Peningkatan keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Arab materi al-Mihnah melalui metode practice-rehearsal pairs pada siswa kelas iv MI Mumuhammadiyah 23 surabaya.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA

MATA PELAJARAN

BAHASA ARAB MATERI

AL-MIHNAH

MELALUI METODE

PRACTICE-REHEARSAL PAIRS

PADA SISWA KELAS IV

MI MUHAMMADIYAH 23 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh : Maslamatul Ilmi NIM. D07213022

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA April 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Maslamatul Ilmi. 2017. Peningkatan Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa

Arab Materi Al-Mihnah Melalui Metode

Practice-Rehearsal Pairs Pada Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya

Penelitian ini dilatar belakangi kurangnya keterampilan berbicara siswa mata pelajaran bahasa Arab, yang disebabkan oleh kurangnya inovasi dalam menerapkan metode pembelajaran untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Dari 16 siswa hanya 8 siswa atau 50% yang tuntas, sedangkan 8 siswa atau (50%) siswa belum tuntas. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, peneliti menggunakan

metode Practice-Rehearsal Pairs. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui

penerapan metode Practice-Rehearsal Pairs dalam meningkatkan keterampilan

berbicara pada mata pelajaran bahasa Arab materi al-Mihnah siswa kelas IV MI

Muhammadiyah 23 Surabaya, 2) mengetahui peningkatan keterampilan berbicara

mata pelajaran bahasa Arab materi al-Mihnah melalui metode Practice-Rehearsal

Pairs siswa kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan model PTK Kurt Lewin. Subjek penelitian ini terdiri dari 16 siswa kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya. Tindakan ini menggunakan dua siklus (siklus I dan siklus II). Tekhnik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara,

penilaian unjuk kerja (Performance), dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) penerapan metode Practice-Rehearsal

Pairs pada mata pelajaran bahasa Arab dilakukan dengan dua siklus. Pada siklus I hasil observasi siswa belum tercapai yaitu 71,15 (cukup), dan hasil observasi guru sudah tercapai yaitu 81,48 (baik). Pada siklus II hasil observasi siswa meningkat menjadi 86,53 (baik), dan hasil aktivitas guru meningkat menjadi 91,66 (sangat baik), 2)

peningkatan keterampilan berbicara bahasa Arab materi al-Mihnah melalui metode

Practice-Rehearsal Pairs telah mampu meningkatkan berbicara siswa. Pada siklus I nilai rata-rata kelas yaitu 67,69 (cukup), dan siklus II menjadi 81,21 (baik). Peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa siklus I diperoleh persentase 75% (cukup), dan pada siklus II meningkat menjadi 87,5% (sangat baik). Saran pada penelitian ini yaitu guru dan pihak sekolah harus lebih kreatif dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan inovasi metode pembelajaran agar siswa turut aktif dan tidak mudah bosan pada saat kegiatan pembelajaran dan pihak sekolah juga harus menfasilitasi guru dalam menerapkan metode-metode pembelajaran.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR RUMUS ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tindakan yang dipilih ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Lingkup Penelitian ... 9

F. Signifikansi Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa Arab ... 12


(8)

1. Pengertian Bahasa Arab ... 12

2. Pengertian Pembelajaran ... 13

3. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Arab di MI ... 14

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Arab di MI ... 15

5. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Arab di MI ... 16

6. Materi al-Mihnah ... 17

B. Keterampilan Berbicara ... ... 20

1. Pengertian Berbicara ... ... 20

2. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 21

3. Tujuan Keterampilan Berbicara ... 22

4. Macam-macam Keterampilan Berbicara... 24

5. Indikator Keterampilan Berbicara ... 25

C. MetodePractice-Rehearsal Pairs ... 27

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 27

2. Pengertian MetodePractice-Rehearsal Pairs ... 28

3. Langkah-Langkah MetodePractice-Rehearsal Pairs ... 29

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Practice-Rehearsal Pairs ... 31

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode penelitian ... 33

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 36

C. Variabel yang diselidiki ... 38

D. Rencana Tindakan ... 38

E. Data dan Teknik Pengumpulannya ... 43

1. Data ... 43

2. Teknik Pengumpulannya ... 44


(9)

F. Indikator Kinerja ... 52

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 55

B. Pembahasan ... 83

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang sangat peduli terhadap segala sesuatu

yang berhubungan dengan pendidikan. Dalam pendidikan diperlukan adanya tujuan

pendidikan yang jelas bukan transparan, karena pada masa kini pendidikan menjadi

harapan mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik.1 Salah satu dari tujuan

negara yang dapat diperoleh melalui pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa, oleh karena itulah maka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah fungsi

pendidikan.2 Pendidikan di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami

perkembangan sesuai dengan berkembangnya zaman. Mengembangkan

kemampuan yang dimiliki dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat guna mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan fungsi dari

pendidikan nasional di negara Indonesia. Sedangkan tujuan pendidikan nasional

yaitu untuk mengembangkann potensi yang dimiliki oleh siswa agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.3 Berdasarkan undang-undang tersebut maka

1

Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), 13.

2

Anwar Arifin, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 9.

3


(11)

2

pendidikan di Indonesia harus melalui tahap perencanaan yang benar-benar matang

supaya tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Penyesuaian diri yang dilakukan oleh siswa terhadap lingkungannya secara

baik dapat dipengaruhi oleh suatu proses pendidikan. Dengan demikian, akan

menimbulkan perubahan yang terjadi pada diri siswa yang dapat memungkinkan

siswa untuk berfungsi dengan baik dalam kehidupan masyarakat. Di dalam dunia

pendidikan, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan tuntutan perkembangan

pembangunan harus sesuai dengan kualitas pendidikan. Supaya dapat menguasai

berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan alat komunikasi yaitu

bahasa. Di sekolah dasar, pembelajaran bahasa yang diberikan bukan hanya bahasa

lokal saja melainkan bahasa asing, diantaranya yaitu bahasa Arab. Perkembangan

bahasa Arab di sekolah-sekolah semakin pesat, hal ini terbukti dengan adannya

mata pelajaran bahasa Arab di sekolah-sekolah yang berbasis islami. Agar siswa

bisa dan mampu menguasai empat keterampilan bahasa, yaitu keterampilan

menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan

menulis, merupakan tujuan secara umum dari pembelajaran bahasa Arab.4

Berdasarkan empat keterampilan di atas, peneliti memilih keterampilan berbicara

untuk diteliti. Kemahiran dalam berbicara adalah salah satu dari jenis keterampilan

berbahasa yang akan dicapai dalam semua pembelajaran bahasa termasuk juga

4


(12)

3

bahasa Arab. Keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Arab juga

dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kosa kata yang dipunyai oleh setiap siswa.

Sejak berada di sekolah dasar hingga di sekolah menengah atas telah

diajarkan tentang keterampilan berbicara yang terdapat di dalam mata pelajaran

bahasa Arab. Namun, pada umumnya siswa masih belum bisa mengungkapkan

bahasa Arab secara lisan ketika dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam

menyampaikan gagasan, pikiran, ungkapan, pertanyaan, dan jawaban yang

menggunakan bahasa Arab, siswa merasa masih kesulitan. Pendidikan tentang

agama Islam di Madrasah Ibtidaiyyah terdiri dari empat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan juga Bahasa Arab. Pada tiap mata pelajaran ini saling terkait. Dalam hal tersebut peneliti akan

meneliti tentang mata pelajaran bahasa Arab yang berada di Madrasah Ibtidaiyyah

terkait keterampilan berbicara. Mata pelajaran bahasa Arab yang berada di lingkup

madrasah dipersiapkan untuk tercapainya kompetensi dasar dalam berbahasa, yang

mengandung empat keterampilan berbahasa yang dipelajari secara menyeluruh,

yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat

pendidikan yang termasuk dalam kategori dasar (elementary) difokuskan pada

kecakapan tentang menyimak dan juga tentang berbicara sebagai landasan dalam

berbahasa. 5

5

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standart Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, 22.


(13)

4

Terbentuknya pembelajaran yang dapat kondusif dan dapat tercapainya

tujuan pembelajaran dengan baik dibutuhkan seorang pendidik yang mampu

menguasai seluruh kelas dengan baik, bukan hanya menguasai materi sesuai

bidangnya. Ketika proses pembelajaran berlangsung harus dibuat secara menarik,

menyenangkan serta tidak memberikan kesan bosan pada siswa. Untuk

menciptakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, serta bukan yang

membosankan dibutuhkan kreatifitas dari seorang pendidik dalam menggunakan

metode-metode ketika kegiatan pembelajaran. Pembelajaran bermakna dapat

berpengaruh terhadap siswa tentang pengalaman belajar yang mengesankan.

