan muncul di hadapan mata pikiran Anda tetapi tidak memutuskan


(22)

secara sadar isi bayangan-bayangan tersebut. Sementara Anda melihat bayangan-bayangan itu, diskripsikan dengan cermat.3 5. Materi Memerankan Drama

Pada dasarnya, definisi drama adalah bagian dari karya sastra yang diperankan oleh tokoh-tokoh di dalam cerita drama tersebut dan hal yang paling menonjol dari sebuah drama adalah didalamnya terdapat dialog ataupun percakapan. Berikut adalah definisi ataupun pengertian drama menurut pendapat para ahli. Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar drama artinya cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukkan teater.

3

Jhon M. Echols dan Hasan Shadly, Kamus Inggris- Indonesia, (jakarta: PT. Gramedia Pustaka Indonesia, 1976)311/561


(23)

10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Menurut kamus bahasa Indonesia keterampilan adalah “kelebihan atau kecakapan” berdasarkan hal tersebut yaitu sesuatu dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu.1 sumber lain mengatakan keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Secara etimologis kata “berbicara” adalah kemampuan mengucapkan bunyi dari alat pengeluar suara (mulut).

Secara istilah adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.2

Sedangkan menurut aliran komunikatif dan pragmatik, keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak berhubungan sangat kuat. Interaksi

1

Dendy Sugono dkk, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),979.

2

Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa,(Bandung: Angkasa, 1985),16.


(24)

lisan ditandai oleh rutinitas informasi. Ciri lain adalah diperlukan seorang pembicara mengasosiasikan makna, mengatur interaksi; siapa harus mengatakan apa, kepada siapa, kapan, dan tentang apa. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat, betapa pun kecilnya memiliki struktur dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna.3

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan syarat alamiah yang kemungkinannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar dan, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.4

berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar

3

Iskandar wassid dan dadang sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 239.

4


(25)

itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.5

Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan.

Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik.

2. Tujuan Keterampilan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.6

5

Djago Tarigan dkk, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,2002).6.1

6

Henry guntur tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1983),15


(26)

Tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.7

Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu: a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform).

b. Menjamu dan menghibur (to entertain).

c. Membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).

Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara antara lain: a. Membutuhkan paling sedikit dua orang.

b. Mempergunakan suatu sandi linguistic yang dipahami bersama.

c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum. d. Merupakan suatu pertukaran antar partisipan.

e. Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.

f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.

g. Hanya melibatkan perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran.

7

Djago Tarigan, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1, (Jakarta: Proyek Penyetaraan Guru SD Setrata D-II, 1990)


(27)

h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil.

Keterampilan utama dalam berbicara yaitu:

a. Keterampilan social, kemampuan berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat. Keterampilan ini menuntut agar kita mengetahui apa yang dibicarakan, bagaimana cara mengatakannya dan kapan mengatakannya. b. Keterampilan semantic, kemampuan mempergunakan kata-kata

dengan tepat arti.

c. Keterampilan fonetik, kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa kita secara tepat.

d. Keterampilan vocal, kemampuan menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara.

Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:

a. Kemudahan berbicara b. Kejelasan

c. Bertanggung jawab

d. Membentuk pendengaran yang kritis e. Membentuk kebiasaan


(28)

Berbicara pada dasarnya merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang melibatkan aspek – aspek kebahasaan maupun non kebahasaan. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) yang termasuk aspek kebahasaan adalah lafal, intonasi serta penggunaan kosa kata atau kalimat. Sedangkan yang termasuk non kebahasaan adalah ekspresi atau mimik. Aspek–aspek tersebut dalam kegiatan berbicara merupakan indikator yang dijadikan penilaian dalam evaluasi berbicara. Yaitu lafal, intonasi, kosakata atau kalimat, kelancaran serta mimik atau ekspresi.

a. Lafal

Pengucapan yang baku dalam bahasa Indonesia yang bebas dari ciri–ciri lafal daerah. Pelafalan bunyi dalan kegiatan bercerita perlu ditekankan mengingat latar belakang kebahasaan sebagian besar siswa. karena pada umumya siswa dibesarkan di lingkungan dengan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek dalam lafal adalah berikut :

1) Kejelasan vokal atau konsonan 2) Ketepatan pengucapan

3) Tidak bercampur lafal daerah. b. Intonasi

Penempatan intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri dalam kegiatan bercerita, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan bercerita. Suatu cerita akan menjadi kurang menarik


(29)

apabila penyampaiannya kurang menarik pula. Aspek dalam intonasi adalah berikut :

1) Tinggi rendah suara

2) Tekanan suku kata

3) Nada atau panjang pendek tempo

c. Kosakata atau kalimat

Guru perlu mengoreksi pemakaian kata yang kurang tepat atau kurang sesuai untuk menyatakan makna dalam situasi tertentu. Untuk mengawali sebuah cerita dibuka dengan kalimat pembuka kemudian harus ada isi dari cerita tersebut dan dibuat suatu kesimpulan serta diakhiri dengan penutup. Aspek dalam kosakata ini adalah berikut :

1) Jumlah kosakata

2) Terdapat kalimat pembuka, isi, kesimpulan dan penutup

3) Saling koherensi

d. Hafalan

Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicarannya. Aspek dalam hafalan adalah berikut :


(30)

1) Kelancaran

2) Teratur atau urut

3) Kesesuaian hal yang diceritakan

e. Mimik atau ekspresi

Mimik muka dapat menunjang dalam keefektifan bercerita karena dapat berfungsi membentu memperjelas atau menghidupkan bercerita. Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan bercerita. Yang termasuk dalam aspek mimik adalah :

1) Gesture atau gerak tubuh

2) Ekspresi wajah

4) Penjiwaan 8

Sebagaimana diketahui, pemilihan strategi atau gabungan metode dan teknik pembelajaran terutama didasarkan pada tujuan dan materi yang telah ditetapkan pada satuan-satuan kegiatan belajar. Dalam hal tersebut keterlibatan intelektual-emosional peserta didik dapat dilatihkan dalam kegiatan, antara lain:

8


(31)

a. Bermain drama b. Bercerita c. Wawancara d. Berdiskusi e. Pidato

f. Laporan lisan g. Membaca nyaring h. Merekam bicara.

3. Ranah-Ranah Pembelajaran

Ranah-ranah hasil pembelajaran menurut Benyamin S.Bloom, Ada 3 bagian ranah menurut Bloom dan Krathwol dan Maria yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran terdiri dari tiga ranah atau schemata:

a. Ranah Kognitif

Yaitu ranah yang menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu :

1) Pengetahuan :

Yaitu yang menitik beratkan pada aspek ingatan terhadap materi yang telah dipelajari mulai dari fakta sampai teori.

2) Pemahaman :

Yaitu langkah awal untuk dapat menjelaskan dan menguraikan sebuah konsep ataupun pengertian.


(32)

3) Aplikasi :

Yaitu kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang nyata, meliputi aturan, metode, konsep, prinsip, hukum, dan teori.

4) Analisis :

Yaitu kemampuan dalam merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya strukturnya mudah untuk dimengerti.

5) Sintesis :

Yaitu kemampuan mengombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan baru yang menitik beratkan pada tingkah laku kreatif dengan cara menformulasikan pola dan struktur baru.

6) Evaluasi :

Yaitu kemampuan dalam mempertimbangkan nilai untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal.

b. Ranah Afektif

Ranah yang menekankan pada sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat. Dalam ranah Afektif meliputi 5 tingkatan :

1) Penerimaan (Receiving):

Misalnya kemampuan peserta didik untuk mau mendengarkan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan media


(33)

pembelajaran dengan melibatkan perasaan, antuisme, dan semangat belajar yang tinggi .

