Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Locus of Control dan Budgeting Terhadap Kinerja Manajerial dan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Sebagai Variabel Moderating pada PT.ANGKASA PURA I (PERSERO) di Jakarta.
SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PT.ANGKASA PURA I (PERSERO)
DI JAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magíster
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan Oleh :
DEWA PUTU SUDARMA
NPM : 0761020071
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL” VETERAN ”
JAWA TIMUR - SURABAYA
(2)
PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, LOCUS OF CONTROL DAN BUDGETING TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DAN KARAKTERISTIK INFORMASI
SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO)
DI JAKARTA
TESIS
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
DEWA PUTU SUDARMA NPM : 0761020071
Telah dipertahankan didepan penguji
Pada tanggal 07 Agustus 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing Utama Anggota Penguji Lain
Prof.Dr.SOEPARLAN PRANOTO,MM,AK Dr. DHANI ICHSANUDIN NUR,MM
Pembimbing Pendamping
Drs.Ec.PRASETYO HADI, MM
Dr.Ir SUDIYARTO,MM
Surabaya, Agustus 2009 UPN “ Veteran “ Jawa Timur Program Pascasarjana Direktur,
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa/Ida Sang yang Widhi Wasa atas berkat rahmat dan tuntunanNya peneliti dapat menyelesaiakan tesis yang berjudul “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Locus of Control dan Budgeting Terhadap Kinerja Manajerial dan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Sebagai Variabel Moderating pada PT.ANGKASA PURA I (PERSERO) di Jakarta“ untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas akhir guna mencapai derajat Sarjana S2 pada Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Rektor UPN “Veteran“ Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti kuliah di Program Pascasarjana UPN “Veteran”
2. Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, MS Direktur Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur
3. Bapak Prof. Dr. Soeparlan Pranoto, SE.Ak, MM selaku Pembimbing Utama dan Bapak Drs. Ec. Prasetiyo Hadi, MM selaku Pembimbing Pendamping yang telah membantu menyelesaikan tesis.
(5)
5. Bapak Direksi PT.Angkasa Pura I (Persero) yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk mendapatkan data dan informasi dan kesediaan Bapak-Bapak para Deputi Direktur dan Asisten Deputi Direktur yang membantu memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam penulisan Tesis ini serta sekaligus berkenan menjawab responden penelitian.
6. Kepada Semua Teman-Teman Angkatan 14 Pascasarjana Program Magister Management Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur Surabaya yang saling mendukung sehingga bisa maju bersama.
7. Secara Khusus disampaikan kepada Istri Arumini dan Ananda Agung Putra Perdana serta Ayu Regina tercinta serta saudara-saudara yang telah mendoakan untuk keberhasilan peneliti.
Tesis ini masih jauh dari sempurna, namun peneliti mengharapkan agar tesis ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan keilmuan, khususnya dalam bidang ilmu Akuntansi Manajemen. Demikian kiranya Tuhan/Ide Sang Yang Widhi Wasa yang maha Pengasih senantiasa memberkati perjalanan usaha kita ini, Amin.
Surabaya, Agustus 2009
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 13
1.4. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN TEORI DAN EMPERIK ... 15
2.1. Penelitian Terdahulu ... 15
2.2. Kajian Teori ... 22
2.2.1. Akuntansi Perilaku (Behavioral Accounting) dan Perkembangannya ... 22
2.2.2. Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen ... 27
2.2.3. Teori Kontijensi ... 32
2.2.4. Ketidakpastian Lingkungan ... 36
2.2.4.1. Pengertian Lingkungan ... 37 2.2.4.2. Pengertian Ketidakpastian Lingkungan . 43
(7)
2.2.5.2. Pengukuran Kerja ... 49
2.2.5.3. Tugas Manajer... 51
2.2.5.4. Penilaian Kinerja Manajerial ... 54
2.2.5.5. Manfaat dan Tahap Penilaian Kinerja Manajerial ... 55
2.2.5.6. Tingkatan Manajerial dan Keterampilan 58 2.2.6. Informasi Akuntansi ... 60
2.2.6.1. Pengertian Informasi Akuntansi ... 60
2.2.6.2. Sistem Akuntansi Manajemen ... 62
2.2.6.3. Informasi Akuntansi Manajemen ... 63
2.2.6.4. Penerapan Sistem Informasi Manajemen 66 2.2.7. Keprilakuan Manusia ... 67
2.2.7.1. Perilaku dan Kepribadian ... 67
2.2.7.2. Locus Of Control ... 69
2.2.7.3. Tipe-Tipe Locus of Control ... 70
2.2.8. Anggaran... 71
2.2.8.1 Pengertian Anggaran ... 71
2.2.8.2. Hubungan Anggaran dengan Akuntansi 73
2.2.8.3. Hubungan Anggaran dengan Manajemen 74 2.2.9. Teori Yang Melandasi Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kinerja Manajerial ... 77
(8)
2.2.10. Teori Yang Melandasi Pengaruh Locus of Control
Terhadap Kinerja Manajerial ... 78
2.2.11. Teori Yang Melandasi Pengaruh Sistem Penganggaran atau Budgeting Terhadap Kinerja Manajerial ... 81
2.2.12. Teori Yang Melandasi Interaksi Ketidakpastian Lingkungan, Locus of Control dengan Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajementerhadap Kinerja Manajerial ... 83
2.3. Kerangka Konseptual... 87
2.4. Hipotesis ... 89
BAB III METODE PENELITIAN ... 91
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 91
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 91
3.2.1. Definisi Operasional Variabel ... 91
3.2.2. Pengukuran Variabel ... 93
3.3. Populasi dan Sampel ... 94
3.3.1. Populasi ... 94
3.3.2. Sampel ... 95
3.4. Jenis dan Sumber Data ... 95
3.4.1. Jenis Data ... 95
3.4.2. Sumber Data ... 96
3.4.3. Teknik Pengumpulan Data ... 96
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 97
(9)
3.5.5. Uji Asumsi Klasik ... 101
3.5.6. Pengujian Hipotesis ... 103
3.5.6.1. Uji Kesesuaian Model (Uji F) ... 103
3.5.6.2. Uji t ... 103
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 105
4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 105
4.1.2. Visi dan Misi PT. Angkasa Pura I (Persero) ... 106
4.1.3. Kegiatan Usaha ... 108
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 109
4.2.1. Uji Kualitas Data ... 109
4.2.1.1. Uji Validitas ... 109
4.2.1.2. Uji Reliabilitas ... 122
4.2.2. Distribusi Frekuensi ... 123
4.2.2.1. Distribusi Frekuensi Variabel Ketidakpastian Lingkungan (X1) ... 123
4.2.2.2. Distribusi Frekuensi Variabel Locus Of Control (X2) ... 124
4.2.2.3. Distribusi Frekuensi Variabel Budgeting/Sistem Penganggaran (X3) ... 125
4.2.2.4. Distribusi Frekuensi Variabel Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen (X4) ... 126
(10)
4.2.2.5. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja
Manajerial (Y) ... 127
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda Dengan Metode Nilai Selisih Mutlak ... 128
4.3.1. Uji Normalitas ... 129
4.3.2. Asumsi Klasik ... 130
4.3.2.1. Uji Multikolinieritas ... 130
4.3.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 132
4.3.3. Model Regresi Linier Berganda ... 132
4.3.4. Uji Kecocokan Model ... 135
4.3.5. Nilai Koefien Determinasi (R2) ... 136
4.3.6. Uji t ... 137
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 139
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 147
5.1. Kesimpulan ... 147
5.2. Saran ... 149
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
Tabel 1.2. Data Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2008 ... 10 Tabel 2.1. Ketidakpastian Lingkungan ... 46 Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Ketidakpastian
Lingkungan (X1) ... 110 Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Locus Of Control (X2)
Putaran Pertama ... 111 Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Locus Of Control (X2)
Putaran Kedua ... 112 Tabel 4.4. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Locus Of Control (X2)
Putaran Ketiga ... 112 Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Locus Of Control (X2)
Putaran Keempat ... 113 Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Locus Of Control (X2)
Putaran Kelima ... 113 Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Sistem Penganggaran
(X3) Putaran Pertama ... 114 Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Sistem Penganggaran
(X3) Putaran Kedua ... 115 Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Sistem Penganggaran
(X3) Putaran Ketiga ... 115 Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Sistem Penganggaran
(X3) Putaran Keempat ... 116 Tabel 4.11. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Sistem Penganggaran
(X3) Putaran Kelima ... 117 Tabel 4.12. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Sistem Penganggaran
(12)
Tabel 4.13. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Sistem Penganggaran
(X3) Putaran Ketujuh ... 118
Tabel 4.14. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen (X4) Putaran Pertama ... 119
Tabel 4.15. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen (X4) Putaran Kedua... 120
Tabel 4.16. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y) Putaran Pertama ... 121
Tabel 4.17. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y) Putaran Kedua ... 121
Tabel 4.18. Hasil Uji Reliabilitas ... 122
Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Variabel Ketidakpastian Lingkungan (X1) ... 123
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Variabel Locus Of Control (X2) ... 124
Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Variabel Budgeting/Sistem Penganggaran (X3) ... 125
Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Variabel Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen (X4) ... 126
Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 128
Tabel 4.24. Hasil Uji Normalitas... 129
Tabel 4.25. Hasil VIF (Variance Inflation Factor) ... 131
Tabel 4.26. Hasil VIF (Variance Inflation Factor) ... 131
Tabel 4.27. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 132
Tabel 4.28. Model Regresi Linier Berganda ... 133
Tabel 4.29. Hasil Uji F ... 135
(13)
Gambar 1.1. Bagan Arus Proses Penganggaran ... 9 Gambar 2.1. Organisasi dan Lingkungan ... 43 Gambar 2.2. Model Operasi : Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen ... 65 Gambar 2.3. Model Konseptual ... 88 Gambar 4.1 Bidang Usaha ... 109
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 2. Output Validitas dan Reliabilitas Variabel Ketidakpastian Lingkungan (X1)
Lampiran 3. Output Validitas dan Reliabilitas Variabel Locus Of Control
(X2)
Lampiran 4. Output Validitas dan Reliabilitas Variabel Sistem Penganggaran (X3)
Lampiran 5. Output Validitas dan Reliabilitas Variabel Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen (X4)
Lampiran 6. Output Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja Manajerial (Y)
Lampiran 7. Input Regresi
Lampiran 8. Output Uji Normalitas
Lampiran 9. Output Regresi Linier Berganda (X1, X2, X3, X4, |X1-X4|, |X2-X4|, |X3-X4|)
Lampiran 10. Output Regresi Linier Berganda (X1, X3, X4, |X1-X4|, |X3-X4|)
(15)
DI JAKARTA
Oleh :
Dewa Putu Sudarma
ABSTRAK
Sistem Akuntansi Manajemen (SAM) merupakan sistem formal yang dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer, salah satu karakteristik Informasi sistem akuntansi manajemen adalah sebagai sumber informasi penting yang membantu manajemen mengendalikan aktifitasnya serta mengurangi masalah ketidakpastian lingkungan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Obyek penelitian ini adalah PT. ANGKASA PURA I ( Persero) di Jakarta, sedangkan populasinya adalah Deputi Direktur dan Asisten Deputi PT. ANGKASA PURA I ( Persero) di Jakarta yang berjumlah 30 orang. Metode yang digunakan yaitu metode sampling jenuh/sensus. Untuk menjawab perumusan, tujuan penelitian dan hipotesis analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Linier Berganda dengan Nilai Selisih Mutlak.