Pengalaman yang didapatkan siswa bisa semakin memberikan kesan positif jika

proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil pemahaman dan juga

penemuan siswa itu sendiri. Maka dari itu, dalam pembelajaran yang efektif dan

bermakna, siswa perlu untuk dilibatkan secara aktif karena siswa merupakan pusat

dari kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi, dan karakter.6

Berdasarkan observasi yang sudah dilaksanakan peneliti di MI

Muhammadiyah 23 Surabaya, peneliti menemukan permasalahan dalam kegiatan

belajar mengajar yaitu keterampilan berbahasa siswa tepatnya pada aspek berbicara

siswa pada mata pelajaran bahasa Arab yang tergolong dalam kategori kurang.

Siswa merasa gugup, pengucapan kata-kata dalam bahasa Arab juga masih kurang

6

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 103.


(14)

5

jelas, ketika diminta untuk mengungkapkan pendapat atau bercerita bahasa Arab.

Keterampilan siswa tentang berbicara bahasa Arab masih rendah, siswa cenderung

menulis daripada berbicara.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan peneliti di MI

Muhammdiyah 23 Surabaya pada siswa kelas 4, nilai rata-rata yang diperoleh siswa

yaitu 56,56 persentase ketuntasan belajar siswa hanya 50% yaitu sekitar 8 anak

yang memiliki keterampilan berbicara bahasa Arab yang cukup, sedangkan 8 anak

lainnya masih dikategorikan kurang dalam keterampilan berbicara bahasa Arab

dari jumlah keseluruhan yaitu 16 siswa. 7 Kriteria Ketuntasan Minimal KKM mata

pelajaran bahasa Arab di MI Muhammadiyah 23 Surabaya yang ditetapkan dan

harus dicapai adalah 75 namun hasilnya masih kurang atau dibawah nilai KKM.

Guru mata pelajaran bahasa Arab Ibu Anggun Kharismawati, S.Hum

menuturkan bahwa masalah pembelajaran bahasa Arab dikarenakan guru jarang

menggunakan metode pembelajaran yang digunakan untuk mendorong atau melatih

keterampilan berbicara bahasa Arab siswa. Pada proses pembelajaran keterampilan

berbicara mata pelajaran Bahasa Arab yang dilakukan menggunakan metode yang

membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain hal itu, siswa

kelas IV terbiasa berbicara menggunakan bahasa Jawa dan terkadang mereka

merasa asing dengan bahasa Arab. Sehingga siswa-siswi tersebut cepat merasa

7

Anggun Kharismawati, Guru Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya, Wawancara Pribadi, Surabaya, 19 Oktober 2016.


(15)

6

bosan dan memilih untuk diam. Hal ini dapat mempengaruhi keterampilan

berbicara bahasa Arab siswa.

Dari hasil wawancara diatas, dalam meningkatkan keterampilan aspek

berbicara siswa diperlukan upaya pengembangan dengan memilih dan menerapkan

metode pembelajaran tertentu yang dapat menghasilkan peningkatan keterampilan

berbicara bahasa Arab di MI Muhammadiyah 23 Surabaya. Terdapat beberapa

pertimbangan dalam rangka menentukan atau memilih metode pembelajaran yaitu

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, besar kelas, jumlah siswa, kemampuan

siswa, kemampuan guru, fasilitas yang tersedia, dan waktu yang tersedia.8 Setelah

mempelajari berbagai metode-metode yang berhubungan dengan pembelajaran

yang telah dikembangkan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara

hipotesis metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara

bahasa Arab siswa kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya seperti yang

disebutkan diatas adalah metode pembelajaran Practice- Rehearsal Pairs.

Metode Practice-Rehearsal Pairs merupakan metode pembelajaran aktif

yang ditawarkan oleh Melvin L. Siberman. Langkah-langkah yang terdapat dalam

metode ini membuat siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik

dari awal kegiatan hingga kegiatan penutup. Tujuan dari metode ini yaitu untuk

meyakinkan atau memastikan bahwa kedua pasangan dapat memperagakan

8

Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan Inovatif (Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2016), 19.


(16)

7

keterampilan atau prosedur dengan benar.9 Metode pembelajaran Practice-

Rehearsal Pairs (praktek berpasangan) merupakan metode yang dapat digunakan

untuk mempraktekkan suatu keterampilan atau prosedur dengan berpasangan yaitu

dengan teman belajar.10

Keterampilan berbicara bahasa Arab dengan menggunakan metode

pembelajaran Practice-Rehearsal Pairs sangat berperan penting untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa terutama pada mata pelajaran bahasa

Arab. Metode ini dilakukan dengan praktik berpasangan dengan teman belajar yang

dapat meningkatkan keakraban dengan siswa dan untuk memudahkan dalam

mempelajari materi-materi yang bersifat psikomotorik. Dalam metode

pembelajaran ini mengajak siswa aktif dan merupakan metode pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka dalam

Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “Peningkatan Keterampilan

Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Arab Materi Al-Mihnah Melalui Metode

Practice-Rehearsal Pairs Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya”.

9

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Aktif Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nuansa Cendekia, 2014), 238.

10


(17)

8

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis menyimpulkan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Practice-Rehearsal Pairs dalam

meningkatkan keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Arab

materi al-Mihnah siswa kelas 4 Madrasah Ibtidaiyyah Muhammadiyah

23 Surabaya?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa

Arab materi al-Mihnah melalui metode Practice-Rehearsal Pairs siswa

kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Muhammadiyah 23 Surabaya?

C.Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh peneliti

pada siswa kelas IV dalam pembelajaran bahasa Arab materi al-Mihnah yaitu

dengan meningkatkan keterampilan berbicara siswa menggunakan metode

Practice-Rehearsal Pairs. Pada metode Practice-Rehearsal Pairs diharapkan

siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa

khususnya pada mata pelajaran bahasa Arab.

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan penelitian


(18)

9

1. Mengetahui penerapan metode Practice-Rehearsal Pairs dalam

meningkatkan keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Arab

materi al-Mihnah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah

Muhammadiyah 23 Surabaya.

2. Mengetahui peningkatan keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa

Arab materi al-Mihnah melalui metode Practice-Rehearsal Pairs siswa

kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Muhammadiyah 23 Surabaya.

E.Lingkup Penelitian

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak menimbulkan kekeliruan atau

meluasnya pembahasan, maka perlu dibatasi masalah-masalah yang akan dibahas.

Adapaun ruang lingkup pembahasannya yaitu sebagai berikut:

1. Ruang lingkup kajian dari bidang studi hanya difokuskan pada mata

pelajaran bahasa Arab kelas IV semester II tahun pelajaran 2016-2017,

khususnya pada aspek berbicara yang berhubungan dengan kompetensi dasar “ berbicara: mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang keluarga, profesi, dan di sekolah.

2. Subyek penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas IV tahun ajaran

2016-2017 di MI Muhammadiyah 23 Surabaya.

3. Keterampilan berbicara yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan

kelas ini yaitu keterampilan berbicara yang berhubungan dengan materi


(19)

10

4. Implementasi penelitian ini menggunakan metode Practice-Rehearsal

Pairs.

F. Signifikansi Penelitian

Jika hasil tujuan penelitian di atas dapat dicapai, maka hasil PTK ini

diharapkan dapat bermanfaat :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi

peneliti penulisan karya selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa

Arab materi al-Mihnah dengan penggunaan metode Practice-Rehearsal

Pairs.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi peneliti : dapat meningatkan pemahaman serta wawasan

peneliti dalam membuat karya ilmiah dan dapat dijadikan sebagai

pengalaman, masukan, refleksi peneliti ketika menjadi tenaga

pendidik dan untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK)

pada tempat, kelas, setting, metode yang berbeda.

b) Bagi sekolah : dapat memberikan kontribusi dalam hal

meningkatkan mutu tenaga pendidik dan siswa.

c) Bagi guru : dapat memberikan kontribusi dalam hal inovasi atau


(20)

11

dapat memberikan masukan kepada guru untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan melakukan uji coba dengan

setting kelas dan siswa yang lain serta untuk meningkatkan

keterampilan berbicara siswa.

d) Bagi siswa : dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dan dapat

menghilangkan kejenuhan, kebosanan dalam proses pembelajaran

yang berlangsung dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Pembelajaran Bahasa Arab 1. Pengertian Bahasa Arab

Bahasa Arab yaitu alat komunikasi yang berupa kata atau ucapan secara

lisan diucapkan oleh orang bangsa Arab dalam mengungkapkan hal yang ada di

hati, otak, dan benak mereka. Dengan turunnya Al-Qur’an membawa kosa kata

baru dengan jumlah yang luar biasa banyaknya menjadikan bahasa arab menjadi

suatu bahasa yang paling sempurna, baik dalam kosa kata, makna, gramatikal,

dan ilmu-ilmu lainnya.