2) Responding:

Yaitu kemampuan peserta didik untuk memberikan timbal balik positif terhadap lingkungan dalam pembelajaran, misalnya: menanggapi, menyimak, bertanya, dan berempati.

3) Penilaian:

Yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai yang ditanamkan dalam pembelajaran, membuat pertimbangan terhadap berbagai nilai untuk diyakini dan diaplikasikan.

4) Pengorganisasian:

Yaitu kemampuan peserta didik dalam hal mengorganisasi suatu sistem nilai.

5) Karakterisasi:

Yaitu pengembangan dan internalisasi dari tingkatan pengorganisasian terhadap representasi kehidupan secara luas. c. Ranah Psikomotorik

Ranah yang menekankan pada gerakan-gerakan fisik. Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa gerakan-gerakan atau keterampilan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar. Ranah ini sering berhubungan dengan mata pelajaran yang lebih menekankan pada gerakan-gerakan atau keterampilan fisik, seperti seni music, lukis, pahat,


(34)

dan mata pelajaran olahraga. Ranah ini berhubungan dengan kemampuan skill atau keterampilan seseorang. Dalam ranah psikomotorik ada enam tingkatan :

1) Persepsi:

Yaitu menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan mendeskriminasikan.

2) Kesiapan:

Yaitu berhubungan dengan melakukan konsentrasi dan menyiapkan diri secara fisik.

3) Peniruan/Gerakan terbimbing:

yaitu dasar permulaan dari penguasaan keterampilan, peniruan contoh.

4) Gerakan Mekanis:

yaitu berketerampilan dan pengulangan kembali urutan fenomena sebagai bagian dari usaha sadar yang berpegang pada pola.

5) Gerakan Respon kompleks:

yaitu berketerampilan secara luwes, supel, lancar, gesit, dan lincah. 6) Penyesuaian Pola Gerakan:

yaitu penyempurnaan keterampilan, menyesuaikan diri, melakukan gerakan variasi, meskipun pengembangan berikutnya masih memungkinkan untuk diubah.


(35)

B. Metode Pembelajaran Metode Image Streaming 1. Pengertian Metode Image Streaming

Secara etimologi image streaming dalam kamus john. Echol , Image

diartikan dengan "gambar, patung, kesan, bayangan" sedangkan Streaming

diartikan sebagai "mengalir"9

Jadi Image streaming bisa diartikan sebagai mengalirkan bayangan. Sedangkan pengertian Image streaming sebagai suatu metode pembelajaran disini adalah suatu metode mengajar yang menonjolkan aspek kognitif dan dapat membangun pemahaman yang benar – benar bermakna dimana metode ini membiarkan diri untuk membayangkan dan mendiskripsikan bayangan-bayangan tersebut dalam otak atau memvisualisasikan pikiran dengan bebas kemudian di eksplorasi keluar dengan jelas hasil bayangan tersebut, kepada pendengar atau alat perekam.10

Metode image streaming disebut juga metode mengalirkan bayangan, pengaliran bayangan hanyalah kegiatan membiarkan bayangan-bayangan hadir dan muncul dihadapan mata pikiran tetapi tidak memutuskan secara sadar isi bayangan-bayangan tersebut. Dan sementara seseorang tersebut melihat bayangan-bayangan itu, dideskripsikan dengan lantang kepada fokus

9

Jhon M. Echols dan Hasan Shadly, Kamus Inggris- Indonesia, (jakarta: PT. Gramedia Pustaka Indonesia, 1976)311/561

10

Win Wenger, beyond teaching & learning (memadukan Quantum teaching & learning), (Bandung: nuansa Cet.4, 2004), hal.300


(36)

eksternal (alat perekam atau pendengar) isi bayangan-bayangan tersebut dengan detail inderawi bertekstur kaya.11

Pengaliran bayangan menyebabkan beberapa bagian otak dan pikiran bekerja sama lebih erat. Integrasi ini membangun keseimbangan, memperkuat titik-titik lemah, dan dengan cepat meningkatkan kekuatan intelektual (dan estetik), termasuk subjek-subjek akademis yang tak terkait. Metode ini merupakan perpaduan dari teori Socrates dan teori Einstein, dimana teori Socrates lebih dikenal dengan istilah “pemahaman yang meresap” prinsip dari teori ini yaitu mendiskripsikan persepsi-persepsi tentang pelbagai hal kepada pendengar atau alat perekam dengan maksud untuk dapat mempersepsi lebih banyak.12

Sedangkan teori Einstein mengambil dasar-dasar pemikiran visual, karena penglihatan (visi) berisi lebih banyak informasi detail daripada indera kita lainya. Kita juga memproses banyak informasi melalui pendengaran. Perasaan kinestetik kita, terbukti juga sangat penting dalam hubungannya dengan pengalaman-pengalaman mental kita. Menurut studi EEG (electroencephalographic), delapan puluh persen dari area otak kita terlibat dalam respons visual, lebih banyak dari pada indera lainnya.13

11

Ibid, hal 308

12

Win Wenger, beyond teaching & learning (memadukan Quantum teaching & learning), (Bandung: nuansa Cet.4, 2004),hal 290

13


(37)

Albert Einstein mempopulerkan teknik pemikiran visual, yang sebelumnya sudah banyak digunakan dan digunakan dan di praktikan oleh sebagian besar penemu atau di praktekkan oleh sebagian besar sudah banyak digunakan Itulah sebabnya mengapa temuan-temuan besar dalam ilmu pengetahuan maupun teknologi, biasanya dihasilkan dengan bantuan Visualisasi. Seluruh ilmu kimia organic, misalnya, didasarkan pada rantai benzene temuan Kekule. Temuan itu dihasilkan dari mimpi kekule yang sedang menatap ke Perapiannya, di mana ia membayangkan melihat sekelompok ular yang menelan ekor merak sendiri. Teori relativitas lahir saat Einstein naik kereta api khayalan dalam seberkas cahaya. Dalam bidang teknologi, Kebanyakan terobosan itu di hasilkan oleh visualisasi.14

Itu berarti bahwa hampir semua respons visual terjadi dalam bagian – bagian otak yang secara konvensional tidak kita sadari dan dianggap tak dapat diakses. Banyak ungkapan untuk menggambarkan otak manusia yakni disebut sebagai Raksasa yang tidur, seperangkat mesin yang kompleks dan banyak lagi lainnya . Ahli biologi , ahli psikologi, ilmuwan evolusi, pendidik , juga penulis bersaing untuk menghasilkan uraian definitif tentang otak, mereka ingin memiliki secara adil terhadap struktur yang kompleks ini.15 Di dalam

otak sebenarnya yang penting bukan pada jumlah neuron nya(sel otaknya)

14

Win Wenger, beyond teaching & learning (memadukan Quantum teaching & learning), (Bandung: nuansa Cet.4, 2004), hal 297

15

Collin Rose Malcolin J. Nicholl, Accelerated learning for century 21st century,(Bandung:


(38)

tetapi pada jumlah koneksi (hubungan - jaringan) yang terjadi antar sel otak. Bayangkan, setiap sel dari 100 miliar neuron itu dapat muncul 20.000 cabang. Namun, ternyata , itu menjadi bukti bahwa persepsi – persepsi bawah sadar di mungkinkan. Mereka yang meneliti otak memastikan bahwa untuk setiap persepsi sadar yang kita miliki, kita mengalami lusinan dan ratusan yang tersembunyi.16