Temuan penelitian ini adalah ketidakpastian lingkungan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, Budgeting secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, interaksi X1 dengan X4 secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial dan interaksi X3 dengan X4 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.
Keywords : Ketidakpastian Lingkungan (X1), Locus Of Control (X2),
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Persaingin bisnis yang semakin ketat dan kompleks saat ini, menuntut manajemen perusahaan agar mampu menjamin operasi perusahaan berjalan dengan baik, tetap bertahan dan terus berkembang. Salah satu cara agar manajemen dapat mencapai hal tersebut adalah dengan menyusun, mengendalikan, melaksanakan dan mengevaluasi anggaran yang digunakan oleh perusahaan.
Menghadapi kemajuan teknologi, terutama teknologi informasi, teknologi komunikasi, teknologi produksi (mekanisme) dan teknologi transportasi. Teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi informasi yang mempunyai dampak paling dominan terhadap dunia usaha. Perkembangan teknologi informasi ditandai dengan adanya kompetisi usaha yang sangat ketat dalam skala global.
Perkembangan perekonomian yang mengglobal ditandai dengan perkembangan teknologi informasi menyebabkan dunia usaha dihadapkan pada persaingan global yang kompetitif dimana lingkungan bisnis menjadi berubah total dengan ketidakpastian (Uncertainty) yang semakin tinggi persaingan yang semakin ketat
(17)
kembali manajerial organisasinya. Organisasi yang baik memiliki tujuan dan kebijaksanaan perusahaan yang ditetapkan ketika perusahaan berdiri.
Organisasi perusahaan jasa misalnya membutuhkan Informasi untuk mendukung keberhasilan sistem pengendalian organisasi serta membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Informasi bernilai potensial karena informasi memberikan kontribusi langsung terhadap berbagai alternatif tindakan yang bisa dijadikan pertimbangan didalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan dalam penentuan kinerja manajerial.
Sistem Akuntansi Manajemen ( SAM ) merupakan sistem formal yang dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer (Simon, 1987 ; Bowen dan Abernethy, 2000, dalam Arsono Laksmana, 2002) salah satu karakteristik Informasi system akuntansi manajemen adalah sebagai sumber informasi penting yang membantu manajemen mengendalikan aktifitasnya serta mengurangi masalah ketidakpastian lingkungan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Lingkungan di negara kita akhir-akhir ini selalu mengalami perubahan, sehingga setiap keputusan yang harus diambil manajerial selalu menghadapi ketidakpastian lingkungan yaitu ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi sesuatu secara akurat.
(18)
3
Kinerja manajerial dalam suatu perusahaan sangatlah vital apalagi kinerja manajerial yang jelek maka dapat dipastikan tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan lain, untuk memudahkan pencapaian tujuan tersebut maka perusahaan membutuhkan adanya suatu perangkat yang kuat dalam menjalankan usahanya antara lain memiliki permodalan yang kuat, peluang pasar yang potensial dan tenaga manajerial yang profesional dalam mengelola perusahaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam hubungannya dengan perencanaan dengan pengendalian (pengawas). Keberadaan perusahaan agar dapat bertahan dan berkembang dalam lingkungan bisnis yang berubah secara cepat memiliki ketidakpastian yang relatif tinggi, manajerial harus memiliki alat untuk membantu mereka dalam merencanakan dan mengalokasikan sumber daya yang terbatas.
Adanya pengelolaan kegiatan manajerial perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip efesien dengan tetap memperhatikan asas-asas ekonomi perusahaan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka perusahaan harus melibatkan seluruh staf, karyawan dan pimpinan untuk selalu berperan aktif.
Orientasi perusahaan dalam penyusunan anggaran sering mematok berapa besar laba yang akan diperoleh, tujuan perusahaan
(19)
kurang relevan lagi dimasa sekarang karena tanggungjawab perusahaan tidak hanya kepada pemilik saja. Tanggungjawab kepada seluruh stakeholder menjadi sangat penting sehingga hal ini menuntut perusahaan untuk menimbang semua strategi yang diambil dan dampaknya kepada stakeholder tersebut. Berdasarkan hal ini maka tujuan yang sesuai adalah untuk memaksimalkan nilai-nilai suatu perusahaan. Penetapan tujuan yang benar dalam penyusunan anggaran akan sangat berpengaruh pada proses pencapaian tujuan dan pengukuran kinerja manajemen, kesalahan menentukan tujuan dalam penyusunan anggaran akan berakibat pada kesalahan strategi yang diambil, kesalahan pengukuran kinerja dalam penyusunan anggaran akan mengakibatkan kesalahan dalam pemberian imbalan dan prestasi yang ada.
Anggaran sebagai suatu rencana yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit moneter untuk jangka waktu tertentu membantu manajemen melakukan fungsi-fungsinya meliputi formasi dan rencana koordinasi dari kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan berdasarkan pada
rencana dan pengendalian atas kegiatan tertentu, Hariadi, (1992 : 218, dalam Shinta Permata Sari, ( 2006) anggaran
disusun sebagai alat perencanaan, alat memfasilitasi komunikasi, pengalokasian sumber daya, alat kontrol laba dan operasi dan alat
(20)
5
evaluasi kinerja dan pemberian insentif, Hilton, (1997 : 152) dalam Shinta Permata Sari, (2006 ).
Proses penyusunan anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian, maka proses penyusunan anggaran harus mampu menamankan rasa sense of commitment bagi penyusun, apabila tidak berhasil, maka anggaran hanya sekedar rencana belaka tanpa ada rasa tanggungjawab ketika terjadi penyimpangan realisasi dengan anggaran.
Informasi akuntansi manajemen sebagai salah satu produk atau bagian sistem akuntansi manajemen yang memiliki peran penting dalam membantu memprediksi konsekuensi yang mungkin akan terjadi atas berbagai aktivitas penyusunan anggaran seperti perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan, dengan adanya informasi ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan manajer untuk memahami keadaan lingkungan yang sebenarnya dan berfungsi pula dalam mengidentifikasi aktivitas yang relevan.
Karakteristik informasi Sistem Akuntansi manajemen yang bermanfaat berdasarkan persepsi para manajer sebagai pengambilan keputusan dapat dikategorikan kedalam 4 bagian, yaitu : broadscope, timelines, aggregasi, dan informasi yang terintegrasi. (Canhall dan Moris, (1986) dalam Arsono Laksmana, (2002 ).
(21)
Selain itu pengaruh yang tidak kalah pentingnya terhadap kebijakan dan strategi organisasi adalah faktor lingkungan yang baik didalam maupun diluar organisasi. Perubahan lingkungan internal dalam bentuk dilaksanakannya restrukturisasi internal yang akan membawa akibat terjadinya perubahan struktur organisasi, proses bisnis dan pengelolaan sedangkan perubahan eksternal adalah perubahan dalam lingkungan bisnis perindustrian di Indonesia pada umumnya akan semakin tahun semakin meningkat.
Lingkungan eksternal saat ini sedang bergejolak, perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya sangat dinamis dan dalam tempo yang sangat cepat, yang dikarakteristikan oleh adanya fenomena-fenomena seperti halnya globalisasi pasar yang semakin bebas, perubahan permintaan konsumen dan investor serta semakin tingginya tingkat persaingan pasar telah menjadi bagian utama dalam perubahan lingkungan, dalam kondisi ketidakpastian lingkungan tersebut, maka agar mampu bersaing, perusahaan harus mampu meningkatakan kinerja para karyawannya.
Adanya Locus of Control mempengaruhi bagaimana suatu informasi tersebut dapat tersampaikan dan informasi yang disampaikan itu sendiri bernilai akurat. Manajer harus mampu menempatkan kontrol pada dirinya (Locus of control) dan dapat mensikapi ketidakpastian lingkungan yang dihadapi dengan
(22)
7
memanfaatkan informasi sistem akuntasi manajemen dalam penyusunan anggaran
Keberadaan locus of control dalam penelitian ini adalah merupakan satu variable yang dapat digunakan untuk penelitian, meskipun dalam penelitian ini mengamati pengaruh karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen terhadap ketidakpastian yang mempengaruhi kinerja manajemen dalam penganggaran dapat juga menunjukkan bahwa locus of control sebagai bentuk perilaku individu dalam proses penyusunan, implementasi serta pertanggungjawaban anggaran.