Di Indonesia bahasa Arab bisa jadi sebagai bahasa kedua bisa juga sebagai

bahasa asing. Bahasa Arab bukan merupakan bahasa pergaulan sehari-hari,

maka bagi lingkungan atau masyarakat pada umumnya bahasa Arab merupakan

bahasa asing. Di sekolah-sekolah bahasa Arab tidak digunakan sebagai bahasa

pengantar dalam pembelajaran, tetapi sebagai mata pelajaran yang terdiri dari

beberapa materi. Secara formal bahasa Arab merupakan bahasa asing. Karena

sebagai bahasa yang tergolong asing, sistem pembelajaran bahasa Arab adalah

bahasa asing, mulai dari tujuan, materi, sampai kepada metode pembelajaran.

Dengan demikian, pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa bahasa Arab


(22)

13

menganggap bahwa bahasa Arab bukan bahasa asing maka hal itu tidak resmi

karena diluar patokan yang telah ditetapkan.11 Sama halnya dengan

pembelajaran bahasa pada umumnya, bahasa Arab juga memiliki empat

keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,

keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “instruction

terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu: belajar (learning) dan mengajar

(teaching), kemudian disatukan dalam satu aktivitas, yaitu kegiatan

belajar-mengajar yang selanjutnya populer dengan istilah pembelajaran (Instruction).12

Pembelajaran intinya yakni “perubahan”, dan perubahan itu diperoleh melalui

aktivitas merespon terhadap lingkungan pembelajaran. Suatu proses usaha yang

dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan perubahan yang baru sebagai hasil

pengalaman seseorang dalam interaksi dengan lingkungannya agar mencapai

tujuan tertentu disebut dengan pembelajaran.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam

kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang

tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh kurikulum.

11

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 56-57.

12


(23)

14

Pembelajaran bahasa Arab merupakan bagian dari upaya untuk mempersiapkan

sejak dini agar siswa mampu dalam menguasai empat keterampilan pengajaran

bahasa ataupun memahami bahasa Arab.

3. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah

Mata pelajaran bahasa Arab yaitu suatu mata pelajaran yang diarahkan

untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan

serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab reseptif maupun

produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami

pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu

kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan

maupun tulis. Dalam membantu memahami sumber ajaran agama Islam yaitu

Al-Qur’an, hadis, dan kitab-kitab lain yang berkenaan dengan bahasa Arab maka

siswa harus mempunyai kemampuan dalam berbahasa Arab.13

Berdasarkan hal tersebut maka bahasa Arab di madrasah dipersiapkan

untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat

keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan

dasar (elementary) difokuskan pada keterampilan menyimak dan berbicara

sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (intermediate),

13

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentanng Standart Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Hlm 22.


(24)

15

keempat keterampilan berbahasa diajarkan secara seimbang. Kemudian pada

tingkat pendidikan lanjut (advanced) dititikberatkan pada keterampilan

membaca dan menulis, sehingga siswa diharapkan mampu mengakses berbagai

referensi berbahasa arab.

Pada tahap pendidikan dasar ini dapat dilakukan dengan cara menegur

siswa dalam bahasa Arab, misalnya: dalam situasi ruangan yang terlalu panas

atau dingin, mintalah siswa dengan bahasa Arab untuk membuka atau menutup

jendela. Siswa membutuhkan keterbiasaan sesegera mungkin tentang bunyi

bahasa Arab yang belum diketahui atau dikenal bagi siswa.14

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyyah

Ruang lingkup yaitu besar kecilnya materi yang terdapat dalam suatu mata

pelajaran yang akan disampaikan.15 Pada pembelajaran bahasa Arab di

Madrasah Ibtidaiyyah termasuk dalam pendidikan bahasa Arab dasar yang

menfokuskan terhadap aspek keterampilan menyimak dan berbicara.

Difokuskan pada dua keterampilan tersebut dikarenakan agar siswa mampu

mengolah kata dan memiliki kosa kata yang banyak. Ruang lingkup mata

pelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah meliputi tema-tema tentang

perkenalan, peralatan madrasah, pekerjaan, alamat, keluarga, anggota badan, di

14

Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 69.

15

Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 23.


(25)

16

rumah, di kebun, di madrasah, di laboratorium, di perpustakaan, di kantin, jam,

kegiatan sehari-hari, pekerjaan rumah, dan rekreasi.16

5. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyyah

Dalam perencanaan pembelajaran, tujuan pembelajaran yang akan dicapai

merupakan aspek yang penting dalam mempertimbangkannya, maka dibutuhkan

perencanaan yang matang. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada

tercapainya tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran yaitu suatu pernyataan yang

lebih khusus yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.17

Sasaran yang hendak dicapai pada akhir prmbelajaran dan kemampuan yang

harus dimiliki siswa merupakan pengertaian dari tujuan pembelajaran.18

Mata pelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah memiliki tujuan

sebagai berikut:

a. Pengembangan kemampuan atau siswa dalam berkomunikasi

dengan bahasa Arab, baik secara lisan maupun tulis. Bahasa Arab

memiliki empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak (istima’),

berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).

16

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentanng Standart Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Hlm 23.

17

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 35.

18

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2007), 133.


(26)

17

b. Pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing yang

merupakan mata pelajaran di sekolah untuk alat utama belajar dalam

mengkaji sumber-sumber ajaran agama Islam, maka perlu

ditumbuhkan kesadaran siswa tentang hal tersebut.

c. Pengembangan pemahaman tentang keterkaitan antara bahasa dan

budaya serta memperluas kergaman budaya. Dengan demikian,

siswa diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan

diri dalam keragaman budaya.

6. Materi Al-Mihnah pada mata pelajaran bahasa Arab

Materi pelajaran pada umumnya merupakan gabungan antara jenis materi

yang bersifat pengetahuan, keterampilan, langkah-langkah, prosedur, keadaan,

syarat-syarat tertentu, dan sikap.19 Materi al-Mihnah yaitu materi yang

mempelajari tentang profesi atau pekerjaan dalam bahasa Arab. Profesi

merupakan bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Pada

materi ini membahas tentang macam-macam profesi dalam bahasa Arab. Pada

mata pelajaran bahasa Arab terdapat 4 keterampilan yang dibahas pada materi

ini, antara lain:

a. Mahaaratul istima’ yaitu kemampuan mendengarkan

b. Maharaatul kalam yaitu kemampuan berbicara

c. Mahaaratul qira’ahyaitu kemampuan membaca

19


(27)

18

d. Mahaaratul kitabah yaitu kemampuan menulis.

Dari ke empat keterampilan di atas, pada tingkat pendidikan dasar

difokuskan pada keterampilan menyimak dan berbicara. oleh karena itu, maka

peneliti melakukan penelitian pada keterampilan berbicara pada siswa kelas IV

di MI Muhammadiyah 23 Surabaya. Pembahasan tentang materi al-Mihnah

adalah sebagai berikut:20

ُُتاَدَرْفُمْلَا

Tentara

ُ يِدُْج

Tukang cukur

ُ قُاَح

Penjahit

ُ طايَخ

Sopir

ُ قِئُاَس

Polisi

ُ يِطْرُش

Pemancing ikan

ُ دايَص

Dokter

ُ بْيِبَط

Pilot

ُ رايَط

Petani

ُ حاَف

Guru

ُ سِ رَدُم

20

Sunarsih, Bahasa Arab Modern (Surabaya: Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, 2015), 53-57.