Berita selanjutnya adalah kita memiliki jumlah sel otak yang sama dengan albert Einstein , semua orang punya, kecuali otak mereka sakit atau rusak. Jadi ini adalah belajar pengalaman mental atau motor yang baru memberikan stimulus yang di ubah menjadi denyut syaraf yang berjalan ke stasiun penyortir seperti thalamus (di dalam area otak tengah dari sini sinyal– sinyal dikirim di daerah khusus di otak) Stimulus yang berulang dari sekelompok neuron mereka mengembangkan lebih banyak dendrit menyebabkan lebih banyak koneksi sehingga suatu jaringan menyebabkan pemekaran, pengertian, penguasaan. Akhirnya neuron – neuron ini belajar untuk menekankan koneksi yang keliru dan memberi respon positif terhadap sinyal yang lebih lemah – dalam kata dalam kata lain belajar untuk melakukan proses mental atau motor yang sama dengan lebih sedikit usaha. Dengan kata lain, sel mengubah daya terimanya terhadap pesan-pesan berdasar stimulasi sebelumnya.17

16

Ibid hal 294

17


(39)

Tugas guru adalah mendukung para siswa dalam mewujudkan potensi biologi luar biasa dari otak mereka menjadi terwujud hal ini tentu merupakan suatu misi yang imposible karena hanya sebagian kekuatan total otak dapat digunakan selama hidup . di perkirakan kita menggunakan kurang dari 1 person dari 1 persen perkiraan kapasitas otak yang sekitar 10 bit data peretik menurut psikiater dan ahli tidur Allan hobsian dari harvard ketika para ilmuwan memotong otak Einstein setelah kematiannya mereka menemukan bahwa dia tidak memiliki lebih banyak sel otak tetapi lebih banyak koneksi diantara sel – sel tersebut dan meskipun masih banyak yang tersisa.18

Dalam pencarian keunggulan belajar , maka nampaknya pendidik yang terampil menghadapi 3 tugas :

a. Untuk mendorong koneksi baru syaraf melalui tantangan yang menciptakan tingkatan stimulasi yang tinggi

b. Untuk memperkuat koneksi yang ada semakin banyak jalur Syaraf yang dipakai , semakin efisien jadinya , Axon menjadi terlindungi oleh suatu zat berlemak putih yang disebut mylin, yang mempercepat proses pengiriman sinyal listrik- kimia dan neuron merespon dengan lebih sedikit

c. Tugas pendidik adalah menata siswa untuk menata ulang jaringan koneksi otak syaraf yang telah ada dengan mengambil data di

18


(40)

papan yang akan meluruskan kesalahpahaman, memperbaiki konsep, melengkapi pemahaman/mengasah keterampilan.19

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan tentang metode Image Steaming adalah suatu metode perpaduan teori Socrates dan Einstein, yakni memadukan visualisasi pikiran dengan membiarkan bayangan – bayangan pada otak mengalir secara bebas dengan Imajinasi pada diri dengan melibatkan otak bawah sadar (teori Einstein) , kemudian dilanjutkan dengan proses peresapan pemahaman (teori Socrates) yaitu melalui cara mendiskripsikan Visualisasi tersebut dengan eksternal atau mengeksplorasi dengan kata – kata secara lantang pada orang lain atau melalui alat perekam. Metode ini lebih menonjolkan daya kognitif otak sebagai sumber proses pembelajarannya . Dengan pengetahuan tersebut diharapkan anak didik lebih mantap dan kokoh keyakinannya terhadap ajaran agama Islam dan mengamalkannya.

2. Sejarah Metode Image Streaming

Pada tahun 1989 untuk pertama kali dilakukan yang penelitian formal untuk mengukur efek atau pengaruh yang dihasilkan oleh teknik mengalirkan bayangan atas penulis dan proyek renaissance jurusan kimia dan fisika di south western state University di Marshall, Minnesota adalah lembaga pertama yang melakukan penelitian demikian yang mengukur efek dan pengaruh teknik mengalirkan bayangan yang mudah dan tepat tanpa

19


(41)

pengawasan atas prestasi intelektual sejumlah mahasiswa fisika dan kemudian, atas populasi sejumlah mahasiswa lainnya. Penelitian ini secara konsisten memperlihatkan begitu banyak integrasi otak terjadi sehingga :

a. Para mahasiswa memperoleh peningkatan IQ sebesar 0, 8 setiap satu jam praktik, dan 20 dalam 24 jam praktek. Beberapa mahasiswa-mahasiswa perbaikan justru memperoleh peningkatan IQ sebesar 1,8 setiap satu jam bukannya 0,8, untuk sebab- sebab yang belum di ketahui.

b. Apapun gaya belajar atau cara menangani informasi yang dipilih mahasiswa seperti diukur dengan metode Inventaris Kolb, para mahasiswa yang mampu Mengalirkan bayangan nya dengan cepat berintegrasi menuju suatu keseimbangan dimana mereka mampu berkembang dengan baik dalam suatu lingkungan belajar.

c. Prestasi ujian akhir mereka dalam fisika tidak berkorelasi dengan jumlah jam yang dihabiskan para mahasiswa itu dalam memperhatikan pengaliran bayangan dengan mereka yang melakukan selam 20 jam atau lebih untuk menghadapi ujian akhir.20

Metode ini dikembangkan oleh Dr. Win Wenger, presiden Institut untuk pemikiran Visual di Gaithersburg, Md, Beliau adalah seorang perintis

20

Win Wenger, Cara Dahsyat Mengajar & Belajar: beyond teaching and learning, (Bandung: nuansa cendekia, Cet.1, 2015), 301 - 302


(42)

dalam bidang kreativitas dan metode kreatif, accelerated learning atau percepatan belajar (cara belajar cepat ), perkembangan otak& diri , dan ekonomi politik. Dr. Wenger pernah menjadi dosen , dan kini menjadi trainer yang dikenal di seluruh dunia, Win Wenger juga mendirikan yayasan nirlaba bernama Project Renaissance. Organisasi ini mengabdikan diri dalam meningkatkan potensi individu dan mempercepat terbitnya fajar baru era pencerahan. Situs Project Renaissance memuat pelbagai karya besar yang disiarkan Win Wenger ke public. Situs ini juga menyiarkan ulasan atas buku-bukunya, uraian tentang teknik-teknik kreatif pemecahan masalah yang dikembangkannya, dan jadwal acara dan kursus pelatihan yang disponsori oleh Project Renaissance, dan segudang materi lain yang menarik bagi orang yang ingin meningkatkan IQ , melejitkan kreativitas dan pemecahan masalah, dan berbagi pikiran dengan orang - orang yang sepandangan.21

3. Langkah-langkah metode Image streaming

Berikut ini adalah tujuh langkah proses untuk melakukan metode

Image streaming yang berguna sebagai sarana belajar, yaitu :

a. Biarkan yang lebih halus dan dalam memperlihatkan kepada anda jangan langsung memutuskan dengan sadar apa yang ingin anda lihat dan kemudian anda gambarkan hubungan dengan bayangan-bayangan yang benar-benar hadir di hadapan anda sekarang juga, apapun bayangan-bayangan itu.

21


(43)

b. Tutup mata untuk melihat dengan lebih bebas.

c. Apapun kesan yang anda temukan, betapapun remeh, sederhana, tak berhubungan : bahkan warna atau garis yang tampaknya tak berarti.

d. Diskripsikan bayangan itu dengan lantang kepada focus eksternal (selain/di luar diri anda ) pendengar langsung adalah yang terbaik alat perekam juga baik, tidak boleh kurang dari itu.

e. Diskripsikan dengan cepat dan mengalir, dengan detail inderawi yang kaya, berkesinambungan, sekalian hanya sekedar sekilas dan ringkas. Hal ini memaksa lebih banyak bayangan -bayangan lain hadir dan muncul dan diskripsikan semua.

f. Biarkan diri anda dikejutkan oleh ungkapan bayangan-bayangan anda kepada anda.22

Pengaliran bayangan menyebabkan beberapa bagian otak dan pikiran bekerja sama lebih erat. Integrasi ini membangun keseimbangan memperkuat, titik-titik lemah, dan dengan cepat meningkatkan kekuatan intelektual (dan estetik), termasuk subyek-subyek akademis yang tak terkait selain mengembangkan kemampuan belajar seseorang.