Mengatasi masalah yang muncul akibat tingginya ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi desentralisasi maka manajer membutuhkan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang handal disamping untuk meningkatkan kinerja manajerial , Rachman; (2002; 24) dalam Herlina (2006).
Menurut Prasetyo (2002) hubungan ketidakpastian lingkungan dengan karakteristik broadscope, timelines, aggregate, dan integrate diharapkan memperoleh dukungan empiris bahwa manajer yang memliki Locus of control internal dalam kondisi ketidakpastian yang meningkat akan merasa bahwa informasi yang berkarakteristik
broadscope, timeless, aggregate, dan integrate lebih bermanfaat dibanding manajer yang memiliki Locus of control eksternal.
(23)
Realisasi yang ada saat ini pada PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) Kantor Pusat di Jakarta, yaitu terjadi kesenjangan kinerja akibat kurang memahami locus of control dalam menyikapi Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen dan ketidakpastian lingkungan, sistem penganggaran/budgeting, dimana antara manajer satu dengan manajer yang lainnya kurang menempatkan kontrol yang ada pada dirinya (Locus Of Control) sehingga dalam menyikapi ketidakpastian lingkungan dalam budgeting yang dihadapi oleh perusahaan tidaklah optimal, sedangkan informasi itu sendiri dapat menghasilkan keputusan yang tepat apabila memiliki karakter seperti halnya Broadscope, Timeliness, Aggregate, dan Integrate.
Masalah yang sering terjadi :
a. Ketidakpastian lingkungan menjadi kendala manajerial, misalnya Perubahan permintaan pasar, pelanggan, teknologi, budaya dan faktor alam serta Huruhara, dan lain sebagainya.
b. Karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen kurang optimal, misalnya : kurang lengkapnya informasi akuntansi kepada pengguna, ( Kurang KPI – Key Performance Indicator, Trend Para pengguna jasa Penerbangan ), Masih adanya laporan terlambat, kompilasi data sering belum terintegrasi antara unit dengan unit lain )
(24)
9
c. Penyusunan Budget kecenderungan menggunakan data historis, ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi sesuatu secara akurat.
d. Dalam Negosiasi RKAP sering dilakukan cutting usulan budget oleh manajemen puncak terhadap usulan yang tidak ada/kurang adjustifikasi sehingga dalam realisasi operasional mengalami kendala.
Unit User
Unit Spesifikasi Teknis
Unit Anggaran
Pembahasan bersama Antara Unit User, Unit ST dan Unit Anggaran
Pembahasan dengan Para Direktur
Usulan Pemegang Saham
Persetujuan Anggran Melalui RUPS RKAP
(25)
Dari uraian diatas usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan dimulai dari bawah, dan Top Manager memutuskan dalam rapat-rapat pembahasan. Top Manager memberikan pandangan atau asumsi-asumsi dasar sebelum penyusunan Anggaran Perusahaan.
Dalam penyusunan anggaran perusahaan data akuntansi manajemen sangat diperlukan atau data historis sehingga memforcas perencanaan kedepan sedapat mungkin mendekati apa yang akan dilakukan. sehingga Locus of control dari manajemen sangat diperlukan.
Di PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) di Jakarta para pengambil keputusan memanfaatkan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen dalam menghasilkan keputusan Anggaran Perusahaan, sehingga setiap keputusan yang diambil masih kurang relevan dan kurang akurat sehingga tidak dapat mengantisipasi peluang yang timbul, kualitas keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang dihasilkan.
Tabel 1.1 : Data Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2008
URAIAN Usulan RKA 2008 Persetujuan RKA 2008 Realisasi RKA 2008 Deviasi
1 2 3 4 5 (3 – 2) 6 (4 – 3) 7 (4 – 2)
PENDAPATAN OPS 1.682.213 1.727.448 1.861.406 45.235 133.958 179.193 BIAYA OPERASIONAL 1.333.966 1.440.770 1.460.557 106.804 19.787 126.591 LABA OPERASIONAL 348.247 286.678 400.849 (61.569) 114.171 52.602 PENDAPATAN LAIN-2 81.023 98.059 436.761 17.036 338.702 355.738 BIAYA LAIN-LAIN 15.641 17.158 175.278 1.517 158.120 159.637 LABA Non OPS 65.382 80.901 261.483 15.519 180.582 196.101 LABA SBM PAJAK 413.630 367.578 662.332 (46.052) 294.754 248.702
(26)
11
Dalam penyusunan anggaran tersebut diatas karakter Informasi Akuntansi manajemen sangat diperlukan, bagaimana mempertimbangkan terhadap ketidakpastian linghkungan, Locus of control dalam mempengaruhi kinerja manajemen.
Disamping hal tersebut di atas salah satu fenomena terjadi bahwa daya serap terhadap program anggaran investasi masih belum mencapai 100% sesuai dengan program yang diharapkan, misalnya program investasi tahun 2008 terserap 188 program (73,73%) atau sebesar Rp 437.479 milyad dari 255 program atau anggaran sebesar Rp. 666.033 milyad dan tahun 2009 sampai dengan Mei realisasi 72 program (22,93%) atau sebesar Rp 398.266 milyad dari 314 program anggaran sebesar Rp 876.397 milyad.
Berdasarkan atas latar belakang masalah tersebut diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Locus of Control dan Budgeting Terhadap Kinerja Manajerial dan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Sebagai Variabel Moderating pada PT.ANGKASA PURA I (PERSERO)“ di Jakarta.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(27)
1. Apakah ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta ?
2. Apakah Locus of Control berpengaruh terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta ?
3. Apakah sistem penganggaran/Budgeting berpengaruh terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta ?
4. Apakah karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta ?
5. Apakah interaksi antara ketidakpastian lingkungan dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta ?
6. Apakah interaksi antara Locus of Control dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta ?
7. Apakah interaksi antara sistem penganggaran/Budgeting dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta ?
(28)
13
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta.
2. Untuk menguji pengaruh Locus of Control terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta.
3. Untuk menguji pengaruh sistem penganggaran/Budgeting terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta.
4. Untuk menguji pengaruh karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta.
5. Untuk menguji pengaruh interaksi antara ketidakpastian lingkungan dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta.
6. Untuk menguji pengaruh interaksi antara Locus of Control dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta.
7. Untuk menguji pengaruh interaksi antara sistem penganggaran/Budgeting dengan karakteristik informasi sistem
(29)
akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial PT.Angkasa Pura I (Persero) di Jakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah a. Bagi Peneliti, pengembangan ilmu yang dimiliki melalui sebuah
penelitian merupakan suatu tantangan pengalaman tersendiri, dimana eksploitasi keilmuan yang diperoleh dengan mencoba menerapkannya pada kenyataan sebenarnya akan lebih membantu peneliti untuk memahami bidang ilmu yang diketahui. b. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan Informasi bagi Manajemen PT.Angkasa Pura I (Persero) untuk mempertimbangkan faktor ketidakpastian lingkungan, Locus of Control dalam hubungannya dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen guna pengambilan keputusan terhadap kinerja manajerial sehingga dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
c. Bagi kajian teoritik, dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang, sehingga dapat memahami gambaran suatu perusahaan yang ideal dan menjawab tantangan globalisasi.
(30)
BAB II
KAJIAN TEORI DAN EMPERIK
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dan digunakan peneliti sebagai rujukan untuk lebih memahami antara variable dalam penelitian ini, serta digunakan peneliti sebagai rujukan untuk lebih memahami karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen dalam Hubungan Antara Ketidakpastian Lingkungan dan Locus of Control Terhadap Kinerja Manajerial dalam Penganggaran. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan tesis ini adalah :
1. Juniarti, tahun 2003
a. Judul Penelitian : Hubungan karakteristik informasi yang dihasilkan oleh system informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial pada perusahaan-perusahaan manufaktur di jawa timur.
b. Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian tersebut adalah Apakah terdapat hubungan antara karakteristik informasi yang terdiri dari broadscope, timelines, agregasi, intergasi terhadap kinerja manajemen ?
(31)
c. Hipotesis yang ada adalah secara keseluruhan hasil-hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa kinerja manajerial diwakili oleh tiga indikator yaitu kemampuan manager dalam membuat perencanaan, kemampuan manager mencapai target dan kiprah manager diluar perusahaan, dan hubungan dengan keempat karakteristik informasi yang terdiri dari broadscope, timelines, agregasi, timeliness hanya saja besarnya hubungan bervariasi tergantung pada fungsi yang harus dilakukan oleh manager.
d. Kesimpulan yang dapat yang dapat dibuktikan adalah :
1. Terdapat hubungan antara karakteristik informasi berupa intergrasi dan timeliness terhadap kinerja manajerial yang diukur dengan kemampuan manajerial membuat perencanaan, dan hubungan tersebut signifikan secara sistematik, sedangkan karakteristik informasi berupa
broadscope dan agregasi tidak terbukti berhubungan dengan kinerja manajerial berupa kemampuan manajerial dalam membuat perencanaan.
2. Karakteristik informasi yang terdiri dari broadscope, agregasi, integrasi dan timelines terhadap kinerja manajerial berupa kemampuan manajerial dalam mencapai target dan hubungan tersebut signifikan secara statistik.
(32)
17
3. Terdapat hubungan antara karakteristik informasi berupa
broadscope dengan kinerja manajerial yang diukur dengan kiprah manajerial diluar perusahaan, sedangkan karakteristik berupa agregasi, integrasi dan timeliness tidak terbukti berhubungan dengan kinerja manager yang diwakili dengan kiprah manager diluar perusahaan.