(28)

19

Perawat

ُ ةَضِ رَُُ

Insinyur

ُ سِدَْهُم

ُِم َاَكْلاُةَراَهَم

ُُةَثَداَحُمْلَا

؟ُرَمُعَََُكمَعَُنْيَا:ُ نَسَح

؟اَذاَمِلُ,ىَفْشَتْسُمْلاُ ََإُْيِ مَعَُبََذ:ُُرَمُع

ُ بْيِبَطَُلْوَحًُأْيَشَُلَأْسَاُْنَأُُدْيِرُأ:ُ نَسَح

ُْلَ:ُُرَمُع

؟َمْوَ يْلااًبْ يِبَطَُنْوُكَتُْنَأُدْيِرُت

؟َتْنَاَوُ,ْمَعَ ن:ُ نَسَح

اًيِطْرُشَُنْوُكَأُْنَأُُدْيِرُأ:ُُرَمُع

؟اَذاَمِل:ُ نَسَح

ُِقْيرطلاَُُِِْسا لاُُدِعاَسُأُْنَأُُدْيِرُأُْ ِ َِِّ:ُُرَمُع

ُ؟َكُتْخُاَو:ُ نَسَح


(29)

20

َُنْوُكَتُْنَأُِِْْخُأُُدْيِرُت:ُُرَمُع

ًُةَسِدَْهُم

ُُةَيُاَكَِْْا

ُ

ُُلَمْعَ يَُوُُ. بْيِبَطَُوُُ.ْيِ مَعَُكِلَذُ.ِةَرْوصلاُِِذَُ ََِاُْرُظْنُاُ.ُرَمُعَََُا

ُ

ُُلَمْعَ تَُيُِ. ةَضِ رََُُُيُِ.ِِْمَعَُكْلِتَوُ.ِضْيِرَمْلاُُصَحْفَ يَُوُُ.ىَفْشَتْسُمْلاُِِْ

ُ

ُ.اًضْيَاُىَفْشَتْسُمْلاُِِْ

ُ

َُكْلِتَوُ.زرلاُُعَرْزَ يَُوُُ. مْوَ يُلُكُِةَعَرْزَمْلاُ ََِاُُبَُْذَيَُوُُ. حاَفَُوُُْيِ دَجَُكِلَذ

.ِةَسَرْدَمْلاُُُِِْمِ لَعُ تَُيُِ. ةَسِ رَدُمَُيُِ.ْ ِِدَج

B.Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Berbicara

Berbicara yaitu kemampuan melafalkan atau mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan suatu

sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible)

yang memanfaatkan sejumlah otot atau jaringan otot tubuh manusia demi

maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.

Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang manghasilkan bahasa dan

mengkomunikasikan ide dan pikiran secara lisan.21

21

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Dan Sastra (Yogyakarta: BPFE, 2001), 168.


(30)

21

Berkomunikasi merupakan tujuan utama dari berbicara. Agar dapat

menyampaikan fikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami

makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Sebagai pembicara harus

mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya dan

harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan,

baik secara umum maupun perorangan.22

2. Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk

menyampaikan kehendak, perasaan, dan keinginan kepada orang lain secara

lisan pada hakikatnya merupakan pengertian dari keterampilan berbicara. Dalam

hal ini, kelengkapan indera ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang

memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi,

tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan berbicara ini juga

didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan

bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah psikologis, seperti rasa

malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.23 Keterampilan

berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam

22

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2013), 16.

23

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 241.


(31)

22

membentuk sebuah kalimat. Jika siswa terlibat aktif dalam berkomunikasi maka

proses pembelajaran keterampilan berbicara akan menjadi lebih mudah.

Ketika seorang siswa bisa menulis, membaca, dan mendengarkan suatu

kosa kata tertentu namun tidak disertai dengan keterampilan siswa untuk

berbicara maka kosa kata tersebut sulit diingat oleh siswa ketika siswa akan

berkomunikasi dengan orang lain. Hal tersebutlah yang merupakan perbedaan

mendasar antara keterampilan berbicara dengan keterampilan lainnya.

Peningkatan keterampilan berbicara seorang individu atau siswa maka

berpengaruh pula terhadap daya pikir individu tersebut. Dalam berkomunikasi,

seorang pendengar bisa beralih menjadi seorang pembicara atau sebaliknya.

Sehingga keterampilan berbicara membutuhkan beberapa aspek keterampilan

berbahasa lainnya. Keterampilan berbicara dalam bahasa Arab disebut dengan

Mahaaratul Kalam. Mengukur keterampilan berbicara bahasa Arab berarti mengukur keterampilan siswa dalam mengekspresikan ide, pikiraan, dan

perasaan siswa dalam bahasa Arab (ta’bir syafawi).24

3. Tujuan Keterampilan Berbicara

Secara umum, tujuan keterampilan berbicara yaitu agar siswa terampil

dalam berkomunikasi secara lisan dengan baik dan benar. Tujuan lain dari

keterampilan berbicara adalah sebagai berikut:

24

Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab untuk studi Islam (Malang: UIN-MALIKI Press, 2010), 52-53.


(32)

23

a) Agar siswa terbiasa bercakap-cakap atau berkomunikasi dengan

bahasa yang baik dan benar.

b) Agar siswa terbiasa menyusun kalimat yang berasala dari dalam

hati dan perasannya dengan kalimat yang baik dan benar.

c) Agar siswa terbiasa memilih kata dan kalimat, lalu menyusunnya

dalam bahasa yang indah, serta memperhatikan penggunaan kata

pada tempatnya.25

Pembelajaran bahasa Arab di MI pada keterampilan berbicara memiliki

beberapa tujuan diantaranya:

1) Siswa dapat mengucapkan ungkapan-ungkapan yang berbahasa

Arab

2) Siswa dapat mengucapkan ungkapan-ungkapan yang serupa atau

yang berbeda

3) Siswa dapat membedakan atau memahami ungkapan yang dibaca

pendek dan ungkapan yang dibaca panjang

4) Siswa dapat mengungkapkan hati dan perasaannya dengan

memperhatikan susunan kalimat dengan benar sesuai dengan tata

bahasa.

25 Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab (Jogjakarta: DIVA Press, 2012),


(33)

24

5) Siswa dapat mengungkapkan apa yang ada dalam fikiran siswa

dengan menggunakan aturan yang sesuai dengan penyusunan

kalimat dalam bahasa Arab.

6) Bagian-bagian dari tata bahasa Arab dalam ungkapannya seperti

tanda mudzakkar, mu’annath’, ‘ada, hal, dan fi’il yang sesuai

dengan waktu dapat digunakan siswa dengan benar.

7) Ungkapan kebahasaan sesuai dengan umur, tingkat kedewasaan, dan

kedudukan dapat digunakan siswa dengan benar.

8) Siswa dapat menusuri dan menggali manuskrip-manuskrip dan

literatur-literatur yang menggunakan bahasa Arab.

9) Siswa dapat mengungkapkan ungkapan yang jelas dan dimengerti

tentang dirinya sendiri.

10)Siswa dapat berfikir tentang bahasa Arab dan mengungkapkannya

secara cepat dalam situasi dan kondisi apapun.26

4. Macam-macam Keterampilan Berbicara Bahasa Arab

Pada pembelajaran bahasa Arab tingkat dasar terdapat dua macam

keterampilan berbicara sebagai yaitu:

a. Percakapan (Muhadatsah)

26

Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI metode aplikatif & inovatif berbasis ICT (Surabaya: PMN, 2014), 49-50.


(34)

25

Muhadatsah yaitu cara menyajikan bahasa pelajaran bahasa Arab

melalui dialog atau percakapan, dalam percakapan itu bisa terjadi percakapan

itu dapat terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dengan

menambah dan terus memperkaya kata-kata yang semakin banyak.27

b. Ungkapan secara lisan (Ta’bir Syafahih)

Ta’bir syafahih merupakan latihan siswa dalam membuat karangan tulisan atau cerita secara lisan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

siswa dalam mengutarakan pemikiran dan perasaannya.

5. Indikator Penilaian Keterampilan Berbicara

Pada hakekatnya belajar bahasa bukan semata-mata belajar untuk

menguasai ilmu bahasa tersebut, akan tetapi lebih dimaksudkan untuk membantu

para siswa mampu menggunakan bahasa tersebut sebagai alat komunikasi baik

secara tulis maupun lisan.28 Untuk dapat berbicara secara baik, siswa harus

siswa harus menguasai secara aktif struktur dan kosa kata bahasa yang

bersangkutan. Masalah kelancaran dalam berbahasa dan ketepatan bahasa atau

pengucapan serta kejelasan pikiran atau pemahaman merupakan hal yang sering

diteskan dalam kegiatan berbicara.29 Ketika berbicara terdapat dua aspek yang

terlibat yaitu keterampilan dalam menyampaikan secara lisan yang dilihat dari

27

Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2004), 116.