Pengaliran Bayangan hanyalah kegiatan membiarkan bayangan-bayangan hadir muncul dihadapan „mata pikiran’ anda tetapi tidak

22

Win Wenger, Cara Dahsyat Mengajar & Belajar: beyond teaching and learning, (Bandung: nuansa cendekia, Cet.1, 2015),307


(44)

memutuskan secara sadar diri bayangan-bayangan tersebut. Dan sementara anda melihat bayangan-bayangan itu deskripsikan dengan lantang kepada fokus eksternal (alat perekam/pendengar) isi bayangan-bayangan tersebut dengan detail inderawi bertekstur kaya.23

Teknik-teknik spesifik yang dapat dibangun dari metode Mengalirkan bayangan yang mempercepat atau meningkatkan pembelajaran, teknik ini akan menjadi salah satu cara yang paling potensial untuk mempelajari materi subjek di sekolah-sekolah khusus, akademi, pekerjaan, atau profesi yakni akan di jelaskan di bawah ini :

a. Jika anda dapat menemukan, atau memperoleh daftar konsep-konsep kunci mata kuliah yang sedang anda pelajari, dari pengajar, professor, atau konsultan, ubahlah setiap konsep tersebut menjadi pertanyaan. Sebagai contoh , jika dalam mata kuliah ekonomi terdaftar materi interaksi antara persediaan dan permintaan, ubahlah ia menjadi pertanyaan, Apakah interaksi (atau hubungan antara) persediaan dan permintaan?

b. Carilah gelas, asbak atau bel yang dapat Anda gunakan untuk membunyikan “ting” pelan.

c. Siapkan dua alat perekam, kaset C-60 atau C-90. Pada alat perekam pertama, rekamlah dengan pertanyaan konsep pertama,

23

Win Wenger, Cara Dahsyat Mengajar & Belajar: beyond teaching and learning, (Bandung: nuansa cendekia, Cet.1, 2015),308


(45)

diikuti oleh enam atau delapan menit diam. Setiap dua menit kira-kira selama waktu diam itu, bunyikan dengan pelan satu kali”ting” yang membagi interval enam hingga delapan menit tadi menjadi tiga bagian yang kurang lebih sama. Setelah waktu enam hingga delapan menit tersebut, rekam konsep pertanyaan kedua, di ikuti lagi dengan enam hingga delapan menit waktu diam(dengan “ting” perlahan setiap dua hingga tiga menit), dan begitu seterusnya hingga sebanyak mungkin pertanyaan konsep yang dapat masuk kedalam ruang kaset yang tersedia dengan masing-masing waktu diam atau hingga anda telah memasukkan seluruh daftar itu. Letakkan dua bunyi “ting” yang berselang-panjang dalam tiap interval enam hingga delapan menit kediaman antar pertanyaan konsep, setidaknya memberikan waktu diam dua menit sesudah “ting” ketiga sebelum pertanyaan berikutnya.

d. Berikut adalah apa yang anda lakukan dengan kaset pertama yang telah anda rekam. Karena kaset menyajikan setiap pertanyaan konsep, pastikan daya-daya pengaliran Bayangan anda memperlihatkan kepada anda bayangan-bayangan yang mempresentasikan secara bermakna konsep itu kepada anda. Meskipun itu barang kali konsep yang anda yakin tidak anda ketahui sama sekali berbeda atau serangkaian bayangan dari daya-daya pengaliran bayangan anda yang bagaimanapun


(46)

memperlihatkan secara bermakna kepada anda konsep yang sama itu. Anda mendeskripsikan bayangan-bayangan anda ketika mereka terungkap, tiga set per konsep, ke dalam kaset kosong dengan alat perekam kedua anda.

e. Putar ulang alat perekam kedua anda yang akan memiliki pertanyaan-pertanyaan isyarat dan juga respon-respon anda atasnya, untuk mencari kesamaan elemen di antara ketiga kesan terhadap setiap konsep.

f. Untuk setiap pertanyaan konsep, buatlah catatan ringkasan atau sketsa mengenai tiga kelompok bayangan, dan mengenai elemen-elemen yang sama di antara ketiganya. Simpanlah ini semua ke dalam buku catatan atau file atau lebih baik lagi, tempelkan mereka di dinding sebagai referensi yang mudah di akses.24

4. Kelebihan dan kelemahan Metode Image streaming

Kelebihan dari Metode Image streaming ini adalah mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual, Ia juga mengarahkan visualisasi, untuk lebih rinci, tanpa menyebutkan satu tekniknya akan di uraikan sebagai berikut:

a. Meningkatkan Kemampuan otak b. Membantu meningkatkan pembelajaran

c. Memperbaiki/membangun pondasi pemahaman

24

Win Wenger, Cara Dahsyat Mengajar & Belajar: beyond teaching and learning, (Bandung: nuansa cendekia, Cet.1, 2015), 340-342


(47)

d. Menciptakan pembelajaran lebih bermakna e. Melatih siswa untuk berfikir kreatif

Pengaliran bayangan menyebabkan beberapa bagian otak dan pikiran bekerja sama lebih erat, integrasi ini membangun keseimbangan, memperkuat titik-titik lemah, dan dengan cepat meningkatkan kekuatan intelektual (dan estetik), termasuk subyek subyek akademis yang tak terkait, selain mengembangkan kemampuan belajar seseorang metode image streaming bermanfaat untuk ;

a. Meningkatkan pembelajaran secara cepat.

b. Membantu setidaknya hingga tingkat tertentu untuk menemukan solusi yang kreatif.

c. Mengembangkan dengan cepat disana luar biasa: kemampuan pengamatan bebas, objektivitas dan karakter pribadi.

d. Menghasilkan ilham yang segera dan selalu dapat terpercaya.25

Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah:

a. Membutuhkan waktu relative lama dalam penerapannya

b. Tidak semua guru dapat memakai metode ini, guru di tuntut dapat membawa suasana murid ke ranah yang lebih dalam, jadi pada guru yang kurang mampu menguasai kelas metode ini kurang efektif di lakukan.

25


(48)

c. Metode ini harus dilakukan di tempat yang kondusif dan tenang, tidak efektif dilakukan di tempat yang riuh karena membutuhkan ketenangan.

C. Materi Drama

1. Pengertian Drama

Pada dasarnya, definisi drama adalah bagian dari karya sastra yang diperankan oleh tokoh-tokoh di dalam cerita drama tersebut dan hal yang paling menonjol dari sebuah drama adalah didalamnya terdapat dialog ataupun percakapan. Berikut adalah definisi ataupun pengertian drama menurut pendapat para ahli. Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar drama artinya cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukkan teater.

2. Jenis-Jenis Drama

Jenis drama anak-anak dapat ditentukan dari berbagai tinjauan aspek, yaitu jumlah pelaku, kuantitas waktu pementasan, alur peristiwa yang menyedihkan dan berakhir dengan kebahagiaan, kehidupan rakyat biasa atau pada umumnya, media pementasan, keaslian penciptaan teks drama, sikap terhadap naskah, dan cara penyajian drama anak-anak.