2. Shinta Permata Sari, tahun 2006
a. Judul Penelitian tentang Pengaruh Kapasitas Individu yang diintegrasikan dengan locus of control terhadap Budget slanck
b. Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian tersebut adalah Apakah kapasitas individu manajer berpengaruh terhadap budgetary slanck manajer pembuat anggaran dengan locus of control sebagai variable moderating? c. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Kapasitas individu manajer
berpengaruh positif terhadap budgetary slanck manajer pembuat anggaran yang mempunyai locus of control internal. d. Kesimpulan yang dapat dibuktikan dalam penelitian ini adalah
kapasitas individu berpengaruh positif terhadap budgetary slanck dengan locus of control sebagai pemoderasi.
3. Priyono Puji Prasetyo, tahun 2002
a. Penelitian tentang pengaruh Locus of Control terhadap hubungan antara ketidakpastian lingkungan dengan
(33)
b. Permasalahan yang dikemukakan adalah apakah Locus of Control berpengaruh terhadap hubungan antara ketidakpastian lingkungan dengan karakteristik sistem akuntansi manajemen? c. Hipotesis yang ada :
1. Manajer yang memiliki Locus of Control internal dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang meningkat akan merasa bahwa informasi yang berkarakteristik broadscope
lebih bermanfaat dibanding manajer yang memiliki Locus of Control eksternal.
2. Manajer yang memiliki Locus of Control internal dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang meningkat akan merasa bahwa informasi yang berkarakteristik timeliness
lebih bermanfaat dibanding manajer yang memiliki Locus of Control eksternal.
3. Manajer yang memiliki Locus of Control internal dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang meningkat akan merasa bahwa informasi yang berkarakteristik aggregate
lebih bermanfaat dibanding manajer yang memiliki Locus of Control eksternal.
d. Kesimpulan dari penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa :
1. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh Locus of Control terhadap hubungan
(34)
19
ketidakpastian lingkungan dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen.
2. Penelitian ini sebelumnya menunjukkan bahwa manajer yang memiliki Locus of Control eksternal cenderung lebih bisa memanfaatkan informasi sistem akuntansi manajemen dengan karakteristik tertentu dibanding manajer dengan
Locus of Control internal (Fisher, 1996). Padahal manajer dengan Locus of Control eksternal berpandangan bahwa dirinya tidak pernah bisa mempengaruhi suatu kejadian lebih mempercayai takdir dan cenderung tidak aktif dalam memanfaatkan informasi.
3. Peneliti melakukan pengujian ulang terhadap laporan Fisher (1996) tersebut untuk memperoleh bukti-bukti empiris yang baru dalam rangka melihat pengaruh Locus of Control
terhadap hubungan antara ketidakpastian lingkungan dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen.
4. Veronique Frucot (Universitas Syracuse ) Wiston T. Shearon. Universitas A & M Taxes, tahun 1991
a. Judul Penelitian : Partisipasi Anggaran, Locos Of Control dan Kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial di meksiko.
b. Rumusan masalah yang dikemukakan adalah apakah perbedaan-perbedaan kebudayaan itu mempengaruhi
(35)
Control Individu dan partisifasinya di dalam proses penganggaran termasuk juga dampak kenerja manajerial dan tingkat kepuasan kerjanya ?
c. Hipotesis yang ada :
Partisifasi Individu akan menyebabkan kinerja yang lebih tinggi dan juga tingkat kepuasan yang meningkat, selain itu perlu diantisipasi bahwa locus of control internal lebih menekankan hubungan kinerja baik, sementara locus of control eksternal akan lebih melemahkannya.
d. Kesimpulan dari penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa :
Perbedaan budaya dalam organisasi dapat menyebabkan terjadinya respon-respon yang berbeda terhadap penganggaran partisipatif dan individu di dalam sebuah perusahaan kemungkinan akan bereaksi secara berbeda terhadap suatu system penganggaran tertentu, budaya mempengaruhi perilaku individu dalam proses penganggaran di suatu organisasi.
5. A.A.N.B. Dwirandra, tahun 2005
a. Judul Penelitian tentang Pengaruh Interaksi Ketidakpastian Lingkungan, desentralisasi dan Agregat Informasi Akuntansi Manajemen terhadap kinerja Manajerial.
(36)
21
b. Rumusan masalah adalah :
1. Adakah pengaruh interaksi tingkat desentralisasi, agregat informasi sistem akuntansi manajemen dan tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial ?
2. Apakah interaksi tingkat desentralisasi yang tinggi dan agregat informasi sistem akuntansi manajemen yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial bagi para manager dengan tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan yang rendah ?
3. Apakah interaksi tingkat desentralisasi yang tinggi dan agregat informasi sistem akuntansi manajemen yang tinggi berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial bagi para manager dengan tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan tinggi ?
c. Hipotesisnya :
1. Terdapat pengaruh interaksi tingkat desentralisasi, agregat informasi sistem akuntansi manajemen, dan tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial.
2. Interaksi tingkat desentralisasi yang tinggi dan agregat informasi system akuntansi manajemen yang luas akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial bagi para manajer dengan tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan
(37)
d. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh interaksi ketidakpastian lingkungan, desentralisasi, dan agregat informasi system akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial.
2. Kombinasi derajat desentralisasi yang tinggi dan agregat
informasi system akuntansi manajemen yang tinggi akan mempunyai pengaruh negative pada kinerja manajerial yang memiliki tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan rendah. 3. Kombinasi derajat desentralisasi yang tinggi dan agregat
informasi system akuntansi manajemen yang tinggi akan mempunyai pengaruh negative pada kinerja manajer yang memiliki tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan tinggi.
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Akuntansi Perilaku (Behavioral Accounting) dan
Perkembangannya
Bidang keperilakuan dalam akuntansi dapat dikatakan masih baru dibandingkan dengan akuntansi Keuangan. Topik keperilakuan ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada Juni 1951 Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk penyeledikan dampak anggaran, Ikhsan, (2005) dalam Asri Dwija putri, tahun (2000), hal ini diawali dari penelitian,Argyris, (1952) dalam Asri Dwija putri, tahun (2000),
(38)
23
yang meneliti hubungan antara manusia dengan anggaran dan kemudian diikuti oleh peneliti-peneliti yang lain.
Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah dikaji dalam studi yang dilakukan, Lord, (1989) dalam Asri Dwija Putri, ( 2000 ). Lord mengkaji perkembangan riset akuntansi keperilakuan
(behavioral accounting research) dari tahun 1952 sampai dengan tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi (6) enam fokus penelitian, antara lain akuntansi dalam konteks organisasi (accounting in an organizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi (early psychology), pemrosesan informasi manusia
(human informating proccesing), kontingensi teori (contingency teory), dan konferensi dan peristiwa (conferences and events)
Studi Burgstahler dan Sundem, (1989) dalam Asri Dwija Putri, tahun, (2000) hampir sama dengan study Pustaka Lord (1989), yaitu mengkaji perkembangan riset keperilakuan tahun 1968-1987. Hasil riset yang dikaji diambil dari artikel yang dipublikasikan pada 3(tiga) jurnal yaitu : The Accounting Review (AR), Journal of Accounting Research (JAR), Accounting Organization and Society (AOS), baik artikel yang ditulis oleh Lord (1989) maupun Burgstahler dan Sundem (1989) merupakan
(39)
invited paper dalam rangka penerbitan pertama jurnal Behavioral Research in Accounting.
Menurut Burgstahler dkk (1989) penelitian bidang keperilakuan sudah mengalami perkembangan sebagai berikut: Pertama, Metode penelitian Behavioral digunakan untuk isu
akuntansi tanpa mengadopsi beberapa teori behavioural yang mendasarinya. Kedua, Model atau teori behavioural diadopsi. Ketiga, adalah pengujian model behavioural kepada akuntansi seperti pengujian model lensa Brunswick.
Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuan. Bidang riset keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional akuntansi (SNA). Di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh IAI KAPd (Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerjasama dengan Kompartemen Akuntan Pendidik ( KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi menjadi 5 (lima) yaitu : Akuntansi Keuangan dan pasar modal ; akuntansi manajemen dan keperilakuan; akuntansi sektor publik dan perpajakan; system informasi; auditing dan etika; dan akuntansi syariah. Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen di jadikan satu pembahasan dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia.
(40)
25
Burgstahler dan Sunden,(1989 )dalam Asri Dwija Putri, (2000) menyebutkan ada beberapa factor yang membuat behavioural research in accounting secara khusus mempunyai kesulitan, yaitu bidangnya luas, variable kompleks, perilaku adalah sebuah situasi spesifik, perwujudan lain dari interelasi variabel-variabel adalah beberapa hukum perilaku sepenuhnya umum, titik temu validitas internal dan validitas eksternal, sistem control akademis, dan evaluasi kualitatif.
Penelitian keperilakuan dalam akuntansi riset bisa menggunakan tiga jenis metode, antara lain studi lapangan, eksperimen, dan survey masing-masing ada keunggulan dan kelemahannya. Ketiga metode ini bisa saling melengkapi dengan menerapkan metode multiple.
Akuntansi perilaku merupakan gabungan antara akuntansi dan ilmu sosial yang berkaitan dengan bagaimana perilaku manusia dapat mempengaruhi data akuntansi dan keputusan usaha, selama ini para akuntan menitik beratkan perhatiannya pada pengukuran pendapatan dan biaya serta mempelajari prestasi perusahaan dimasa lalu untuk memprediksi masa yang akan datang, oleh karena itu para akuntan harus memperhatikan dampak perilaku dari apa yang dilakukan.