28

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran..., 284.

29


(35)

26

segi aktivitas dan kemampuan kognitif yang dilihat dari segi pemahaman

terhadap isi cerita atau gagasan terungkap melalui bahasa yang disampaikan.

Adapun yang penulis maksud dengan keterampilan berbicara adalah

keterampilan berbicara bahasa Arab materi al-Mihnah yang meliputi 3

komponen indikator keterampilan berbicara yaitu:

a. Pelafalan atau Ucapan (al-Nutq)

Pelafalan merupakan tolak ukur seberapa baik dan benar siswa dalam

mengungkapkan atau melafalkan suatu kata atau suatu kalimat. Dalam

pembelajaran berbicara seseorang, perlu dibimbing dan di motivasi

agar siswa mampu mengungkapkan bahasa tersebut.30

b. Tata bahasa (al-Qawaid)

Tata bahasa merupakan fumgsi penting dalam pembelajaran bahasa

asing termasuk bahasa Arab karena tata bahasa akan memasung

kreatifitas pembelajar untuk berbicara.

c. Pemahaman isi cerita

Kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam hal merespon terhadap

suatu ujaran secara baik.31 Siswa mampu memahami isi cerita yang

terkandung dalam bacaan bahasa Arab.

30

Taufik, Pembelajaran Bahasa..., 50.

31


(36)

27

Ketiga komponen tersebut disatukan dan dijadikan sebagai alat ukur

kesempurnaan dalam berbicara bahasa Arab siswa. Masing-masing komponen

berisi indikator secara bertingkat menunjukkan adanya penguasaan keterampilan

dalam pelafalan, tata bahasa, dan pemahaman siswa terhadap isi cerita.

C.Metode Practice-Rehearsal Pairs 1. Pengertian Metode Pembelajaran

Cara yang digunakan untuk mengaplikasikan rencana yang telah disusun

dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai secara

optimal, merupakan pengertian dari metode.32 Hal ini berarti, metode digunakan

untuk merealisasikan proses belajar mengajar yang telah ditetapkan. Metode

pembelajaran yaitu cara penyajian yang harus dikuasai oleh pendidik atau

seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada siswa baik secara

individu ataupun kelompok di dalam kelas, agar materi yang disampaikan dapat

difahami, diserap, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik dan benar.33

terdapat sebagian prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode

pembelajaran yang berkaitan dengan faktor perkembangan keterampilan siswa

diantaranya sebagai berikut:

32

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 147.

33

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), 52.


(37)

28

a. Metode mangajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa

ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran

b. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara

kerja sama

c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi

dalam belajarnya.34

Penggunaan metode yang tepat dan sesuai dapat dijadikan sebagai alat

motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.35 Dengan

adanya motivasi, siswa dapat bersemangat dalam mengikuti proses pembelajran.

Sebagai seorang pendidik harus mempunyai kemampuan untuk memahami

siswa dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu siswa dalam

mengatasi kesulitan belajar. Selain hal itu, seorang pendidik juga dituntut

memahami berbagai metode pembelajaran agar dapat membimbing siswa secara

optimal.

2. Pengertian Metode Practice-Rehearsal Pairs

Metode pembelajaran Practice-Rehearsal Pairs (praktik berpasangan)

merupakan salah satu metode yang berasal dari active learning, kata active

memiliki arti yaitu aktif dan learning artinya pembelajaran.36 Metode

34

Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, Kumpulan Metode..., 30.

35

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 73.

36


(38)

29

pembelajaran Practice-Rehearsal Pairs yaitu metode pembelajaran yang

dilakukan dengan cara praktik berpasangan yang terdiri dari dua peran atau dua

tugas yaitu: penjelas atau pendemonstrasi dan pemerhati atau penilai. Setelah

peran yang kedua selesai mempraktikkan keterampilan, pasangan bertukar

peran. Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat

dikuasai.37 Metode pembelajaran ini dilakukan untuk mempraktikkan suatu

keterampilan atau suatu prosedur secara berpasangan dengan teman belajar,

dalam penelitian ini peneliti memilih keterampilan berbicara.

Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mengesankan bagi siswa

harus dilaksanakan dalam setiap proses pembelajaran. Apabila siswa berani

mencoba sesuatu sesuai keinginannya, siswa berani bertanya karena ingin tahu,

siswa berani mengungkapkan pendapatnya sendiri , dan siswa berani

mempertanyakan pendapat orang lain, maka inilah proses pembelajaran yang

menyenangkan. Dengan suasana pembelajaran yang seperti ini, akan menarik

minat siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

3. Langkah-langkah Metode Practice-Rehearsal Pairs

Metode pembelajaran Practice-Rehearsal Pairs (praktek berpasangan)

dalam penerapannya pada kegiatan pembelajaran memiliki langkah-langkah

atau prosedur, sebagai berikut:

37


(39)

30

a. Memilih atau menentukan satu keterampilan yang akan dipelajari

siswa

Guru memilih satu keterampilan, keterampilan yang dipilih

yaitu keterampilan berbicara bahasa Arab siswa materi al-Mihnah.

b. Membentuk siswa berpasangan

Dalam tahap ini, guru membentuk siswa menjadi berpasangan.

Guru meminta siswa duduk berpasangan dengan timnya.38 Dalam

setiap pasangan memiliki dua peran atau dua tugas yaitu penjelas

atau pendemonstrasi dan penilai atau pengamat

c. Pemberian tugas pada pasangan

Guru memberikan tugas atau peran kepada pasangan yang

menjadi penjelas atau pendemonstrasi untuk mendemonstrasikan

cerita bahasa Arab materi al-Mihnah yang telah ditentukan oleh

guru dengan mempraktikkan ketrampilan berbicara siswa. Untuk

penilai atau pengamat bertugas untuk menilai atau mengamati

penjelas atau pendemonstrasi yang dilakukan oleh temannya.

d. Pasangan bertukar peran

Ketika waktu sudah dirasa cukup maka guru meminta siswa

untuk bertukar peran, yang bertugas menjadi penjelas atau

38

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik (Bandung: Nusa Media, 2005), 257.


(40)

31

pendemonstrasi bertukar peran menjadi penilai atau pengamat.

Untuk memastikan bahwa kedua pasangan dapat memerankan

keterampilan atau prosedur dengan benr dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

e. Proses dilanjutkan sampai keterampilan selesai

Guru meminta siswa untuk melakukan keterampilan atau

prosedur tersebut sampai selesai dan dapat dikuasai oleh semua

siswa.39

4. Kelemahan dan Kelebihan Metode Practice Rehearsal-Pairs

Kelebihan dan kelemmahan pasti ada dalam setiap metode pembelajaran,

termasuk metode pembelajaran Practice-Rehearsal Pairs atau praktik

berpasangan. Metode pembelajaran ini mempunyai kelebihan antara lain: cocok

jika diterapkan untuk materi-materi bersifat psikomotorik seperti materi

al-Mihnah tentang keterampilan berbicara, dapat meningkatkan keterlibatan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya , interaksi antar siswa lebih mudah, dan

lebih banyak kesempatan untuk konstruksi masing-masing pasangan. Selain hal

itu, kelebihan dari belajar bersama teman yaitu meningkatkan hasil belajar

siswa.40

39 Agus Suprijono, Cooperative Leraning teori dan aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2014), 116.

40


(41)

32

Sedangkan kelemahan metode pembelajaran Practice-Rehearsel Pairs ini

yaitu tidak cocok digunakan pada materi yang bersifat teoritis, seperti

materi-materi tentang mata pelajaran matematika.41 jika terdapat pasangan yang tidak

aktif maka akan sedikit ide yang dimiliki, dan jika pasangannya banyak maka

akan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya.42

41

Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran..., 16.

42


(42)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat bagi pendidik

atau guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil dalam kegiatan pembelajaran

di kelas. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini berupa penerapan metode

Practice-Rehearsal Pairs. Metode ini merupakan suatu inovasi yang akan

diterapkan pada pembelajaran bahasa Arab materi al-Mihnah. Penelitian tindakan

ini dilaksanakan untuk memperbaiki peningkatan mutu pada proses pembelajaran.

Dalam hal ini, peneliti terjun ke kelas untuk mengamati dan meneliti secara

langsung pada saat guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini

peneliti dibantu oleh guru sebagai mitra kerja peneliti.