(49)

Berikut adalah Unsur–unsur drama menurut Untoro dkk adalah sebagai berikut:

a. Penokohan

Penokohan/karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/kepribadian pelaku utama.

b. Dialog

Dua tuntutan yang harus dipenuhi dalam percakapan adalah 1) Dialog harus turut menunjang gerak laku

2) Dialog yang diucapkan diatas pentas lebih tajam dan tertib dari ajaran sehari-hari.

c. Alur

Plot/jalan cerita adalah rangkaian kejadian yang dialami oleh para pelaku, biasanya terdiri atas eksposisi, intrik, klimaks, antiklimaks dan konklusi.

d. Latar

Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang dan waktu serta suasana dalam naskah drama.

3. Tujuan Pemeranan Tokoh Drama

Tujuan itu salah satunya sesuai dengan jenis belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Humalik tahun 2005, sebagai berikut:

a. Belajar dengan berbuat.


(50)

c. Belajar melalui balikan.

d. Belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan.

4. Langkah-Langkah Memerankan Drama

Memerankan drama melalui bermain peran adalah merupakan serangkaian perasaan, kata-kata dan tindakan-tindakan terpola dan unik yang telah merupakan kebiasaan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk berhubungan dengan situasi dan benda-benda.

5. Teknik Memerankan Drama

Dalam memerankan drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra (dalam Faisal, dkk.) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam memerankan drama. Teknik tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Teknik Muncul b. Teknik Memberi Isi c. Teknik Pengembangan d. Teknik Timing

e. Teknik Penonjolan

6. Hakikat Memerankan Drama

Memerankan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yang terdapat di dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antar tokoh, monolog, ekspresi/mimik, gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain. Pada saat melakukan dialog ataupun monolog, aspek-aspek supraseg


(51)

mental (lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/pesan.

7. Menghayati Watak Tokoh yang akan Diperankan

Sebelum memerankan sebuah drama, kita perlu menghayati watak tokoh. Apa yang perlu kita lakukan untuk menghayati tokoh? Watak tokoh dapat diidentifikasi melalui (1) narasi pengarang; (2) dialog-dialog dalam teks drama; (3) komentar atau ucapan tokoh lain terhadap tokoh tertentu; dan (4) latar yang 7

mengungkapkan watak tokoh. Melalui menghayati yang sungguh-sungguh, kamu dapat memerankan tokoh tertentu dengan baik. Watak seorang tokoh dapat diekspresikan melalui cara sang tokoh memikirkan dan merasakan, bertutur kata, dan bertingkah laku, seperti dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Artinya, watak seorang tokoh bisa dihayati mulai dari cara sang tokoh memikirkan dan merasakan sesuatu, cara tokoh bertutur kata dengan tokoh lainnya, dan cara tokoh bertingkah laku.

8. Pembelajaran Memerankan Tokoh Drama Di SD

Drama merupakan sebuah penampilan lakon yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar terdapat pembelajaran drama. Tiga kompetensi pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor harus bisa dicapai dalam pembelajaran drama. Secara kognitif, mengenalkan dan memberikan kemampuan dasar tentang materi


(52)

drama sangatlah penting. Oleh karena itu, struktur drama baik intrinsiknya maupun ekstrinsiknya dalam konteks teks drama menjadi relevan untuk dikembangkan dalam pembelajaran drama di sekolah. Dari ranah afektif, maka kemampuan dasar dalam materi memerankan tokoh drama dapat diarahkan untuk menunjang munculnya seperangkat kompetensi afektif siswa terkait dengan respon positifnya terhadap pembentukan karakter, sikap, emotif sebagai efek dari proses analisis drama di sekolah.

D. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya, oleh Nofiyah Wijayanti (2009),

Efektifitas Penerapan Metode Image Streaming Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Siswa Kelas XII Sma Islam Parlaungan Berbek Waru Sidoarjo, memuat metode yang sama yaitu metode Image Streaming berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dengan jenis penelitian penelitian eksperimen yang diberi perlakuan dan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan tersebut, Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Berdasarkan hasil uji coba, secara meyakinkan dapat dikatakan metode

image streaming telah menunjukkan efektifitas yang nyata dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII pada bidang studi Aqidah akhlaq. Ada perbedaan nilai yang signifikan antara kelas eksperimen yang sudah diterapkan metode image streaming dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Dari hasil t0 yang telah diperoleh sebesar


(53)

hal ini menunjukkan bahwa t0 lebih besar daripada t1 baik pada taraf signifikansi 5% (2, 00) maupun pada taraf signifikansi 1 % (2, 65). Selain itu dari hasil pos-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa kelas eksperimen menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik dengan perbandingan rata-rata 7,2 : 8,5. Dengan kata lain metode image streaming

dapat diandalkan sebagai strategi yang baik untuk mengajarkan Aqidah Akhlaq di SMA Islam Parlaungan Berbek Waru Sidoarjo.26

26

Nofiyah Wijayanti, Efektifitas Penerapan Metode Image Streaming Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Siswa Kelas XII Sma Islam Parlaungan Berbek Waru Sidoarjo. Skripsi. IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009


(54)

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam hal ini, peneliti akan menjelaskan tentang penelitian dan pembahasan. Peneliti memberikan laporan empiris berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan penelitian di MI Al-Ittihad Jombang. Adapun isi laporan empiris, menyangkut segala kerja penelitian baik sebelum di lapangan maupun selama terjun di lapangan.

Untuk lebih jelasnya, dalam Bab penelitian dan pembahasan ini, peneliti menguraikan sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 2. Hasil Penelitian (Uraian per-siklus) 3. Pembahasan (Uraian per-siklus)

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian

Setelah penulis memberikan laporan empiris berdasarkan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di MI Al-Ittihad Jombang, dengan subjek penelitian siswa kelas V A yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 16 laki-laki, dan 10 perempuan.

B. Hasil Penelitian Siklus I (uraian per-siklus)

Hasil penelitian akan dideskripsikan sesuai urutan permasalahan dalam Bab I, karena hasil penelitian ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian berdasarkan fakta di lapangan. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 30 Maret 2016, jam pelajaran ke 3-4 Pukul


(55)

10.00-11.10 WIB dengan pembelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama dengan menerapkan metode Image Streaming.

1. Perencanaan

Perencanaan pertama yang dilakukan peneliti adalah dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media, membuat lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Guru membuat alat evaluasi berupa tabel penilaian untuk mengukur

dan mengetahui sejauh mana siswa dapat meningkatkan

kemampuan/keterampilan berbicara mereka dalam memerankan drama.

2. Tindakan

Kegiatan pembelajaran diawali guru dengan mengucapkan salam pembuka dan do’a bersama kemudian guru mengecek kehadiran peserta didik dan bertanya kabar dan kesiapan pesera didik untuk belajar ini,

“bagaimana kabarnya hari ini? Dan siswa menjawab alhamdulillah baik

dan semangat, Kemudian siswa diajak Menyanyikan lagu ”di sini senang di sana senang” untuk menumbuhkan semangat siswa, kemudian guru menanyakan apa yang sudah diketahui tentang drama, guru memberikan tepuk tangan dan jempol pada siswa yang mau menjawab sebagai motivasi, guru memberikan penjelasan tentang drama dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Kemudian siswa diberi penjelasan langkah kegiatan yang akan dilakukan, dan langkah-langkah pembelajarannya sebelum siswa dibagi pasangan untuk menjadi lawan peran, siswa diajak bermain oleh guru untuk menumbuhkan


(56)

imajinasi dan rasa nyaman mereka dalam belajar, setelah itu siswa berpasangan sebangku kemudian satu pasang maju untuk diberi pengarahan dari guru cara memerankan drama yang sesuai dengan metode

Image Streaming.