(41)
pengendalian perilaku, tujuan dan aspirasi individu yang terlibat dalam organisasi, tanpa adanya hal tersebut, maka akan sulit bagi perusahaan untuk meningkatkan prestasi di masa yang akan datang, oleh karena itu perlu diperhatikan dampak perilaku yang timbul dan informasi yang di sediakan oleh para akuntan tersebut. Definisi Behavioral Accounting menurut Siegel dan Marconi
(1989; 2) dalam Asri Dwija Putri, (2000) adalah “ Behavioral Accounting is the third major branch of Accounting it is concerned with the relationship between human behavior and the accounting system “. Berdasarkan keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa akuntansi perilaku merupakan cabang antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi manajemen. Jadi akuntansi mempunyai lingkup yang luas yang memperhatikan perilaku manusia dan hubungannya dengan rancangan dan kegunaan sistem informasi akuntansi .
Siegel dan Marconi (1989;4) dalam Asri Dwija Putri, (2000) menyebutkan bahwa secara umum ruang lingkup akuntansi perilaku dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu :
1. Hasil penelitian seseorang berupa desain, kontruksi dan penggunaan sistem akuntansi. Luasnya akuntansi perilaku ini mengenai bagaimana sikap dan filosofi dari pegaruh manajemen yang hampir sama dengan akuntansi pengendalian dan fungsi dari organisasi.
(42)
27
2. Pengaruh dari sistem akuntansi pada perilaku seseorang. Luasnya akuntansi perilaku ini mengenai bagaiamana pengaruh motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, keputusan kerja dan kerjasamanya.
3. Metode untuk meramalkan atau memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku seseorang. Luasnya akuntansi perilaku ini mengenai sistem akuntansi dapat mempengaruhi perilaku.
2.2.2. Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen
Akuntansi Manajemen menghasilkan informasi yang berguna untuk keperluan manajerial perusahaan, secara tradisional informasi akuntansi manajemen didominasi oleh informasi finansial, tetapi dalam perkembangannya peran informasi non finansial juga menentukan.
Penelitian Chenhall dan Moris (1986) dalam (Arsano laksama, 2002) menemukan bukti empiris mengenai karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para manajer yang terdiri dari informasi broadscope, timeliness, aggregasi dan informasi terintegrasi. informasi akuntansi manajemen yang semakin andal dalam penelitian ini mengacu pada semakin tingginya ketersediaan informasi yang memiliki ciri-ciri yang diteliti oleh Chenhall dan Moris (1986). Karakteristk sistem informasi
(43)
1. Informasi Broadscope Sistem Akuntansi Manajemen
Informasi sistem akuntansi manajemen yang bersifat broadscope mewakili dimensi fokus, time horizon, dan kuantifikasi menurut Gordon dan Narayana (1984) dalam Arsano laksama, (2002). Dalam informasi broadscope dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor eksternal maupun internal perusahaan. Informasi broadscope juga mencakup informasi non ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang serta aspek-aspek lingkungan.
Sistem Akuntansi manajemen memberikan informasi yang terfokus pada peristiwa-peristiwa dalam organisasi , yang dikuantifikasikan dalam ukuran moneter, dan yang berhubungan dengan data hitoris. Lingkup Sistim Akuntansi Manajemen yang luas memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan eksternal yang mungkin bersifat ekonomi seperti Gross National Product, Total penjualan pasar, dan pangsa pasar suatu industri, atau mungkin juga bersifat nin ekonomi seperti faktor demografi, cita rasa konsumen, tindakan para pesaing dan perkembangan teknologi. Lingkup Sistem Akuntansi manajemen yang luas mencakup ukuran non moneter terhadap karakteristik lingkungan ekstern Gordon dan Miller, (1976) dalam Arsono
(44)
29
laksmana,(2002) disamping itu Sistem Akuntansi Manajemen yang luas akan memberikan eastimasi tentang kemungkinan terjadinya peristiwa dimasa yang akan datang di dalam ukuran probabilitas.
2. Informasi Timeliness Sistem Akuntansi Manajemen
Timeliness menyatakan ketepatan waktu dalam memperoleh Informasi mengenai suatu kejadian Echols,(1996: 593) dalam Juniarti, (2003). Informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi tersebut mencerminkan kondisi terkini dan sesuai dengan kebutuhan manajer ( Bordnar 1995;399) dalam Juniarti, (2003) Informasi yang tepat waktu akan membantu manajer dalam pengambilan keputusan ( Chusing 1994;16) dalam Juniarti, (2003)
Informasi tepat waktu juga mendukung manajer menghadapi ketidakpastian lingkungan yang terjadi dalam lingkungan kerja mereka, Gordon dan Narayana (1984) dalam Dwirandra, (2002). Ketepatan waktu menunjukkan tentang waktu antara permohonan informasi dengan penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi pelaporan informasi.
Menurut Chia (1995) dalam Arsano laksama,( 2002) menyatakan informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajer dalam merespon setiap kejadian ataupun
(45)
lingkungan. Oleh karena itu, untuk merespon adanya ketidakpastian lingkungan yang semakin komplek dengan sistem organisasi yang terdesentralisasi akan membutuhkan dukungan dari informasi yang tepat waktu. Informasi menunjukkan kepada jarak waktu antara permintaan dan tersedianya informasi dari Sistim Akuntansi Manajemen kepada pihak yang meminta.
3. Informasi Aggregasi Sistem Akuntansi Manajemen
Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas, tetapi tetap mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu sendiri Bordnar (1995); Awli (2001) dalam Juniarti, (2003) Informasi yang teragregasi akan berfungsi sebagai masukan yang berguna dalam proses pengambilan keputusan, karena lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk mengevaluasinya, sehingga meningkatkan efisiensi kerja manajemen Chia ,(1995; 815 ) dalam Juniarti, (2003).
Informasi yang teragregasi dengan tepat akan memberikan masukan pendukung dalam proses pengambilan keputusan karena waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi informasi sedikit dibanding dengan informasi tak teraggregasi. Dengan adanya informasi yang jelas mengenai area
(46)
31
mengurangi terjadinya konflik. Bagi perusahaan yang memberikan tingkat kewenangan yang tinggi maka informasi yang teraggregasi memberikan informasi mengenai area pertanggung jawaban mereka sehingga dapat mengurangi konflik dan mampu mendukung manajerial untuk membatasi informasi yang overload.
Sistem Akuntansi Manajemen memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari pemberian bahan dasar, Tipe agregasi yang lain mengacu kepada berbagai format yang konsisten dengan model keputusan formal seperti analisis cash flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, analisis biaya volume laba, dan model mengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, aggregasi informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, dan informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal.
4. Informasi Integrasi Sistem Akuntansi Manajemen
Aspek pengendalian suatu organisasi yang penting adalah koordinasi berbagai segmen dalam sub-sub organisasi. Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen yang membantu koordinasi mencakup spesifikasi target yang menunjukkan
(47)
keputusan pada operasi seluruh sub unit organisasi. Chia (1995) dalam Arsono laksmana,(2002) menyatakan bahwa informasi yang terintegarasi dari Sistem Akuntansi manajemen dapat digunakan sebagai alat koordinasi antar segmen dari sub unit dan antar sub unit. Kompleksitas dan saling ketergantungan antar sub unit akan direfleksikan dalam informasi yang terintegasi dari Sistem Akuntansi Manajemen. Manfaat informasi yang terintegrasi dirasakan penting saat
manajer dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan yang akan berdampak pada bagian/unit yang lain.
2.2.3. Teori Kontinjensi
Teori Kontijensi merupakan konsep yang luas apabila mampu diterapkan pada rancangan organisasi, teori ini menyatakan bahwa jumlah dan sifat unit-unit organisasi serta tingkat wewenang mereka untuk bertindak tergantung pada lingkungan dimana organisasi itu berada.
Stateman Wilo, dalam Herlina, (2006) Ketidaktentuan suatu organisasi berbeda dimana variabel demografis menunjukkan hubungan yang sangat penting dengan variabel komunikasi.
Demikian contoh-contoh dari teori Kontijensi :
1. Contigency Theory of Leadership (Teori ketidaktentuan Kepemimpinan)
(48)
33
Didalam teori Kontijensi kepemimpinan, sukses pemimpin adalah suatu fungsi berbagai ketidaktentuan dalam wujud bawahan, sub koordinat, tugas dan variabel kelompok.
2. Contigency Theory of Decision Making (Teori Ketidaktentuan Keputusan Rangking )
Keputusan keikutsertaan ketidaktentuan teori atau keputusan yang berdasarkan keefektifan suatu prosedur keputusan tergantung pada suatu keadaan.
3. Contigency Rules Theory (Teori Ketidaktentuan Aturan)
Teori ketidaktentuan aturan menurut Smith adalah suatu aturan yang mendekati kebujukan (University of Twente, www.tcw utwente.ni/theory enoverzicht/theory of 20 textbooks)
Outley (1980) dalam Prasetya (2002) menyatakan pendekatan Kontinjensi dalam sistem akuntansi manajemen didasarkan atas premis bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara keseluruhan selalu tepat untuk bisa diterapkan dalam setiap keadaan, pernyataan Outley (1980) telah banyak ditindak lanjuti dengan berbagai penelitian bidang sistem akuntansi manajemen dengan memasukkan Variabel Kontinjensi, seperti ketidakpastian lingkungan (Gordon dan Narayana, 1984 dan dalam Prasetyo, 2002)
(49)
akuntansi manajemen itu akan selalu berpengaruh sama (terhadap kinerja) pada setiap kondisi atau tidak. Dengan didasarkan pada teori Kontinjensi maka ada kemungkinan terdapat variabel penentu lainnya yang akan saling berinteraksi sesuai dengan kondisi tertentu yang dihadapi Nazaruddin, (1998) dalam Tolopuq69, (2008). Berawal dari pendekatan ini, maka ada kemungkinan bahwa perbedaan individual yang melekat juga akan menyebabkan perbedaan pada kebutuhan informasi sistem akuntansi manajemen seperti informasi yang lebih tepat waktu (Timeliness) untuk merespon setiap kejadian dengan cepat, informasi broadscope (misalnya : informasi non financial, berorientasi pada masa yang akan datang). Dan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda dari para manajer sehingga mereka dapat menunjukkan kompetensinya. Informasi agregation juga dibutuhkan agar para manajer dapat menghemat waktu didalam menganalisa informasi yang tersedia untuk menentukan kebijakaan dan menjadikan mereka lebih bertanggung jawab. Informasi integration akan membantu para manajer untuk melihat secara terintegrasi untuk setiap keputusan yang diambil dan juga mengarahkan para manajer untuk mencapai tujuan organisaasi (Chia, 1995 dalam Nazaruddin, 1998). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa karakteristik informasi yang bermanfaat berdasarkan persepsi para manajer sebagai
(50)
35
pengambil keputusan dimana dapat dikategorikan kedalam 4 sifat yaitu : broadscope, timeliness, aggregasi dan informasi yang berintegrasi dimana dibutuhkan oleh perusahaan untuk membuat suatu perencanaan dan pengendalian yang diambil dapat berhasil guna serta informasi dan pengendalian yang diambil dapat berhasil guna serta informasi tersebut sangat diperlukan pada saat ketidakpastian lingkungan meningkat.