Dalam penelitian tindakan kelas terdapat tiga unsur konsep, yakni sebagai

berikut:43

a. Penelitian berasal dari kata bahasa Inggris research yang kemudian

diadopsi dalam bahasa Indonesia menjadi kata riset. Riset merupakan

suatu suatu proses mencari jawaban atau solusi terhadap suatu masalah

43

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 45.


(43)

34

melalui prosedur yang sistematis dan terawasi.44 Penelitian menunjukkan

pada suatu kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara

dan aturan metodologi tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan data atau

informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu dalam hal yang

diminati.

b. Tindakan yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu. Penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan

untuk siswa dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu

atau kualitas proses pembelajaran.

c. Kelas dalam hal ini tidak terkait pada pengertian tentang ruang kelas, tetapi

dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok siswa dalam

waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.45

Berdasarkan tiga unsur konsep diatas tentang batasan pengertian tiga kata inti,

yaitu penelitian, tindakan, dan kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan

kelas merupakan suatu pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja diterapkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang

dilakukan oleh siswa. Tujuan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan yaitu

untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

44

Daryanto, Panduan Operasional Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), 140.

45


(44)

35

Pada pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan

model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin yang didasarkan pada penelitian yang

dilakukan tidak hanya sekali namun berulang. Kurt Lewin menyatakan bahwa

dalam satu siklus terdapat empat langkah pokok, meliputi perencanaan (planning),

pelaksanaan (acting), pengamatan atau observasi (observing), dan refleksi

(reflecting).f

Gambar 3.1

Prosedur PTK Model Kurt Lewin46

46 Learning Assistance Program for Islamic Schools, Penelitian Tindakan Kelas (Surabaya: LAPIS


(45)

36

Penjelasan tentang alur diatas adalah:

1. Rancangan/ perencanaan awal (Planning), sebelum mengadakan penelitian

peneliti membuat rumusan masalah, tujuan penelitian, dan membuat rencana

tindakan, termasuk didalamnya instrumen penelitian dan perangkat

pembelajaran.

2. Tindakan atau pelaksanaan (Acting), meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sesuai dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya melalui

beberapa siklus.

3. Pengamatan/ observsi (Observing), meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak diterapkannya pendekatan realistik

pembagian gambar yang kemudian diuraikan secara terperinci.

4. Refleksi (Reflecting), yang meliputi peneliti mengkaji, melihat, dan

mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan

berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh peneliti.

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

1. Setting penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian,

dan siklus penelitian tindakan kelas.


(46)

37

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyyah

Muhammadiyah 23 Tandes Surabaya pada mata pelajaran bahasa Arab

di kelas IV. Alasan peneliti di MI Muhammadiyah 23 Surabaya karena

peneliti pernah memiliki pengalaman mengajar di MI Muhammadiyah

23 Surabaya saat melakukan tugas Program Pengalaman Lapangan (PPL)

2. Jadi, peneliti mengetahui permasalahan di sekolah tersebut.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada awal semester genap

kelas IV tahun ajaran 2016/2017. Penentuan waktu penelitian mengacu

pada kalender akademik sekolah karena dalam PTK memerlukan

beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar yang efektif di kelas.

c. Siklus PTK

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk

melihat peningkatan keterampilan berbicara kelas IV semester II dalam

mengikuti mata pelajaran bahasa Arab.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah

Muhammadiyah 23 Surabaya tahun pelajaran 2016/2017. Yang berjumlah 16

siswa yang terdiri dari 5 laki-laki dan 11 perempuan. Masalah yang

ditemukan oleh peneliti yaitu beberapa siswa dikelas ini memiliki


(47)

38

pembelajaran dengan menggunakan metode Practice-Rehearsal Pairs belum

pernah dilaksanakan di madrasah tersebut.

C.Variabel yang Diselidiki

Variabel sangat penting dalam penelitian karena menjadi objek penelitian dan

memiliki peranan tersendiri dalam menyelidiki suatu peristiwa yang akan diteliti.47

Variabel yang diamati dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Input : siswa kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya

2. Variabel Proses : penerapan metode Practice-Rehearsal Pairs

3. Variabel Output : peningkatan keterampilan berbicara pada mata

pelajaran bahasa Arab materi al-Mihnah.

D.Rencana Tindakan

Dari model penelitian tindakan kelas yang dipilih dalam penelitian ini yaitu

model Kurt Lewin, maka rencana tindakan dalam penelitian ini akan dilaksanakan

dengan dua siklus. Setiap siklus membutuhkan waktu 2x35 menit dalam

pelaksanaannya. Adapun rencana tindakan pada setiap siklus akan diuraikan

sebagai berikut:

1. Pra siklus

47 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya,


(48)

39

Pra siklus dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal belajar siswa

serta memperoleh data yang digunakan sebagai tolak perbandingan hasil

belajar sesudah dan sebelum adanya penelitian tindakan kelas.

2. Siklus 1

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun rencana pembelajaran atau RPP mengenai materi

al-Mihnah dengan menggunakan metode Practice-Rehearsal Pairs. RPP ini digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2) Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi pelaksanaan

pembelajaran dan lembar observasi. Menganalisis proses dan

hasil tindakan seperti lembar observasi dan pedoman wawancara

untuk guru dan siswa. Pedoman observasi digunakan untuk

mencatat hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran

serta digunakan untuk mencatat segala perilaku dan aktivitas

siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

3) Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran

4) Mempersiapkan instrumen penilaian untuk mengukur tingkat

keterampilan berbicara


(49)

40

Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan yang telah

dirumuskan telah pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

c. Pengamatan (Observing)

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan

mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran yang sedang

berlangsung. Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:

1) Mengamati secara langsung aktivitas guru untuk mengetahui

keberhasilan guru dalam menerapkan metode

Practice-Rehearsal Pairs

2) Mengamati aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, yang

bertujuan mengetahui keaktifan siswa selama proses

pembelajaran menggunakan metode Practice-Rehearsal Pairs.

d. Refleksi (Reflecting)

1) Peneliti merefleksikan kegiatan selama proses belajar yang telah

dilaksanakan.

2) Peneliti mencatat kendala yang dihadapi selama proses

pembelajaran berlangsung.

3) Peneliti melakukan evaluasi, yang mana agar dapat diketahui


(50)

41

meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Arab siswa kelas IV

pada materi al-Mihnah..

3. Siklus II

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan siklus II ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Mengidentifikasi masalah pada siklus I dan penerapan alternatif

pemecahan masalah.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan

refleksi pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah

3) Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi pelaksanaan

pembelajaran dan lembar observasi. Menganalisis proses dan

hasil tindakan seperti lembar observasi dan pedoman wawancara

untuk guru dan siswa.

4) Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran

5) Mempersiapkan instrumen penilaian untuk mengukur tingkat

keterampilan berbicara.

6) Mempersiapkan media pembelajaran

b. Tindakan (Acting)

Tahapan ini merupakan penerapan pelaksanaan pembelajaran


(51)

42

Practice-Rehearsal Pairs sebagai pembelajaran secara nyata di kelas

IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya. Kegiatan pelaksanaan tindakan

ini mengacu pada skenario dan langkah kegiatan pembelajaran yang

terdapat di RPP.

c. Pengamatan (Observing)

Observasi pada siklus II ini juga dilakukan oleh peneliti untuk

mengetahui performansi guru dan aktifitas siswa saat proses

pembelajaran berlangsung untuk kemudian dibandingkan dengan

siklus sebelumnya. Hasil observasi dievaluasi dan dibandingkan

untuk mengetahui hasil peningkatan yang diperoleh dari siklus

sebelumnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II seperti pada

siklus I, serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas

pelaksanaan metode Practice-Rehearsal Pairs terhadap peningkatan

keterampilan berbicara materi al-Mihnah siswa dalam pelajaran bahasa

Arab di MI Muhammadiyah 23 Surabaya .

Dalam tahap refleksi siklus II ini, jika hasil refleksi dari proses

kegiatan pembelajaran yang dilihat dari RPP, lembar observasi guru,


(52)

43

siswa telah mencapai target yang direncanakan yakni 80%, maka siklus

terhenti sampai siklus II.

E.Data dan Teknik Pengumpulannya 1. Data

Semua keterangan yang berasal dari seseorang yang dijadikan

respondenmaupun yang berasal dari dokumen, baik dalam bentuk statistik

ataupun dalam bentuk lainnya yang digunakan untuk kebutuhan penelitian yang

dimaksud itu disebut dengan data. 48

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua macam, yaitu:

a. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan sejak sebelum peneliti

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

lapangan.49 Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi

yang berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang

suasana pembelajaran. Data ini berupa lembar pengamatan

aktivitas siswa, pengamatan aktivitas guru, wawancara pada

guru.

b. Data Kuantitatif

48

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 87.