Gambar 4.1

Guru memberikan pengarahan dalam memerankan drama

Kemudian siswa dibagikan tokoh/watak yang akan diperankan oleh siswa, dengan cara siswa yang sebelah kiri memerankan tokoh antagonis dan sebelah kanan memerankan tokoh protagonis, kemudian siswa mendiskusikan karangan dialog dengan teman pasangan masing-masing, dan mengalirkan bayangan mereka ke dalam kata-kata atau kalimat bahasa Indonesia dan diperankan, siswa diberi waktu selama 10 menit untuk berlatih dan mengalirkan bayangan mereka sebelum memerankan drama yang sudah mereka buat, siswa diberi contoh oleh guru cara memerankan drama yang sesuai dan tepat dengan metode Image Streaming sebelum siswa memerankan drama, setelah itu siswa memejamkan mata dan


(57)

membayangkan ada di dalam cerita yang akan di perankan kemudian siswa memerankan drama.

Gambar 4.2 dan 4.3 Siswa memerankan drama

siswa diberi apresiasi berupa tepuk tangan dan jempol sebagai motivasi atas keberaniannya menyampaikan kata-kata mereka pada memerankan drama tersebut, siswa dinilai pada saat memerankan drama, siswa yang paling mendekati kriteria sempurna dalam berbicara diberi reward berupa permen atau makanan ringan (cemilan) dari guru sebagai motivasi. Dan di akhir-akhir kegiatan guru bersama peserta didik


(58)

menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan guru melakukan refeksi dengan memberikan beberapa pertanyaan dan peserta didik menjawab pertanyaan guru, kemudian guru mengevaluasi kemudian guru mengakhiri pembelajaran dan memotivasi, KBM ditutup dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam penutup peserta didik menjawab salam tersebut.

3. Observasi

Saat proses belajar mengajar berlangsung dilakukan pengamatan aktivitas guru oleh rekan sejawat dan aktivitas siswa oleh guru. Kemudian setelah proses belajar mengajar berakhir, untuk mengetahui minat metode pembelajaran dan materi pembelajaran yang sudah dilaluinya maka diberikan penilaian sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan

4. Refleksi

Setelah proses pembelajaran selesai, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembalajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakan.


(59)

a. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

Data hasil observasi aktivitas guru pada siklus I, dilakukan selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Data hasil penilaian observasi guru pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I

No Aspek Yang Dinilai Skor Jumlah

1 2 3 4

1. Membuka pelajaran

a. Menarik perhatian √

12

b. Menimbulkan motivasi √

c. Menunjukkan keterkaitan √

d. Menyampaikan tujuan √

2. Penguasaan materi ajar

a. Orientasi, motivasi, dan bahasa (sederhana dan jelas).

14 b. Sistematika dan variasi

penjelasan tentang materi drama.

√ c. Kesesuaian materi terhadap

kompetensi. √

d. Keluasan materi ajar.

3. Performance

a. Suara intonasi, nada, dan irama.

7

b. Posisi dan gerakan guru. √

c. Pola interaksi perhatian pada


(60)

d. Ekspresi roman muka. 4 Metode yang digunakan

a. Kesesuaian metode Image Streaming dengan indikator pembelajaran.

14 b. Kesesuaian metode Image

Streaming dengan karakter peserta didik.

√ c. Kesesuaian metode Image

Streaming dengan karakter materi ajar.

d. Variasi Metode

5. Bertanya

a. Pertanyaan jelas dan konkrit. √

10 b. Pertanyaan memberikan waktu

berfikir. √

c. Pemerataan pertanyaan pada

siswa. √

d. Pertanyaan sesuai indikator

kompetensi √

6. Reinforcement (memberi penguatan)

a. Penguatan verbal.

6

b. Penguatan non verbal. √

c. Variasi penguatan. √

d. Feed back.


(61)

7 Menutup pembelajaran

a. Memberi reward/penghargaan pada siswa.

10

b. Menarik kesimpulan.

c. . Mengevaluasi.

Jumlah

73

Nilai Aktivitas Siklus I 67

(kategori cukup) Nilai aktivitas guru (dengan nilai maksimal 100) =

Maksimal Skor

Total Skor

 

x100

= 67 (kategori cukup)

Tabel 4.2 Kriteria Nilai

Nilai Kriteria Kemampuan

0 – 49 Kurang (K)

50 – 74 Cukup (C)

75 – 85 Baik (B)

86 - 100 Sangat Baik (SB)

Aktifitas guru pada saat membuka pelajaran baik, dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, dan penguasaan materi guru sangat baik, memotivasi siswa dalam pembelajaran juga baik.


(62)

Metode yang dipergunakan oleh guru sudah sesuai dengan indikator, materi ajar, karakteristik peserta didik. Aktivitas guru pada saat menjelaskan materi sudah cukup jelas tetapi hanya pada suara, intonasi, nada kurang dan interaksi guru pada siswa juga kurang.

Pada aktivitas tanya jawab guru melontarkan pertanyaan yang jelas dan memberikan waktu yang cukup lama pada peserta didik untuk berfikir namun pertanyaan tidak dilakukan secara merata pada semua peserta didik hanya siswa tertentu saja yang mendapatkan pertanyaan.

Aktifitas guru dalam melakukan penguatan guru tidak begitu banyak memberikan penguatan kepada peserta didik maka dianggap kurang dalam point penguatan. Dan pada kegitan penutup guru memberikan reward kepada anak yang memang sudah sangat menguasai materi yang sudah di pelajari dan mengevaluasi semua kegiatan siswa dari awal pembelajaran berlangsung samapai selesai.

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hasil pengamatan aktivitas guru sebagian besar masih dikatakan kurang. kekurangan pada siklus I yang pertama yaitu kurangnya guru meyakinkan pada peserta didik akan cara mengalirkan imajinasi (bayangan) mereka dalam kegiatan memerankan drama maka dari itu guru pada siklus II harus melakukan perubahan dengan cara memperbaiki tentang kekuranganya pada saat mengajar, Yang kedua yaitu suara guru pada saat menjelaskan materi kurang keras dan pada saat melakukan tanya jawab guru seharusnya memberi pemerataan pada semua peserta didik agar semua peserta didik


(63)

aktif. Dan di siklus I ini guru tidak menggunakan media sama sekali, maka dari itu ada penambahan media video dan gambar pada pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran agar lebih mudah dipahami oleh siswa pada siklus II.

Dari kekurangan pada siklus I yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian tindakan Kelas ini perlu adanya perbaikan pada siklus II.

b. Deskripsi hasil Observasi Aktivitas Siswa

Data hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh peneliti dengan mengisi lembar observasi selama proses belajar mengajar berlangsung. Data aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :


(64)

Tabel 4.3

Observasi Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I

No. Indikator / Aspek Yang Diamati

Skor Penilaian

1 2 3 4

1. Para peserta didik menjawab salam pembuka

dari guru √

2. Para peserta didik merespon ketika guru

bertanya tentang keadaan mereka √

3. Para peserta didik antusias saat guru

memberikan apersepsi/motivivasi. √

4. Para peserta didik mendengarkan saat tujuan

pembelajaran disampaikan oleh guru. √

5 Keantusiasan peserta didik ketika diajak

melakukan permainan atau bernyanyi √

6 Peserta didik antusias menjawab pertanyaan

dari guru tentang materi √

7 Para peserta didik memusatkan perhatian pada

materi pembelajaran yang akan dipelajari √ 8 Peserta didik antusias pada materi drama yang

sampaikan guru √

9 Para peserta didik membentuk 5 kelompok

sesuai dengan instruksi guru √

10 Keaktifan peserta didik ketika berdiskusi dalam

kelompok √

11 Keikutsertaan peserta didik dalam mengalirkan bayangan (Image Streaming) mereka pada saat mengarang cerita drama dalam kelompok