Sesuai dengan pendekatan kontijensi masing-masing karakteristik informasi sistem akuntansi itu tidak selalu sama untuk segala situasi. Max (1989) dan Fisher (1996) dalam Tolopuq69, (2008) menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan merupakan variable kontijensi di dalam perencanaan karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen. Saling ketergantungan juga merupakan salah satu variable kontijensi yang perlu dipertimbangkan dalam merancang Sistem Akuntansi Manajemen. Peneliti yang mengkaitkan secara langsung pengaruh saling ketergantungan dengan Sistem Akuntansi Manajemen adalah Chenhall dan Morris (1986) Mia dan Goyal (1991), Bouwens dan Abernathy (2000) dalam Tolopuq69, (2008) . Saling ketergantungan organisasi adalah pertukaran aktivitas yang terjadi antar segmen yang ada dalam suatu organisasi (Chanhall) dan Morris, 1986). Saling ketergantungan organisasi cendrung mempengaruhi aktivitas
(51)
tingkat saling ketergantungan yang tinggi sehingga bisa menyulitkan tugas koordinasi. Oleh karena itu, didalam situasi saling ketergantungan yang tinggi, para manajer yang membutuhkan Sistem Akuntansi Manajemen yang dapat memberikan informasi yang bersifat integritas. Sebaliknya didalam situasi saling ketergantungan rendah karakteristik informasi yang terintegrasi tidak begitu relevan (Baumler,1971 ; Galbraith, 1977) dalam Muslichah(2002) dalam Tolopuq69, (2008)
2.2.4. Ketidakpastian Lingkungan
Lingkungan perusahaan selalu mengalami perubahan sehingga setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen menghadapi ketidakpastian. Dalam lingkungan yang stabil, proses perencanaan dan pengendalian tidak banyak mengalami masalah karena perubahan terhadap lingkungan dapat diramalkan secara tepat. Namun dalam kondisi yang tidak pasti proses perencanaan dan pengendalian akan menjadi lebih sulit dan banyak manghadapi masalah karena kejadian yang akan datang sulit diperkirakan, Duncan, (1972 ) dalam Arsono Laksamana, (2002). Chenhall dan Morris (1986) dan Fisher (1996) dalam
Tolopuq69, (2008) menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan yang dihadapi manajer akan mempengaruhi karakteristik informasi yang dibutuhkan.
(52)
37
2.2.4.1.Pengertian Lingkungan
Duncan (1972) dalam Prasaetyo, (2002) mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor sosial dan fisik secara langsung mempengaruhi perilaku pembuatan keputusan orang-orang dalam organisasi. Sedangkan Ketidakpastian lingkungan ( environmental uncertainty ) didefinisikan sebagai rasa ketidakmmampuan seseorang untuk memprediksikan sesuatu akurat ( Milliken,1987 ) dalam Prasetyo,( 2002).
Lingkungan organisasi, secara umum dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada diluar batas-batas organisasi Aulia Fuad, (2002). Menurut Robbins (1990) Aulia Fuad, (2002) dalam Herlina, (2006) lingkungan organisasi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Lingkungan Umum
Lingkungan umum meliputi kondisi yang mungkin memiliki dampak terhadap organisasi namun relevansinya tidak dapat diketahui secara jelas, misalnya :
a. Kondisi Ekonomi.
Tingkat suku bunga, laju inflasi, perubahan-perubahan dalam pendapatan yang dapat dibelanjakan, indeks pasar saham dan tahap siklus bisnis umum merupakan faktor ekonomi
(53)
dalam lingkungan umum yang dapat mempengaruhi praktek-praktek manajemen dalam sebuah organisasi.
b. Kondisi Politik.
Keadaan politik mencakup stabilitas umum negara-negara dimana organisasi beroperasi dan sikap-sikap khusus yang dimiliki oleh pejabat-pejabat pemerintah terpilih terhadap dunia usaha.
c. Kondisi Sosial.
Manajer-manajer harus menyelesaikan praktek mereka dengan harapan masyarakat yang berubah-ubah dimana mereka bekerja. Sewaktu nilai, kebiasaan dan cita rasa berubah, manajer-manajer harus berubah pula. Ini berlaku baik terhadap tawaran produk maupun jasa mereka dan kebijakan operasional internal mereka.
d. Global.
Globalisaasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi para manajer dan organisasi. Sebagai bagian dari lingkungan luar, Para manajer perusahaan besar maupun kecil di tantang untuk meningkatkan jumlah pesaing-pesaing global dan pasar-pasar konsumen.
(54)
39
e. Kondisi Teknologi.
Kita hidup dalam sebuah zaman perubahan teknologi. dimana lingkungan teknologi mempengaruhi organisasi misalnya saja dalam mendesain kantor beserta interiornya. Kantor-kantor telah menjadi pusat komunikasi. Para manajer sekarang dapat menghubungkan komputer, telepon, pengolah data,foto copy, mesin-mesin fax, penyimpan arsip dan kegiatan kantor mereka lainnya menjadi sebuah sistem terpadu. Sungguh banyak organisasi menggunakan internet ( sistem komunikasi internal yang menggunakan teknologi internet dan dapat diakses hanya oleh karyawan organisasi tersebut ) guna membantu para karyawan mengerjakan tugas mereka secara efektif dan efisien. Bagi para manajer di semua organisasi, kemajuan-kemajuan teknologi ini berarti kemampuan mengambil keputusan yang lebih cepat dan lebih baik.
2. Lingkungan Khusus
Lingkungan khusus merupakan lingkungan organisasi yang secara langsung relevan bagi organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan khusus ini merupakan pusat perhatian manajemen karena terdiri dari konstituen kritis yang secara langsung baik positif maupun negatif mempengaruhi keefektifan organisasi secara spesifik yang termasuk lingkungan khusus
(55)
a. Pemasok-pemasok.
Apabila kita merenungkan pemasok-pemasok sebuah organisasi, lazimnya kita membayangkan perusahaan-perusahaan yang menyediahkan bahan-bahan dan peralatan. tetapi istilah pemasok-pemasok mencakup pula penyediaan masukkan keuangan dan tenaga kerja. Pemegang saham, bank, perusahaan asuransi, dana-dana pensiun, dan lembaga-lembaga serupa lainnya yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan pasokan modal terus menerus.
b. Pelanggan-pelanggan.
Organisasi-organisasi itu ada untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Para pelanggan/klienlah yang menyerap keluaran organisasi itu. Hal ini berlaku bahkan bagi organisasi pemerintah, pelanggan-pelanggan jelas merupakan kemungkinan ketidakpastian bagi sebuah organisasi. Cita rasa pelanggan-pelanggan dapat berubah, mereka dapat menjadi tidak puas dengan jasa ataupun produk sebuah organisasi. Tentu saja sejumlah organisasi menghadapi ketidakpastian yang jauh lebih besar sebagai akibat pelanggan-pelanggan mereka dari pada organisasi-organisasi yang lainnya.
(56)
41
c. Pesaing-pesaing.
Semua organisasi baik itu yang monopoli mempunyai satu pesaing atupun lebih. Para manajer tidak boleh mengabaikan persaingan, apabila mereka mengabaikannya mereka akan membayar mahal. Misalnya banyak masalah yang timbul di perusahaan kereta api sejak 1940-an sampai 1970-an, disebabkan oleh kegagalan mereka untuk memahami siapa pesaing-pesaing mereka. Mereka beranggapan bahwa mereka berada dalam bisnis kereta api padahal sebetulnya mereka berada dalam bisnis transportasi. truk, kapal laut, transportasi udara dan bus serta mobil-mobil pribadi semacamnya semuanya merupakan pesaing kereta api ini. Contoh ini mengilustrasikan bahwa pesaing-pesaing dalam rangka harga, jasa-jasa yang ditawarkan, produk-produk yang dikembangkan dan semuanya merupakan suatu kekuatan penting lingkungan yang harus dipantau oleh para manjer dan yang harus siap mereka tanggapi.
d. Pemerintah.
Pemerintah setempat mempengaruhi apa yang dapat dan tidak dapt dilakukan oleh organisasi-organisasi. Terlebih dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah dan
(57)
pedoman dan peraturan serta perundang-undangan dalam bidang perekonomian.
e. Kelompok-kelompok Penekan.