49 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:


(53)

44

Data kuantitatif merupakan data berupa angka-angka sebagai

alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin

diketahui. Kemudian angka-angka yang terkumpul sebagai

hasil dari penelitian yang analisis menggunaakan statistik.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang

dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:

1. Guru

Dari sumber data guru untuk melihat tingkat keberhasilansa

implementasi dari metode Practice-Rehearsal Pairs

2. Siswa

Dari sumber data siswa untuk mendapatkan data mengenai

keterampilan berbicara bahasa Arab pada materi al-Mihnah.

2. Teknik Pengumpulannya

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diusahakan semaksimal

mungkin sehinggadata yang diperoleh berupa data yang valid, maka peneliti

mengumpulkan data dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan

sistematis, kemudian dilakukan pencatatan.50 Observasi pada penelitian

50


(54)

45

ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan

guru dalam penerapan metode Practice-Rehearsal Pairs selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan menggunakan instrumen

observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru. Observasi ini

dilakukan oleh guru bahasa Arab kelas IV selaku mitra kerja peneliti,

selama proses pembelajaran berlangsung dikelas.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui

atau menemukan masalah yang harus diteliti.51 Dalam wawancara

peneliti harus memilih responden yang dianggap mengetahui dengan

jelas permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti. Wawancara pada

penelitian ini berarti berhadapan langsung antara peneliti dengan

responden dan kegiatannya dilakukan secara lisan.

Responden dari wawancara ini adalah guru kelas IV mata

pelajaran bahasa Arab. Teknik wawancara ini digunakan untuk

mengumpulkan data tentang peningkatan keterampilan berbicara

siswa baik sesudah maupun sebelum diberikan tindakan dengan

menggunakan metode Practice-RehearsalPairs MI Muhammadiyah

23. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara.

51


(55)

46

c. Penilaian Unjuk Kerja (Performance)

Penilaian unjuk kerja merupakan teknik penilaian non-tes.

Penilaian ini adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati

kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu.52 Unjuk kerja yang dapat

diamati seperti bercerita, bermain peran, memainkan alat musik, dan

lain-lain. Dalam penilaian unjuk kerja ini terdapat dua jenis penilaian

yaitu daftar cek (Cek list) dan sakala rentang (Rating Scale), pada

penelitian ini peneliti menggunakan jenis penilaian skala rentang

(Rating Scale). Penilaian skala rentang yaitu penilaian dengan cara

kategori yang bermakna nilai, kategori tersebut diberi rentangan nilai

dalam bentuk angka yaitu 4, 3, 2, 1 dan rentangat kategori sangat baik,

baik, cukup, kurang, gagal.53 Biasanya angka-angka yang digunakan

diterapkan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkanyya secara

bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.54 Dalam hal ini, siswa

dituntut untuk terampil berbicara bahasa Arab pada materi al-Mihnah.

d. Dokumentasi

Dokumentasi atau dokumenter merupakan suatu tekhnik

pengumpulan data dengan cara menghimpun dan menganalisis

52

Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assesment Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 19.

53

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 77.

54


(56)

47

dokumen yang berupa gambar maupun elektronik.55 Dokumentasi

adalah laporan tertulis yang berupa gambar, dokumen-dokumen resmi,

foto yang mengenai peristiwa yang isinya memberikan penjelasan atau

gambaran terhadap suatu peristiwa. dokumentasi dalam penelitian ini

digunakan untuk mengumpulkan data-data foto serta rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ada pada proses pembelajaran

mata pelajaran bahasa Arab siswa kelas IV MI Muhammadiyah 23

Surabaya dengan menggunakan metode Practice-Rehearsal Pairs yang

bertujuan sebagai hasil penunjang penelitian.

3. Analisis Data

Pengelolaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

analisis data kunatitatif dan kualitatif. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka statistik,

mulai dari pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan

dari hasilnya. 56 yang termasuk data kuantitatif adalah:

1) Observasi aktivitas guru dan siswa

55 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),

221.

56

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 12.


(57)

48

Observasi terhadap aktivitas guru sebagai pengajar akan dicari

persentase kemampuan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Untuk menganalisis data observasi aktivitas guru dan siswa digunakan

rumus sebagai berikut:57

Rumus Observasi aktivitas guru dan siswa

����� =

�� � � � � �

...Rumus 1

Adapun jumlah masing-masing tahapan dalam pembelajaran

yang mampu dilakukan guru, diberikan kriteria penilaian dengan skor

1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), 4 (sangat baik). Sedangkan tahapan

pembelajaran yang mampu dilakukan siswa, diberikan kriteria

penilaian dengan skor 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), 4 (sangat baik).

Berikut adalah tabel kriteria tingkat keberhasilan:58

Tabel 3.1

Kriteria tingkat keberhasilan observasi aktivitas guru dan siswa

Penilaian Kriteria

91-100 Sangat Baik

81-90 Baik

71-80 Cukup

60-70 Kurang

57 Kunandar, Penilaian Autentik (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 133. 58 Ibid, 133.


(58)

49

≤60 Sangat Kurang

2) Hasil Penilaian Unjuk Kerja (Performance)

Untuk analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan

belajar siswa setelah proses belajar berlangsung, dilakukan dengan cara

unjuk kerja (Performance) pada setiap siklus. Analisis ini dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:59

Rumus penilaian performance:

����� =

�� � � � � �

...

Rumus 2

Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang

diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut

sehingga diperoleh nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus:60

Rumus nilai rata-rata

=

∑ � ...Rumus 3

Keterangan :

M = Rata-rata (mean)

∑x = Jumlah semua nilai

N = Jumlah siswa

59

Ibid, 277.


(59)

50

Dari skor rata-rata yang telah diperoleh tersebut diklasifikasikan

kedalam bentuk sebuah kategori yang mempunyai skala sebagai

berikut:61

Tabel 3.2

Kriteria tingkat keberhasilan Nilai rata-rata kelas

Penilaian Kriteria

85-100 Sangat Baik

75-84 Baik

60-74 Cukup

40-59 Kurang

0-39 Gagal

3) Penilaian Ketuntasan Belajar

Metode pembelajaran Practice-rehearsal Pairs dikatakan

berhasil dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa jika siswa

mampu menyelesaikan tugas dan memenuhi ketuntasan belajar yaitu

minimal 80% dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar yang

dikelompokkan ke dalam lima kategori berikut:62

61

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran..., 399.

62

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1994), 103.


(60)

51

Tabel 3.3

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Tingkat keberhasilan (%) Arti

86-100%

76-85%

60-75%

55-59%

<54%

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

Berikut adalah rumus menghitung persentase:63

Persentase ketuntasan belajar

� =

M

...

Rumus 4

Keterangan:

NP = Nilai Persentase

R =Skor mentah yang diperoleh siswa (jumlah siswa

yang tuntas)

SM =Skor maksimum dari tes yang bersangkutan (jumlah

seluruh siswa)

100 =Bilangan tetap

63


(61)

52

Sebagaimana disebutkan, bahwa apabila persentase hasil belajar

siswa mencapai 80% atau lebih maka pembelajaran tersebut dikatakan

tuntas dan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat dikatakan

berhasil.

b. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan berdasarkan data yang diperoleh

ketika sebelum dilapangan, ketika dilapangan, dan setelah dilapangan.64

Untuk mencari data kualitatif dengan cara mendeskripsikan hasil

pembelajaran mulai dari awal hingga akhir. Data kualitatif dipaparkan

dalam kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh

kesimpulan.

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk melihat

tingkat keberhasilan dari penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau

memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas. Indikator kinerja harus

realistik dan dapat diukur.65 Penelitian tindakan kelas dengan penerapan metode

Practice-Rehearsal Pairs untuk meningkatkan keterampilan berbicara materi

al-Mihnah mata pelajaran bahasa Arab pada siswa kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya ini dinyatakan berhasil apabila mencapai indikator sebagai berikut:

64

Sugiyono, Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D), (Bandung: Alfabeta, 2007), 335.

65


(62)

53

1. Penelitian ini dipandang selesai bilamana keterampilan berbicara siswa

pada materi al-Mihnah mata pelajaran bahasa Arab mencapai KKM 75.