√ 12 Keterampilan berbicara saat memerankan


(65)

13 Peserta didik dalam memerankan drama dengan lafal, intonasi, penghayatan dan ekspresi yang tepat

√ 14 Penghayatan peserta didik pada saat

memerankan tokoh drama √

15 Keberanian peserta didik mengemukakan

pendapat ketika dalam KBM √

16 Peserta didik memberi tanggapan saat guru

mengecek pemahaman √

17 Para peserta didik merespon kesimpulan materi

pembelajaran yang disampaikan guru √

18 Keberanian peserta didik untuk mereview

materi yang telah disampaikan √

19 Peserta didik mendengarkan sedikit penjelasan

tentang materi pertemuan selanjutnya √

20 Peserta didik mengikuti kegiatan do’a bersama

sebelum KBM diakhiri √

21 Peserta didik menjawab salam penutup

Presentase =

Maksimal Skor

Total Skor

 

x 100


(66)

Tabel 4.4 Kriteria Nilai

Nilai Kriteria Kemampuan

0 – 49 Kurang (K)

50 – 74 Cukup (C)

75 – 85 Baik (B)

86 - 100 Sangat Baik (SB)

Berdasarkan data dalam tabel penelitian tersebut, aktivitas siswa yang dominan pada siklus I adalah siswa tidak begitu terampil dalam berbicara pada saat memerankan drama dikarenakan kurang percaya diri dan malu-malu, dan bingung ketika ingin memulai berbicara, selain itu pada saat drama di mulai ada yang asyik bermain dengan temannya. Disini siswa belum begitu memusatkan perhatiannya pada materi.

Aktifitas siswa dalam bertanya kepada guru, bertanya kepada teman, berdiskusi secara kelompok dan menyampaikan ide/gagasan dalam kelompok untuk membuat sebuah karangan cerita drama dan menentukan karya karangan yang akan diperankan sudah baik, siswa bisa berdiskusi dengan baik.

Aktifitas siswa pada saat menulis karangan cerita drama secara individu dan memerankan drama Pada siklus I ini siswa masih malu-malu dan kurang percaya diri, mereka takut ada teman yang lain mengejeknya cara memerankan drama mereka jelek. dan siswa masih suka bermain ataupun berbincang-bincang dengan temannya, ada juga yang asyik


(67)

dengan kegiatannya sendiri, hal inilah yang menyebabkan siswa kurang mengerti materi yang diajarkan.

Pada siklus I ini, aspek aktivitas siswa dirasa kurang oleh guru adalah peserta didik kurang yakin akan imajinasi (bayangan) mereka dalam memerankan drama, dan peserta didik ada yang asyik dengan kegiatannya sendiri, dan ada yang bercanda dengan teman-temannya sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II. Dan aktifitas siswa yang masih kurang harus lebih ditingkatkan pada siklus II.

c. Paparan Keterampilan Berbicara pada Materi Memerankan Drama Siklus I

Tabel 4.5

Daftar Nilai Keterampilan Siswa Siklus I

No Nama

Aspek yang dinilai Skor

Ju m lah s k o r y an g d ip er o le h Nilai Ket L af al H af alan k o sak ata in to n asi Mim ik / ek sp resi

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 A. G √ 7 46 TT

2 A. A. M √ √ √ √ √ 11 73 T

3 A. U. M. S. √ √ √ √ √ 12 80 T

4 A. Z. E. √ √ √ √ √ 11 73 T

5 A. B. S √ √ √ √ √ 12 80 T

6 A. A. M. E √ √ √ √ √ 12 80 T

7 A. T. E. Z √ √ √ √ √ 14 93 T

8 B. √ 7 46 TT

9 D. M. G √ √ √ √ √ 11 73 T

10 D. A. W √ √ √ √ √ 13 86 T

11 D. K. S. √ √ √ √ √ 5 33 TT


(68)

13 E. T. M. √ √ √ 11 73 T

14 F. F √ √ √ √ √ 14 93 T

15 F. F √ 5 33 TT

16 J. A. D. A √ √ √ √ √ 12 80 T

17 M. C. √ √ √ √ √ 6 40 TT

18 M. K. N. √ √ √ √ √ 6 40 TT

19 M. I. A. √ √ √ √ √ 13 86 T

20 M. K. U √ √ √ √ √ 7 46 TT

21 M. G √ √ √ √ √ 10 60 TT

22 M. N. M √ 13 86 T

23 M. Y. E. √ √ √ √ √ 12 80 T

24 Y. F √ 5 33 TT

25 P. F. A √ √ √ √ √ 14 93 T

26 R. R. √ 9 60 TT

Catatan: 3= Baik 2= Cukup 1= Kurang

Rumus = ∑

∑ X 100 =

Tabel 4.6

Paparan Hasil Keterampilan Siklus I

Aspek yang dinilai Keterangan

Lafal TT Tidak tuntas

Hafalan T Tuntas

Kosakata Jumlah nilai 1712

Intonasi Rata-rata kelas 65,84

Mimik Ketuntasan 57%

Rumus rata-rata hasil tes belajar siswa pada siklus I :

M ∑

M


(69)

M = 65,84 Keterangan :

M : Nilai Rata-rata ∑ X : Total Nilai N : Jumlah Siswa

x : Jumlah Siswa Tuntas T : Ketuntasan

Dari paparan hasil praktek berbicara siswa dengan penerapan metode Image Streaming dapat dilihat pada tabel 4.5 bahwa rata-rata nilai siswa mencapai 65,84 Hasil prosentase ketuntasan belajar juga belum mencapai kriteria yang ditentukan peneliti yaitu 57% sedangkan kriteria ketuntasan sebesar 75% siswa tuntas. Rata-rata nilai memerankan drama siswa dan ketuntasan belum tercapai karena masih banyak siswa yang kurang percaya diri saat praktek di kelas sehingga banyak nilai yang kurang pada aspek mimik/ekspresi wajah dan intonasi tidak terdengar seluruh kelas, penggunaan bahasanya masih terbatas dan kosakata yang sedang.

d. Refleksi Peneliti tentang Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian pada siklus I, peneliti berpendapat bahwa aktivitas siswa pada siklus ini masih dikategorikan kurang karena pada siklus ini aktivitas siswa menurut peneliti masih kurang tetapi ada juga aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung menunjukkan sikap yang baik.


(70)

Aktivitas siswa yang menurut guru kurang adalah aktivitas siswa saat siswa ngobrol dengan teman yang lainnya tanpa memperdulikan guru yang ada didepan kelas saat menjelaskan materi yang sedang dipelajari, selain itu ada juga siswa yang asyik dengan kegiatannya sendiri dan ada juga yang keluar masuk kelas untuk ijin ke kamar mandi. Tetapi ada juga aktivitas siswa yang menunjukkan baik seperti merespon saat guru melontarkan pertanyaan, mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan bertanya ketika ada materi yang belum dimengerti.

Pada siklus I ini, nilai hasil ketrampilan yang dicapai siswa rata-rata 65,84 yang dapat kita lihat pada tabel 4.7 nilai ini dirasa kurang karena KKM yang harus dicapai siswa adalah 70, nilai terendah yang didapatkan siswa yang terdapat pada Kompetensi Dasar memerankan drama dengan lafal dan intonasi yang tepat dengan nilai 33 dan nilai tertinggi adalah 93 yang nilai ini sudah mencapai KKM yang telah ditentukan. Sedangkan prosentase ketuntasan siswa pada materi memerankan drama hanya 57%. karena bisa kita lihat dari 26 siswa 15 siswa saja yang sudah memahami materi dan mencapai KKM yang telah ditentukan dan 11 anak yang belum mencapai KKM yang diinginkan. Maka dapat disimpulkan bahwa pada siklus I ini masih banyak siswa yang belum tuntas dalam materi memerankan drama dan memperoleh hasil yang kurang, untuk itu perlu adanya perbaikan yang harus dilakukan pada siklus II.