Para manajer harus menyadari kelompok keputusan khusus seperti lembaga-lembaga yang melindungi hak-hak konsumen yang berusaha untuk mempengaruhi tindakan-tindakan organisasi tersebut. Misalnya kelompok aksi yang dilakukan oleh warga Amerika yang telah berhasil menekan penerbit-penerbit buku sejarah Amerika untuk sekolah dasar maupun sekolah menengah supaya mengubah isi yang dirasakan menyakitkan hati anggota-anggota kelompok tersebut. Sebagaimana telah kita ketahui, organisasi-organisasi itu bukanlah mencakup diri sendiri atau memenuhi kebutuhan sendiri, mereka berinteraksi dengan dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Organisasi-organisasi tergantung pada lingkungan mereka sebagai sumber masukan-masukan dan sebagai penerima pengeluarannya. Kelompok-kelompok masyarakat tertentu dan pendukung-pendukung serupa dapat menekan sebuah organisasi dan dapat digambarkan pada gambar 2.1:
(58)
43
Gambar 2.1. Organisasi dan Lingkungan
Kurang dari sebagian pemimpin-pemimpin tertinggi itu
merasa bahwa perusahaan mereka sangat mampu menghadapi kekuatan-kekuatan lingkungan yang berubah. Sedangkan kekuatan lingkungan ini bersifat dinamis dan menciptakan cukup banyak ketidakpastian bagi manajemen.
2.2.4.2. Pengertian Ketidakpastian Lingkungan
Duncan,(1972), dalam Herlina (2006) mendefinisikan ketidakpastian lingkungan sebagai:
1. Ketiadaan informasi tentang faktor-faktor lingkungan yang berhubungan dengan situasi pengambilan keputusan
2. Tidak diketahuinya outcome dari keputusan tertentu tentang seberapa besar perusahaan akan mengalami kerugian jika keputusan yang diambil ternyata salah dan
Kelompok
Pemasok-pemasok
Pemerintah
Pelanggan
Pesaing-pesaing Organisasi
Global
Sosial Politik
Teknologi Ekonomi
(59)
3. Ketidakmampuan untuk menilai kemungkinan. Pada beberapa tingkat keyakinan tentang bagaimana faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu keputusan. Menurut Robbins dan Coulter (1999;88) dalam
Herlina,(2006) ketidakpastian lingkungan itu berbeda menurut derajad perubahan dan derajad kompleksitas lingkungan organisasi.
Ketidakpastian lingkungan menggambarkan kadar kompleksitas lingkungan. Kadar kompleksitas mengacu pada jumlah komponen dalam sebuah lingkungan organisasi dan sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi itu tentang komponen-komponen tadi. Kompleksitas itu diukur pula dalam rangka pengetahuan yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi mengenai lingkungan.
Pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap Sistem Akuntansi Manajemen telah banyak dilakukan, tetapi penelitian sebelumnya sedikit yang meneliti pengaruh tidak langsung ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial dengan memasukkan Sistem Akuntansi Manajemen sebagai Variable intervening. Muslichan (2002), dalam Herlina, (2006) mengkaji tentang pengaruh teknologi informasi, saling ketergantungan terhadap kinerja Manajerial dengan Sistem Akuntansi Manajemen
(60)
45
lingkup luas sebagai variable intervening pada perusahaan manufaktur.
Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen yang digunakan hanya informasi broadscope, Ini dikarenakan informasi broad scope dapat mengurangi ketidakpastian karena informasi ini memberikan fasilitas pada manajer dalam mempertimbangkan lebih banyak jumlah alternatif-alternatif yang bisa dipahami dalam penentuan hubungan input output dari pada informasi narrow scope.Hal ini menghasilkan probalitas yang lebih tinggi dalam menformulasi alternatif yang terbaik dalam membuat keputusan. Sehubungan dengan penelitian sebelumnya diatas Peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan teknologi Informasi dan ketidakpastian lingkungan menjadi variable dengan objek penelitian di PT.Angkasa Pura I (Persero) Kantor Pusat di Jakarta.
(61)
Tabel 2.1. Ketidakpastian Lingkungan
Derajad Perubahan
Stabil Dinamis Yang mantap dan dapat
diramalkan. Sedikit komponen didalam lingkungan itu. Komponen-komponen agak serupa dan pada dasarnya tetap sama. Sedikit sekali kebutuhan akan pengetahuan yang canggih tentang
komonen itu
Lingkungan yang dinamis dan tidak dapat diramalkan. Sedikit komponen dalam lingkungan itu.
Komponen agak serupa tapi terus menerus dalam proses berubah.
Amat sedikit kebutuhan akan pengetahuan komponen canggih. Yang mantap dan dapat
diramalkan.
Banyak komponen dalam lingkungan tersebut.
Komponen tidak sama satu dengan yang lain dan pada dasarnya tetap sama.
Sedikit sekali kebutuhan akan pengetahuan yang canggih tentang
komponen itu.
Lingkungan yang dinamis dan tidak dapat ramalkan. Banyak komponen dalam lingkungan itu.
Komponennya tidak serupa dan terus mengalami
perubahan.
Kebutuhan yang tinggi akan pengetahuan yang canggih tentang komponen itu.
Sumber : Robbins, Stephen, P dan coulter, Mary, Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid II, PT. Prenhalindo, Jakarta, hal 89 (dalam Herlina,2006)
2.2.4.3. Tipe-tipe Ketidakpastian Lingkungan
Miliken (1987) dalam Laksamana (2002)mengidentifikasikan tipe-tipe ketidakpastian lingkungan yaitu :
1. Ketidakpastian Keadaan (State Uncertainty)
Seseorang merasakan ketidakpastian keadaan jika ia merasakan bahwa lingkungan organisasi tidak dapat diprediksi,
Se de rhan a Kom p le k sit as D er aj ad K om p le k si tas
(62)
47
artinya seseorang tidak paham bagaimana komponen lingkungan akan mengalami perubahan. Seorang manajer dapat merasa tidak puas terhadap tindakan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi dinamika para pemasok, pesaing, pelanggan, konsumen dan lain sebagainya atau manajer merasa tidak puas terhadap kemungkinan perubahan lingkungan yang relevan seperti perubahan teknologi, budaya, demogafi dan lain-lain.
2. Ketidakpastian Pengaruh (Effect Uncertainty)
Berkaitan dengan ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi pengaruh lingkungan terhadap organisasi. Ketidakpastian pengaruh ini meliputi sifat, kedalaman dan waktu. Seorang manajer berada dalam ketidakpastian pengaruh ini bila ia tidak pasti terhadap bagaimana suatu peristiwa berpengaruh terhadap perubahan (sifat), seberapa jauh peristiwa itu berpengaruh (kedalaman), dan kapan pengaruh tersebut akan sampai pada perusahaan (waktu)
3. Ketidakpastian Respon (Respons Uncertainty)
Adalah usaha untuk memahami pilihan respon apa yang tersedia bagi organisasi dan bermanfaat dari tiap-tiap respon yang akan dilakukan. Dengan demikian ketidakpastian respon didefinisikan sebagai ketiadaan pengetahuan tentang pilihan
(63)
respon dan ketidakmampuan untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin timbul sebagai akibat pilihan respon.
2.2.5. Kinerja Manajerial
2.2.5.1. Pengertian Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi. Menurut (Mahoney-1963) dalam Arsono Laksmana (2002) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah persepsi kinerja individual para anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yaitu antara lain :
1. Perencanaan
Menentukan tujuan atau serangkaian tujuan untuk merumuskan keadaan perusahaan saat ini, mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan baik dari lingkungan intern maupun ekstern perusahaan dan mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
2. Investigasi
Mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan laporan dan rekening, mengukur hasil dan analisa pekerja 3. Koordinasi
Proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah untuk mengaitkan dan
(64)
49
menyesuaikan program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
4. Supervisi
Mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan dan memberikan tugas kepada bawahan.
5. Pengaturan Staff
Mempertahankan angkatan kerja, merekrut, mewawancarai dan memilih karyawan baru, menempatkan dan mempromosikan dan mutasi pegawai.
6. Negoisasi
Pembelian melakukan kontrak atau tawar menawar dengan penjual.
7. Perwakilan
Mewakili atasan apabila tidak hadir dan dapat memberikan keputusan asalkan sudah disetujui atasan.
2.2.5.2. Pengukuran Kerja
Menurut Mulyadi (2001;434) terdapat 3 macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu : 1. Ukuran Kriteria (Single Criteria)
(65)
memusatkan perhatiannya pada kriteria tersebut padahal kriteria yang lain juga sangatlah penting.
2. Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterai)
Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manajer sehingga tidak didasarkan pada satu aspek pengkurana saja.
3. Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criteria)
Ukuran kinerja manajer yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.
Selanjutnya Gomes (1995;142) dalam Herlina, (2006) mengemukakan beberapa tipe kriteria performansi kerja yang didasarkan atas deskripsi perilaku yang spesifik, yaitu :
1. Quantity of Work : yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam suatu periode waktu yang ditentukan.
2. Quality of Work : Yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job Knowledge : yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilan.
4. Creativeness : yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
(66)
51
5. Cooperative : yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi)
6. Dependability : yaitu kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
7. Initiative : yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawab.
8. Personal Qualities : yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah tamahan dan integritas pribadi
Penilaian kinerja manajer saat ini mulai mengalami pergeseran. Jika dahulu menilai kinerja seorang manajer cukup hanya dari perspektif keuangan, tetapi sekarang untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif harus dari dua perspektif yang dikenal dengan istilah balance scorecard. Penilaian kinerja akan dilakukan dari dua sisi, yaitu keuangan (Financial) dan non Financial seperti penilaian pelanggan/ customer, pertumbuhan dan pembelajaran, serta proses bisnis internal.
2.2.5.3. Tugas Manajer
Terdapat dua kriteria utama yang berhubungan dengan suatu kinerja masing-masing adalah efektifitas dan efisiensi. Efektifitas kinerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian
(67)
perusahaan manufaktur, efektifitas kinerja adalah apabila unit kerja mampu memenuhi target produksi baik dalam hal kuantitas maupun kualitas yang dihasilkan. Efisiensi kerja adalah mengukur biaya sumber daya yang diperlukan sehubungan dengan pencapaian tujuan, dalam hal ini perbandingan antara keluaran (output) riil yang dihasilkan dengan masukan (input) yang digunakan (Schermerhorn, 2003 : 5).