2. Rata-rata keterampilan berbicara bahasa Arab siswa pada materi al-Mihnah

mata pelajaran bahasa Arab mencapai ≥ 80.

3. Persentase keberhasilan siswa yang mencapai sebesar ≥ 80%.

4. Skor aktivitas Guru mencapai ≥ 80.

5. Skor aktivitas siswa mencapai ≥ 80.

G.Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas yang ideal sebetulnya adalah yang dilakukan

berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati

proses jalannya tindakan atau kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya

upaya untuk mengurangi unsur subjektifitas pengamat serta mutu kecermatan yang

dilakukan.

Identitas Peneliti dan Guru:

1. Identitas Peneliti

a. Nama : Maslamatul Ilmi

b. NIM : D07213022

c. Jurusan/Fakultas : PGMI/Tarbiyah

d. Institusi : UIN Sunan Ampel

e. Unit Penelitian : MI Muhammadiyah 23 Surabaya


(63)

54

1) Peneliti menyusun rancangan pembelajaran yang berupa RPP,

sebagai perencanaan pelaksanaan PTK.

2) Peneliti melakukan praktek penelitian sebagaimana yang

tertera di dalam rancangan pembelajaran yang telah dibuat,

melakukan observasi aktifitas siswa selama di kelas

3) Wawancara terhadap guru bahasa Arab dan siswa kelas IV.

4) Menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.

2. Identitas Guru

a. Nama : Anggun Kharismawati, S. Hum

b. NIP : -

c. Unit Kerja : MI Muhammadiyah 23 Surabaya

d. Tugas :

1) Guru bahasa Arab Guru memberikan waktu untuk melakukan

penelitian.

2) Guru membantu peneliti dalam melakukan penelitian yaitu

sebagai guru yang praktek mengajar pada penelitian siklus I

3) Guru memberikan pengarahan terhadap peneliti selama

melakukan penelitian tindakan kelas yang hasilnya di


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas pada keterampilan berbicara bahasa Arab

siswa kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya menggunakan metode Practice-

Rehearsal Pairs diperoleh dari tindakan pra siklus, siklus I, dan siklus II, hasil

tersebut berupa penilaian performance, hasil observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab

siswa kelas IV menggunakan metode Practice-Rehearsal Pairs serta dibantu

dengan media gambar dengan mengambil materi al-Mihnah“ profesi”. Pada proses

pembelajaran ini siswa terlibat aktif baik secara fisik maupun mental dalam suasana

kelas yang nyaman dan menyenangkan.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini akan dipaparkan

sebagai berikut:

1. Tahap Pra siklus

Pelaksanaan kegiatan pra siklus dalam penelitian ini dilakukan untuk

menemukan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran. Kegiatan pra

siklus ini juga dilakukan untuk mengetahui keterampilan berbicara bahasa

Arab siswa sebelum dilakukan tindakan siklus I dalam proses pembelajaran.


(1)

96

yang meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 67,69 termasuk dalam kategori cukup. Pada siklus II nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 81,21 termasuk dalam kategori baik. Dari data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar yaitu pada siklus I diperoleh 75% termasuk dalam kategori cukup, dan pada siklus II meningkat menjadi 87,5 % termasuk dalam kategori sangat baik.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti, adapun saran yang peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

Guru seharusnya lebih kreatif dalam proses pembelajaran, guru sabaiknya membuat inovasi pembelajaran baru sehingga siswa tidak merasa bosan pada saat proses pembelajaran. Guru tidak hanya menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran yang dirasa siswa monoton. Guru perlu menyampaikan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang bervariasi dan juga memotivasi siswa agar tercapai proses pembelajaran yang menyenangkan. Seorang guru harus mampu mengaplikasikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satunya dengan menerapkan metode Practice-Rehearsal Pairs ini bisa menjadi


(2)

97

referensi untuk kegiatan pembelajaran yang membuat siswa turut aktif dalam proses pembelajaran.

2. Bagi sekolah

Lembaga pendidikan atau sekolah dan seluruh pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru untuk mengembangkan metode pembelajaran untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Dukungan dapat dilakukan melalui melengkapi fasilitas pembelajaran yang diperlukan oleh siswa dan guru selama proses pembelajaran dilakukan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Serta diadakannya pemberian pelatihan-pelatihan khusus tentang metode-metode pembelajaran kepada guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dan baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: CV Pustaka Setia).

Ainin, M, et al. 2006. Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab. (Malang: MISYKAT).

Anggun Kharismawati. 19 Oktober 2016. Guru Mata Pelajaran Baahasa Arab Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah 23 Surabaya, wawancara pribadi, Surabaya. Aqib, Zainal dan Ali Murtadlo. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif

danInovatif. (Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera).

Arifin, Anwar. 2005. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. (Jakarta: Balai Pustaka).

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. (Bndung: Remaja Rosdakarya).

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT Rineka Cipta).

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara). Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta Aksara

Bumi).

Arsyad, Azhar. 2004. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar).

Bahri, Djamarah Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta).

Daryanto. 2012. Panduan Operasional Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Prestasi Pustaka).

Fahri, Ismail. 2007. Metode Penelitian Bahasa Arab. (Semarang: FBS UNES). Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. (Yogyakarta: Andi Offset).


(4)

Hermawan, Acep. 2014. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: Remaja

Rosdakarya).

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.

(Bandung: Remaja Rosdakarya).

Izzan, Ahmad. 2004. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung:

Humaniora).

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru. (Jakarta: Raja Grafindo Persada).

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik. (Jakarta: Rajawali Pers).

Learning Assistance Program for Islamic Schools. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. (Surabaya: LAPIS PGMI).

Mulyasa. 2015. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung:

Remaja Rosdakarya).

Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. (Jogjakarta: DIVA Press).

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. (Yogyakarta: BPFE).

Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standart Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

Purwanto, Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

(Bandung: Remaja Rosdakarya).

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).

Silberman, L. Melvin. 2014. Active Learning 101 Cara Aktif Belajar Siswa Aktif.

(Bandung: Nuansa Cendekia).

Slavin, E. Robert. 2005. Cooperative Leraning Teori Riset dan Praktik. (Bandung: Nusa Media).


(5)

Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian dalam teori dan praktek. (Jakarta: Rineka Cipta).

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D. (Bandung: Alfabeta).

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif,dan R & D. (Bandung: Alfabeta).

Sukardjo. 2012. Landasan Penididikan Konsep dan Aplikasinya. (Jakarta:

Rajagrafindo Persada).

Sukmadinata, Syaodih Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung:

Remaja Rosdakarya).

Sunarsih. 2015. Bahasa Arab Modern. (Surabaya: Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur).

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan Di Indonesia. (Yogyakarta: Ar Rutt).

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. (Bandung: Angkasa).

Taufik. 2014. Pembelajaran Bahasa Arab MI metode aplikatif dan inovatif berbasis ICT. (Surabaya: PMN).

Tim Pengembang MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 2.

Uno, B. Hamzah dan Nurdin Muhammad. 2011. Belajar dengan Pendekatan

PAIKEM. (Jakarta: Bumi Aksara).


(6)

Uno, B. Hamzah. 2012. Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara).

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. (Jakarta: Gaung Persada Pers).

Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani).


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Penerapan Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Kalimati Juwangi Boyolali Tahun Ajar

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI STRATEGI Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Bagor 1 Miri Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 18

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Bagor 1 Miri Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 7

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI STRATEGI Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Bagor 1 Miri Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 13

Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Model Practice Rehearsal Pairs dalam Forum Resmi pada Siswa Kelas X1 MA Al Ma’arif Jepara.

0 0 1

Peningkatan pemahaman materi gaya mata pelajaran IPA melalui strategi practice rehearsal pairs siswa kelas IV MI Al-Ihsan Gedangan Sidoarjo.

0 2 119

Peningkatan keterampilan berbicara materi afrad al-usrah pada mata pelajaran bahasa arab dengan menggunakan strategi qurat al-kalam siswa kelas IVB MI Tarbiyatut Tholabah Lamongan.

5 26 86

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE THINK-TALK-WRITE PADA SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH 23 SURABAYA.

1 1 90

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA SURAT-SURAT PENDEK MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS MELALUI STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS III MI BAITUR ROHIM GEDANGAN SIDOARJO.

0 0 102

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MEMERANKAN DRAMA PADA SISWA KELAS V A MI AL-ITTIHAD JOMBANG.

13 62 106