(71)

Dikarenakan dalam pembelajaran siklus I tidak mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Dan memperoleh prosentase 57%, hal ini disebabkan karena siswa tidak bersemangat ataupun tidak antusias saat mendapatkan materi memerankan drama, terdapat 11 anak yang nilainya masih dikategorikan rendah yang dianggap tidak tuntas dalam materi memerankan drama dan 15 anak masuk dalam kategori baik yang dianggap sudah memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 70. Sedangkan pada siklus I ini hasil keterampilan memerankan drama memperoleh rata-rata 65,84 dengan prosentase 57% yang masih dibawah KKM yang ditentukan. terdapat 15 anak yang tuntas dalam materi ini dan 11 anak dinyatakan belum tuntas. meskipun belum mencapai KKM yang di inginkan tetapi pada siklus I sudah menunjukkan kemajuan dalam keterampilan berbicara karena nilai rata-rata keterampilan berbicara sebelum adanya tindakan hanya 45 dan sesudah diberi tindakan menjadi 65,84. Maka dari itu perlu adanya tindakan atau perbaikan pada siklus II agar bisa meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada materi memerankan drama siswa kelas V A.


(1)

109

c) Hasil keterampilan berbicara pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 65,84 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 57%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 82,80 dan ketuntasan belajar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil keterampilan berbicara pada siklus II sudah mencapai KKM yang diinginkan meskipun ketuntasan siswa tidak mencapai 100%. Dikarenakan 5 siswa yang belum tuntas pada keterampilan berbicara namun ini semua sudah dianggap berhasil karena siswa yang tuntas lebih banyak yaitu 21 siswa dibandingkan denga siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I sampai siklus II, sudah mengalami perbaikan, dan kekurangan pada siklus I oleh peneliti sudah di perbaiki pada siklus II. Sehingga tidak pelu ada tindakan perbaikan pada siklus berikutnya yaitu siklus III.


(2)

111 BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan data tentang analisis peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi memerankan drama melalui metode image streaming pada siswa kelas V A MI Al-Ittihad Jombang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang telah diajukan dan sesuai dengan hasil dari siklus I dan siklus II, yakni sebagai berikut :

1. Penerapan metode image streaming dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi memerankan drama berjalan dengan baik melalui perbaikan pada tiap refleksi. Penjelasan ini dapat dilihat dari nilai aktivitas guru meningkat dari 67 pada siklus I menjadi 90 pada siklus II. Begitu pula pada aktivitas siswa meningkat dari 51 pada siklus I menjadi 95 pada siklus II.

2. Peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan diterapkannya metode image streaming terlihat dari nilai rata-rata siswa siklus I sebesar 65,84 dan siklus II sebesar 82,80. Prosentase ketuntasan siswa meningkat terlihat dari prosentase ketuntasan pada siklus I sebesar 57% dan siklus II sebesar 80%.


(3)

112

B. Saran

Dengan pembuktian bahwa metode image streaming dapat

meningkatkan keterampilan berbicara siswa, maka beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain :

1. Bagi Siswa

a) Siswa seharusnya senang dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan drama, karena mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib kita kuasai, untuk itu siswa perlu mengikuti dan menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Guru

a) Setiap pembelajaran diharapkan guru di MI Al-Ittihad Jombang tidak hanya menggunakan metode ceramah saja dan guru diharapkan perlu mempelajari dan mencoba menggunakan berbagai metode, model, teknik, strategi, maupun menggunakan media pembelajaran yang beragam agar dapat memberikan cara terbaru dalam menyajikan materi bagi siswa untuk memacu motivasi belajarnya, sehingga untuk selanjutnya siswa dapat belajar dengan lebih menyenangkan.

b) Setiap pembelajaran guru perlu memberikan ice breaking sebagai awalan terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai bisa dengan mengajak siswa bernyanyi atau bermain untuk membangkitkan


(4)

113

semangat siswa. Agar mereka tidak merasa bosan saat mengikuti pelajaran.

c) Guru dapat melaksanakan penelitian baru untuk meningkatkan keterampilan dan motivasi belajar siswa pada materi lain. Sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal dan materi bisa tersampaikan sesuai tujuan pembelajaran. Selain itu, siswa lebih memahami apa yang telah dipelajari ketika proses pembelajaran. Setiap pembelajaran guru diharapkan memberikan reward bagi siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan belajar dengan hasil terbaik. Hal tersebut berguna untuk membangkitkan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Antusias siswa berperan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran, karena tanpa peran aktif siswa proses kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan maksimal.


(5)

`

DAFTAR PUSTAKA

Djago Tarigan dkk, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002)

Djago Tarigan, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1, (Jakarta: Proyek Penyetaraan Guru SD Setrata D-II, 1990)

Ginnis, Paul, Trik dan taktik mengajar,(Jakarta : Indeks, 2008)

Jhon, M. Echols dan Hasan Shadly, Kamus Inggris- Indonesia, (jakarta: PT. Gramedia Pustaka Indonesia, 1976)

Kurnianto Rido, Abd. Kadit, dkk, Penelitian tindakan kelas, (Surabaya: Aprinta,2009).

Kunandar, Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008)

Malcolin Collin Rose J. Nicholl, Accelerated learning for century 21st century,(Bandung: Nuansa, 2006)

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

Muslich Masnur, Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research) pedoman Praktis bagi Guru Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009)

Purwati, Eni, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Paket 5, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009)

Sugono, Dendy dkk, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) Tarigan, Djago, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

Angkasa, 1983)

Tim Penyusun Buku Pedoman Penulisan Skripsi Prodi PGMI, Pedoman Penulisan Skripsi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), (Surabaya:2013)


(6)

`

Wassid Iskandar dan Sunendar Dadang, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015)

Wenger Win, beyond teaching & learning (memadukan Quantum teaching & learning), (Bandung: nuansa Cet.4, 2004)

Wenger Win, Cara Dahsyat Mengajar & Belajar: beyond teaching & learning,( Bandung: nuansa cendekia Cet.1, 2015)

Zainal, Aqib dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK, (Bandung:


Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI DEBAT AKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Implementasi Strategi Debat Aktif Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 1 Belang

0 1 18

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE SMART BRAIN KELAS V SDN Peningkatan Keaktifan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Smart Brain Kelas V SDN Gedong 01 Karanganyar Tah

0 2 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE SMART BRAIN KELAS V SDN Peningkatan Keaktifan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Smart Brain Kelas V SDN Gedong 01 Karanganyar Tah

0 3 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MELALUI Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Melalui Metode Sosiodrama Di SDN Kateguhan 02 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MELALUI Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Melalui Metode Sosiodrama Di SDN Kateguhan 02 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/

0 1 11

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE DEBAT AKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Debat Aktif pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 3 Purwantoro Ke

0 0 16

Peningkatan keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Arab materi al-Mihnah melalui metode practice-rehearsal pairs pada siswa kelas iv MI Mumuhammadiyah 23 surabaya.

0 1 110

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TELEPON PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE THINK TALK WRITE SISWA KELAS III MI AL QODIR WAGE TAMAN SIDOARJO.

0 2 103

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DEBAT PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL AKHLAQ GRESIK.

0 0 128