Menurut T. Hani Handoko (1999:29), tugas-tugas penting yang dilaksanakan oleh manajer adalah sebagai berikut :
1. Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Istilah “Orang” mencakup tidak hanya para bawahan dan atasan, tetapi juga manajer-manajer lainnya dalam organisasi. Disamping itu, “Orang” juga termasuk individu-individu dari luar organisasi yaitu : langganan, penyedia (supplier), konsumen, pengurus serikat karyawan, pejabat dan karyawan kantor-kantor pemerintah, dan sebagainya.
2. Manajer memajukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas.
3. Manajer bertanggung-jawab dan mempertanggung jawabkan. Para manajer ditugaskan untuk pengelolaan pekerjaan-pekerjaan tertentu secara sukses, mereka biasanya dievaluasi atas dasar seberapa baik mereka mengatur tugas-tugas yang harus diselesaikan.
(68)
53
4. Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual, untuk menjadi pemikir yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisah-misahkan suatu masalah menjadi komponen-komponen masalah, menganalisa komponen-komponen-komponen-komponen tersebut, dan kemudian mencari penyelesaian yang layak
(flexible) dengan akurat, dan yang lebih penting bagi manajer adalah dengan menjadi pemikir konseptual, yang mampu memandang keseluruhan tugas dan mengkaitkan suatu tugas dengan tugas-tugas lain.
5. Manajer adalah seorang mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang, dan kadang-kadang mereka saling tidak setuju atau saling bertentangan, bila hal ini terjadi dalam suatu unit kerja atau organisasi, maka bisa menurunkan semangat kerja dan produktivitas, atau bisa merusak suasana kerja, atau bahkan para karyawan yang cakap bisa meninggalkkan organisasi, kejadian-kejadian seperti ini menuntut peranan manajer sebagai mediator (penengah).
6. Manajer adalah seorang politisi. Seperti apa yang dilakukan politisi dalam mengkampanyekan program-programnya, manajer harus mengembangkan hubungan-hubungan baik untuk mendapatkan dukungan atas kegiatan-kegiatan usulan-usulan dan keputusan-keputusannya.
(69)
7. Manajer adalah seorang diplomat. Manajer mungkin harus berperan sebagai wakil (repesentatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan organisasioanal.
8. Manajer mengambil keputusan-keputusan sulit. Organisasi selalu banyak menghadapi masalah (missal : kesulitan finansial, masalah personalia, dan sebagainya). Manajer adalah orang yang diharapkan dapat menemukan pemecahan masalah sulit dan mengambil berbagai keputusan yang akurat. Jenis-jenis tugas manajer menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich (1996 : 24) adalah mengelola organisasi dan kerja, mengelola orang serta mengelola produksi dan operasi.
2.2.5.4. Penilaian Kinerja Manajerial
Penilaian kinerja menurut Sjafri Mangkuprawira (2004 : 223), merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang.
Penilain kinerja menurut Mulyadi (2001 : 415), adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi.
(70)
55
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan perusahaan.
2.2.5.5. Manfaat dan Tahap Penilaian Kinerja Manajerial
Menurut Sjafri Mangkuprawira (2004 : 224), penilaian kinerja karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai berikut :
a. Perbaikan Kinerja.
Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
b. Penyesuaian Kompensasi.
Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan menentukan siapa yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja. c. Keputusan Penetapan.
Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk penghargaan.
(1)
149
4. Interaksi ketidakpastian lingkungan dengan karakteristik informasi system akuntansi manajemen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, karena dalam program manajerial faktor lingkungan selalu mendapat perhatian khusus sehingga dalam pencapaian tolak ukur manajerial sedapat mungkin dihindari.
5. Interaksi Budgeting dengan karakteristik informasi system akuntansi manajemen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, apabila mengabaikan karakteristik informasi system akuntansi manajemn dalam penyusunan anggaran perusahaan, manajerial kesulitan mencapai target dalam operasional perusahaan karena sangat tergantung pada data historis.
Dalam penyusunan budget seperti alur pada bagan arus proses gambar 1.1 bahwa penyususan anggaran memperhatikan data-data historis dan dikembangkan dengan asumsi-asumsi yang berkembang pada saat itu maupun prediksi tahun depan.
5.2. Saran
a. Bagi perusahaan berkaitan dengan kinerja manajerial, dalam penyususnan anggaran hendaknya keterlibatan seluruh manajer dalam penyusunan anggaran perlu lebih intensif dan
(2)
150
menjadikannya prioritas sehingga dalam penyusunan program anggaran dapat dipahami oleh seluruh level manajerial.
b. Bagi peneliti lebih lanjut, hendaknya menambah variabel lain seperti : budaya organisasi, gaya kepemimpinan karena perbedaan budaya dalam organisasi dapat menyebabkan terjadinya respon-respon yang berbeda terhadap penganggaran dan individu didalam perusahaan kemungkinan akan bereaksi secara berbeda terhadap sistem penganggaran tertentu karena budaya mempengaruhi perilaku individu dalam proses penganggaran di suatu organisasi..
(3)
DAFTAR PUSTAKA
A.A.N.B Dwi Randra, 2003, Pengaruh Interaksi Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, Dan Agregat Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana.
Algifari, 2000, Analisis Regresi (Teori, Aksus dan Solusi), Edisi 2, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Annual Report PT. Angaksa Pura I (Persero), 2007.
Anonim, 2007/2008, Pedoman Penulisan Tesis, Penerbit Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur, Surabaya.
Arfan, Ikhsan, 2009, Akuntansi Manajemen Perusahaan Jasa, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogjakarta.
Arsono, Laksmana, 2002, jurnal accounting/puslit.petra.ac.id, Pengaruh Tehnologi Informasi Saling Ketergantungan, Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial, Staf pengajar Fak. Ekonomi Universitas Airlangga- Surabaya. Augusty, Ferdinand, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Edisi
Pertama, Badan penerbit Universitas Diponogoro - Semarang. Azwar, Saifuddin, 2003, Reliabilitas dan Validitas, Edisi Ke-3, Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Eri Dwi Astuti, 2007, Pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen dan moderasi Locus of Control pada perusahaan manufaktur di daerah Istimewa Yogjakarta dan Jawa Tengah, Universitas Islam Indonesia, Yogjakarta.
Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Pogram SPSS, Edisi 2, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gibson, Donelly, Ivancevich, 1996, Manajemen¸ Edisi Sembilan, Jilid Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.
(4)
Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Handoko, Hani. T, 1999, Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Keempat belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Hansen dan Mowen, Penerjemah Dewi Fitriasari, Deny Arnos Kwary, 2006, Management Accounting (Akuntansi Manajemen), Buku 1, Edisi 7, Penerbit Salemba Empat.
Herlina, 2006, Pengaruh Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Dalam Hubungan Antara Ketidakpastian Lingkungan Dan Locus Of Control Terhadap Kinerja Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Surabaya Jawa Timur,
I.G.A.M. Asri Dwija Putri, 2000, Implikasi Riset Akuntansi Keperilakuan Terhadap Pengembangan Akuntansi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana , Denpasar.
Indri Kartika, Provita Wijayanti, 2007, Locus Of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit, Unissula , semarang
Juniarti, 2003, Hubungan Karakteristik Informasi Yang Dihasilkan Oleh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Pada Perusahaan Manufaktur Di Jawa Timur, Http:/puslit.petra.ac.id/jurnals/accounting
Lisa, Linawati Utomo, 1999, Ekonomi Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajerial Perusahaan, Universitas Kristen Petra, Surabaya, Jurnal Akuntansi & keuangan, Vol 1 No,1, Mei 1999-hal 28-42.
Mangkuprawira, Sjafri, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Cetakan Ketiga, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Mulyadi, 1992, Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan
Rekayasa, Edisi kesatu, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.\
______, 2001, Akuntansi Manajemen, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Narumondang Bulan Siregar, 2003, Penyusunan Anggaran Perusahaan Sebagai Alat Manajemen Dalam Pencapaian Tujuan. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Sumatrera Utara.
(5)
Prasetyo, Priyono Puji, 2002, Pengaruh Locus of Control Terhadap Hubungan Antara Ketidakpastian Lingkungan Dengan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Volume 5 No. 1 Januari 2002
Rahman, Aulia Fuad, 2002, Peran Karakteristik Informasi Broadscope dan Aggregation Sistem Akuntansi Manajemen pada Kondisi ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi Serta Peningkatan Kinerja Manajerial.
Riayadi, Ferry Slamet, 2007, Pengaruh persepsi terhadap ketidakpastian lingkungan dan struktur organik organisasi pada perilaku berwirausaha dan adaptabilias strategis pada perusahaan farmasi domestik, Pascasarjana Universitas Indonesia.
Robert, N. Anthony, Vijay Govindarajan, Penerjemah : F.X. Kurniawan Tjakrawala, Krista, 2005, Management Control System (sistem pengendalian manajemen), Buku 2, Edisi 11, penerbit : Salemba Empat.
Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Schermerhorn Jr, John. R, 2003, Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Buku Satu dan Dua, Cetakan Kelima, Penerbit Andi, Yogyakarta. Shinta, Permata Sari, 2006, Pengaruh kapasitas individu yang
diinteraksikan dengan locus of control terhadap budgetari slack, Universitas Muhammaddiyah Surakarta.
Sugiono, 2003, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung.
_______, 2006, Statistika Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung. _______, 2009, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketigabelas, Alfabeta
CV. Bandung.
Supranto, 1983, Ekonometrik, Buku 2, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
(6)
Tolopuq, 2008, Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Saling Ketergantungan Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Karakteristik Sistem Akuntansi ”, Indoskripsi,com. Veronique Frucot, Winston T. Shearon, 1991, The Accounting Review,
Budgetary Participtation, Locus Of Control And Maxican Managerial Performance And Job Satisfaction, Universitas Syracuse dan Universitas A & M Taxes.